Professional Documents
Culture Documents
Proposal - PKM-P - Haeriah - PALOE-KITA - Universitas Hasanuddin PDF
Proposal - PKM-P - Haeriah - PALOE-KITA - Universitas Hasanuddin PDF
JUDUL PROGRAM
PALOE-KITA : Inovasi Pengembangan Formula Patch Ekstrak Lidah Buaya
(Aloe vera L.) dengan Polimer Kitosan dari Limbah Kulit Udang (Penaeus
monodon) Sebagai Terapi Penunjang Ulkus Diabetik
BIDANG KEGIATAN :
PKM PENELITIAN
Diusulkan Oleh :
1. Ketua kelompok : Haeriah N111 14 080 (Angkatan 2014)
2. Anggota kelompok : Emilia Utomo N111 13 027 (Angkatan 2013)
Andi Indardaya N111 14 048 (Angkatan 2014)
Muhammad Rahmatullah N111 14 079 (Angkatan 2014)
Novianti H311 16 013 (Angkatan 2016)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
i
[Grab
ii your
reader’s
attention
with a
great
quote from
the
document
or use this
space to
emphasize
a key point.
To place
this text
box
anywhere
on the
page, just
drag it.]
ii
[Grab your
iii
reader’s
attention
with a
DAFTAR ISI great
Halaman Sampul ................................................................................................. iquote from
Halaman Pengesahan .......................................................................................... iithe
Daftar Isi.............................................................................................................. iii
document
Bab I Pendahuluan .............................................................................................. 1or use this
Bab II Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 3space to
Bab III Metode Penelitian ................................................................................... 5emphasize
Bab IV Biaya dan Jadwal Kegiatan .................................................................... 9a key point.
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 10 To place
Lampiran-Lampiran this text
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing ......................... 11 box
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan ........................................................ 19 anywhere
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas ............... 23 on the
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti ..................................................... 26 page, just
drag it.]
iii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu permasalahan utama dalam
sistem kesehatan dan ancaman kesehatan masyarakat global yang telah meningkat
secara dramatis selama 2 dekade terakhir. Berdasarkan studi epidemiologi, jumlah
pasien diabetes mellitus meningkat dari sekitar 177 juta kasus pada tahun 2000,
285 juta kasus pada tahun 2010, dan akan meningkat diperkirakan hingga lebih
dari 360 juta orang pada tahun 2030 yang akan menderita diabetes mellitus.
Pasien DM cenderung dapat mengalami beberapa komplikasi seperti ulkus
diabetik yang menunjukkan peningkatan pada beberapa tahun terakhir.
Diperkirakan sekitar 4% – 27% dari pasien diabetes akan menderita ulkus diabetik
selama hidup mereka (Yazdanpanah, 2015). Salah satu faktor pemicu dari ulkus
diabetik adalah adanya mikroorganisme penginfeksi. Beberapa mikroorganisme
penyebab ulkus diabetik adalah Staphyloccus aureus yang terdeteksi pada 43%
kasus ulkus diabetik. Selain itu, mikroba lain seperti Pseudomonas aeruginosa,
Streptococcus sp., dan Proteobacteria sp. juga berperan dalam ulkus diabetik.
Ulkus diabetik dapat berkembang menjadi komplikasi lainnya sehingga sangat
dibutuhkan pengobatan yang tepat (Noor, 2015).
Salah satu sistem penghantaran obat yang berkembang saat ini adalah
sistem penghantaran obat melalui kulit atau transdermal, bentuk sediaannya
disebut patch. Sistem penghantaran transdermal memungkinkan pengobatan yang
akan ditargetkan pada area yang akan diobati dan juga membatasi paparan obat
(Farlow, 2011). Salah satu polimer yang dapat digunakan dalam pembuatan patch
transdermal adalah kitosan. Kitosan yang diisolasi dari limbah kulit udang
merupakan hasil penelitian PKM 2016.
Kitosan dalam sediaan patch dapat berfungsi ganda, yaitu sebagai bahan
dasar patch juga sekaligus sebagai bahan aktif yang memiliki aktivitas antibakteri.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Goy (2015) menunjukkan bahwa
kitosan dan turunannya memiliki aktivitas antibakteri baik terhadap bakteri Gram
negatif yaitu E. coli maupun bakteri Gram positif yaitu S. aureus. Sumber kitosan
dapat diperoleh dari deasetilasi kitin, senyawa yang terkandung pada kulit udang.
Limbah kepala udang mencapai 35 – 50% dari total berat udang (Kompas, 2006).
Limbah udang memilki potensi besar untuk diolah menjadi kitosan karena
ketersediaan limbah udang sebagai bahan baku cukup besar dan mudah diperoleh
(Widodo, 2006). Produksi udang Indonesia rata-rata meningkat sebesar 7,4% per
tahun (Prasetyo, 2004). Hal ini menyebabkan limbah kulit udang sangat
berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber penghasil kitosan.
Selain dibutuhkan senyawa antibakteri dalam proses penyembuhan ulkus
diabetik, juga diperlukan senyawa yang dapat mempercepat regenerasi sel
sehingga jaringan di sekitar ulkus dapat pulih kembali. Salah satu sumber daya
alam yang dapat membantu proses regenerasi sel adalah lidah buaya (Aloe vera).
2
Lidah buaya diakui sebagai obat alami yang efektif untuk penyembuhan dalam
berbagai gangguan inflamasi kulit. Lidah buaya mengandung 75 senyawa aktif
yang potensial khususnya aloenin, magnesium laktat, aloe-emodin, barbaloin,
asam sinamat, dan asam suksinat yang berperan penting terhadap aktivitas
antiinflamasi dan antioksidan serta aktivitas farmakologi lainnya. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Tudose (2009) terhadap sel NCTC2544
menunjukkan bahwa sel yang diberikan ekstrak lidah buaya mengalami proliferasi
sel yang lebih tinggi dibandingkan kontrol. Hasil ini menunjukkan bahwa lidah
buaya dapat digunakan sebagai pengobatan alami secara topikal (Tudose, 2009).
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah kulit
udang sumber kitosan alami sebagai polimer dalam pembuatan patch lidah buaya
sebagai terapi penunjang terhadap ulkus diabetik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pada konsentrasi berapakah kitosan dari kulit udang dapat berfungsi
sebagai bahan dasar pembuatan patch dan apakah konsentrasi tersebut juga
memiliki aktivitas antibakteri?
2. Bagaimana efek penyembuhan dari formula patch polimer kitosan dari
limbah kulit udang yang dikombinasi dengan ekstrak lidah buaya terhadap
luka dari model tikus diabetes mellitus?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Memperoleh kitosan dari limbah kulit udang sebagai polimer patch
transdermal.
2. Memperoleh patch transdermal dari kombinasi ekstrak lidah buaya dan
kitosan sebagai terapi penunjang ulkus diabetik.
1.4 Urgensi dan Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan teori ilmiah mengenai
bagaimana potensi kitosan dari limbah kulit udang sebagai polimer patch
transdermal
2. Dapat menjadi landasan yang kuat untuk membuat suatu inovasi dalam
sistem penghantaran obat transdermal untuk terapi pendukung ulkus
diabetik menggunakan kombinasi ekstrak lidah buaya dan kitosan.
1.5 Luaran yang Diharapkan
1. Draft paten proses pembuatan patch kombinasi kitosan dari kulit udang
dan ekstrak lidah buaya
2. Publikasi pada seminar atau jurnal nasional.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Mellitus dan Ulkus Diabetik
Diabetes mellitus merupakan sindrom metabolik yang dikenal dengan
status hiperglikemik yang terjadi karena penurunan sekresi insulin, defektif
insulin, ataupun keduanya. Berdasarkan data World Health Organization (WHO)
pada tahun 2000, sekitar 171 juta orang di dunia menderita diabetes dan
diperkirakan pada tahun 2030 akan bertambah hingga 2 kali lipat. Diabetes tipe 1
dan tipe 2 sama-sama dapat berdampak pada ulkus diabetik yang umumnya terjadi
pada bagian kaki. Sekitar 85% kasus amputasi pada anggota gerak bagian bawah
disebabkan karena ulkus pada kaki yang tidak sembuh. Risiko seseorang
menderita ulkus 15 kali lebih tinggi pada pasien yang menderita diabetes mellitus.
(Noor, 2015)
Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi yang disebabkan karena
beberapa faktor risiko yaitu neuropati perifer, penyakit vaskular perifer,
insufisiensi arteri, trauma, dan gangguan resistensi terhadap infeksi. Infeksi pada
ulkus diabetik bukan merupakan penyebab melainkan sebuah konsekuensi. Infeksi
dapat meningkatkan risiko amputasi pada alat gerak bawah sebesar 50%.
Beberapa mikroorganisme yang terdapat pada ulkus diabetik yang terinfeksi
antara lain Staphylococcus, Streptococcus, Proteobacteria, Pseudomonas
aeruginosa, dan bakteri coliform. Staphylococcus aureus dan bakteri kokus beta
hemolitik merupakan mikroba yang paling sering terdapat pada ulkus diabetik. S.
aureus dilaporkan terdapat pada 43% dari kasus ulkus diabetik. P. aeruginosa
merupakan mikroba lain yang sering teridentifikasi yaitu sekitar 7% - 33% dari
kasus ulkus diabetik (Noor, 2005).
2.2 Kitosan dan Limbah Kulit Udang
Kitosan adalah polimer alami yang diperoleh oleh deasetilasi dari kitin.
Secara biologis aman, tidak beracun, polisakarida yang biodegradable dan
biokompatibel. Kitosan merupakan pilihan yang baik untuk pemberian obat
spesifik (Salman, et.al. 2013). Kitosan sebagai hasil deasetilasi kitin yang dapat
diperoleh dari kulit kepiting dan udangmemiliki sifat yang tidak beracun,
biocompatible,biodegradable dan mudah dimodifikasi secarakimia. Kemudahan
dimodifikasi ini karenaadanya gugus hidroksil dan amino yang reaktif (Anggasari,
et.al. 2013).
Limbah udang berasal dari kulit, kepala, dan ekor udang. Limbah kepala
udang mencapai 35-50% dari total berat udang (Kompas, 2006). Pada beberapa
negara maju seperti Jepang dan Amerika, limbah udang telah dimanfaatkan pada
industri farmasi, biokimia, biomedical, pangan, pertanian, dan kesehatan (Lang,
1995). Hal ini karena limbah udang dapat dimanfaatkan sebagai zat pembuat
kitosan. Limbah udang memiliki potensi yang besar untuk diolah menjadi kitosan
karena ketersediaan limbah udang sebagai bahan baku cukup besar dan mudah
diperoleh (Widodo, 2006). Limbah kulit udang terdiri dar tiga komponen utama
4
BAB 3
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan
tahapan penelitian sebagai berikut.
3.1 Penyiapan Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan adalah sendok tanduk, batang pengaduk, baskom,
pisau, toples, cawan porselen, kertas perkamen, gelas arloji, labu erlenmeyer,
buret, statif, gelas ukur, labu tentukur, gelas beker, pH meter, cawan petri,
homogenizer, autoklaf, inkubator, oven, magnetic stirrer, jangka sorong,
eksikator, viskometer, timbangan analitik, laminar air flow, kompor, blender,
kompor listrik, mikropipet, spektroskopi FT-IR, X-Ray Diffraction, dan Scanning
Electron Microscopy.
Bahan yang digunakan adalah lidah buaya, kulit udang, propilenglikol,
HCl 3%, aquadest, NaOH 4% dan 60%, biakan bakteri S. aureus, medium NA,
kain saring, tissue, sarung tangan, aluminium foil, silika gel, plastic wrap, dan
masker.
3.2 Pelaksanaan Penelitian
1. Isolasi Kitosan
a. Proses Penyiapan Sampel
Siapkan udang segar kemudian kepala udang dan kulit dipisahkan
menggunakan pisau tajam. Limbah udang kemudian dicuci dengan air keran dan
dihaluskan menggunakan blender kering. Limbah udang yang hancur disimpan
dalam kantong plastik pada suhu kamar (28±2oC) selama 24 jam untuk autolisis
parsial (Toan, 2009).
b. Proses Isolasi Kitin dari Kulit Udang
Proses isolasi kitosan dilakukan dalam langkah. Pertama demineralisasi,
demineralisasi kulit udang dilakukan dengan menggunakan larutan HCI 3% pada
suhu kamar (28 ± 20 C) dengan rasio 1: 5 (b / v) selama 16 jam. Selanjutnya residu
dicuci dan direndam dalam air destilasi sampai pH netral. Kedua deproteinisasi,
deproteinisasi dari kulit udang dilakukan dengan NaOH 4% pada suhu kamar (28
± 20 C)dengan rasio 1: 5 (b / v) selama 20 jam (Toan, 2009).
c. Proses Pembentukan dan Pemurnian Kitosan
Residu dicuci dan direndam dalam air destilasi sampai pH netral.
Kemudian kitin murni dikeringkan. Untuk menghilangkan kelompok asetil dari
kitin digunakan NaOH 60% pada suhu 650C dengan rasio 1:10 (w / v) selama 20
jam. Residu dicuci sampai pH netral dengan air destilasi. Kitosan yang dihasilkan
kemudian dikeringkan pada lemari pengering selama 4 jam di 65 ± 5oC dan siap
untuk karakterisasi.(Toan, 2009).
2. Analisis Kitosan
a. Pengukuran pH
Pengukuran pH larutan chitosan dilakukan dengan menggunakan pH
meter.
6
b. Reologi
Viskositas kitosan diukur menggunakan viskometer Brookfield.
c. Derajat deasetilasi
Larutan homogen kitosan dibuat menggunakan HCl encer 0.01 M dan
dititrasi terhadap 0,1 M NaOH. Titik akhir dideteksi dengan infleksi nilai pH. Dua
infleksi terutama dicatat. Pertama sesuai dengan HCl netralisasi dan kedua untuk
netralisasi ion amonium kitosan. Perbedaan antara dua titik memberikan jumlah
gugus amino dalam rantai kitosan juga disebut derajat deasetilasi DD% = 100-
DA%(Zhang, Y)
d. Kelarutan kitosan
Timbang beberapa gram kitosan dan tambahkan 35 ml 1% asam asetat.
Diaduk selama 30 menit. Sampel disaring melalui Whatmann kertas No.1 dan
ditimbang.
e. Spektrometri difraksi sinar X
Analisis X-Ray Difraction kitosan digunakan untuk dideteksi
kristalinitasnya. Bruker AXS D8 Muka difraktometer digunakan untuk tujuan
tersebut.
f. Pemindaian elektron mikrograf
Struktur kitosan diperiksa menggunakan scanning electron microscopy.
g. Studi FT-IR Kitosan
Sampel kitosan dan kitin dikarakterisasi 4000-400 cm-1 menggunakan
spektrofotometer inframerah.
3. Ekstraksi Lidah Buaya
Lidah buaya diambil pada bagian batang dan akar tanaman. Ujung
terminal dan duri lateral disisihkan. Substansi gelatin dalam daun dipisahkan dari
pelindung eksternal dalam ruang gelap untuk mencegah oksidasi dari ekstrak.
Substansi yang diperoleh dibagi dalam beberapa potongan dan dihomogenkan
dengan homogenizer pada kecepatan 15000 rpm selama 1 menit dengan
pendinginan berlanjut. Campuran kemudian disaring dalam ruang gelap
menggunakan penyaring polyester 0.45 m kemudian disimpan dalam suhu -20oC
dan dibungkus dengan aluminium foil untuk mencegah degradasi (Tudose, 2009).
4. Pembuatan Patch Transdermal
a. Formula Patch Transdermal
Formula Ekstrak Lidah Buaya (%) Kitosan (%) Propilenglikol (%)
F1 10 1 10
F2 10 1,5 10
F3 10 2 10
F4 10 2,5 10
b. Pembuatan Patch Transdermal (John, 2014)
Pembuatan patch transdermal dilakukan dengan metode penguapan
pelarut. Kitosan dilarutkan dalam asam laktat dengan bantuan magnetic stirrer
lalu ditambahkan ekstrak lidah buaya. Selanjutnya, dimasukkan propilenglikol
7
sambil diaduk. Larutan yang terbentuk dituang ke dalam cawan petri lalu
diletakkan corong secara terbalik. Setelah 24 jam, lapisan patch dapat dilepaskan
dari cawan petri untuk pengujian lebih lanjut.
5. Evaluasi Patch Transdermal
a. Uji Ketebalan (John, 2014)
Ketebalan patch diukur dengan jangka sorong pada 3 titik berbeda untuk
dirata-ratakan.
b. Uji Kemampuan Lipat (John, 2014)
Kemampuan lipat diukur secara manual dengan cara memotong patch
sebesar 1 cm2 dan dilipat secara berulang pada tempat yang sama hingga patah.
Jumlah lipatan tanpa patahan merupakan nilai kemampuan lipat.
c. Uji Serapan Lembab (Percentage of Moisture Absorption) (John, 2014)
Patch ditimbang secara akurat dan diletakkan dalam desikator yang
mengandung 100 ml larutan kalium klorida jenuh. Setelah 3 hari, patch
dikeluarkan dan ditimbang kembali. Persentase serapan lembab dapat dhitung
dengan rumus berikut:
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
%𝑚𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑝𝑡𝑖𝑜𝑛 = 𝑥 100
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
d. Uji Kelembaban (John, 2014)
Patch ditimbang secara akurat dan diletakkan dalam desikator yang
mengandung kalsium klorida anhidrat. Setelah 3 hari, patch dikeluarkan dan
ditimbang. Persentase lembab yang hilang dapat dihitung dengan rumus berikut:
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
%𝑚𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒 𝑙𝑜𝑠𝑠 = 𝑥 100
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
e. Uji Antibakteri (Goy, 2015)
Pengujian antibakteri dilakukan menggunakan biakan bakteri S. aureus
dalam medium NA serta tetrasiklin baku sebagai pembanding. Sebanyak 0,1 ml
suspensi bakteri dimasukkan ke dalam cawan petri kemudian dituang medium NA
lalu dihomogenkan. Dipotong patch berbentuk lingkaran dengan diameter 1 cm
kemudian ditempelkan pada permukaan medium. Sebanyak 200 l larutan
tetrasiklin baku 0,24 ppm diteteskan pada paper disk menggunakan mikropipet
kemudian ditempelkan pada permukaan medium. Diinkubasi pada suhu 37oC
selama 1x24 jam. Selanjutnya, diamati zona hambat yang terbentuk.
6. Rancangan Produk Akhir
8
BAB 4
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya
No. Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1. Peralatan Penunjang, meliputi alat-alat 3.475.000
dasar dan alat-alat penunjang dalam
penelitian.
2. Bahan Habis Pakai, meliputi bahan 4.535.000
dasar utama maupun bahan pelengkap
dalam penelitian.
3. Perjalanan, meliputi biaya transfer 2.600.000
dalam kota, antar kota dan seminar
nasional.
4. Lain-lain, meliputi biaya administrasi, 1.850.000
publikasi, seminar dan laporan.
Jumlah 12.460.000
BAB 5
DAFTAR PUSTAKA
Fohcher, B., Naggi, A., Tarri, G., Cosami, A. dan Terbojevich, M. (1992).
Structural Differences Between Chitin Polymorhs And Their Precipitates
From Solution Evidences From CP-MAS 13 C-NMR, FTIR And Ftraman
Spectroscopy. Carbohidrate Polymer. 17 (2):97-102.
10
Farlow, Martin R., Monique Somogyi. 2011. Transdermal Patches for the
Treatment of Neurologic Conditions in Elderly Patients: A Review. The
Primary Care Companion for CNS Disorder Vol. 13(6).
Goy, Rejane C., Sinara T.B. Morais, Odilio B.G. Assis. 2015. Evaluation of The
Antimicrobial Activity of Chitosan and Its Quaternized Derivative on E. coli
and S. aureus Growth. Brazilian Journal of Pharmacognosia Vol. 26; pp/
122–127.
Goy, Rejane C., Douglas de Britto, Odilio B.G. Assis. 2009. A Review of the
Antimicrobial Activity of Chitosan. Polimeros: Ciencia e Tecnologia Vol.
19; pp. 241–247.
John, Lincy, Arun Kumar. 2014. Comparison of Amlodipine Transdermal Pathces
Using Hydroxypropylmethylcellulose and Chitosan. Asian Journal of
Pharmaceutical and Clinical Research Vol. 7.
Lang, G. (1995). Chitosan Derivatives-Preparatin And Potential Use. Collection
Of Working Papers, UKM.
Mirzadeh, H., et al., Preparation of chitosanderived from shrimp's shell of
Persian Gulf as ablood hemostasis agent. Iranian PolymerJournal, 2002. 11:
p. 63-68.
Noor, Saba, Mohammad Zubair, Jamal Ahmad. 2015. Diabetic Foot Ulcer – A
Review on Pathophysiology, Classification and Microbial Etiology.
Diabetes&Metabolic Syndrome: Clinical Research and Reviews Vol. 9; pp.
192–199.
Prasetyo, K.W. 2004. Khitosan, Pengendali Rayap Ramah Lingkungan. LIPI
Bogor.
Salman et.al. 2013. Formulasi Granul Mukoadhesif Dipersi Padat Ketoprofen-
PVP K-30 Menggunakan Kitosan. Vol 18. Univeritas Andalas.
Toan, N.V. 2009. Production of Chitin and Chitosan from Partially Autolyzed
Shrimp Shell Materials. The Open Biomaterials Journal.1:21-24.
Tudose, Andra, et al. 2009. Regenerative Properties of Aloe vera Juice on Human
Keratinocyte Cell Culture. Farmacia Vol. 57; pp. 590–596.
Widodo, A., Mardiah, dan Prasetyo, A., 2006. Potensi Kitosan Dari Sisa Udang
Sebagai Koagulan Logam Berat Limbah Cair Industri Tekstil. ITS
Surabaya.
Yazdanpanah, Leila, Morteza Nasiri, Sara Adarvishi. 2015. Literature Review on
The Management of Diabetic Foot Ulcer. World Journal of Diabetes Vol.
6(1); pp. 37-53.
Zhang, Y., et al., Determination Of The DegreeOf Deacetylation Of Chitosan By
PotentiometricTitration Preceded By Enzymatic Pretreatment.Carbohydrate
polymers. 83(2): p. 813-817.
11
BAB 6
LAMPIRAN-LAMPIRAN
12
A. Anggota 1
1. Identitas diri
Nama Lengkap (dengan gelar) Emilia Utomo
Jenis Kelamin Perempuan
Program Studi Farmasi
NIM N111 13 027
Tempat/Tanggal Lahir Ujung Pandang, 04 Mei 1995
Email emilia.utomo@gmail.com
No. HP 085757322759
2. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SD Gamaliel SMP Katolik SMA Katolik
Rajawali Rajawali
Makassar Makassar
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk- 2001 - 2007 2007 – 2010 2010– 2013
Lulus
3. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)
No. Nama Pertemuan Judul Artikel Waktu dan Tempat
Ilmiah/Seminar Ilmiah
1. - - -
4. Penghargaan 10 Tahun Terakhir
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun
Penghargaan
1. Juara II LKTI Avicenna Universitas Universitas 2015
Udayana, Bali Udayana
Semua data yang saya cantumkan dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya siap menerima sanksi.
13
14
15
16
17
alami
Lampiran 2
Justifikasi Anggaran
1. Peralatan penunjang
No.1
Asam Laktat Pembuatan patch
100 ml 270.000/100 ml 270.000
transdermal
Tetrasiklin baku Untuk uji antibakteri 100 g 1.000.000/100 g 1.000.000
Spoit Untuk uji antibakteri 1 paket 50.000/paket 50.000
Kantong plastik Penyiapan sampel 1 paket 25.000/paket 25.000
Paper disk Untuk uji antibakteri 1 kotak 250.000/kotak 250.000
SUB TOTAL (Rp) 4.535.000
3. Perjalanan
Justifikasi Harga Satuan Jumlah
Material Kuantitas
Perjalanan (Rp) (Rp)
Transport peneliti Pengerjaan penelitian 30.000/1 kali
20 kali 600.000
perjalanan
Transport antar Pengambilan sampel
5 kali 100.000/1 kali
kota (kawasan 500.000
perjalanan perjalanan
industri)
Transport antar Pembelian alat, bahan, 10 kali 100.000/1 kali
1.000.000
kota dan keperluan analisis perjalanan perjalanan
Transport seminar Publikasi Untuk 5
100.000 500.000
nasional orang
SUB TOTAL (Rp) 2.600.000
4. Lain-lain
Justifikasi Harga Satuan Jumlah
Material Kuantitas
Perjalanan (Rp) (Rp)
Kertas A4 Pembuatan
2 rim 50.000 100.000
hardcopyproposal
Tinta Printer Pembuatan hardcopy
4 pak 50.000 200.000
proposal
Penjilidan Penjilidan proposal 5 buah 10.000 50.000
Dokumentasi scan Dokumentasi gambar
5 kali 100.000 500.000
gambar penelitian
Konsumsi Konsumsi peneliti 5 orang 200.000 1.000.000
SUB TOTAL (Rp) 1.850.000
25
Lampiran 3
Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas
Alokasi
Program Bidang Waktu
No. Nama/NIM Uraian Tugas
Studi Ilmu (Jam/
minggu)
1. Pembentukan dan
Hariah/ N111 analisis kitosan serta
Farmasi Kesehatan 12
14 080 formulasi patch
transdermal
2. Formulasi dan
Emilia Utomo/
Farmasi Kesehatan 10 evaluasi patch
N111 13 027
transdermal
3. Ekstraksi lidah
Andi buaya, formulasi
Indardaya/ Farmasi Kesehatan 10 patch transdermal
N111 13 325 dan pembuatan
laporan
4. Muhammad
Penyiapan sampel
Rahmatullah/ Farmasi Kesehatan 10
dan analisis kitosan
N111 14 079
5. Novianti/ Isolasi kitosan dan
Kimia MIPA 4
H311 16 013 pembuatan laporan
26