You are on page 1of 2

Nama : MHD Jamal Sukamdani

NIM : 1807110621
Kelas : Teknik Lingkungan 18 A
Mata Kuliah : PLI OLEOKIMIA
Ujian Tengah Semester

1. Spent bleaching earth (SBE) adalah limbah padat yang dihasilkan dari proses penyulingan
minyak dari industri oleokimia. Spent bleaching earth yang sudah terpisah dengan minyak
murni mengandung gums dan kotoran serta sejumlah besar minyak. Berdasarkan beberapa
penelitian sebelumnya, kandungan minyak yang terdapat dalam spent bleaching earth
berkisar antara 20%-30% berat spent bleaching earth. Residu minyak spent bleaching earth
tersebut di-recovery dengan menggunakan metode ekstraksi pelarut. Metode ekstraksi yang
digunakan yaitu soxhlet dan maserasi. Pelarut yang digunakan yaitu n-heksan dan aseton.
Rendemen minyak terbesar dihasilkan dari metode soxhlet dengan menggunakan pelarut
aseton dengan kadar 24,14 %. Sedangkan rendemen minyak terkecil dihasilkan dari metode
maserasi dengan pelarut n-heksan yaitu sekitar 15,37 %. Kualitas minyak
berdasarkan parameter viskositas dan warna minyak terbaik secara menurun yaitu maserasi
n-heksan>
soxhlet n-heksan> maserasi aseton > soxhlet aseton. Densitas minyak tertinggi yaitu ekstrak
minyak
metode maserasi dengan pelarut aseton sebesar 0,8838 gr/cm3 dan densitas paling kecil
yaitu ekstrak
minyak metode soxhlet dengan pelarut aseton yaitu sebesar 0,875 gr/cm3. Persentase asam
lemak bebas
tertinggi yaitu soxhlet aseton 39,77% atau sama dengan 23,35 mg NaOH/mg minyak dan
terendah yaitu
14,27% atau sama dengan 11,49 mg NaOH/mg minyak berasal dari metode maserasi dengan
pelarut n-
heksan. Minyak yang menggunakan pelarut aseton memiliki kualitas kurang baik
dibandingkan dengan
minyak yang menggunakan pelarut n-heksan.
2.
3. Melalui proyek CDM, negara maju akan membeli sertifikat CER dari negara berkembang
atas pengeluaran emisi yang mereka lakukan, selain itu mereka juga melakukan
investasi berbasis lingkungan bersih kepada negara berkembang. Sehingga negara
berkembang memperoleh keuntungan dua kali sekaligus, yakni dana CER sebagai bentuk
kompensasi atas emisi yang dikeluarkan negara maju serta dana pembangunan
berkelanjutan dari proyek pembangunan bersih milik negara maju.Dengan begitu
terdapat potensi dalam membantu negara berkembang untuk mencapai pembangunan
berkelanjutan dengan mempromosikan investasi berbasis ramah lingkungan dari
pemerintah negara industri.
4. Pengkonversian limbah padat bisa dilakukan yakni dikarenakan oleh Kebutuhan energi
dari waktu ke waktu semakin bertambah dengan sumber energi fosil. Namun sumber
energi fosil merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbahurui dan akan
mengalami kelangkaan maka perlu dicari energi alternatif. Limbah yang dihasilkan dari
perkebunan kelapa sawit adalah batang hasil replanting, pelepah, tandan kosong kelapa
sawit (TKKS), cangkang dan serat buah. Atau dengan kata lain tandan kosong kelapa
sawit dapat dijadikan bahan baku bio oil, limbah kelapa sawit ini memiliki prospek yang
baik dengan potensi pertahun sebesar 4 879 347 ton/tahun (BPS, 2017) dan diperkirakan
terus meningkat sejalan dengan bertambahnya luasan kebun kelapa sawit. Untuk
meningkatkan kualitas bio oil dilakukan upgrading dengan menggunakan katalis ZAA/Ni
3% dan AA/Ni 2%, dimana perlakuan terbaik diperoleh dari bahan baku berupa serbuk
dengan ukuran 60 mesh dan tekanan H2 15 bar, yang menghasilkan nilai HHV bio oil
40.27 MJ/kg, serta dapat meningkatkan senyawa hidrokarbon dari 15.24% menjadi
27.72%.

You might also like