You are on page 1of 13
ALOMORF NASALISASI DAN NASAL PENAMBAH DALAM BAHASA BIDAYUH-SOMU Eusabinus Bunau Jurusen Pendidiken Bahasa dan Seni FKIP Unten, Pontianale Email: eussbunau@yehoo com Abstract This 1s a research on linguistics field that is Nasaltzation Process of Bidayuit-Somu language. Nasaltzation 1s ts a process of affixation as one of word formation processes The Nasaitzation is one of processes to dertve verb, that is transttive verb. Result of the research shows, the Nasaltcatton Process in the Bidayuh-Somu language 1s applied through affixation of Nasaitzatton morpheme and tts variants comprising allomorphs and homorgante nasals to root word Analysts on structwe shows, Nasalication in the Bidayuh-Somm langage applies by replacing and/or adding root word with the aliomorphs and homorgantc nasals. Therefore, the Nasaltzation in the Bidayuh-Sorm language functions both as class-maintaining and class-changing. As class-maintaining the Nasaitcation is preftved to root word that is verbal. Meanwhile as class-changing. the Nasaitzation i this Bidayuh-Somu language ts prefixed to root word that is nomial Besides, it was aiso found out that the Nasaltcation is functioned to derive active verb, that is transtttve verb, Keywords: Nasalization Process, Morpheme and Nasalization Allomorph, Repalcive and Additive Nasalication. PENDAHULUAN Penelitian ini adalah penelitian tentang proses nasalisasi, yaitu satu sub-bagian dani proses pembentukan —kata_—melalut pengimbuban Dengan demilian, penelitian ini adalah penelitian tentang morfologi melalui proses pengimbuhan, dan dibatasi kepada proses nasalisasi. Proses morfologi, menurut Raman (1990-15), terdini dant sekurang-urangnya tiga proses, yaitu pengimbuhan, penggandean dan pemajemukan Seterusnya, _pengimbuhan, termasuk masalisasi, adalah —_proses menambahlan morfem teriket atau imbuhan kepada morfem bebas atau kata dasar. Morfem terikat atau imbuhan tersebut terdiri dari morfem awalan, morfem akhiran, morfem sisipan, dan morfem terikat-terbagi (lihat Harimurti Kridalaksana, 1996:28-29). Lebih Janjut, pengimbuhan menurut Abdullah Hassan (2007-132), adalah_—_ proses pembentuken kata berimbuhan dengan ‘menambahkan imbuhan kepada morfem bebas atau kata dasar. «Dengan demikian, berdasarkan kedudukennya, yaitu sebelum morfem bebas atau kata dasar, nasalisasi ‘merupalan morfem imbuban, yaity awalan. Namun demilsian, nasalisasi tidale sepenuhnya dapat dianggap awalan Karena bentulnya tidale dalam bentuk suluan (lihat Rohani Mohd Yusof, 1999:105), Denham dan Lobeck —(2010:147) mengemukaian bahwa imbuhan adalah morfem yang diimbuhkan kepada morfem Jain, yaitu morfem bebas atau kata dasar melalui suatu proses yang disebut sebagai 90 Jurnal Kajian Pembelojaran dan Keilmacan, Vol. 1 Mo. 2, Oktober 2017- Maret 2018 pengimbuban Oleh karena itu, imbuhan adalah morfem terikat, yaitu awalan, alshiran, sisipan dan morfem terilaat-terbagi. Dani segi Kedudukan, morfem awalan adalah sebelum morfem bebas atau kata dasar, morfem akhiran adalah sesudah morfem bebas, morfem sisipan adalah di antara_fonem Konsonan pertama dan fonem volal kedua deri morfem bebas, dan morfem terilsat- terbagi adalah sebelum dan sesudah morfem bebas atau keeta dasar (lihat Harimurti Kridalaksana, 1996:28-29) —_Seterusnya, morfem terikat seperti dinyatakan oleh Kieffer dan Lesaux (2007) terbagi kepada morfem infleksi dan derivasi, Namun begitu, untule penelitian ini morfem terikat tersebut adalah ‘morfem derivasi, yaitu morfem nasalisasi atau morfem awalan Morfem derivasi adalah ‘morfem imbuhan yang berfungs’ menetapkan atau mengubah golongan kata atau bermalna ‘menetapkan atau mengubah Kelas kata (Lihat Kieffer dan Lesaves, 2007137) Penelitian ini merupakan penelitian mengenai_pembentulan lata kompleks tale setara atau kata berlapis dari Bahasa Bidayuh- Somu, yaitu kata kerja alsif yang terbentule dengan morfem nasalisast dan alomorf- alomorfnya. Kata kompleks berdasarlan struktur, terdiri dari selurang-kurangnya satu novan eo ‘«—| kemeavan J = morfem bebas + satu morfem terileat, satu ‘morfem bebas + satu morfem bebas, atau satu morfem terikat + satu morfem bebas, atau satu ‘morfem terikat + satu morfem bebas + satu morfem tenkat (lihat Asmah Haji Omer, 2009:21). Seterusnya untuk penelitian ini, pembentukan kata Kerja aktif dari Bahasa Bidayuh-Somu metibatkan morfem nasalisasi yang terbentuk dengan struktur Nasalisasi + ‘Morfem Bebas Bahasa Bidayuh-Somu dituturkan oleh masyarakat Bidayuh-Somu yang tinggal di 44 Kampung di dua Kecamatan, yaitu Kembayan den Noyan di Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia (Sujami Alloy, didc, 2008). Kedua kecamatan tersebut berada sekitar 40 kilometer dari perbatasan Kalimantan-Indonesia dan Sarawak-Malaysia (ilahkan lihat peta di baweh) Bahasa Bidayuh-Somu tersebut dituturkan oleh keira- ara sebanyak 40,166 orang (sumber: Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sanggau, 2014). Seterumnya, secara umum masyarakat Bidayuh-Somu bekerja sebagai petani dan pekebun serta terdapat sediksit yang ‘ekerja sebagai pegawai negeri, Keberadaan masyarakat Bidayuh-Somu penutur Bahasa Bidayuh-Somu dapat dilihat pada peta di ‘bawah ini Cambar I. Peta Letak Kecamatan Kembayan dan Noyan, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia (Sumber: Kantor Bupati Sanggau, 2014) Skop penelitian ini adalah pengimbuhan ‘yang melibatkan proses nasalisasi pada bagian awal morfem bebas atau kata dasar. Kajian ini dertujuan untule mengidentifikasi morfem nasalisasi dan alomorf-alomorf atau variasi- variasinya, dan mendesieipsilan proses nasalisasi untule membentuk kata kerja aktif deni pada Bahasa Bidayuh-Somu Rumusan masalah dan tujuan penelitian ini adalah alomorf dan nasal yang temasuk morfem Jurnal Kejian Pembelajaran dan Keilmuan, Vol. 1 Mo. 2, Oktober 2017- Maret 2018 9 nasalisasi dalam Bahasa Bidayuh-Somu, alomorf pengganti dan penambah serta nasal penambah, nasalisasi sebagai penetap dan pengubah golongan kata Hasil penelitian ini relevan untule menambah Khasanah penelitian di bidang morfologi, khususnya Nasalisasi serta relevan sebagai sumber atau ryjukan bagi penelitian- penelitian serupa untule bahasa-bahasa lain di Nusantara yang belum diteliti Akhimya, penelitian im relevan sebagai satu upaya untuk mendokumentasiken atau merekam dan mempublilasiken — supaya == menjadi pengetaluan linguistik, Khususnya di bidang Nasalisasi bagi masyarakat awam, masyaralsat alcademile pembelajar bahasa dan para peneliti bahasa yang lain Teor yang dinyjule untuk penelitian ini adalah teori struktural, yaitu teori yang melihat bahwa suatu kata mempunyai struktur atau rangka tertentu (lihat Bloomfield, 1994). Struktur atau rangka leata tersebut boleh terdiri dari pada gabungan atas morfem bebas dan morfem teriket, atau merupalan gabungan dari imbuban dan kata dasar atau kata akar Dengan demilian, berdasarkan strultur atau mga, kta terdiri dari kata tunggal, yaitu morfem bebas dan kata ompleks yang terbagi atas kata berlapis dan kata majmulk (Lihat de Saussure, 1986, dan Crystal, 1980) Nasalisasi dalam pembentukan kata mengacu kepada proses menambah atau menggantikan fonem pertama lata dasar dengan fonem yang homorgan atau homorganik (lihat Asmah Haji Omar, 2013-48 dan Rohani Mohd Yusof, 1999:105). Dalam hal ini nasalisasi boleh berfings. sebagai pengganti dan penambah Nasalisasi yang berfungsi sebagai pengganti adalah proses yang menggantikan fonem pertama kata dasar dengan bunyi nasal, sedangkan nasalisasi yang berfungsi sebagai penambah adalah proses meletakken bunyi nasal sebelum lata dasar (lihat Rohani Mohd Yusof, 1999-124 dan 136). Oleh karena itu, nasalisasi berarti suatu proses mengganti dan/atau menambah fonem pertama kata dasar dengan fonem nasal atau merupakan proses peleburan fonem melalui penyengauan pada fonem pertama kata aker atau keata dasar Berdasarkan kedudukannya dalam kata, —_nasalisasi merupalan imbuhan awalan Walaupun demilian nasalisasi tidak boleh dianggap sebagai awalan —sepenuhnya arena Kehadirannya tidal dalam bentule sulean atau sul: tata (lihat Rohani Mohd Yusof, 1999-105). Seterusnya, berdasarkan kata bentukan yang terbentule dari proses nasalisasi, yaity kata kerja aktif, maka nasalisasi merupakan morfem atau awalan verbal. Asmah Haji Omar (2013:47) menyatakan bahwa nasalisasi merupalan morfem verbal yang berfungst baik sebagai penetap maupun pengubah golongan kata. Oleh Karena itu, nasalisasi sebagai penetap golongan kata ditambahlean kepada kata dasar golongan Kerja dan sifet, sedangkan nasalisasi sebagai pengubah golongan kata, ditambahkan kepada kata dasar golongan benda Dengan fungsi penetap, nasalisasi_menandakan bahwa kata Kerja adalah lata kerja transitif Seterusnya, nasalisasi sebagai pengubah golongan kata menghasilken kata verbal dari kata nominal (lhat Asmah Haji Omar, 2013:47-48). Nasalisasi merupakan morfem verbal dan berfungsi sebagai penetap dan pengubah golongan kata. Sebagai penetap, nasalisasi dimbuhkan kepada kata Kerja dan kata sifat serta menandakan bahwa kata Kerja adalah kata kerja aktif. Sebagai pengubah, nasalisasi diimbubkan kepada kata benda atau menghasilkan kata verbal dari pada kata nominal (lihat Asmah Haji Omar, 2013:47- 48). Dengan demilian dapat dikataken, nasalisasi berarti suatu proses mengganti atau menambah fonem awal dari pada morfem bebas atau kata dasar menggunakan fonem nasal Kaidah atau metode yang digunakan dalam penelitian ini kaidah penelitian huluan (ustream research) yang dilakcukan secara desloiptif (lihat Asmah Haji Omar, 2008-6) dengan telnile pengumpulan data, yaitu merekam (recording). Data yang dipilih dan dibahas dalam penelitian ini adalah data Bahasa Bidayuh-Somu yang mengandung 92 Jurnal Kejian Pembelajaran dan Keilmuan, Vol. 1 Mo. 2, Oktober 2017- Maret 2018 morfem nasalisasi dan variasi-variasinya (lihat Sudaryanto, 1990) Sumber data penelitian adalah informan penutur asli Bahasa Bidayuh- Somu, baile laki-laié maupun perempuan, dan berumur 35-50 tahun Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah koslitatif (Asmah Haji Omer, 2008) Memperhatikan bahwa morfem berfungs sebagai penetap dan pengubah golongan kata, maka pendelatan Sistemik (Bemy, 1975) juga digunaican dalam kajian ini. Teknik pemilahan data adalah telnik elisitasi atau penyortiran data berdasarkan Kelompok atau golongan data, misalnya kelompok alomorf pengganti dan penambah Analisis data dilakuken dengan telmik deskriptif Analisis deslnptif bagi penelitian bahasa adalah analisis yang dilakukan untuk mendesiipsiken suatu bahasa (lihat Samsuri, 1980:70) Hasil dan Pembahasan Hasil analisis data menunjukkan bahwa nasalisasi juga terdapat dalam Bahasa Bidayuh-Somu dan dapat berfungsi sebagai penetap dan pengubah golongan kata, serta menghasillkan kata kerja altif Sebagat penetap golongan ata, naslisasi hadir bersama kata aker dan golongan kata kerja, dan sebagai pengubah golongan, nasalisasi hadir dengan kata akar golongan benda dan sifat, Fungsi ini bergantung kepada kata alar ‘yang hadir bersama unsur nasal tersebut. Di samping itu, morfem —nasalisasi ini mempunyai daftar alomorfnya tersendin, Karena itu berdasarkan data didapati balwa morfem nasalisasi dalam Bahasa Bidayuh- Somu seperti juga dalam bahasa Iban (lihat Asmah Haji Omar, 2013-45), dapat dibagilan kepada tiga alomorf, yaitur 1. Alomorf /~2/ 2. Alomorf /Ne-/ 3. Alomorf /Ni-/ Setiap alomorf di atas mempunyai peraturannya masing-masing Alomorf / “2/ adalah alomorf yang diwakili oleh bunyi- bunyi nasal mv, /a/, /%/ dan /%/. Analisis data memunjukéan bahwa nasal /mJ/, /n/, dan JNJ boleh merupakan pengganti dan penambah, sedangkan nasal /''/ hanya merupaian nasal pengganti. Selanjutnya, berdasarkan contoh-contoh proses nasalisasi dari Bahasa Bidayuh-Somu juga menunjukdean bahwa alomorf /Nes dan alomorf /Ni/ merupakan alomorf penambah Dari analisis data, yaitu kata-lata dalam Bahasa Bidayuh- Somu diketahui bahwa alomorf / “2/ yang diwakili oleh bunyi-bunyi nasal /m/, /n/, /%/ dan /%/ merupakan bagian dari morfem-morfem terikat. Morfem-morfem dengan unsur nasalisasi tersebut te1 dari {kuN-}, {puN-}, {buN-}, dan {niN- }. Penambahan unsur-unsur voll /i/ dan /e! untuk alomorf /N-/ menjadi alomorf /Ni-/ dan alomorf Ne-/ adalah berdasarkan linglungan atau bunyi-bunyi fonem pertama kata akar dari Bahasa Bidayuh-Somu, Seterusnya, nasalisasi dalam Bahasa Bidayuh-Somu mempunyal -malma-maima —_—tertentu tergantung pada ciri-ciriIeata ale. Berdasarkan analisis data, didapati nasalisasi dari Bahasa Bidayuh-Somu mempunyai kemiripan dengan nasalisasi dalam Bahasa Than yang dituturkan di Sarawak (lihat Asmah Haji Omar, 2013:45) Nasalisasi sebagai Pengganti Nasalisasi sebagal pengganti yang dilambangkan dengan alomorf / “® / mengacu kepada proses nasalisasi yang boleh merupakan pengganti, Alomorf / “@ / tersebut mewakili buny-bunyi /m/, /n/, /8/, dan /sy/ yang merupakan nasal pengganti kepada fonem pertama kata akar yang terdiri dari bunyi-bunyi konsonan yang homorgan. Pada dasarnya konsonan m/, /n/, /2/, dan /ss/ menggantiken fonem pertama kata akar ‘yang terdiri dari konsonan bersuara dan tale bersuara seperti fonem konsonan plosif, afrikat dan frikatif Dalam proses mengganti Jurnal Kejian Pembelajaran dan Keilmuan, Vol. 1 Mo. 2, Oktober 2017- Maret 2018 93 ini akan menyebablen fonem pertama kata fonem nasal Peraturan ini tergambarkan aler dihilangkan dan digantikan dengan dalam Tabel 1 berilcut: Tabel 1: Fonem Pertama Kata Akar dan Alomorf/Nasal Pengganti_ dalam Bahasa Bidayuh-Somu_ Konsonan Fonem Pertama Kata Akar Alomorf/Nasal Pengganti ph. Tb [ow] Plosif GAC Inf 1, Ie [7 Ara Fell PsP is) [x1 Frikatif " Th] [ef Tabel 1 di atas_menunjuldan bahwa nasal /m/ dalam Bahasa Bidayuh-Somu ‘merupaken pengganti kepada fonem plosif /p/ den /b/. Seterusmya nasal /n/ pula adalah pengganti kepada fonem lata akar yang diawali oleh fonem plosif fv dan /d/ Selanjutnya, nasal /%/ pula merupakan pengganti kepada fonem pertama kata akar yang didahului oleh fonem plosif /ik/ dan /g/ serta fonem ffikatif /iv, sedangkan nasal / Sebutaalpanggilan untuk anak kecil yang perempuan. Abang adalah sebutan/parggilan untuk anak kee laki- lala. /xilap/ = mengelap (lantai) 5. /las/ = sambungan pada besi /Silas/_ = menyambung besi (dengan dibakar) 6. /lem/ lem /Silem/ = mengelem 7. rem/ em /Sirem/ = mengerem Berdasarkan proses _pengimbuhan dalam Bahasa Bidayuh-Somu, didapati alomorf /Ni-/ ini hanya berfungsi sebagai pengubah golongan kata (perhatilan contoh 1- 7 di atas), Berdasarkan fungsi atau kehadiran objec dalam kelimat, didapati alomorf /Ni-/ dalam bahasa ini berfungsi menghasillan lata kerja transitif dan menunjukken makna “melaloulen sesuatu’. Lihat contoh kalimat berikut: /opi PLN taput pojap, moru moka-malak kurija Nilas pigo bosi/ (epiPtn tas padam abi terbergtalspeteraan menges car best /gara-gara listrik mati, alshimya terbenglalai kegiatan mengelas pagar besi/ Berdasarkan analisis terhadap contoh- contoh proses nasalisasi yang berfungsi dalam Bahasa Bidayuh-Somu menunjukken bahwa proses ini dapat memberikan makna tersendiri, seperti makna-malma: Melalcukan sesuatu, Saling melalukan —_perbuatan (Resiprokal), Mampu, Menuju dan Memilile KESIMPULAN Analisis yang dilallan terhadap contoh-contoh memperlihatkan, proses nasalisasi dalam Bahasa Bidayuh-Somu berfungsi sebagai pengganti dan penambah. Berdasarlan fungsi pengimbuhan didapati, proses nasalisasi tersebut merupaken penetap dan pengubah golongan kata. Sebagai penetap golongan kata, nasalisasi dalam Bahasa 100 Jurnal Kejian Pembelajaran dan Keilmuan, Vol. 1 Mo. 2, Oktober 2017- Maret 2018 Bidayuh-Somu boleh diimbuhkan kepada kata aler dari golongan kata Kerja. Sedangkan sebagai pengubah golongan kata, nasalisasi dalam Bahasa Bidayuh-Somu —_ dapat diimbuhkan kepada kata aker dari golongan kata benda dan kata sifat. Seterumnya pula berdasarkan kehadiran obyel dalam kelimat menunjuklan, nasalisasi dalam Bahasa Bidayuh-Somu secara umum menerbitlan ota Kerja transitif dan menunjuldan malma- smaima terterntu Walaupun pada umumnya proses nasalisasi tejadi pada lata aker (berlaitan dengan kasus ini, silahkan meryjule Asmah Haji Omar, 1991:32), tetapi hasil analisis data menunjuklan bahwa di dalam Bahasa Bidayuh-Somu terdapat dua kata akar yang ‘mengalami proses nasalisasi_ dengan penambah nasal /m-/ pada tingkat morfem Proses nasalisasi dari kedua contoh tersebut adalah seperti berieut: 1. furi?/ = obat Ipuri/ jengobati /mpuri?/ = mengobati 2. Jule?/ sap (di dahi) /pule?/ _=mengusap (di dahi) /mpule?/ =mengusap (di dahi) Proses nasalisasi kedua kata akar tersebut adalah seperti berilut: 1. {put} + /uri?/ > /puri?/, vokal rangkap /u/ gugur. Jen] + /puri?/ > /mpuri?/ 2. {puN-} + /ule?/ > /pule?/, vokal rangkap /u/ gugur. /m/ + /pule?/ > /mpule?/ Kedua contoh di atas mempertihatkan ‘bahwa proses nasalisasi tersebut terjadi pada tingkat morfem, yaitu morfem (puN-) atau alomorf /pu-/ dengan peluluhan fonem vokal ‘tv pada alomorf /pu-/ menjadi alomorf /p/ DAFTAR PUSTAKA. Abdullah Hassan 2007. Linguaisttit Am. Kuala Lumpur PTS Profesional Asmah Haji Omar 2008. Kaedalt Penyeltdian Bahasa dt Lapangen. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustalca Asmah Haji Omar. 2009 Nain Melayu ‘Mitakiit (edisi kelima). Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustalca Asmah Haji Omar. 2013. The Iban Language of Sarawak: A Grammatical Description. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustalca Beny, Margaret. 1975. An Introduction to Systemic Linguistics. London BT. Batsford. Bloomfield, Leonard. 1994. Language. Delhi Motilal Banarsidass Crystal, David. 1980. Linguistics Hammondsworth, Middlesex, England: Penguin Books de Saussure, Ferdinand 1986. Course in General Linguistic. Translated and. annotated by Roy Haris. La Salle IIL Open Court Denham, Kristin dan Lobeck, Anne 2010. Linguistics for Everyone: an Introduction.” Boston’ — Wadsworth Cengage Leaming Harimurti Kridalalesana. 1996, Pembentuken Kata Daiam Bahasa Indonesia (edisi kedva), Jakarta’ Gramedia Pustaka Utama, Kieffer, Michael J, dan Lesaux, Nonie K. “Breaking down words to build meaning: Morphology, vocabulary, and reading comprehension in the urban classroom’ dalam The reading teacher 61, no. 2 (2007): 134-144 Ramlan, 1990. Morfiogt? Suate Tiajanan Desiriptif Yogyakarta: UP. Karyono. Rohani Mohd Yusof 1999. Perbandingan Morfologt Bahasa Melayu dan Bahasa Iban, Tesis Untuk Memenuhi Keperluan Ijazah Doktor Falsafah Jabatan Pengajian Jurnal Kejian Pembelajaran dan Keilmuan, Vol. 1 Mo. 2, Oktober 2017- Maret 2018 101 ‘Melayu Falalti Sastera dan Sains Sosial Sujami Alloy, dik 2008. Mosatit Davai Universiti Malaya Kuala Lumpur. Keberagaman Subsuia dan Bahasa Samsun. 1980, Analisa Bahasa Memaheani Deyak dt Kalimentem Barat. Jon Bamba Bahasa Secara Iimiah (cetakan kedua), (editor). Pontianak: Institut Dayakolog. Jakarta: Enlangea Sudaryanto. 1990. Aneka Konsep Kedatac Lingual Dalam Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press

You might also like