Sciauh fe digunakan pada pengetahuan mengenai obyek
Dalam hal ini epistemotogi Islami menggunakan ist
Istiqamah Ai Hagiqah, yang artinya teori konsistensi ter)
hukum Kebenaran (hagg) Allah yang meniscayakan 1c,
ta
(haaiga terseut ka i Berkenaan dengan obyek empiri ma
hum “Kebenarannya, adalah hukurhukum Allan sk
diberlakukennya tethadap dunia empirik. Sejauh menyangkut
alam fisik maka hukum Kebenarannya adalah hukum alam
(aadin) dan ‘sejauh“menyangkut fenomena sosial hulu
Kebenarannya adalah hukum sosial dan sefarah (sunnatullah).
2 TEOR! KOHERENSI (UI KONSISTENSD, Teori igi
fenyatakan suatu pernyatzan pengetahuan dapat diterina
Kebenarannya secara ilmiah apabila pemyataan pengetahus:
ASU menunjukkan koheren denga teori-teori ilmiah yang
Kebenarannya telah diterima sebelumnya. Epistemologi Islan’,
tidak hanya membatasi penentu koherensi pada teor! ilmiah, tetapi
Juse doktrin-doktrin Islam yang bersumber dari Al’Quran don
Haclis Nabi. Secara teknis, cpistemologi Islami -kita menamakan
‘cori ini sebagai Teori Istiqamah Al Hagg, dengan makna
Koherensi terhadap Kebenaran, yang reprsentasi pertamatya
adalah Al Quran dan Sunnah Nabi.
3.TEORI PRAGMATIK (UJI KEMANFAATAN). Teori ini
‘menilai Kebenaran suatu pernyataan pengetahuan secara ilmiah
apabila pernyataan pengetahuan tersebut_ memang_potensial
Akhlak kvalitas hubungan
Mahkluk
(manusia)
Terminologi kualitas adalah terminologi nilai, karena itu ia
hharus memiliki standar untuk menentukan nilainya, demikian halnya
dengan akhlag. Akhlaq adalah kualitas (terpuji atau tercela,
mahmudah atau madzmumah) respon manusia ketika berhubungan
(baca : beribadah) kepada Allah.
Dalam Islam, acuan yang harus digunakan untuk
menentukan kualitas tersebut dikenal sebagai Aqidah dan Syariah,
sehingea dengan demikian akhlag harus senantiasa ditempatkan
secara tak terpisahkan dengan Akidah dan Syarich tetsebut. Bahkan
akhlak sebenamnya adalah out-put dari aqidah dan syariah
Secara skematis, hai itu digambarkan sebagai berikut :
14
Akidah
Akhlak
Syai
Dari pengertian yang diberikan di atas ternyata secara
sinkron kita menemukan makna bahwa akhlag terpuji adalah
merupakan titik persekutuan dari (1) kualitas respon _hubungan
(jbadah) manusia sebagai makhluk kepada Allah sebagai khaliqnya,
dengan (2) pengejawantahan akidah melalui syariah dalam kualitas
prilaku syr'T manusia. Hal ini dapat digambarkan dalam model
filosofil sebagai berikut :
Akidah
AL Khaljk
Akhlak
Mahkluk Syariah
(anusia)
Jika kita memahami hakikat berilmu, maka sebenarmya
salah-sata hal esensial yang kita temukan di dalamnya_ialah
hubungan yang secara sengaja dilakukan, baik hubungan antara
manusia dengan Allah, maupun hubungan antar manusia dan
hhubungan manusia dengan mahiuk Allah lainnya, Karena etika pada
1s,dasamya merupakan kualitas respon (dalam ukuran-moralitas)
‘manusia ketika ia melakukan hubungan, maka etika adalah suatu
‘yang built in dengan ilmu itu sendiri.
Dalam hal hubungan, disadari atau tidak oleh manusia, Islam
mmeletakkan ajaran bahwa terhadap manusia senantiasa terjadi
hubungan antara Allah dengan dirinya, demikian pula hubungan
dengan mahluk-mahluk Allah (yang seringkah tidak masuk dalam
pertimbangan manusia) yang bersifat gaib seperti malaikat dan
setan,
Terhadap hubungan dengan diriNya, Allah sendiri
‘mengingatkan melalui Al Quran bahwa ia sclalu bersama manusia di
manapun manusia itu berada. Karena itu, menurut tuntunan Islam,
akhlak yang utama dan pertama-tama harus senantiasa dimiliki oleh
‘manusia jalah kesadarannya atas kehadiran Allah disetiap saat dan
tempat (omnipresent conciousness).
Untuk itu, Islam meletakkan sebuah doktrin bahwa
Kemuliaan manusia hanya mungkin tercapai bila secara sempurma
mewujudkan hablun minalLah dan hablun minannas, (Q.8. Alu
Imran 112). Bahkan secara lebih hakiki, makna hubungan ‘tersebut
harus lebih dipahami sebagai hablun minalLah saja, dimana hablun
minannas diletakkan dalam kesadaran sebagai hablun minallah,
Artinya, prilaku yang terjadi dalam hubungan tethadap sesama
manusia adalah perwujudan Kesadaran membangun hubungan
dengan Allah dengan cara menggunakan tuntunanNya dalam
hubungan manusia tersebut
Dengan demikian, hubungan yang terjadi dalam kegiatan
berilma, dalam hal mana kualitas respon dalam berhubung
fersebut etika ilmu akan dilihat, Islam meletakkan filosofi akhlak
Kepada Allah yang termanifestasikan pada perasaan, pemikiran dan
prilaku (1) tethadap Allah, dan (2) teriadap Allah melalui prilaku
{ethadap sesama manusia dan mahluk Allah lainnya,
116
Bertitik-tolak dari pandangan filosofis demikian itulah, maka
nilai-nilai akhlagi dalam manajemen dibangun dengan bertitik-tolak
dati nilai-nilai akhlagi kepada Allah SWT.
ari model filosofis yang meletakkan [1] makna akhlag
sebagai perwujudan dari hubungan manusia (scbagai_makhlug)
terhadap Allah (scbagai KhaliqNya), dan [2] makna akhlag sebagai
perwujudan dari akidah yang mengejawantah melalui syariab, kita
dapat menurunkan nilai-nilai etika manajemen dari dua nilai wiama,
yaitu [1] tuhid dan [2] ibadah. Tauhid adalah implementasi pertama
dari akidah sedang ibadah (mahdah) adalah implementasi pertama
dari syariah
Sikap bertauhid kepada Allah adalah sikap yang
‘menunjukkan nilai akhlagi pertama dan utama kepada Allah SWT,
Karena dari nilai tauhid itulah bisa terjabarkan nilai-nilai akhlagi
Jainnya yang representasinya adalah keyakinan akan makna-makna
yang tetkandung dalam al asma al husna, yang kemudian
‘mengejawantah dalam perasaan, fikiran dan tingkah-laku
Karena itu, nilai etika imu yang pertama-tama harus
dibangun dalam dunia ilma adalah nilai pentauhidan Allah,
Salah-satu contohnya, yaitu penggunaan pandangan konsep filsafat
ilmu Islami ini bahwa sumber ilmu satu-satunya alah Allah SWT.
Pandangan itu adalah perwujudan pertama etika ilmu Islami yang
‘menanamkan kesadaran bahwa kemutlakan pemilikan ilmu hanya di
tangan Allah SWT. Demikian halnya, segala pemikiran ilmiah yang
dibangun dengan berpijak dengan pandangan tersebut merupakan
pemikiran etis. Begitu pula langkah-langkah yang dibangun sebagai
‘ekspresi perasaan dan pemikiran tersebut adalah prilaku etis,
Karena itu, secara filosofis kita memiliki model untuk menjabarkan
akhlag kepada Allah terscbut sebagai etika ilmu sebagai berikut:
17eee eee eae eeoee
Tauhid
ecetern ea menastn A tn 3)
‘Al Asma Al Husna
(Gerace ait Ala)
ed EF IT A et Get
‘Syariah
|
Ibadah Khashshah & fbadah ‘Ammah
Konsep Buika limu & Prilaku Btis Iimuan
Pandangan Islami mengenai nilai-nilai ilmu yang telah
dikemukakan di atas, secara jelas menunjukkan perbedaan yang
sangat mendasar dengan pandangan dalam filsafat science moderen.
Salah-satu faktor yang menyebabkannya mempunyai
perbedaan yang sangat mendasar, ialah Karena filsafat science
moderen tidak mendasarkan pandangan keilmuannya pada
pandangan ke Tuhan an, lebih-lebih lagi pada ketauhidan.
Karena tanpa pandangan ke Tuhan an itulah, maka filsafat
science moderen tidak memiliki landasan yang jelas dan kokoh
mengenai nilai-nilai, melainkan hanya pada relativitas nilai-nilai,
Misalnya, filsafat science moderen tidak mampu melihat adanya
pandangan yang koheren antara nilai-nilai ilmiah dengan nilai-nilai
118
steesnein vores
‘moral dari satu sumber yang sama tanpa kontradiksi antara satu
dengan lainnya,
Berbeda dengan itu, pandangan Islami mengenai nilai ilmu
sebagaimana pertama-ama dapat ditunjukkan bahwa ia tetap dapat
digunakan untuk menetapkan keilmiahan pengetahuan sebagaimana
dikehendaki dalam filsafat science moderen.
Syarat bebas nilai ilmu pengetahuan yang dijadikan sebagai
condition sine qua non bagi proses ilmiah demi pencapaian
kkebenaran ilmiah, dapat ditunjukkan justra bisa dicapai tanpa harus
bertitik-tolak dari doktrin bebas nilai
Menduduksoalkan nilai-nilai yang berkenaan dengan ilmu
berdasarkan ajaran Islam secara jelas menunjukkan bukti konseptual
bahwa pengembangan ilmu tetap dapat dilakukan secara otonom dan
bebas dari launglangan dogmatisme sempit. Bahkan dapat
-ditunjukkan bahwa doktrin-doktrin dasar Ajaran Islam, yang dalam
hal ini adalah Al Quran dan Sunnah Nabi, yang menjadi Iandasan
bagi konsep ilmu pengetahuan, bukanlah sebagai dogma-dogma
yang mengungkung, melainkan justru sebagai landasan untuk
‘mengembangkan pemikiran mengenai imu pengetahuan Sebagai
‘contob, perintah membaca sebagai ayat pertama turun dari Al Quran
adalah sebuah doktrin, tapi doktrin itu justra mengarahkan manusia
untuk mengembangkan pengetahuan dengan berangkat dari
paradigma dan sistem nilai yang dijabarkan secara konsckwensial
dari isim kerububiyahan Allah.
V.4, Landasan Membangun Sikap Etis
Sejalan dengan model filosofis yang telah dikemukakan di
atas, Syed Nawab Haider Naqvi (1985) merekonstruksi sebuah
konsep yang disebutnya sebagai Aksiomatika Etika Islam sebagai
berilaut :
1191. TAUHID
SISTEM ETIKA ISLAM YANG MELIPUTI KEHIDUPAN
MANUSIA SECARA KESELURUHAN TERCERMIN DALAM.
KONSEP TAUHID, YANG DALAM PENGERTIAN ABSOLUT,
HANYA BERHUBUNGAN DENGAN ALLAIH.
MESKIPUN DEMIKIAN, KARENA MANUSIA BERSIFAT
TEOMORFIS (KARENA IA ADALAH KHALIFATULLAN), IA
JUGA MENCERMINKAN SIFAT ILAHIAH.
UMAT MANUSIA TAK LAIN ADALAH WADAH.
KEBENARAN DAN HARUS MEMANTULKAN CAHAYA
KEMULIAAN ALLAH DALAM SEMUA MANIFESTASI
DUNIAWI, (lihat Q. 12:40, Q.6:162, Q. 10:36)
2, KESETIMBANGAN (MIZAN)
DALAM KEBULATAN HOMOGEN TEMPAT KEHIDUPAN
BERADA DALAM PERSPEKTIP ISLAM, ANASIRNYA YANG.
BERAGAM _HARUS _DISETIM-BANGKAN AGAR
MENGHASILKAN TATANAN SOSIAL YANG PALING BAIK,
SEHINGGA KESETIMBANGAN YANG DIWUJUDKANNYA,
BUKANLAH —KESETIMBANGAN MEKANISTIS, _(lihat
Q.67:3-4, Q.5:87, Q57:25).
3. KEBEBASAN (BERKEHENDAK)
MANUSIA SEBAGAL ~— KHALIFATULLAH_— ADALAH
MAKHLUK TEOMORFIS. IA MEMPUNYAI KAPASITAS
UNTUK MEMPROYEKSIKAN —SIFAT-SIFAT ILAHIAH
DENGAN KAPASITAS KEMANUSIAANNYA ITU DALAM
KEHIDUPAN BERKEBUDAYAANNYA. DEMIKIAN PULA IA
PUNYA KEMUNGKINAN UNTUK MEREPLEKSIKAN
120
SIFAT-SIFAT SEBALIKNYA, DENGAN POTENSINYA.
UNTUK MELAKUKAN —PERTIMBANGAN — MEMILIH,
MANUSIA MEMILIKI KEBEBASAN UNTUK MEMILIH
KEBEBASAN PADA HAKEKATNYA ADALAH PELUANG|
OTONOMI PADA MANUSIA, SEHINGGA 1A MEMPUNYAI
KEMAMPUAN BERTINDAK ATAS KES AD AJIANNYA.
NDIRL, (lihat Q. 18:29)
4. TANGGUNG-JAWAB
YANG SECARA LOGIS _BERHUBUNGAN DENGAN
KEBEBASAN BERKSHENDAK ADALAH
TANGGUNG-JAWAB, TANGGUNG-JAWAB MENETAPKAN
BATASAN APA YANG BEBAS DILAKUKAN MANUSIA
DENGAN — MEMBUATNYA —_ BERTANGGUNG-JAWAB
TERHADAP APA YANG DILAXUKANNYA.
MANUSIA YANG OTONOM ADALAH MANUSIA YANG
OTONOM BERTANGGUNG-JAWAB KEPADA (1) TUHAN, (2)
DIRINYA SENDIRI, SERTA (3) SESAMA MANUSIA, BAIK
YANG SECARA LANGSUNG TERLIBAT DENGANNYA,
MAUPUN YANG TIDAK SECARA LANGSUNG, NAMUN
TERLIBAT SERTA MEMPEROLFH DAMPAK DARI
‘TINDAKANNYA, (lihat Q.74:38, Q.6764, Q.4:85).
Kemudian bagaimana sikap etis itu memungkinkan dibangun
manusia, adalah sangat relevan jika kita kemukakan pandangan
Imam Al Ghazali bahwa akhlag sebagai suatu perangai (watak,
tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa manusia memiliki pangkal
terbentuknya pada faktor-faktor berikut:
I. KEARIFAN,
YAITU SUATU KUALITAS DIRT YANG DAPAT MEMAHAMI
DAN MENGHAYATI NILAL-NILAL AKHLAQI SEHINGGA IA.
121DAPAT MEMBEDAKAN ANTARA PERBUATAN YANG BAIK
DAN TIDAK BAIK DENGAN KEKUATAN AKAL DAN HATI
NURANINYA.
SECARA POSITIP, KUALITAS KEARIFAN MELAHIRKAN
SIKAP MODERAT, TELITI, PIKIRAN JERNIH, PANDANGAN
TAJAM. SECARA NEGATIP KEKUATAN AKAL DAPAT
MELAHIRKAN KELICIKAN DAN KECURANGAN.
2. KEBERANIAN
YAITU KUALITAS DIRI_ UNTUK MENGUASAI DAN
MENGENDALIKAN EMOSI DENGAN KEARIFAN UNTUK
BERBUAT ATAU TIDAK BERBUAT SESUATU.
SECARA POSITIP, KEBERANIAN BISA MENGHASILKAN
KESIGAPAN UNTUK MENOLONG, KETEGUHAN HATI DAN
KEKUATAN MENAHAN AMARAH. SECARA NEGATIP IA
MELAHIRKAN KESOMBONGAN, TAKABBUR,
SEWENANG-WENANG, OTORITER DAN LAIN LAIN,
3. PENGENDALIAN DIRT
YAITUKUALITAS DIRI_ UNTUK MENGUASAI DAN
MENGENDALIKAN KECENDERUNGAN SIFAT NEGATIP
KEBERANIAN YANG MENGAKIBATKAN BERKUASANYA
HAWA NAFSU.
SECARA — POSITIP_ PENGENDALIAN DIRI_BISA
MELAHIRKAN SABAR, PEMAAF, HARGA DIRI, QANAAH,
WARA' DAN SEBAGAINYA. NAMUN SECARA NEGATIP IA
AKAN MEWUJUDKAN SIFAT KIKIR, RAKUS, MUNAFIK,
DENGKI DAN LAIN LAIN,
122
4. KEADILAN :
YAITU KUALITAS DIRI_ UNTUK MENYEIMBANGKAN
KEBERANIAN DAN PENGENDALIAN DIRI AGAR SEJALAN
DENGAN NILAI-NILAI KEARIFAN
Sintetis pemikiran Naqvi dan Al Ghazali di atas, akhimya
dapat kita wujudkan sebagai model untuk membangun sikap etis,
dalam manajemen sebagai berikut :
LoS
MIZAN— “~< “| [7 REBEBASAN
\ clea
DIR
“TANGGUNG JAWAB
Dari model tersebut kita bisa lihat betapa hanya dengan
bertitik-tolak dari sikap tauhid manusia (ilmuan) bisa memiliki
Kebebasan dan kesetimbangan yang = memungkinkan ia
bertanggungjawab, on
Selanjutnya, hanya dengan sikap tauhidlah bisa diperoleh
kearifan, baik dalam makna pengetahuan maupun kebijaksanaan
dalam bersikap. Demikian halnya, kebebasan yang hanya mungkin
diperoleh karena sikap tauhid akhimya meniscayakan dimilikinya
123keberanian untuk menerapkan nilai-nilai akhlagi terpuji yang telah
s. Punsharen iid $ang iegalttiny omar
memahami kedudukan seluruh realitas dalam tatanan yang. haqg
membuat seseorang memilikikesetimbangan pandangan yang
‘menjadi condition sine qua non bagi lahimya sikap adil.
Dengan demikian maka seluruh elemen dalam model
filosofis tersebut di atas pada hakikatnya adalah nilai-nilai etika
yang harus dimiliki oleh seorang ilmuan untuk melahitkan etike
yang Islami,
124
VI HAKIKAT ILMU DAN ILMUAN
VILLI. Hakikat Tou
Sctelah kita membahas beberapa aspek pokok filsafat ilmu
enurat dua pandangan, yaitw menurut pandangan seluley dan
'slomi, kita dapat menurunkan pengertian mengenai ilmu, sing imu
pengetahuan atau pengetahuan ilmiah,
Befdasarkan aspekaspek pembahasannya, dati filsafat
science sekuler dapat diturunkan pengertian bahwa
Dari ‘pandangan tentang sumber pengetahuan, ihma adalah
Rensetahuan ilmiah manusia mengenai reaitas yang, diperoleh
dar beberapa kemungkinan sumber, yakni indra, aka int, atau
orang-orang yang memiliki otoritas Keilmuan tertentu"
2 Dati sudut pandang ontologi, "imu adalah pengetahwan ilmiah
yang hhanya berkenaan dengan obyck-obyck empiris dan/ann
centitas rasional"
3.Dari sudut pandang epistemologi, “ilmu adalah pengetahuan
iimiah ‘yang hatus diperolch melalui metode.ilmicr yang
patvuiudkan prinsip-prinsip empicisme dan/atau rasionaliemee
4 Dari sudut pandang aksiologi, “ilmu adalah pengetahs ilmiah
Yan dalam proses dan pernyataannya harus bebas dati nilsinity
selain dari nilai-nilaiilmiah itu sendii",
BSelanjutnya. dengan cara yang sauna, dari filsafat
ilmu Islami kita bisa menurunkan pengertian bahwa
Pari sudut pandeng sumber pengetahuan, lnm: adalah
“pengetahuan ilmiah manusia mengenai realitas yang sumbernya
hanya Allah SWT.
2 Dari sudut pandang ontolog, ima adatah "pengetahuan ilmiah
realitee wage een Feats, baik reals “syahadah. maupan
realitas gaib",
3.Dari sudut pandang epistemologi, ilmu adalah "pengetahuan
‘imiah manusia yang diperoleh dengan memelalui Pemanfaatan
125