You are on page 1of 26

KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM REFORMASI BIROKRASI:

AKTUALISASI PEMIMPIN DALAM PELAYANAN PUBLIK MENUJU


GOOD GOVERNANCE1

THE CONCEPT OF LEADERSHIP IN REFORM BUREAUCRACY:


ACTUALIZATION LEADER IN PUBLIC SERVICE TO
GOOD GOVERNANCE
Hayat

Universitas Islam Malang


Jl. MT. Haryono 193 Malang, 65144
Email: hayat.150318@gmail.com

Abstract

Government and society have an equal role in managing state agencies


through bureaucratic reform to establish a continuous improvement along with
the principles of justice and goodness. The development of bureaucratic reform
indicates that public services are still weak. Bureaucratic structures are too fat
and excess employees, resulting in overlapping functions and authority. The
high rates of corruption, collusion and nepotism conducted by unscrupulous
bureaucrats has triggered the slow bureaucratic reform goal attainment. The
role of the leader also affects the poor performance of the bureaucracy at
various levels. Moreover, competent and professional leaders are still in a small
number. The persistence of patrimonialism model (leader should be served
instead of serving, raises employee who works based on the desire of the
leaders, and not work based on consciousness that emerges from inside
him/her), gives impacts on the weakness for services. The role of the leader as
agents of change is to be able to restore public trust through transparency,
accountability, competence, and quality of its human resources. This leadership
model has the goal of creating a fair and good bureaucratic organization, as the
realization of good governance.

Keywords: leadership, bureaucratic reform, public service, good governance

Abstrak

Pemerintah dan masyarakat memiliki peran yang sama dalam mengelola


lembaga negara melalui reformasi birokrasi, untuk membangun pola perbaikan
secara bersama dengan prinsip-prinsip keadilan dan kebaikan. Perkembangan

1 Naskah diterima pada 15 Januari 2014, revisi pertama pada 15 Maret 2014, disetujui terbit pada 14 April 2014

Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014 59


Konsep Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi:
Aktualisasi Pemimpin dalam Pelayanan Publik Menuju Good Governance

Hayat

reformasi birokrasi menunjukkan bahwa pelayanan publik masih lemah. Hal ini
dipengaruhi oleh struktur birokrasi yang gemuk dan jumlah pegawai yang
berlebih, sehingga terjadi tumpang tindih fungsi dan wewenang. Tingginya
angka Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang dilakukan oleh oknum
birokrat juga menjadi pemicu lambannya pencapaian tujuan reformasi
birokrasi. Peran pemimpin juga berpengaruh terhadap lemahnya kinerja
birokrasi diberbagai tingkatan dan level. Sementara itu, pemimpin yang
kompeten dan profesional belum banyak. Masih berkembangnya model
patrimonialisme (dimana pemimpin harus dilayani dan bukan melayani,
memunculkan pegawai yang bekerja atas dasar keinginan pemimpin dan bukan
kesadaran dari dalam dirinya), akan berdampak terhadap lemahnya pelayanan.
Peran pemimpin sebagai agen perubahan yaitu harus mampu mengembalikan
kepercayaan masyarakat terhadap manajemen dan pengelolaan birokrasi. Peran
ini dilakukan melalui transparansi, akuntabilitas, kompetensi, dan kualitas
sumber daya manusia yang dimilikinya. Kepemimpinan seperti ini bertujuan
menciptakan organisasi birokrasi yang adil dan baik sebagai aktualisasi
pemimpin dalam penguatan kapasitas lembaga negara terhadap tujuan
pemerintahan, yaitu good governance.

Kata Kunci: kepemimpinan, reformasi birokrasi, pelayanan publik, good


governance

A. PENDAHULUAN melalui pendidikan dan


Kepemimpinan merupakan kepribadiannya.
fenomena setiap komunitas organisasi, Pemimpin sebagai manajer,
dimana pemimpin menjadi penentu tentunya juga sebagai operasional
dari sebuah pencapaian tujuan kegiatan. Pola komunikasi antara
organisasi. Gagal dan suksesnya pemimpin dan bawahan harus
organisasi dipengaruhi oleh peran dibangun atas dasar komitmen dan
pemimpin didalamnya. Pemimpin konsistensi yang berkesinambungan
sebagai pengambil kebijakan strategis untuk pencapaian tujuan organisasi
mempunyai peranan penting dalam secara maksimal. Pola transformasi
pengembangan dan pengelolaan kepemimpinan harus mengubah pola
organisasi. Pemimpin tidak hanya lama yaitu kepemimpinan yang
menjadi pengambil kebijakan, akan transaksional.
tetapi harus menjadi pelaku dari Contoh kepemimpinan yang
kebijakan yang dilakukan. Hal ini dilakukan oleh Wali Kota Surabaya, Tri
memberikan dampak positif bagi Rismaharani, Gubernur DKI Jakarta,
pegawai dalam penerepan dan Joko Widodo, dan Menteri BUMN,
pelaksanaan kegiatan organisasi. Dahlan Iskan, mempunyai inspirasi
Fenomena kepemimpinan menjadi tersendiri bagi kepemimpinan dalam
sebuah konsepsi pengetahuan yang organisasi birokrasi. Secara prinsip,
memberikan pemahaman terhadap ketiga tokoh pemimpin egaliter ini
pentingnya pelaksanaan organisasi. mempunyai kesamaan dalam gaya
Kepemimpinan saat ini mengarah kepemimpinannya, yaitu populis
kepada prilaku individu yang dibentuk (merakyat) dalam kondisi dan situasi

60 Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014


Konsep Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi:
Aktualisasi Pemimpin dalam Pelayanan Publik Menuju Good Governance

Hayat

apapun, dimanapun dan kapanpun. Hal menjadi penting dalam penerapan


ini seperti yang dicontohkan oleh reformasi birokrasi. Seperti pola
Rasulullah. SAW, dan para sahabatnya, kepemimpinan yang dilakukan oleh
yang berorientasi kepada kepentingan Wali Kota Yogyakarta dengan
rakyat, negara dan bangsanya. kepemimpinan yang tegas dan keras
Pola kepemimpinan yang dalam kebijakan strategis, misalnya
populis seperti yang dilakukan oleh dalam penerapan konsep pelayanan
ketiga tokoh ini, terbukti ampuh dalam publik secara efektif dan efisian dan
penyelesaian terhadap problematika meminimalisir terjadinya praktek-
yang dihadapi oleh masyarakat, karena praktek korupsi. Begitu juga dengan
secara langsung ditangani dengan turun prinsip kepemimpinan transformasi
kebawah untuk mengetahui, atau model kepemimpinan
menganalisi, memahami dan enterpreunership yang diterapkan di
mencarikan solusi yang tepat dalam dalam organisasi birokrasi Yogyakarta
penanganannya. Pelayanan seperti terbukti efektif dalam memberantas
inilah yang diharapkan oleh atau mengoreksi kepemimpinan
masyarakat bagi pemimpinnya. transaksional.
Dinamika kepemimpinan Model kepemimpinan diatas
Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo menjadi pembelajaran bagi para
(Jokowi) memberikan inspirasi bagi pemimpin birokrasi di Indonesia.
proses kepemimpinan di Indonesia. Dengan pola kepemimpinan yang tegas
Prinsip komunikasi dalam dan lugas serta tanpa kompromi dalam
kepemimpinan Jokowi terhadap penerapan transformasi pelayanan
bawahan dan masyarakat untuk publik dan jauh dari korupsi, harus
menggali permasalah yang dihadapi ditegakkan secara benar. Sehingga
oleh warga, sehingga dapat dicarikan dapat diaktualisasikan oleh pegawai
solusi untuk mengatasi secara realistis. dalam penerapan kebijakan secara
Pun demikian, minimnya pengawalan realistis yang beorientasi kepada good
yang diterapkan dalam governance.
kepemimpinannya membuat Pemimpin seyogyanya menjadi
masyarakat leluasa untuk agent of change dalam organisasi
mengungkapkan aspirasinya, sehingga birokrasi. Bukan menjadi penguasa,
dapat langsung terserap kepada yang mementingkan kepentingan
2
pemimpinnya. individu dan kelompoknya. Capaian
Hasil penelitian Triputro, dalam birokrasi akan didapat dengan baik jika
Pikiran Rakyat3(01/03/2014) yang dilakukan secara benar dan adil serta
mengangkat tentang Kepemimpinan pengembangan sumber daya aparatur
“Juragan” Wali Kota Yogyakarta Jadi Negara yang kompeten. Reformasi
Disertasi; Herry Berhasil Ubah birokrasi memberikan mandat terhadap
B i r o k r a s i Tr a n s a k s i o n a l J a d i pola kepemimpinan yang egaliter,
Transformasi. Diungkapkan bahwa transparan, akuntabel, dan mempunyai
transformasionalime kepemimpinan kualitas dan kompetensi yang

2 M. Yusuf A.R. Fenomena Kepemimpinan Politik Jokowi. Jurnal GaneÇ Swara. Vol. 7 (1), Maret 2013. Hal. 26. (26-31).
3 http://www.pikiran-rakyat.com/node/272075. Diakses tanggal 12 Maret 2014.

Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014 61


Konsep Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi:
Aktualisasi Pemimpin dalam Pelayanan Publik Menuju Good Governance

Hayat

membawa perubahan bagi birokrasi di dengan gemuknya struktur yang ada


Indonesia. Perubahan birokrasi dalam konsep birokrasi saat ini.
memang tidak mudah dalam Perubahan terhadap paradigma
aplikasinya, namun, optimisme dan pegawai juga menjadi masalah
keyakinan dalam prinsip-prinsip tersendiri dalam pengembangan moral
kepemimpin akan mampu memberikan dan etika pegawai, sehingga kolaborasi
aura positif terhadap perkembangan masalah yang dalam birokrasi menjadi
dan peningkatan kualitas organisasi kompleks. Oleh karena itu, perlu
birokrasi di masa yang akan datang. adanya sebuah kerjasama yang baik
Namun, dalam realitasnya, antara pemerintah dan masyarakat
fenomena kepemimpinan diatas masih dalam meningkatkan kualitas birokrasi
belum secara keseluruhan diterapkan dengan partisipatif aktif, mulai dari
dengan baik di dalam pimpinan, pegawai, lembaga
instansi/organisasi birokrasi, baik masyarakat dan masyarakat itu sendiri
dalam pemerintah pusat ataupun sebagai penyelaras tercapainya tujuan
pemerintah daerah. Problematika reformasi birokrasi.
mendasar dalam konsep Riana,5 mengutip dari pendapat
kepemimpinan birokrasi yang ada saat Prasojo dan Kurniawan (2008), yang
ini adalah komunikasi pemimpin yang mengatakan bahwa reformasi birokrasi
lemah terhadap bawahan sebagai dan good governcance adalah dua
pelaksana kebijakan pemimpin serta konsep utama dalam tatanan
komitmen dan kompetensi pemerintahan yang baik. Ada lima
kepemimpinan masih jauh dari konsepsi dasar yang dapat dilakukan
harapan. dalam reformasi birokrasi, antara lain
Lemahnya kualitas dan penataan lembaga, tatalaksana, sumber
kompetensi pimpinan birokrasi daya manusia, akuntabilitas, dan
berdampak terhadap kinerja pegawai pelayanan publik.
dalam pelayanan publik. Sehingga Kepemimpinan menjadi
tujuan reformasi birokrasi sulit dicapai tonggak keberhasilan dari reformasi
dengan baik. Hal ini juga dipengaruhi birokrasi dalam pelayanan publik
oleh individu pemimpin dalam terhadap tujuan good governance,
pelaksanaan reformasi birokrasi secara seperti yang dibuktikan oleh
keseluruhan masih belum memenuhi kepemimpinan Bupati Jembrana yang
tuntutan masyarakat, karena setiap menjadi bagian dari salah satu
ganti kepemimpinan, maka kebijakan kabupaten yang berhasil dalam
reformasi birokrasi bermula dari awal.4 merestrukturisasi birokrasi, anggaran,
Kerangka permasalahan dan peningkatan kualias pelayanan
birokrasi di Indonesia juga dipengaruhi terhadap publik dengan berbagai
oleh komposisi aparatur didalam perubahan yang dibangun didalamnya
organisasi, pun demikian, ditambah secara makro (kesehatan, pendidikan,

4 Abdul Hamid Tome. Reformasi Birokrasi dalam Rangka Mewujudkan Good Governance Ditinjau Dari Peraturan Menteri
Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010. Jurnal Hukum Unsrat. Vol. XX (3), April-Juni
2012. Hal. 138 (132-147)
5 Nina Rosa Riana. Reformasi Birokrasi Dalam Pelayanan Publik Di Kabupaten Jembrana. https://www.academia.edu/4814137/.
Diakses tanggal 12 Maret 2014.

62 Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014


Konsep Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi:
Aktualisasi Pemimpin dalam Pelayanan Publik Menuju Good Governance

Hayat

kesejahteraan, dan pengurangan angka kepemimpinan dapat dipelajari dan


6
kemiskinan). dikembangkan melalui berbagai
Reformasi birokrasi dengan metode dan teknik/cara.7
keseriusan para pejabat publik dalam Kepemimpinan dalam suatu
melakukan perbaikan-perbaiakn di organisasi menjadi ujung tombak
sektor publik sebagai langkah konkrit keberhasilan tujuan pemerintah.
terhadap tujuan pemerintahan secara Keberhasilan penyelenggaraan
nasional. Kepemimpinan bangsa yang reformsi birokrasi ditentukan oleh
tegas dalam kebijakan strategis, keberadaan seorang pemimpin
transparan efektifitas dan efisiensi, didalamnya, dengan berbagai karakter
akuntabilitas dalam tugas dan yang melekat dan tanggung jawab yang
wewenang, disertai dengan pola yang dipikulnya, menuntut pemimpin
komunikasi dan relasi secara populis, lebih agresif dalam berinovasi dan
baik dan adil menjadi tolak ukur berkontribusi terhadap proses
tercapainya tujuan reformasi birokrasi perubahan yang diharapkan. Prinsip-
dengan good will yang dilakukan prinsip kepemimpinan dalam
secara bersama-sama dalam service pelaksanaan reformasi birokrasi
oriented sebagai fungsi utama dari menjadi tuntutan yang harus terus
birokrasi yang berorientasi kepada dilakukan dan digerakkan sebagai
good governance. pemacu keberhasilan pemerintahan
secara makro menuju good governance
B. KERANGKA TEORI sebagai penangkal dari “budaya” KKN
Teori kepemimpinan tumbuh yang sudah “akut” dengan berbagai
dari beberapa fenomena dalam kajian problematika lembaga pemerintahan
saat ini. Seiring dengan yang ada.
perkembangannya, kepemimpinan National leadership sebagai
menjadi salah satu fokus dalam komitmen dalam penyelenggaraan
berbagai disiplin ilmu, tidak terkecuali reformasi birokrasi mempunyai peran
dalam penerapan organisasi birokrasi. strategis terhadap perkembangan dan
Pemimpin itu tidak dilahirkan, akan kemajuan suatu negara. Begitu juga
tetapi dibentuk dari berbagai kondisi sebaliknya, tanpa adanya komitmen
dan lingkungan yang ada national leadership, maka dapat
dilingkungannya. Pemimpin sebagai dipastikan gagalnya pelaksanaan
individu mempunyai pengaruh yang reformasi birokrasi. Pengalaman
besar terhadap pembentuk konsep sejumlah negara menunjukkan bahwa
kepemimpinan. Teori kepribadian reformasi birokrasi merupakan langkah
(traits theory) merupakan sebuah yang menentukan dalam pencapaian
persepsi bahwa pemimpin itu kemanjuan negara tersebut. Seperti di
dilahirkan. Namun teori ini banyak Kabupaten Jembrana dan Sragen yang
mendapatkan kritikan, karena teori mempunyai komitmen national

6 Moh. Ilham A. Hamudy. Negosiasi dalam Reformasi Pemerintahan Daerah, Bisnis & Birokrasi. Jurnal Administrasi dan
Organisasi, Volume 17, Nomor 1, Januari-April 2010. Hal. 52 (52-60)
7 Erni Kusumawati, Djumadi, dan Bambang Irawan. 2013. Peran Kepemimpinan Dalam Birokrasi Di Dinas Kehutanan Kabupaten
Kutai Timur. eJournal Administrative Reform, 2013, Vol. 1 (2). Hal. 487. (485-498). http://ar.mian.fisip-unmul.ac.id/site/wp-
content/uploads/2013/09/01_format_artikel_ejournal _mulai_hlm_ganjil%20(09-03-13-04-50-33).pdf. Diakses tanggal 12
Maret 2013.

Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014 63


Konsep Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi:
Aktualisasi Pemimpin dalam Pelayanan Publik Menuju Good Governance

Hayat

leadership dalam implementasi leadership terhadap reformasi


9
reformasi birokrasi memberikan birokrasi yang ideal.
dampak yang sangat signifikan Secara konseptual, birokrasi
terhadap pelaksanaan pembangunan yang ideal adalah birokrasi yang
8
daerahnya. memberikan pelayanan yang prima,
Kabupaten Jembrana adil dan baik kepada masyarakat
mengimplementasikan empat program sebagai aspek aspiratif serta memonitor
yang dikembangkan yaitu, pendidikan; keberlanjutan sebuah birokrasi dengan
perekonomian, tenaga kerja dan berbagai program yang dilakukan.
kependudukan; pertanian; dan Penyelenggaraan kebijakan harus
perizinan dan struktur pemerintahan. diimbangi dengan aspirasi dari
Misalnya dalam program pendidikan, penerimaan pelayanan sebagai evaluasi
Kabupaten Jembrana menerapkan dari terhadap program yang
beasiswa penuh SD-SMU negeri diimplementasikan untuk perbaikan-
ataupun swasta, pengembangan SDM perbaikan yang berkelanjutan.
Guru, dan penerapan dengan Kemudian, seluruh elemen aplikasi
meningkatkan kesejahteraan para guru program pemerintahan dinyatakan baik
yang diharapkan berdampak kepada ketika akuntabillitas dapat
kepribadian siswa serta menerapkan dipertanggungjawabkan dengan
IPTEK sebagai wahana pengembangan prinsip-prinsip transparansi dan
ilmu pengetahuan yang mempunyai netralitas dalam menjalankan aktivitas
wawasan global. Begitu juga program- pemerintahan yang dilandasi oleh etika
program lainnya yang dan moral. Keberadaan birokrasi dalam
mengembangkan inovasi daerah penyelenggaran negara mempunyai
dengan pengembangan dan orientasi terhadap pencapaian efisiensi
peningkatan kualitas daerah. dan efektifitas pemberi layanan yang
Kabupaten Sragen juga layak mengikat terhadap seluruh komponen
untuk dicontoh dalam penerapan didalamnya. Public service yang prima
reformasi birokasi sebagai tujuan memberikan penilaian tersendiri dari
pemerintahan yang baik. Hal ini terlihat publik sebagai monitor gratis bagi
dari program yang dikembangkan pemberian pelayanannya. Ketika
yaitu, reformasi birokrasi, pelayanan pelayanan sudah dilakukan sesuai
prima, dan pemberdayaan masyarakata dengan ketentuan yang diharapkan dan
dan PNS. Dari contoh diatas terhadap dengan tujuan kepada public service
keberhasilan daearah dalam oriented, maka dapat dipastikan bahwa
mengembangkan dan menjalankan pengembangan dan pengimple-
tatanan pemerintahan yang baik mentasian dari reformasi birokrasi
dengan program-program yang yang dijalankan adalah sesuai dengan
inovatif dalam memajukan daerahnya harapan dan tujuan bersama yang
yang mempunyai orientasi national mengarah kepada good governance.10

8 Eko Prasojo dan Teguh Kurniawan. Reformasi Birokrasi dan Good Governance: Kasus Best Practice dari Sejumlah Daerah di
Indonesia. Dipresentasikan dalam The 5th International Symposium of Journal Antropolgi Indonesia. Banjarmasin, 22-25 Juli
2008. Hal. 1-2
9 Ibid. Hal. 9-11
10 Dede Mariana. Reformasi Birokrasi Pemerintahan Pasca Orde Baru. Jurnal Sosiohumaniora, Vol. 8 (3), November 2006. Hal.
243-244 (240-254).

64 Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014


Konsep Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi:
Aktualisasi Pemimpin dalam Pelayanan Publik Menuju Good Governance

Hayat

Good governance sebagai misi pemimpin juga menjadi masalah yang


dan visi utama dalam pelaksanaan tidak mudah dipecahkan dalam
reformasi birokrasi terhadap pelayanan pelaksanaan organisasi, dengan masih
publik. Sistem yang mengatur sebuah adanya karakter pemimpin yang
tatanan pemerintahan adalah ketentuan menerapkan konsep patrimonialisme
perundang-undangan dengan konsep dan paternalistic mempengaruhi
reformasi birokrasi terhadap berbagai kebijakan yang diambil, yang
keberadaan sumber daya manusia yang berdampak kepada pengembangan dan
ada didalamnya. Makna good pelaksanaan organisasi birokrasi.
governance menurut Cahliana (2008) Pribadi pemimpin yang
berdasarkan pengertian World Bank berkualitas adalah seperti yang
adalah suatu penyelenggaraan dicontohkan oleh kepemimpinan
manajemen pembangunan yang solid Rasulullah SAW. yang diterapkan dan
dan bertanggungjawab serta sejalan diaplikasikan oleh beberapa
dengan prinsip demokrasi dan pasar pemimpin-pemimpin yang sukses
yang efisien, penghindaran salah dalam mentransformasikan birokrasi
alokasi dana investasi, pencegahan kedalam peningkatan kualitas
11
korupsi, dan disiplin anggaran. pelayanan publik. Seperti yang
dilakukan oleh Wali Kota Surabaya, Tri
C. PEMBAHASAN Rismaharani, Gubernur DKI Jakarta,
Nilai-Nilai Kepemimpinan Dalam Joko Widodo, dan Menteri BUMN,
Reformasi Birokrasi Dahlan Iskan sebagai representasi
Diskursus masalah kepemimpinan yang transformatif.
kepemimpinan didalam diri individu Tri Rismaharani, misalnya,
dan lembaga yang dipimpinnya dengan konsep kepemimpinan yang
menjadi problematika tersendiri dalam menerapkan dan mengedepankan nilai-
perkembangan nilai-nilai nilai moral dan etika pemimpin dengan
kepemimpinan di instansi pola kehidupan yang santun dan
pemerintahan. Nilai-nilai yang masih sederhana sebagai karakter di dalam
melekat dalam sistem kepemimpinan individunya, mampu membangun Kota
birokrasi adalah patrimonialisme. Surabaya secara professional, populis,
Artinya, bahwa setiap kepemimpinan transparan dan akuntabel. Sehingga
dipengaruhi oleh pemimpin dampak dari kebijakan pemimpin dapat
sebelumnya. Namun, berbeda dalam bermanfaat bagi kepentingan
setiap kebijakannya. Setiap ganti masyarakat Kota Surabaya sebagai
kepemimpinan, pasti berbeda pula bagian terpenting dalam
dalam kebijakannya. Berbeda dalam kepemrintahannya.
kebijakan strategisnya, akan tetapi Nilai-nilai kepemimpinan
kultur dan strukturnya sama. Walikota Surabaya secara implisit
Dalam konteks karakteristik terinspirasi dari kepemimpinan
pemimpin, juga masih terbilang lemah Rasulullan. Kepemimpinan Rasulullah
dalam aplikasinya. Etika dan moral terhadap berbagai perubahan dunia

11 Hayat. Profesionalitas dan Proporsionalitas; Pegawai Tidak Tetap dalam Kinerja Pelayanan Publik. Civil Service, Jurnal
Kebijakan dan Manajemen PNS, Vol. 7 (2), November 2013. Hal. 32 (24-39)

Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014 65


Konsep Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi:
Aktualisasi Pemimpin dalam Pelayanan Publik Menuju Good Governance

Hayat

yang telah dihasilkan dan menjadi ikon Secara prinsip, kinerja yang baik dari
penting bagi rakyatnya (umatnya) bawahan dapat dilakukan dengan
dalam keteladanannya, antara lain; (1) penegakan keadilan bagi pemimpin
mampu menegakkan rasa keadilan; (2) dalam memberikan sebuah keputusan.
memiliki rasa cinta, empati, dan Cinta, empati, dan simpati bagi
simpati yang ditujukan kepada sesama pemimpin adalah rasa yang harus
umat manusia; (3) memegang teguh ditumbuhkembangkan kedalam jiwa
prinsip kejujuran; (4) menjunjung dan aplikasi kedalam perbuatan dan
tinggi prinsip amanah; (5) memiliki perilaku yang menyertainya. Jiwa
kecerdasan dalam dimensi intelektual, sebagai sumber dari segala bentuk
emosional, dan spiritual; (6) bersikap perbuatan manusia dalam bekerja,
transparan dalam setiap pelaksanaan bertindak dan bersikap. Sebagai
tugas dan tanggungjawabnya.12 seorang pemimpin, rasa kebaikan
Penegakan keadilan bagi adalah sebuah keharusan terhadap
seorang pemimpin adalah mempunyai seluruh bawahannya dengan kepekaan
karakter kepemimpinan yang baik terhadap jiwa sosial menjadi sebuah
mempunyai implikasi terhadap kharisma bijak dari seorang pemimpin
keputusan yang akan diambil dalam yang dituntut untuk lebih bersikap
setiap kebijakan sebagai wewenang agresif terhadap bawahan. Dengan
didalamnya. Keadilan ditentukan oleh cinta, simpati, dan empati yang dimilik
rasa adil seorang pemimpin yang oleh seorang pemimpin, maka menjadi
muncul dari hati nurani dan kejernihan sebuah perlindungan bagi bawahan
pikirannya dengan memberikan sebagai penerimaan rasa aman yang
substansi kebenaran perbuatan. dimilikinya.
Keadilan seorang pemimpin Kejujuran bagi seorang
mempunyai ruang yang lebih besar pemimpin tidak bisa ditawar dalam
dalam tindakan dan perbuatannya penyelenggaraan organisasi, karena
terhadap bawahannya. dalam kebohongan seorang pemimpin,
Keadilan tidak diimplisitkan didalamnya akan menciptakan
hanya kepada perimbangan yang bawahan yang tidak jujur. Jujur dalam
diberikan, akan tetapi lebih kepada sikap, perilaku, dan tindakan menjadi
kenyamanan dan keberpihakan poin penting dalam pengelolaan
terhadap satu sama lain terhadap organisasi sebagai koneksivitas bagi
tindakan yang dilakukan serta tidak ada bawahan dalam berinovasi dan
rasa diskriminasi diantara elemen yang berkreasi untuk meningkatkan kinerja
ada dalam organisasi. Kecemburuan yang lebih baik.
sosial dalam sebuah organisasi adalah Organisasi yang dikelola dengan
faktor rasa ketidakadilan yang kejujuran pasti akan menghasilkan
ditunjukkan oleh pemimpin. Oleh sumber daya manusia yang berkualitas
karena itu segala bentuk perbuatan dan akuntabel. Implikasi dari sebuah
pemimpin secara otomatis akan kejujuran pemimpin adalah kebenaran,
berdampak terhadap bawahannya. kepercayaan dan keyakinan dari

12 Pusat Kajian Manajemen Pelayanan: Deputi II Bidang Kajian Manajemen Kebijakan dan Pelayanan. Standar Pelayanan Publik;
Langkah-Langkah Penyusunan. (Jakarta: Lembaga Administrasi Negara: 2009), Hal. 30, Ed. Revisi.

66 Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014


Konsep Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi:
Aktualisasi Pemimpin dalam Pelayanan Publik Menuju Good Governance

Hayat

sebuah kebijakan yang diambil sebagai akan mempertanggungjawabkan di


implementasi untuk dievaluasi menuju akhiratnya kelak.
sebuah perbaikan-perbaikan, karena Kecerdasan merupakan sebuah
apapun bentuknya, penyalahgunaan media bagi seorang pemimpin untuk
wewenang dan ketiadaan kebenaran mengaktualisasikan nilai-nilai
tindakan pelanggaran hukum. intelektualitasnya dan emosionalinya
Kejujuran sebagai sikap dan sifat yang terhadap realitas organisasi
harus dimiliki oleh seorang pemimpin didalamnya sebagai implikasi dari
dengan berbagai cobaan dan tantangan nilai-nilai kebaikan dan perubahan
yang dihadapi harus diimbangi oleh dalam sebuah organisasi sesuai dengan
kekuatan batin yang menyertai kebutuhan dan tuntutan keadaan
jiwanya. organisasi.
Prinsip amanah sebagai Pemimpin tidak hanya
tanggung jawab pemimpin dalam dibutuhkan kepintaran dalam
menjalankan kepemimpinannya. pengetahuannya, tetapi kecerdasan
Setiap tindakan dan perilaku pemimpin menjadi keharusan yang dominan
ditentukan oleh amanah yang dalam menjalankan roda
diembannya dengan wewenang yang kepemimpinannya sebagai bekal
melekat pada simbol pengambilan kebijakan secara bijak,
kepemimpinannya menjadikan concern dan rasional. Segala bentuk
pemimpin yang akuntabilitas dan pertanggungjawaban sebuah organisasi
integritas terhadap sebuah perbaikan adalah tergantung dari peran pemimpin
dari organisasi dan kemajuan dari dalam membawahi dan mengatur
lembaga yang dipimpinnya. Amanah perjalanan organisasinya. Pemimpin
merupakan bagian yang menjadi yang cerdas akan menghasilkan output
kendali utama bagi seorang pemimpin dan outcome yang baik serta
dalam mengimplementasikan gagasan memberikan pembelajaran secara
dan konseptualnya. cerdas bagi bawahan dalam segala
Tentunya, pemimpin yang bentuk tindakannya.
amanah akan menjalankan Transparansi sebagai modal
wewenangnya sesuai dengan ketentuan utama dalam proses kepemimpinan
hukum yang melekat didalam terhadap segala bentuk kebijakan,
jabatannya, sehingga tujuan dan formulasi, implementasi, keuangan,
tuntutan organisasi berada dalam monitor dan evaluasi, dan setiap sisi
koridor yang sudah diputuskan. organisasi yang berwenang didalam
Amanah kepemimpinan berada pada untuk memberikan keterbukaan dan
pundak seorang pemimpin yang harus demokratis. Jika transparansi dijadikan
terus dipikul menyertai jabatannya sebuah media transformasi sosial
untuk diaplikasikan dan dipertang- terhadap lingkungan organisasi, maka
gungjawabkan, tidak hanya unsur kekeluargaan dan kepemilikan
pertanggungjawaban di dunia, terhadap organisasi semakin
tentunya bagi pemimpin yang amanah menguatkan prinsip-prinsip trust yang

13 Anies Baswedan. (Reformasi dan Mantra Perubahan). Pemimpin dan Reformasi Birokrasi; Catatan Inspiratif dan Alat Ukur
Kepemimpinan dalam Implementasi Reformasi Birokrasi. (Jakarta: Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi: 2013) Hal. 9-12, Cet. I.

Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014 67


Konsep Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi:
Aktualisasi Pemimpin dalam Pelayanan Publik Menuju Good Governance

Hayat

dimilikinya, baik internal maupun Kepekaan pemimpin dalam


eksternal. Sehingga apapun bentuk dari proses membangun kepemimpinannya
pengelolaan organisasi yang menjadi langkah konkrit dalam sebuah
dihimpunnya, dapat diketahui dan perubahan yang lebih baik. Perubahan
dipahami secara bersama. menjadi sebuah mind site yang harus
Baswedan, memberikan dilakukan oleh seorang pemimpin
penguatan prinsip kepemimpinan dalam pengelolaan dan pengembangan
dalam reformasi birokrasi, bahwa sebuah organisasi menjadi lebih baik.
peran pemimpin menjadi kunci Birokrasi menjadi bagian yang harus
keberhasilan implementasi reformasi terus dilakukan oleh pemimpin sebagai
birokrasi. Dalam hal ini ada tujuh tuntutan terhadap tujuan bersama
kekuatan yang harus dimiliki dengan menciptakan good governance.
pemimpin, yaitu: (1) mempunyai Budaya dalam birokrasi
record terhadap keberadaan sebelum mempunyai turunan dari berbagai pola
dan sesudah reformasi dilakukan; (2) yang diimplementasikan terhadap
siap terhadap keberadaan budaya dan kehidupan birokrasi pada masa lalu.
pertentangan didalamnya; (3) cerdas Sebagai seorang pemimpin, tentunya
dan mampu menerjemahkan konsep harus sadar akan budaya yang ada
reformasi birokrasi secara sederhana dalam lembaga organisasinya. Kultur
dan rasional; (4) peka dalam segala KKN masih ditemukan diberbagai
bentuk proses implementasi reformasi instansi. Berbagai cara penularan
birokrasi, terutama dalam hal prestasi budaya tidak lepas dari lingkungan
dan kinerja dari bawahan yang harus yang ada didalamnya.
memberikan reward sebagai support Pemimpin harus mempunyai
dan motivasi untuk meningkatkan keinginan dalam sebuah perubahan
kinerjanya; (5) mampu menempatkan atas paradigma budaya yang
diri terhadap dukungan atas kebijakan berkembang didalam birokrasi.
yang diambil sebagai aset untuk Gebrakan perubahan harus lantang
pencapaian tujuan reformasi birokrasi; disuarakan oleh seorang pemimpin
(6) mengembangkan pemikirannya untuk perubahan yang lebih baik,
dengan belajar dari pengalaman, praktek-praktek yang menyimpang
pengamalan, dan lingkungan menjadi tantangan yang harus terus
organisasinya; dan (7) kepemilikan dibenahi dan dikelola sesuai dengan
terhadap lembaga yang dipimpinnya tujuan dan harapan pemerintah dan
bagi seluruh elemen organisasi rakyat Indonesia. Sebagai seorang
birokrasi mutlak harus ditanamkan. leader mempunyai kran besar untuk
Menjadi seorang pemimpin menjadi pejuang pemberantasan
wajib untuk belajar dari setiap keadaan terhadap pola-pola yang sudah
sebelum dan sesudah adanya setiap mengakar, sehingga kedepannya tidak
perubahan dalam organisasi. Pemimpin lagi mewariskan sebuah kultur yang
sebagai inspirator dari lembaga yang kurang baik.
dipimpinnya dituntut untuk Oleh karena itu, segala bentuk
mengetahui konsep birokrasi kedepan pertentangan terhadap budaya yang ada
dengan berbagai pengalaman dan menjadi kewajiban pemimpin untuk
inovasi yang ada. bertahan dengan inovasi-inovasi

68 Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014


Konsep Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi:
Aktualisasi Pemimpin dalam Pelayanan Publik Menuju Good Governance

Hayat

perubahan yang terus dikembangkan tepat agar dapat dipahami dengan


dan ditularkan kepada para mudah.
bawahannya sebagai polarisasi infeksi. Kecerdasan seorang pemimpin
Sehingga ketangguhan pemimpin diikuti oleh pola yang diperankan
dalam menghadapi segala bentuk dalam menjalankan kewajibannya.
pertentangan budaya birokrasi dapat Bagi seorang pemimpin,
dikendalikan dan diarahkan kepada kepemimpinan adalah sebagai berikut:
budaya yang lebih elegan dalam (1) menyusun rencana secara bersama
sebagai implikasi reformasi birokrasi dengan pihak terkait; (2) mengajak
yang lebih baik menuju kesejahteraan anggota kelompok untuk memberikan
rakyat. partisipasi dalam sebuah kebijakan; (3)
Bahasa sebagai media memberikan bantuan sebagai motivasi
komunikasi antara pemimpin dan diri bagi anggota kelompoknya; (4)
bawahan, seyogyanya menjadi seperti menggerakkan secara moral terhadap
mantra bagi pemimpin dalam karakter yang harus dimiliki anggota
menyampaikan pesan kepada kelompoknya; (5) keputusan diambil
bawahannya, sehingga mudah secara bersama dengan anggota
dipahami dan dapat dimengerti secara kelompoknya secara musyawarah dan
jelas. Oleh karena itu, bahasa mufakat; (6) memberikan posisi secara
perubahan yang disebut mantra tepat (the right man on the right place);
menjadi rangsangan bagi bawahan (7) memberikan motivasi secara
untuk menjalankan perintah pemimpin mendasar bagi peningkatan kualitas
dalam melaksanakan sebuah kinerja bawahan; dan (8) menghindari
perubahan. pembatasan jabatan dengan
Kecerdasan menjadi tuntutan kelompoknya, sehingga aspirasi
seorang pemimpin dalam reformasi bawahan dapat tertampung secara riil.14
birokrasi yang diemban sebagai Bentuk apresiasi tidak hanya
gawang perubahan menuju bersifat material, non-material pun
pemerintahan yang lebih baik. Jalur menjadi sebuah penyeimbang dan
reformasi tidak mulus dan lurus, penghargaan bagi bawahan dalam
banyak belokan dan tanjakan yang penerimaan terhadap sesuatu yang
harus dilewati, sehingga perjalanannya diraihnya. Kepekaan seorang
membutuhkan kerja keras dan ekstra pemimpin terhadap pelaksanaan
untuk mencapai sebuah tujuannya. kebijakan yang sudah dilakukan
Kecerdasan intelektual dan emosional menjadi penentu arah dan tujuan
pemimpin harus terasah, sehingga reformasi birokrasi yang mengantarkan
dapat menjelaskan target-target kepada peningkatan kualitas pelayanan
reformasi birokrasi yang ingin dicapai. dan menjadi tolok ukur dari sebuah
Pengetahuan tentang kepemimpinan kepemimpinan yang dilakukan.
mutlak harus diketahui secara makro Keharusan pemimpin
untuk memberikan persepsi yang dapat memberikan apresiasi terhadap sebuah
dimengerti, jelas, terampil, cepat, dan peningkatan kualitas, walaupun kecil,

14 Frince Ayomi, dkk. Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Kerja Pemimpin Terhadap
Kemampuan Melaksanakan Tugas. Jurnal Pelopor, Vol. VII (3), Tahun 2013, Hal. 79, (77-86)

Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014 69


Konsep Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi:
Aktualisasi Pemimpin dalam Pelayanan Publik Menuju Good Governance

Hayat

tetaplah menjadi sebuah kontribusi. yang sudah berkembang didalamnya,


Apresiasi itu bisa menjadi dasar bagi sehingga goals reformasi birokrasi
terjadinya perubahan yang lebih besar. dapat tercapai dengan pembinaan dan
Penghargaan bukanlah hak, akan tetapi pemberdayaan mereka menuju good
sebagai penghormatan dengan reward governance.
terhadap kinerja dan tanggung- Reformasi birokrasi bagi
jawabnya. Produktivitas akan seorang pemimpin menjadi sebuah
meningkat apabila penghargaan keharusan dan terus dipelajari sebagai
diberikan, begitu juga feed back yang upaya meningkatkan kualitas dalam
diberikan harus seimbang dengan organisasinya. Pembelajaran dapat
kinerja yang maksimal sebagai dilakukan dengan berbagai struktur
motivasi secara proporsional dan yang ada sebagai pengembangan diri
profesional.15 bagi seorang pemimpin. Lingkungan
Perubahan dalam reformasi sekitar menjadi pembelajaran terbaik
birokrasi tidak dapat dilakukan bagi pemimpin untuk mengetahui,
sendirian, perlu sebuah kerjasama yang memahami, meneliti, dan
intens dan komunikasi yang baik bagi mengaplikasikan apa yang seharusnya
seluruh elemen organisasi dengan dilakukan sebagai upaya untuk
pendekatan terhadap personal yang meningkatan kualitas kebijakan
mendukung adanya sebuah perubahan. sebagai sebuah pelayanan publik yang
Pertentangan tidak dapat dihindarkan maksimal. Termasuk saran dan
dalam sebuah perubahan, karena masukan dari bawahan menjadi sebuah
adanya sebuah kebiasaan yang melekat media pembelajaran untuk mengetahui
dalam lembaga, menjadi pertimbangan sejauh mana perkembangan
bagi penentang dari paradigma implementasi reformasi birokrasi yang
perubahan. sudah dilakukan.
Pemimpin harus memposisikan Aspirasi bawahan dapat
dirinya terhadap pendukung yang membantu pemimpin untuk belajar dari
mempunyai keinginan dan kekuatan berbagai pengalaman yang sudah
bersama dalam melakukan perubahan, berjalan, proses pengamalannya
yaitu dengan memberikan perhatian menjadi tuntutan pemimpin untuk
dan korelasi yang baik terhadap selalu memperbaiki kualitas
keberadaan mereka, sehingga pola- kebijakannya. Sehingga dalam
pola dan konsep yang dilakukan dapat pembelajaran seorang pemimpin dapat
menjadi sebuah evaluasi dengan diaplikasikan secara professional dan
mendengarkan berbagai aspirasi dari proporsional dalam melanjutkan
bawahan untuk keberhasilan reformasi langkah-langkah perubahan yang lebih
birokrasi. Hal itu akan membantu baik.
pemimpin dalam melakukan langkah Pemimpin sebagai pengatur
strategis terhadap reformasi birokrasi organisasi harus menciptakan dan
sebagai penangkal dari pertentangan meyakinkan bawahan dalam
yang ada untuk mengubah paradigma keberadaan organisasi yang

15 Jefri Maikel Suweni, dkk. Analisis Pengaruh Faktor Kemampuan Manajerial Pemberian Insentif dan Komunikasi Pemimpin
Terhadap Prestasi Kerja. Jurnal Pelopor, Vol. VI (2), Tahun 2013. Hal. 12-13 (11-21)

70 Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014


Konsep Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi:
Aktualisasi Pemimpin dalam Pelayanan Publik Menuju Good Governance

Hayat

dipimpinnya. Sebagai rasa Hal itu tidak cukup bagi


kepemilikan terhadap lembaga, pemimpin hanya menjadikan perintah
merupakan motivasi yang sangat besar sebagai alat perubahannya, perlu
bagi bawahan terhadap tanggung sebuah tindakan nyata terhadap
jawabnya dengan keterlibatan dan perlakuan pemimpin dalam
kepemilikannya. menjalankan tugas dan fungsinya
Kepemilikan terhadap sebagai pengelola utama, dalam hal
organisasi menjadi elemen penting teknis sekalipun, sebagai komunikasi
dalam pengembangan dan peningkatan yang terbangun terhadap bawahan
kualitas pelayanan publik. Rasa dengan berbagai interaksi yang
memiliki bawahan atas lembaga dilakukan.
organisasi menjadi motivasi tersendiri Keberadaan pemimpin juga
dengan kesadaran untuk melakukan menjadi sebuah pendorong
sebuah perbaikan-perbaikan sebagai konektivitas reformasi birokrasi,
orang yang memiliki. dengan kerja keras seorang pemimpin
Pertanggungjawaban orang yang dalam proses perubahan yang
merasa memiliki, jauh lebih besar dari diharapkan, mampu memberikan
pada orang yang tidak merasa tidak motivasi bagi bawahan untuk bekerja
memiliki. Maka penting untuk dipupuk secara konsisten dan komitmen yang
rasa kepemilikan terhadap bawahan kuat dalam peningkatan kualitas
dalam organisasi sebagai pelaksana kinerja yang lebih baik. Bersama itu
dari penyelenggaraan reformasi pula, rasa kepercayaan diri bawahan
birokrasi. Hal ini memberikan impact dalam mengembangkan sebuah
positive terhadap tujuan pemerintahan reformasi menjadi implikasi dari
yang baik. sebuah keberhasilan yang dimiliknya.
Langkah perubahan menjadi P e m i m p i n y a n g
bagian terpenting dalam mempercayakan bawahan untuk
pengembangan reformasi birokrasi menjadi pemilik bersama terhadap
sebagai tatanan yang harus terus organisasi mampu merangsang
ditingkatkan. Pemimpin sebagai agen peningkatan kualitas kinerja. Sehingga
perubahan dalam reformasi birokrasi tujuan dan capaian yang diharapkan
dituntut untuk paham terhadap konsep bersama dalam reformasi birokrasi
pelaksanaannya, sehingga pemahaman pemerintahan akan terwujud dengan
itu menjadi sumber adanya tanggung jawab yang maksimal dan
pengetahuan pemimpin dalam kinerja yang berkualitas.
mengelola lembaga pemerintahan Umar16, memberikan gagasan
dengan mengarahkan kepada tujuan dan pandangan terhadap pemimpin
secara bersama. Pelaksanaan reformasi dalam reformasi birokrasi melalui
birokrasi menjadi konsep bersama bahasa agama, yaitu: Pertama harus
terhadap elemen lembaga untuk saling dimulai dari diri sendiri. Setiap
memberikan kontribusi riil terhadap pemimpin sebagai agen perubahan
“pondasi” yang dibangun. dalam organisasi pemerintahan

16 Nasruddin Umar. (Pemimpin, Gagasan Reformasi Birokrasi, dan Bahasa Agama: Sebuah Perspektif). Pemimpin dan Reformasi
Birokrasi; Catatan Inspiratif dan Alat Ukur Kepemimpinan dalam Implementasi Reformasi Birokrasi. (Jakarta: Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi: 2013). Hal. 43. Cet. I.

Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014 71


Konsep Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi:
Aktualisasi Pemimpin dalam Pelayanan Publik Menuju Good Governance

Hayat

menjadi tumpuan para bawahan dalam patrimonial sebagai kelanjutan dan


melaksanakan tanggung jawabnya. warisan dari nilai-nilai tradisional pada
Sebagai seorang pemimpin tentunya masa kerajaan masa lampau yang
harus dimulai dari dalam diri pemimpin bercampur dengan gaya birokrasi
itu sendiri dengan pikiran-pikiran yang kolonial. Unsur etika budaya lokal atau
utuh atas kebijakan yang diambil dan budaya kerajaan dan budaya modern
melahirkan gagasan-gagasan yang bercampur dalam tatanan birokrasi
inovatif dan kreatif terhadap pemerintahan yang terus berkembang
pencapaian tujuan reformasi birokrasi. mewarnai wacana birokrasi Indonesia
Kedua, meyakinkan bahwa sampai saat ini.
gagasan yang diaplikasikan akan Ciri-ciri dari birokrasi
berhasil dengan keutuhan suatu sistem patrimonial adalah (1) para pejabat
dan kinerjanya. Setiap gagasan yang disaring atas dasar kriteria pribadi; (2)
baik akan berdampak baik terhadap jabatan dipandang sebagai sumber
pengembangan dan pengelolaan kekayaan dan keuntungan; (3) para
dilakukan, tidak hanya untuk hari ini, pejabat mengontrol baik fungsi politik
tetapi keberlangsungan sebuah maupun fungsi administrasi; dan (4)
implementasi gagasan yang positif setiap tindakan diarahkan oleh
menjadi penyeimbang bagi kehidupan hubungan pribadi dan politik.17
organisasi selanjutnya dengan konsep Birokratisasi dalam konsep
dan pemikiran yang profesional. diatas, menggambarkan bahwa, budaya
Seorang pemimpin diharapkan tegas lokal yang melekat dalam tatanan
dalam melaksanakan gagasannya birokrasi pemerintahan Indonesia
untuk tujuan pemerintahan yang lebih menjadi bercampur dengan berbagai
baik dengan reformasi birokrasi yang kebijakan modernisasi, sehingga dalam
dikembangkan melalui pengamanan pelaksanaan pembaharuan birokrasi
gagasan-gagasan agar tidak ada distorsi sedikit mengalami berbagai kendala,
apapun dalam proses implementasinya. dari sebuah kebiasaan yang berulang
Bahasa agama sebagai sebuah median kali dilakukan terhadap sistem
untuk keberlanjutan dari proses pemerintahan, hingga menjadi sebuah
reformasi birokrasi bagi seorang budaya yang sulit untuk dirubah.
pemimpin, karena apapun bentuknya, Oleh karena itu, reformasi
setiap gagasan pasti mengalami krisis birokrasi menjadi sebuah konsep yang
partisipasi ketika sudah mencapai penting dalam menggawangi
puncaknya. perubahan birokrasi Indonesia menuju
kepada perbaikan-perbaikan dengan
Reformasi Birokrasi dalam konsep dan penyelenggaraan negara
Pelayanan Publik yang berkualitas dan berorientasi
Konsep kepemimpinan birokrasi kepada tatanan pelayanan publik yang
di Indonesia saat ini masih prima dan professional kinerja
menggunakan birokrasi patriomonial pegawai.
dan patriarki. Artinya bahwa, birokrasi Pembelajaran dalam

17 Lili Romli. Masalah Reformasi Birokrasi. Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS, Vol. II (2), Tahun 2008.
http://bkn.go.id/attachments/084_jurnalvol2nov2008.pdf. Diakses tanggal 13 Maret 2014.

72 Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014


Konsep Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi:
Aktualisasi Pemimpin dalam Pelayanan Publik Menuju Good Governance

Hayat

penyelenggaraan negara terhadap kebijakan pemimpin Negara, sekalipun


reformasi birokrasi adalah adanya sebagai pelanggaran hukum.
netralitas birokrasi yang sangat kuat Pembinaan yang dilakukan pun
pengaruhnya. Dampak dari sebuah mengindikasikan adanya sebuah
netralitas penyelenggara negara adalah loyalitas tunggal terhadap kekuasaan,
adanya mobilisasi dan hegemoni sehingga jika ditemukan sebuah
terhadap program yang dicanangkan ketidakloyalan dalam konteks
dan diimplementasikan untuk “penguasaan” terhadap
kepentingan pribadi atau kelompok, “kekuasaannya”, akan mengalami
terutama dalam bidang politik, sebuah diskriminasi.
ekonomi, dan sosial. Oleh karena itu, hal ini menjadi
Mariana18 memberikan penghambat “kebebasan” dari para
pandangan terkait dengan faktor-faktor pegawai dalam menjalankan
yang mempengaruhi netralitas kewajibannya sesuai dengan hukum
penyelenggara negara, antara lain; (1) yang mengatur, sehingga dampak yang
adanya monoloyalitas terhadap ditimbulkan adalah lambatnya
kekuatan politik penguasa; (2) tarik reformasi birokrasi dengan tujuan good
menarik kekuasaan dengan kekuatan governance.
masing-masing lembaga negara; (3) Faktor kedua adalah adanya tarik
rekrutmen lebih didasarkan kepada menarik antar lembaga pemerintahan
rekomendasi penguasa; (4) pejabat dalam menjalankan visi dan misi
publik terdiri dari berbagai elemen masing-masing lembaga negara.
partai politik. Tujuan setiap organisai seperti lembaga
Faktor monoloyalitas terhadap legislatif, eksekutif, yudikatif,
penguasa memberikan dampak organisasi kedinasan, dan lembaga-
terhadap perilaku birokrasi yang lembaga lain mempunyai persepsi yang
notabene mendapatkan pembinaan berbeda dalam menjalankan tugas dan
pegawai yang cukup lama seperti pada fungsinya. Hal ini berdampak terhadap
sistem orde baru. Hal itu akan penyelenggaraan negara terhadap
mempengaruhi karakter para pelaku pelaksanaan reformasi birokrasi serta
birokrat dalam menjalankan fungsi dan sistem yang dilakukan akan
tanggungjawabnya sebagai mengalami kelambanan.
penyelenggara negara yang hanya Ketentuan hukum yang
patuh kepada penguasa. mengatur di dalamnya menjadi
Karakter ini sulit untuk dirubah, tumpang tindih antara satu sama
mengingat peran yang ada saat ini lainnya terhadap kepentingan masing-
belum mengalami perubahan. Faktor masing lembaga pemerintah. Sehingga,
ini yang terus menjadi mindset dari para perubahan dan sifat dalam kinerja
pejabat negara karena suatu kekuasaan ditentukan oleh dominasi yang ada
yang dimiliki oleh penguasa dalam dalam lembaga tersebut yang
ranah publik menjadikan keberadaan dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan
lembaga pemerintah menjadi sesuatu pemimpin masing-masing organisasi.
yang harus ditaati terhadap setiap Tarik menarik kepentingan lembaga

18 Ibid. Mariana. Reformasi Birokrasi ….....…. Hal. 245

Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014 73


Konsep Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi:
Aktualisasi Pemimpin dalam Pelayanan Publik Menuju Good Governance

Hayat

terhadap tujuan utama dalam keberadaan pejabat publik dalalm


menjalankan pemerintahan menjadi lembaga-lembaga negara ditunjuk
sebuah indikasi kerawanan tidak melalui background partai politik
tercapainya reformasi birokrasi, karena dengan kepentingan-kepentingan yang
menghilangkan asas substansinya. melekat terhadap organisasi politiknya.
Dewasa ini, dalam Netralitas dalam suatu lembaga akan
perkembangannya, juga masih mempengaruhi kebijakan partai
ditemukan adanya sebuah rekomendasi politik. Hal ini yang menjadikan
dalam rekrutmen pegawai negara, persepsi dari setiap lembaga negara
terutama dalam pengisian jabatan selalu mengalami perubahan dalam
penting menjadi faktor ketiga. Pada prinsip kebijakan-kebijakan yang
prinsipnya, hal demikian akan dilakukan. Setiap pergantian
memperlemah sistem profesionalisme kepemimpinan, maka dapat dipastikan
penyelenggara negara dalam mencapai adanya perubahan kebijakan terhadap
tujuan pemerintahan yang baik, karena lembaga itu sesuai dengan tuntutan dan
ketergantungan moral pegawai atau keinginan yang diharapkan sesuai
pejabat publik terhadap pemberi dengan doktrin politik yang
rekomendasi. Pemberi rekomendasi, menaunginya.
tentunya melakukan dengan kekuatan Menjadi sebuah kendala
kekuasaan yang mengikat dalam tersendiri dalam menghilangkan
dirinya, sehingga rekomendasi itu netralitas pencapaian tujuan organisasi
dengan mudah dapat dicapai oleh dari unsur-unsur politik yang selalu
penerima rekomendasi. menyertai para pejabat publik. Akan
Keberadaan rekomendasi menjadi lebih baik jika unsur politik
terhadap proses rekrutmen pejabat mampu menjadi penyeimbang
publik menjadi problematika tersendiri terhadap pencapaian tujuan pemerintah
dalam menjalankan tanggung dengan prinsip-prinsip reformasi yang
jawabnya, karena dampak yang dikuatkan secara bersama-sama
ditimbulkan oleh adanya rekomendasi dengan tujuan yang lebih baik untuk
rekrutmen menjadi sebuah kemaslahatan dan kedaulatan bangsa
“kemanjaan” bagi pegawai negara dan dan negara.
menjadikan monoloyalitas terhadap Reformasi birokrasi menjadi
tugas pokok dan fungsinya sebagai sebuah paradigma yang harus terus
penyelenggara Negara. Proses ini juga dibangun dan digelorakan dalam
berpengaruh terhadap perilaku dan langkah konkrit para penyelenggara
karakter yang ditimbulkan untuk tujuan Negara, terutama terhadap persepsi
individu atau kelompok dengan yang dibangun oleh para pemimpin
mengenyampingkan tujuan utama terhadap bawahannya dalam
pemerintahan. Hal ini menjadi memaknai substansi good governance
implikasi negatif bagi keberadaan dengan berbagai inovasi dan perubahan
pegawai dan lembaga pemerintah itu yang dilakukan.
sendiri, karena dampak yang Komitmen pimpinan terhadap
ditimbulkan lebih kepada lingkungan reformasi birokrasi menjadi tumpuan
dan tanggungjawab “di pundaknya” utama para pegawainya dalam
Faktor terakhir adalah menjalankan tugas dan fungsinya

74 Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014


Konsep Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi:
Aktualisasi Pemimpin dalam Pelayanan Publik Menuju Good Governance

Hayat

sebagai abdi Negara. Setiap kebijakan bidang ekonomi, politik, dan iptek.
pemimpin harus mengindikasikan dan IPM Indonesia saat ini berada pada
berimplikasi terhadap perbaikan- urutan ke 111 dari 182 negara. Hal ini
perbaikan internal lembaga menjadi tantangan pemerintah dalam
pemerintahan dengan satu visi yang mengembangkan konsep pemerintahan
diharapkan secara bersama disertai yang baik dan professional.
action nyata untuk memberikan Keberadaan IPM sebagai
pelayanan yang terbaik bagi evaluasi bagi penyelenggara negara
masyarakat yang dilayaninya. untuk meningkatkan kualitas dan
Perbedaan persepsi terhadap reformasi menaikkan angka IPM yang lebih baik.
birokrasi menjadi hal yang sangat Tentu, hal ini perlu dilakukan sebuah
prinsip untuk pengambilan kebijakan konsensus penyelenggaraan
bagi pimpinan dan pegawai dalam pemerintahan dengan pelayanan publik
mengimplementasikan kebijakan yang prima dan professional sebagai
pimpinan yang berafiliasi terhadap langkah konkrit menuju good
tujuan reformasi birokrasi. governance.
Keberadaan reformasi birokrasi Tu n t u t a n m a s y a r a k a t .
harus terus dipupuk dan digalangkan Masyarakat sebagai bagian terpenting
dalam rangka pencapaian tujuan dalam pemerintahan mempunyai hak
tatanan pemerintahan yang baik dan dalam partisipasi dan kebijakan publik
dipahami secara substantif terhadap yang dilakukan oleh pemerintah
aspek-aspek peneyelenggaraannya sebagai konsekuensi penerimaan
oleh seluruh negara secara konsisten terhadap public service secara realistis
dan komitmen yang kuat. Penguatan dan profesional. Segala bentuk kritikan
terhadap tujuan utama pemerintahan dan masukan serta rekomendasi yang
menuntut para penyelenggara negara diberikan oleh masyarakat dalam
untuk memenuhi kewajibannya secara pembangunan dan pengembangan
professional dan akuntabel. Ada empat tatanan pemerintahan terhadap
tuntutan yang dibutuhakan dalam berbagai persfektif, menjadikan
menjalankan reformasi birokrasi evaluasi bagi pemerintah untuk
terhadap tujuan yang ingin dicapai, melakukan kajian-kajian sebagai
yaitu; (1) tuntutan daya saing; (2) media transformasi bagi terciptanya
tuntutan masyarakat; (3) tuntutan reformasi birokrasi yang transparan,
19
hukum; dan (4) tuntutan ekonomi. akuntabel dan profesional.
Tuntutan daya saing. Tantangan Transaparansi penyelenggaraan
terhadap kemajuan dari sebuah negara negara terhadap setiap kebijakan yang
menjadi tuntutan yang harus terus dilakukan menjadi kunci utama dalam
dilakukan agar tidak tertinggal dengan proses reformasi birokrasi, karena hal
negara-negara lain, mengingat itu mampu memberikan efek trust
perkembangan suatu negara semakin terhadap kebijakan yang dilakukan
cepat dan pesat perkembangan dan oleh pemerintah. Sehingga, dapat
pembangunannya, terutama dalam menciptakan sebuah akuntabilitas yang

19 Meiliana. Menyongsong Reformasi Birokrasi Tahap Kedua Melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik. Jurnal Borneo
Administrator, Vol. 7 (1), Tahun 2011. Hal. 25-26 (24-44)

Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014 75


Konsep Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi:
Aktualisasi Pemimpin dalam Pelayanan Publik Menuju Good Governance

Hayat

tinggi dengan integritas yang melekat melalui para pelaku bisnis, baik yang
sebagai bagian dari sukses reformasi dikelola oleh pemerintah seperti
birokrasi. Ketika akuntabilitas menjadi BUMN atau BUMD maupun swasta.
implementation power bagi pejabat Terutama di daerah yang diberikan
publik, maka dapat dipastikan segela kebebasan untuk mengelola ekonomi
bentuk kinerja pemerintahan akan daerahnya sebagai implikasi dari
berpengaruh terhadap profesionalitas otonomi daerah yang sudah menjadi
kinerja yang mengantarkan kepada rule bagian dari asas reformasi birokrasi.
governance dan good governance. Arus deras para investor untuk
Tuntutan hukum, menjadi bagian menanamkan usahanya di daerah
yang tak terpisahkan dalam konteks menjadi keharusan untuk dilakukan
pencapaian tujuan pemerintahan yang sebuah penataan secara proporsional
baik. Peraturan dan etika dalam dan terintegrasi terhadap kebutuhan
perundang-undangan menjadi bagian dan ketentuan pemerintah daerah itu
terpenting dalam penataan dan sendiri. Keteraturan yang dimaksud
penetiban perencanaan, pelaksanaan, adalah pemberian izin usaha secara
dan evaluasi dari setiap kebijakan proporsional dan bijak sesuai dengan
pemerintah. Asas-asas umum fungsi keberadaan usaha ekonominya
pemerintahan yang baik mengharapkan dengan tidak melanggar ketentuan
bagi pejabat publik untuk berlaku adil hukum yang mengikat dan mempunyai
dalam menjalankan ketentuan hukum tujuan untuk kemaslahatan dan
yang berlaku. kesejahteraan masyarakat yang
Prinsip hukum berlaku kepada berimplikasi kepada pembangunan
siapapun dan dimanapu sebagai pemerintah daerah.
pencegahan terhadap penyalahgunaan, Perhatian pemerintah terhadap
penyelewengan dan pelanggaran atas tuntutan-tuntutan di atas harus terus
sesuatu yang menjadi ketentuan dilakukan secara bersama-bersama
peraturan yang melekat dalam pejabat antara penguasa, pengusaha dan
publik. Pemimpin dalam menjalankan masyrakat. Reformasi birokrasi tidak
peraturan perundang-undangan hanya menjadi sebuah slogan tanpa
menjadi contoh dan implikasi yang adanya action nyata untuk bertindak.
baik bagi pegawainya, sehingga Realitas adalah bukti riil untuk
keteraturan hukum dapat berdampak melakukan sebuah perubahan, tidak
kepada ketaatan dan kepatuhan secara hanya pada konteks memperbaiki
otomatis bagi bawahan. Disadari atau internal organisasi, akan tetapi butuh
tidak, aturan adalah sebagai garis kerjasama yang baik semua pihak
pembatas atas sesuatu yang tidak boleh dalam melakukan sebuah perubahan
dilakukan dan yang boleh dilakukan, dan perbaiakan untuk tercapainya
sehingga pencapaian tujuan sesuai tujuan bangsa dan negara seperti yang
dengan harapan. diamanatkan oleh UUD 1945 sebagai
Tuntutan ekonomi, sebagai roda pilar kebangsaan.
penggerak pelaksanaan pemerintahan Secara prinsip, reformasi

19 Meiliana. Menyongsong Reformasi Birokrasi Tahap Kedua Melalui Peningkatan Kualitas


Pelayanan Publik. Jurnal Borneo Administrator, Vol. 7 (1), Tahun 2011. Hal. 25-26 (24-44)

76 Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014


Konsep Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi:
Aktualisasi Pemimpin dalam Pelayanan Publik Menuju Good Governance

Hayat

birokrasi adalah upaya untuk dalam perilaku dan tanggungjawabnya


mengembalikan birokrasi pada fitrah terhadap penyelenggaraan reformasi
dan kodratnya yaitu memberikan birokrasi untuk mencapai tujuan
pelayanan terbaik sebagai public publik. Pemimpin yang tegas dan
service pada masyarakat yang konsisten serta mampu dalam
berkualitas, adil dan baik. Ketika berperilaku dan berkarakter sesuai
ketaatan menjadi bagian yang dengan paradigma yang kompeten
dijunjung dalam penyelenggaraan dalam tupoksinya, profesional dalam
pemerintahan, maka reformasi pelayanan, dan transparan terhadap
birokrasi akan secara otomatis menjadi kinerja.20
karakter yang melekat terhadap
kinerjanya. Good Governance Sebagai Tujuan
Prinsip pemberian pelayanan Reformas Birokrasi
perlu didukung oleh adanya sebuah Good governance adalah proses
transparansi yang terus ditingkatkan penyelenggaraan pemerintahan
dari level pimpinan hingga pegawai melalui kekuasaan Negara dalam
paling bawah. Transparansi sebagai pelaksanaan public good and service
media evaluasi bagi penyelenggara yang disebut dengan tatanan
negara, baik di internal lembaga atau pemerintahan yang baik, yaitu
eksternalnya, dalam hal ini adalah governance. Sementara UNDP
masyarakat sebagai penerima layanan. mendefinisikan good governance
Apapun bentuk kebijakan dan program sebagai the exercise of political,
pemerintah, menjadi kewajiban untuk economi and administrative authority
diketahui oleh masyarakat secara to manajeg a nation's affair at all
umum, sebagai upaya perbaikan- levels. Artinya bahwa, economic
perbaikan yang akan dilakukan dimasa governance mempunyai pengertian
yang akan datang. sebagai sebuah proses dalam
Pemerintahan sebenarnya pengambilan keputusan terhadap
penting untuk mendapatkan masukan equality, poverty, dan quality to live.
dari masyarakat secara umum sebagai Sementara political governance
penilai utama dalam penyelenggaraan memberikan pengertian terhadap
sendi-sendi pemerintahan. Termasuk proses keputusan dalam formulasi
penilaian terhadap kompetensi yang kebijakan. Sedangkan administrative
dimiliki dan kinerja yang dijalankan governance merupakan bagian
terkait tupoksi (tugas pokok dan implementasi atau pelaksanaan
fungsinya). Hal Ini akan meningkatkan kebijakan21.
obyektifitas penilaian terhadap kinerja Pengertian diatas memberikan
pegawai dan menjadi insentif yang baik pemahaman, bahwa good governance
bagi para birokrat dalam meningkatkan merupakan sebuah konstruksi yang
kualitas kerja, termasuk bagi para dibangun atas dasar reformasi birokrasi
pejabat publik atau pemimpin negara pemerintahan. Penyelenggaraan

20 Bambang Harymurti. (Faktor Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi). Pemimpin dan Reformasi Birokrasi; Catatan
Inspiratif dan Alat Ukur Kepemimpinan dalam Implementasi Reformasi Birokrasi. (Jakarta: Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi: 2013). Hal.15-18. Cet.I.
21 Tedi Sudrajat. Perwujudan Good Governance Melalui Format Reformasi Birokrasi Publik Dalam Perspektif Hukum Administrasi
Negara. Jurnal Dinamika Hukum. Vol. 9 (2), Mei 2009. Hal. 120-121 (118-125).

Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014 77


Konsep Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi:
Aktualisasi Pemimpin dalam Pelayanan Publik Menuju Good Governance

Hayat

Negara dengan pembangunan good mengahasilkan kompetensi dan


governance melalui proses pelayanan kualitas sumber daya manusia yang
publik dan perbaikan terhadap professional; (5) pengambilan
organisasi birokrasi. Hanya saja, dalam kebijakan strategis, Negara harus
perkembangan pelayanan dewasa ini, melibatkan komponen masyarakat; dan
konsep good governance belum (6) responsibility terhadap pemenuhan,
sepenuhnya dipahami secara spesifik penyelenggaraan, dan penyelesaian
dan substantif dalam penyelenggaraan terhadap problematika masyarakat
reformasi birokrasi. Paradigma yang harus dikedepankan oleh pemerintah
keliru dari penyelenggara Negara, sebagai konsepsi pelayanan bagi
22
termasuk pemahaman pemimpin dalam masyarakat .
prinsip-prinsip good governance yang Secara konseptual, peran
belum diterapkan secara maksimal pemerintah dalam organisasi birokrasi
dalam penerapan implementasi melakukan pelbagai langkah-langkah
kebijakan. Sehingga, tujuan secara perbaikan dengan menghasilkan
substantif masih belum dirasakan oleh konstruksi birokrasi yang ideal.
elemen stakeholder dalam organisasi birokrasi yang ideal adalah birokrasi
birokrasi. yang dilakukan secara professional,
Untuk mengatasi problematika handal dalam memberikan pelayanan,
diatas, peran pemerintah sangat penting aspiratif, akuntabel, netral dan
dalam pengembangan dan peningkatan mengimplementasikan etika dan moral
pencapaian good governance secara secara menyeluruh dengan orientasi
baik dan dapat diterapkan dalam kepada sebuah keadilan dan kebaikan
kaidah-kaidah kebijakan plublik. dalam memberikan pelayanan kepada
23
Sepeti yang diungkapkan oleh publik .
Dwiyanto (2008) dalam Sudrajat Dwiyanto (2009) dan LAN
(2009), bahwa ada 6 (enam) prinsip (2009), bahwa pola ideal dalam tatanan
yang harus dilakukan pemerintah pemerintahan yang baik adalah dengan
dalam perannya terhadap tujuan good pola hubungan antara birokrasi dan
24
governance, yaitu: (1) Negara harus masyarakat . Amanah rakyat terhadap
menjadi kunci dalam kapasitas dan birokrasi merupakan sebuah kontrak
koordinasi terhadap aktor-aktor nyata yang harus saling mengontrol,
stakeholders, bukan mendominasi; (2) melayani, mematuhi, dan
pemerintah harus melakukan menghormati. Secara substantif,
transformasi kekuasaan dalam masyarakat sebagai penerima
penangan terhadap public problems; pelayanan dan pemerintah sebagai
(3) partisipasi elemen penting negara penyelenggara pelayanan harus saling
(pemerintah, masyarakat, swasta, dan menghargai dan menghormati atas hak
NGO) sebagai mitra dalam perannya dan kewajibannya masing-masing
masing-masing; (4) konstruksi struktur sesuai dengan ketentuannya.
dan kultur harus didesain ulang dalam

22 Ibid. Hal. 122.


23 Irfan Mufti. Tantangan Reformasi Birokrasi di Indonesia; Persfektif Pelayanan Publik di Era Reformasi. Spirit Publik. Jurnal
Ilmu Administrasi, Vol. 8 (2), Oktober 2012. Hal. 33 (29-46)
24 Ibid. Hayat. Profesionalitas dan Proporsionalitas………Hal. 29

78 Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014


Konsep Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi:
Aktualisasi Pemimpin dalam Pelayanan Publik Menuju Good Governance

Hayat

Mengontrol
Birokrasi Rakyat

Agen Prinsipal

Melayani, Mematuhi dan Menghormati

Sumber: Dwiyanto (2009), Pusat Kajian Manajemen Pelayanan (2009), dalam Hayat, 2013: 29

Gambar 1.
Pola Ideal Hubungan Antara Birokrasi dengan Warga

Pola ideal penerapan reformasi pemerintahan, bukan meminta


birokrasi dalam pelayanan publik pelayanan dengan mindset yang awam,
menuju good governance adalah yaitu meminta pelayanan secara instan
seperti pada gambar diatas, yang tanpa melalui berbagai prosedur yang
menjelaskan bahwa birokrat sebagai ada. Dalam sebuah pelayanan publik
penyelenggara negara dalam yang baik, adalah saling terkait antara
pemberian layanan harus dilakukan birokrasi dan rakyat dalam
dengan kinerja yang berkualitas, menjalankan hak dan kewajiban yang
sehingga pelaksanaannya menjadi melingkupi pelayanan yang diberikan
sebuah evaluasi atau kontrol yang terus dan diterimanya.
dilakukan untuk perbaikan-perbaikan Pola ideal itu memberikan
terhadap keberadaan reformasi sebuah gambaran untuk menjalin
birokrasi yang dijalankan. Birokrasi kerjasama yang mendukung sebuah
adalah sebagai agen dari pemerintahan prinsip tatanan pemerintahan yang baik
untuk memenuhi segala bentuk dengan reformasi birokrasi yang
kebutuhan rakyat yang saling dibangun menuju good governance.
berhubungan layaknya konsumen dan Karena secara hakekat dari sebuah
produsen. Untuk memberikan sebuah pemerintahan adalah pelayanan publik
kepuasan kepada pelanggan, yang prima dan keadilan bagi seluruh
seyogyanya produsen memberikan rakyat Indonesia.
pelayanan yang terbaik yang sesuai Wakil Presiden Republik
dengan harapan konsumen dengan Indonesia, Boediono (2010) selaku
ketentuan standar operasional prosedur ketua tim pengarah reformasi birokrasi
yang baku. memberikan 4 (empat) kunci
Masyarakat sebagai yang pelaksanaan reformasi birokrasi, antara
dilayani, tentunya juga harus mematuhi lain; desentralization implementation,
segala bentuk tata tertib yang sudah cultural dan geografis sebagai
diberlakukan dalam sebuah lembaga pembeda, sentralistik dalam

Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014 79


Konsep Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi:
Aktualisasi Pemimpin dalam Pelayanan Publik Menuju Good Governance

Hayat

koordinasi, dan orientasi outcome belakang berbeda pula, sehingga dalam


25
oriented . pelaksanaan pemerintahan di berbagai
Pendekatan desentralisasi dalam lembaga dipastikan tidak sama.
pelaksanaan reformasi birokrasi Budaya disetiap pemerintah
memberikan dampak terhadap daerah baik provinsi ataupun
pengelolaan pemerintahan di berbagai kota/kabupaten mempunyai struktur
lembaga pemerintahan, seperti sumber daya manusia yang mengikat
kementrian dan pemerintahan daerah kepada kultur daerahnya, sehingga
(provinsi dan kota/kabupaten) serta dalam pelaksanaan pemerintahan akan
lembaga-lembaga BUMN yang berimplikasi kepada karakter daerah itu
mempunyai sistem birokratisasi sendiir termasuk didalamnya adalah
tersendiri sesuai dengan sifat dan sumber daya manusia harus
karakter dari masing-masing lembaga beradaptasi terhadap kedaerahannya.
pemerintah tersebut. Begitu juga, dalam proses pelaksanaan
Desentralisasi memudahkan reformasi birokrasi diharapkan
lembaganya untuk mengatur sesuai menyesuaikan dengan keberadaan
dengan keberadaan daerahnya, artinya daerah masing-masing otonom yang
setiap lembaga mempunyai disesuaikan dengan kondisi
kewenangan untuk mengatur rumah geografisnya secara obyektif dan
tangganya masing-masing, terutama berorientasi kepada pengembangan
pemerintah daerah yang mempunyai budayanya masing-masing dengan
nilai-nilai otonom dalam menjalankan tetap sentralisasi koordinasi dengan
pemerintahan untuk menata dan pemerintahan pusat sebagai saving
mengatur daerahnya masing-masing. control.
Sistem reformasi birokrasi yang Sentralistik dalam koordinasi
dijalankannya juga menganut sistem termasuk dalam pendekatan keempat.
kedaerahan dengan tetap koordinasi Perbedaan budaya dan letak geografis
dengan pemerintah pusat. Kebebasan dari setiap lembaga pemerintahan
pemerintah daerah dalam mengelola mempunyai tujuan utama dalam
daerahnya memberikan ruang untuk konteks reformasi birokrasi.
segala bentuk perbaikan dan Optimalisasi dari pelaksanaan
menanamkan nilai-nilai birokrasi reformasi birokrasi menjadi keharus
sesuai dengan tujuan dan orientasi yang bagi setiap lembaga dalam
diharapkan bersama. implementasi pemerintahan secara
Pendekatan kedua dalam obyektif, efektif, dan efisien yang
pelaksanaan reformasi birokrasi adalah berorientasi terhadap hasil dari
budaya lokal (cultural) dan letak pelaksanaannya (oriented outcome).
geografis lembaga pemerintahan. Oleh karena itu, dalam mengawal
Disadari bahwa budaya pelaksanaan reformasi birokrasi,
kepemerintahan Indonesia mempunyai Presiden RI menunjuk Ketua Tim
berbagai suku dan budaya yang Pengarah Reformasi Birokrasi kepada
berbeda-beda, begitu juga letak Wakil Presiden RI, dan Kemen PAN
geografisnya yang mempunyai latar dan RB sebagai pelaksana dari

25 Ibid. Meiliana. Menyongsong Reformasi Birokrasi …………. hal. 29-30.

80 Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014


Konsep Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi:
Aktualisasi Pemimpin dalam Pelayanan Publik Menuju Good Governance

Hayat

penyelenggaran reformasi birokrasi D. PENUTUP


secara nasional. Kesimpulan
Outcomes oriented dari Problematika individu
pelaksanaan reformasi birokrasi pemimpin sangat erat pengaruhnya
menjadi pendekatan keempat yang terhadap peningkatan kualitas
disampaikan oleh Wakil Presiden. organisasi birokrasi. Patrimonialistik
Proses pengimplementasian dari dan karakter pemimpin tidak mudah
kebijakan reformasi birokrasi adalah untuk dihilangkan dalam birokratisasi.
bermuara kepada sebuah tatanan Dibutuhkan adaptasi terhadap kultur
pemerintahan yang baik yaitu good dan struktur yang ada di dalamnya.
governance dan good government Kultur dan struktur birokrasi
sebagai orientasi akhir dari kebijakan dikomparasikan dengan nilai-nilai
tersebut. Hal itu harus ditunjukkan etika dan moral individu pemimpin
dengan adanya perbaikan terhadap sebagai pedoman dasar dalam
berbagai public sector, support meningkatkan kualitas organisasi dan
pelayanan untuk menciptakan elemen didalamnya (SDM, sarana
kebijakan yang baik, serta tercapainya parasarana, dan masyarakat) untuk
penghematan anggaran. menunjang tujuan reformasi birokrasi
Pemerintah merekonstruksi secara nasional dalam kaidah-kaidah
seluruh sistem pemerintahan, baik profesionalisme dan kualitas pelayanan
pemerintah pusat maupun pemerintah publik. Oleh karena itu, pemimpin
daerah sebagai langkah konkrit dalam harus peka terhadap lingkungan
memberikan pelayanan yang organisasi, kemudian menerjemahkan
berkualitas kepada masayarakat yang ke dalam asas-asas reformasi birokrasi
dilandasi oleh etika dan perilaku. untuk diimplementasikan secara
Reformasi memberikan konseptualitas professional.
sistem pemerintahan dengan prinsip- Masalah kepemimpinan dalam
prinsip keadilan dan kebaikan dalam reformasi birokrasi menjadi masalah
pelayanan publik. sentralistik dalam pengembangan
Seyogyanya public service organisasi. Tidak semudah
adalah penentu utama dalam membalikkan telapak tangan. Perlu
keberhasilan reformasi birokrasi yang tindakan konkrit dalam kepemimpinan
berimplikasi kepada good governance. birokrasi dalam mengubah kultur
Oleh karena itu, publik sebagai dengan pola pendekatan yang efektif
orientasi utama dalam pelayanan bagi dan efisien. Efektifitas dan efisiensi
penyelenggara negara menjadi hal harus dilakukan melalui pola hubungan
yang harus diperhatikan secara yang baik, akuntabel, dan transparan
maksimal. Ketika pelayanan publik realistis dan partisipatoris. Reformasi
dengan berbagai media transformasi bukan hanya sebuah slogan semata,
yang digunakan memberikan namun, harus ditangkap secara global
kenyamanan bagi penerima layanan, bingkai reformasi birokrasi ke dalam
maka dapat dipastikan sistem yang konstruksi yang realistis dan adaptif
berada didalamnya berjalan sesuai untuk meningkatkan kualitas
dengan ketentuannya. pelayanan yang diberikan. Peningkatan
kualitas pelayanan, harus menjadi tolok

Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014 81


Konsep Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi:
Aktualisasi Pemimpin dalam Pelayanan Publik Menuju Good Governance

Hayat

ukur birokrasi dalam pencapaian Saran


tujuannya, yaitu good governance. Berdasarkan kesimpulan diatas,
Oleh karena itu, Pemerintah, swasta, maka yang harus dilakukan adalah: (1)
NGO, masyarakat, dan perangkat pemimpin harus mampu menjadi agent
birokrasi d dalamnya, harus melakukan of change dalam reformasi birokrasi,
pola ideal dalam birokrasi. dengan melakukan perubahan pada diri
Pola ideal hubungan dalam individu pemimpin (etika, moral,
reformasi birokrasi merupakan aspek karakter, dan perilaku). Kemudian
solutif dalam penyelenggaraan ditransformasikan kedalam
birokrasi, yaitu, birokrat sebagai implementasi kebijakan sebagai dasar
pemberi layanan, tentunya dengan aktualisasi diri terhadap sumber daya
kualitas dan profesionalitas sebagai didalamnya yang diharapkan dapat di
aspek tujuannya. Kualitas birokrasi, konstruksikan dengan mitra kerjasama
tidak hanya ditunjukkan dengan dengan masyarakat untuk melakukan
kebaikan pelayanan, akan tetapi perubahan secara bersama-sama; (2)
perbaikan harus menyeluruh kedalam pola birokrasi harus dilakukan secara
diri birokrasi, yaitu kepemimpinan, ideal. Artinya bahwa, birokrasi yang
lingkungan organisasi, sumber daya ideal adalah birokrasi yang
manusia, sarana prasarana, dan struktur memberikan pelayanan yang prima,
organisai. adil dan baik kepada masyarakat
Sementara masyarakat sebagai sebagai aspek aspiratif serta memonitor
penerima layanan, tentunya harus keberlanjutan sebuah birokrasi dengan
mematuhi segala konsekuensi aturan berbagai program yang dilakukan.
dan tata cara penerimaan layanan yang Penyelenggaraan kebijakan harus
baik dan adil dalam birokrasi. Perilaku diimbangi dengan aspirasi dari
masyarakat juga perlu dirubah melalui penerimaan pelayanan sebagai evaluasi
pendekatan korelasi dan kerjasama dari terhadap program yang
yang baik dengan pemerintah terhadap diimplementasikan untuk perbaikan-
pola pikir dan paradigma yang dipakai perbaikan yang berkelanjutan; (3)
dalam birokrasi. Perlu ditekankan, tujuan reformasi, yaitu good
bahwa good governance adalah governance harus dilakukan
orientasi utama reformasi birokrasi, berdasarkan akuntabilitas. Seluruh
yang mempunyai makna antara elemen aplikasi program pemerintahan
organisasi birokrasi dan masyarakat dinyatakan baik ketika akuntabillitas
mempunyai peran yang sama dalam dapat dipertanggungjawabkan dengan
pencapaiannya. Oleh karena itu, prinsip-prinsip transparansi dan
dibutuhkan kerjasama yang baik netralitas dalam menjalankan aktivitas
dengan pola hubungan yang ideal, yaitu pemerintahan yang dilandasi oleh etika
pelaksanaan harus dilakukan dengan dan moral. Sehingga, good governance
baik dengan kontrol langsung dari sebagai tujuan utama reformasi
masyarakat sebagai penerima layanan, birokrasi dapat dicapai secara
untuk kepentingan bersama, yaitu maksimal.
kesejahteraan, keadilan, dan kesetaraan
dalam pelayanan publik dengan
orientasi good governacne.

82 Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014


Konsep Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi:
Aktualisasi Pemimpin dalam Pelayanan Publik Menuju Good Governance

Hayat

DAFTAR PUSTAKA Vol. 1 (2). Hal. 485-498.


Ayomi, Frince, dkk. (2013). Pengaruh http://ar.mian.fisip-
Gaya Kepemimpinan, Tingkat unmul.ac.id/site/wp-
Pendidikan dan Pengalaman content/uploads/2013/09/01_for
Kerja Pemimpin Terhadap mat_artikel_ejournal_mulai_hl
Kemampuan Melaksanakan m_ganjil%20(09-03-13-04-50-
Tugas. Jurnal Pelopor, Vol. VII 33).pdf. Diakses tanggal 12
(3), Hal. 77-86 Maret 2013.
Baswedan, Anies. (2013). (Reformasi Mariana, Dede. (2006). Reformasi
dan Mantra Perubahan). Birokrasi Pemerintahan Pasca
Pemimpin dan Reformasi Orde Baru. Jurnal
Birokrasi; Catatan Inspiratif Sosiohumaniora, Vol. 8 (3), Hal.
dan Alat Ukur Kepemimpinan 240-254.
dalam Implementasi Reformasi Meiliana. (2011). Menyongsong
Birokrasi. (Jakarta: Reformasi Birokrasi Tahap
Kementerian Pendayagunaan Kedua Melalui Peningkatan
Aparatur Negara dan Reformasi Kualitas Pelayanan Publik.
Birokras), Cet. I. Jurnal Borneo Administrator,
Hamudy, Moh. Ilham A. (2010). Vol. 7 (1), Hal. 24-44.
Negosiasi dalam Reformasi Mufti, Irfan. (2012). Tantangan
Pemerintahan Daerah, Bisnis & Reformasi Birokrasi di
Birokrasi. Jurnal Administrasi Indonesia; Persfektif Pelayanan
dan Organisasi, Volume 17, Publik di Era Reformasi. Spirit
Nomor 1, Hal. 52-60 Publik. Jurnal Ilmu
Harymurti, Bambang. (2013). (Faktor Administrasi, Vol. 8 (2), Hal. 29-
Kepemimpinan dalam 46.
Reformasi Birokrasi). Pemimpin Prasojo, Eko dan Kurniawan, Teguh.
dan Reformasi Birokrasi; (2008). Reformasi Birokrasi dan
Catatan Inspiratif dan Alat Ukur Good Governance: Kasus Best
Kepemimpinan dalam Practice dari Sejumlah Daerah
Implementasi Reformasi di Indonesia. Dipresentasikan
Birokrasi. (Jakarta: dalam The 5th International
Kementerian Pendayagunaan Symposium of Journal
Aparatur Negara dan Reformasi Antropolgi Indonesia.
Birokrasi), Cet. I. (Banjarmasin, 22-25 Juli 2008)
Hayat. (2013). Profesionalitas dan Pusat Kajian Manajemen Pelayanan:
Proporsionalitas; Pegawai Tidak Deputi II Bidang Kajian
Tetap dalam Kinerja Pelayanan Manajemen Kebijakan dan
Publik. Jurnal Kebijakan dan Pelayanan. (2009). Standar
Manajemen PNS, Vol. 7 (2), Hal. Pelayanan Publik; Langkah-
24-39. Langkah Penyusunan. (Jakarta:
Kusumawati, Erni, dkk. (2013). Peran Lembaga Administrasi Negara),
Kepemimpinan Dalam Birokrasi Ed. Revisi.
Di Dinas Kehutanan Kabupaten Riana, Nina Rosa. Reformasi Birokrasi
K u t a i Ti m u r . e J o u r n a l Dalam Pelayanan Publik Di
Administrative Reform, 2013, Kabupaten Jembrana.

Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014 83


Konsep Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi:
Aktualisasi Pemimpin dalam Pelayanan Publik Menuju Good Governance

Hayat

https://www.academia.edu/4814 Rangka Mewujudkan Good


137/. Diakses tanggal 12 Maret Governance Ditinjau Dari
2014. Peraturan Menteri
Romli, Lili. (2008). Masalah Pemberdayaan Aparatur Negara
Reformasi Birokrasi. Jurnal dan Reformasi Birokrasi Nomor
Kebijakan dan Manajemen PNS, 20 Tahun 2010. Jurnal Hukum
Vo l . I I ( 2 ) , H a l . 1 - 3 . Unsrat. Vol. XX (3), Hal. 132-
http://bkn.go.id/attachments/08 147.
4_jurnal vol2nov2008.pdf. Umar, Nasruddin. (2013). (Pemimpin,
Diakses tanggal 13 Maret 2014. Gagasan Reformasi Birokrasi,
Sudrajat, Tedi. (2009). Perwujudan dan Bahasa Agama: Sebuah
Good Governance Melalui Perspektif). Pemimpin dan
Format Reformasi Birokrasi Reformasi Birokrasi; Catatan
Publik Dalam Perspektif Hukum Inspiratif dan Alat Ukur
Administrasi Negara. Jurnal Kepemimpinan dalam
Dinamika Hukum. Vol. 9 (2). Implementasi Reformasi
Hal. 118-125. Birokrasi. (Jakarta:
Suweni, Jefri Maikel, dkk. (2013). Kementerian Pendayagunaan
Analisis Pengaruh Faktor Aparatur Negara dan Reformasi
Kemampuan Manajerial Birokrasi), Cet. I.
Pemberian Insentif dan Yusuf, A.R. M. (2013). Fenomena
Komunikasi Pemimpin Kepemimpinan Politik Jokowi.
Terhadap Prestasi Kerja. Jurnal Jurnal GaneÇ Swara. Vol. 7 (1).
Pelopor, Vol. VI (2), Hal. 11-21. Hal. 26-31. http://www.pikiran-
To m e , A b d u l H a m i d . ( 2 0 1 2 ) . rakyat.com/node/272075.
Reformasi Birokrasi dalam Diakses tanggal 12 Maret 2014.

84 Jurnal Borneo Administrator / Volume 10 / No. 1 / 2014

You might also like