Professional Documents
Culture Documents
LP Aster Tita Farida
LP Aster Tita Farida
EFUSI PLEURA
Disusun unuk memenuhi tugas Praktik Klinik Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I
Dosen Pembimbing : Aida Sri Rachmawati, M.Kep
Disusun oleh :
LAPORAN PENDAHULUAN
EFUSI PLEURA
Sumber :
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Rontgen dada, biasanya dilakukan untuk memastikan adanya efusi pleura, dimana
hasil pemeriksaan akan menunjukkan adanya cairan.
b. CT scan dada. CT scan bisa memperlihatkan paru-paru dan cairanefusi dengan lebih
jelas, serta bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor.
c. USG dada, bisa membantu mengidentifikasi adanya akumulasi cairan dalam jumlah
kecil.
d. Torakosentesis, yaitu tindakan untuk mengambil contoh cairan untuk diperiksa
menggunakan jarum. Pemeriksaan analisa cairan pleura bisa membantu untuk
menentukan penyebabnya.
e. Biopsi. Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka
dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
f. Bronkoskopi, pemeriksaan untuk melihat jalan nafas secara langsung untuk
membantu menemukan penyebab efusi pleura.
g. Torakotomi, biasanya dilakukan untuk membantu menemukan penyebab efusi pleura,
yaitu dengan pembedahan untuk membuka rongga dada. Namun, pada sekitar 20%
penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi
pleura tetap tidak dapat ditentukan. (Nurarif et al, 2015)
9. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pada efusi pleura yaitu: (Nurarif et al, 2015)
a. Tirah baring
Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena peningkatan
aktifitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dispneu akan semakin
meningkat pula.
b. Thoraksentesis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti
nyeri,dispneu, dan lain lain. Cairan efusi sebanyak 1 - 1,5 liter perlu dikeluarkan
untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi pleura lebih
banyak maka pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dikalkukan 1 jam kemudian.
c. Antibiotic
Pemberian antibiotik dilakukan apabila terbukti terdapat adanya infeksi.
Antibiotik diberi sesuai hasil kultur kuman.
d. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberi obat melalui selang
interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah cairan
terakumulasi kembali.
e. Water seal drainage (WSD)
Water seal drainage (WSD) adalah suatu system drainase yang menggunakan
water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura atau rongga pleura.
10. Komplikasi
a. Fibrotoraks Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase
yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis.
Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan
hambatan mekanis yang berat pada jaringan - jaringan yang berada dibawahnya.
Pembedahan pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membran -
membran pleura tersebut.
b. Atalektasis lektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan
oleh penekanan akibat efusi pleura.
c. Fibrosis paru Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan
ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan
jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan
peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan
penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis.
d. Kolaps Paru Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan
ektrinsik pada sebagian/semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan
mengakibatkan kolaps paru.
e. Empiema Kumpulan nanah dalam rongga antara paru-paru dan membran yang
mengelilinginya (rongga pleura). Empiema disebabkan oleh infeksi yang menyebar
dari paru-paru dan menyebabkan akumulasi nanah dalam rongga pleura. Cairan yang
terinfeksi dapat mencapai satu gelas bir atau lebih, yang menyebabkan tekanan pada
paru-paru, sesak napas dan rasa sakit (Morton, 2012).
11. Diet / Nutrisi
Makanan yang jadi pantangan paru-paru basah
Sebenarnya tidak ada makanan yang secara langsung menjadi pantangan paru-paru basah.
Namun, apabila Anda mempunyai masalah pada paru-paru, sebaiknya menghindari beberapa
makanan seperti;
1. Garam
Makanan yang tidak diberi sentuhan garam terkadang memang jadi terasa kurang nikmat
ketika disantap. Namun, mengonsumsi garam secara berlebihan dapat membuat tubuh Anda
lebih lama menahan cairan.
Kelebihan cairan dapat membahayakan tubuh, apalagi jika menumpuk di sekitar organ
vital seperti jantung dan paru-paru. Sebagai alternatifnya, Anda disarankan untuk mengganti
garam dengan rempah-rempah seperti lada maupun bubuk bawang putih supaya makanan tetap
terasa nikmat.
2. Daging beku olahan
Yang perlu diperhatikan adalah zat aditif yang ada pada daging beku olahan. Untuk
mempercantik warna dan memperpanjang umur simpan, produsen daging beku olahan, seperti
ham dan sosis, biasanya menambahkan nitrat dalam produknya. Menurut sebuah studi, nitrat
dapat meningkatkan risiko Anda terkena gangguan pernapasan.
3. Produk olahan susu
Bahan dalam produk olahan susu untuk paru-paru basah akibat pneumonia atau penyakit
lainnya perlu diwaspadai. Walaupun mekanismenya belum jelas, produk olahan susu
mengandung casomorphin yang dapat memperburuk gejala yang dialami oleh penderita penyakit
paru-paru.
Kandungan casomorphin yang ada dalam produk olahan susu diketahui dapat
meningkatkan produksi lendir dalam tubuh. Hal ini tentunya akan berbahaya apabila lendir yang
dihasilkan masuk atau memenuhi organ vital seperti paru-paru.
4. Makanan dan minuman asam
Mengonsumi makanan atau minuman asam secara berlebih dapat mengakibatkan refluks
asam lambung. Refluks asam lambung sendiri merupakan kondisi saat cairan asam di lambung
naik menuju kerongkongan karena melemahnya katup di kerongkongan bawah yang dapat
menyebabkan gejala sesak napas. Bagi penderita penyakit paru-paru, kondisi tersebut dapat
membuat bernapas menjadi lebih sulit.
5. Sayuran cruciferous
Kaya akan kandungan nutrisi dan serat, sayuran cruciferous seperti kubis, lobak, brokoli,
serta kembang kol menambah jumlah gas dalam tubuh. Selain itu, mengonsumsi sayuran
cruciferous dapat membuat Anda kembung. Secara tidak langsung, kedua kondisi ini dapat
membuat penderita penyakit paru-paru kesulitan untuk bernapas.
6. Gorengan
Sama seperti sayuran cruciferous, mengonsumsi gorengan dapat mengakibatkan
kembung. Hal ini tentunya membuat Anda tidak nyaman dan kesulitan untuk bernapas.
Selain itu, mengonsumsi gorengan secara berlebih juga dapat membuat berat Anda
bertambah. Saat berat badan naik, tekanan yang diberikan kepada paru-paru tentunya akan
semakin meningkat.
7. Minuman bersoda
Mengonsumsi minuman bersoda dapat membuat perut menjadi kembung. Selain itu,
tingginya kandungan gula dalam minuman bersoda bisa menambah berat badan jika dikonsumsi
secara berlebih. Kedua kondisi ini meningkatkan risiko gangguan pernapasan dan membuat
penderita penyakit paru-paru kesulitan untuk bernapas.
Untuk menghindari terjadinya gangguan pernapasan, Anda disarankan untuk
menghindari atau setidaknya membatasi konsumsi makanan atau minuman di atas. Perlu diingat,
mengonsumsi sesuatu secara berlebihan merupakan kebiasaan yang tidak sehat bagi tubuh,
memperlambat kesembuhan, dan meningkatkan risiko terkena penyakit lain.
Tidak hanya membatasi konsumsi makanan atau minuman tertentu, ada beberapa hal lain yang
juga menjadi pantangan paru-paru basah. Berikut beberapa hal yang harus dihindari penderita
paru-paru basah supaya penyakitnya tidak bertambah parah:
a. Identitas pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan
pekerjaan pasien.
b. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan
atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan effusi pleura didapatkan keluhan
berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat
tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti
batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan
sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah
dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
d. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan kepada pasien apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC paru,
pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang
disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.
f. Pengkajian Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Adanya tindakan medis dan perawatan di
rumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga
memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan
adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alkohol dan penggunaan obat-obatan bisa
menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.
2) Pola nutrisi dan metabolisme Mengukur tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui
status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum
dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan
akibat dari sesak nafas.
3) Pola eliminasi Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan
defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien
akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat
pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus
degestivus.
4) Pola aktivitas dan latihan Karena adanya sesak napas pasien akan cepat mengalami
kelelahan pada saat aktivitas. Pasien juga akan mengurangi aktivitasnya karena merasa
nyeri di dada.
5) Pola tidur dan istirahat Pasien menjadi sulit tidur karena sesak naps dan nyeri.
Hospitalisasi juga dapat membuat pasien merasa tidak tenang karena suasananya yang
berbeda dengan lingkungan di rumah
6) Pola hubungan dan peran Karena sakit, pasien akan mengalami perubahan peran. Baik
peran dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Contohnya: karena sakit pasien tidak
lagi bisa mengurus anak dan suaminya.
7) Pola persepsi dan konsep diri Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang
tadinya sehat, tiba-tiba mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada. Sebagai seorang awam,
pasien mungkin akan beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan
mematikan. Dalam hal ini pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap
dirinya.
8) Pola sensori dan kognitif Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan,
demikian juga dengan proses berpikirnya.
9) Pola reproduksi seksual Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks akan
terganggu untuk sementara waktu karena pasien berada di rumah sakit dan kondisi
fisiknya masih lemah.
10) Pola koping Pasien bisa mengalami stress karena belum mengetahui proses penyakitnya.
Mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter yang merawatnya atau
orang yang mungkin dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan Kehidupan beragama klien dapat terganggu karena proses
penyakit.
1. Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan, hambatan upaya napas (D.0005)
Luaran : Pola napas membaik (L.01004)
Intervensi :
Mengigil menurun
Kulit merah menurun
Takikardia menurun
Takipnea menurun
Tekanan darah membaik
Suhu tubuh membaik