You are on page 1of 34

MAKALAH PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP

MODUL 2

MODEL PENGELOLAAN DAN PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP

Oleh:

Desy Kharismayanti 859024679


Wayan Trisna Andiyani 859024883
Ni Luh Putu Mila Devi 859025237
Ni Wayan Desi Suantari 859025276

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ DENPASAR
2023.1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Model Pengelolaan dan
Pembelajaran Kelas Rangkap” tepat pada waktunya.
Proses penyusunan makalah ini tidak luput dari berbagai permasalah yang dihadapi.
Berkat bantuan dari berbagai macam pihak makalah ini dapat diselesaikan. Terimakasih kami
ucapkan kepada:
1. Ibu Ni Putu Arnita Muryati, S.Pd., M.Pd selaku tutor dalam mata kuliah
Pembelajaran Kelas Rangkap yang telah memberikan fasilitas dan memberikan
bimbingan kepada kami untuk menyusun makalah ini.
2. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, sehingga kritik dan
saran dari pembaca sangat dibutuhkan oleh penulis, sehingga dalam pembuatan makalah
selanjutnya dapat diperbaiki. Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca.

Semarapura, 22 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................ i


Daftar Isi ......................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ............................................................................................................... 2
Bab II Pembahasan
2.3 Prinsip Pengelolaan Pembelajaran Kelas Rangkap ............................................. 3
2.2 Prinsip Didaktik-Metodik dan Prosedur Pembelajaran Kelas Rangkap ............. 10
2.3 Aneka Model Interaksi Kelas Rangkap dalam Pembelajaran Kelas Rangkap ... 22
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 30
3.2 Saran ................................................................................................................... 30
Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran kelas rangkap merupakan suatu bentuk pembelajaran yang
mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam waktu
yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda. PKR juga
mengandung arti bahwa, seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih dan
menghadapi murid-murid dengan kemampuan belajar yang berbeda.
Pada saat proses pembelajaran di sekolah, tidak selamanya guru SD atau guru kelas
bisa terus mengajar. Ada kalanya, guru tersebut mempunyai halangan yang
menyebabkannya tidak bisa hadir menjalankan tugasnya sebagai guru yaitu melaksanakan
pembelajaran di sekolah. Akibat kekurangan guru mungkin saja akan menghambat
pelaksanaan pembelajaran dan hak siswa dalam menuntut ilmu, maka dari iu pelaksanaan
kelas rangkap tidak bisa dihindarkan.
Seorang guru yang mengajar di kelas rangkap tentunya harus memiliki keterampilan
pembelajaran dalam PKR yang berprinsip pada didaktik dan metodik yang meliputi
keterampilan dalam mengawal dan mengakhiri dalam proses pembelajaran PKR, cara
mendorong belajar asik dan membicarakan belajar mandiri, cara mengelola kelas PKR
dengan baik, kemitraan antara guru dan antara guru dan masyarakat serta pembinaan
profesional guru PKR oleh kepala sekolah. Hal itu tentu harus dimiliki oleh guru yang
mengajar di kelas PKR, maka dari itu, sebagai calon seorang guru dituntut untuk
memiliki kemampuan tersebut. Selain itu seorang guru harus dapat mengkondisikan kelas
agar tetap disiplin dan pembelajaran berjalan dengan kondusif

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana prinsip-prinsip pengelolaan pembelajaran kelas rangkap?
2. Bagaimana prinsip Didaktik - Metodik dan prosedur dasar pembelajaran kelas
rangkap?
3. Apa saja model interaksi kelas rangkap dalam pembelajaran kelas rangkap?

1
1.3 Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dari pengelolaan pembelajaran kelas
rangkap.
2. Untuk mengetahui prinsip didaktik - metodik dan prosedur dasar pembelajaran
kelas rangkap.
3. Untuk mengetahui model interaksi kelas rangkap dalam pembelajaran kelas
rangkap.

1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan dari makalah ini yang hendak dicapai, maka makalah ini
diharapkan mempunyai manfaat dalam Pembelajaran Kelas Rangkap, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat dari makalah ini yaitu:
1. Agar dapat lebih memahami prinsip-prinsip dan model interaksi dalam
pembelajaran kelas rangkap yang akan dilaksanakan.
2. Sebagai bahan masukan dalam penulisan makalah yang terkait atau bahan
perbandingan dalam penulisan makalah terkait dengan materi Pembelajaran
Kelas Rangkap.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Pengelolaan Pembelajaran Kelas Rangkap


1. Prinsip Pengelolaan PKR
Sebelum menentukan prinsip-prinsip pembelajaran kelas rangkap maka sebaiknya
kita simak rumusan singkat dari ciri-ciri utama PKR sebagai berikut:
1. Seorang guru
2. Menghadapi dua kelas atau lebih.
3. Satu kelas dengan dua atau lebih kelompok siswa yang berbeda kemampuan.
4. Untuk membimbing belajar dalam satu mata pelajaran atau lebih
5. Beberapa topik yang berbeda dalam satu mata pelajaran.
6. Dalam satu atau lebih dari satu ruangan
7. Pada jam pelajaran yang bersamaan.
Melihat ciri-ciri utama tersebut, persoalan yang dihadapi oleh guru agar dapat
melaksanakan PKR dengan baik adalah masalah pengelolaan atau manajemen. Secara
umum inti dari pengelolaan adalah mencapai tujuan yang setinggi-tingginya dengan
memanfaatkan segala sumber daya manusia, alam, sosial, budaya yang tersedia.
Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang efektif yang menurut
Karweit (1987) ditandai oleh 3 hal sebagai berikut:
1. Sebagian terbesar dari waktu yang tersedia benar-benar digunakan untuk
belajar siswa.
2. Kualitas pembelajaran guru sangat memadai.
3. Sebagian terbesar atau seluruh siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan
belajar.

2. Model Pengelolaan PKR


Untuk mewadahi pelaksanaan prinsip-prinsip pengelolaan PKR,
dikembangkan contoh sintakmatik (urutan-urutan kegiatan) pengelolaan PKR sebagai
berikut:
a. Model Utama: PKR Murni
1. PKR 221: Dua Kelas, Dua Mata Pelajaran, Satu Ruangan
b. Model Alternatif: PKR Modifikasi
1. PKR 222: Dua Kelas, Dua Mata Pelajaran, Dua Ruangan

3
2. PKR 333: Tiga Kelas, Tiga Mata Peajaran, Tiga Ruangan

Model PKR 221: PKR Murni

Dalam model PKR 221, guru menghadapi dua kelas dalam hal ini kelas 5 dan
kelas 6, untuk mengajar mata pelajaran IPA dengan topik sumber daya alam di kelas
5, dan mata pelajaran IPS topik sumber kekayaan alam di kelas 6. Kedua topik
memiliki saling keterkaitan. Proses pembelajaran berlangsung dalam satu ruangan.
Model PKR 221 merupakan model PKR murni karena prinsip keserempakan
terpenuhi tanpa batas fisik. Perhatian tatap muka sebagai wahana pedagogis kontrol
guru terhadap kelas dapat berlangsung terus menerus. Model ini hanya mungkin
diterapkan jika jumlah siswa tidak terlampu banyak (15-20 orang).
Petunjuk penerapan model PKR 221 sebagai berikut:
1. Pada kegiatan Pendahuluan 10 menit pertama berikan pengantar dan
pengarahan dalam satu ruangan. Gunakan dua papan tulis atau satu papan tulis
dibagi dua. Tuliskan topik dan hasil belajar yang diharapkan dari kelas 5 dan
6. Ikuti dengan langkah-langkah untuk masing-masing kelas yang akan
ditempuh selama pertemuan itu 80 menit.
2. Pada kegiatan Inti 60 menit berikutnya terapkan aneka metode yang sesuai
untuk masing-masing kelas. Selama kegiatan belajar berlangsung adakan

4
pemantapan, bimbingan, balikan sesuai keperluan. Terapkan prinsip wittiness,
alertness, dan overlappingness.
3. Pada kegiatan Penutup 10 menit terakhir berdirilah di depan kelas
menghadapi kedua kelas untuk mengadakan reviu atas mater dan kegiatan
yang baru berlaku. Berikan komentar dan penguatan sesuai keperluan. Setelah
itu berikan tindak lanjut berupa tugas atau apa saja sebagai bahan untuk
pertemuan berikutnya.
Keunggulan Model PKR 221:
1. Guru atau tim mengelola para siswa dari 2 tingkatan kelas yang berbeda,
dengan fokus 2 mata pelajaran baik yang sama atau berbeda dalam 1 ruangan.
2. Kegiatan Pendahuluan dan Penutup masing-masing dapat dilakukan secara
bersama-sama dalam ruangan yang akan digunakan untuk pembelajaran
3. Tidak membuang waktu terlalu banyak dalam pembelajaran, sebab dua kelas
melakukan pembelajaran dalam satu ruangan secara bersama-sama
4. Guru mudah dalam melakukan pemantauan terhadap siswa selama
pembelajaran berlangsung
5. Menghemat tenaga guru karena tidak perlu berpindah-pindah ruangan
6. Membina persahabatan antar kelas
7. Guru lebih kreatif dalam merancang pembelajaran agar tetap tercipta iklim
kelas yang menyenangkan
8. Model ini bisa efektif apabila jumlah siswa yang terdiri dari 2 tingkatan kelas
tersebut tidak terlalu banyak (maksimum 20 siswa untuk masing-masing
tingkatan kelas) dengan suatu ruangan yang cukup luas.
Kelemahan Model PKR 221:
1. Siswa tidak dapat fokus dengan apa yang sedang dipelajari atau dikerjakan
karena terganggu oleh aktivitas kelas lain
2. Tidak semua guru memiliki kemampuan mengelola siswa heterogen dalam
ruangan yang sama
3. Bertambahnya pekerjaan administratif, pekerjaan akademik, pelayanan dan
tanggung jawab guru terhadap siswa karena guru mengajar kelas rangkap
4. Jika siswa dalam 1 kelas jumlahnya lebih dari 20 siswa maka kelas PKR harus
dibagi menjadi 2 kelas.

5
Model PKR 222: PKR Modifikasi

Dalam model PKR 222, Guru menghadapi dua kelas, dalam hal ini Kelas 5
dan Kelas 6,untuk mengajar mata pelajaran Matematika topik Bangun Ruang di Kelas
5 dan mata pelajaran IPA topik Tumbuhan Hijau di Kelas 6. Kedua topik ini tidak
memiliki saling keterkaitan. Proses pembelajaran berlangsung dalam 2 ruangan
berdekatan yang terhubungkan dengan pintu. Untuk kondisi jumlah siswa lebih dari
20 orang, yang tidak mungkin ditampung dalam satu ruangan.
Petunjuk menerapkan model PKR 222 sebagai berikut:
1. Pada kegiatan Pendahuluan 10 menit pertama satuka siswa Kelas 5 dan 6
dalam satu ruangan yang tempat duduknya mencukupi. Berikan pengantar dan
pengarahan umum seperti dalam pendahuluan Model PKR 221. Bila ternyata
tidak mungkin menyatukan siswa kelas 5 dan 6 dalam ruangan, gunakan
halaman atau emperan kelas sambil berdiri/berbaris. Apabila cara kedua masih
tidak mungkin biarkan siswa kelas5 dan 6 duduk dalam ruangan masing-
masing. Guru berdiri di pintu penghubung ruang kelas 5 dan 6. Berikan
pengantar dan pengarahan umum secara berselang-selang untuk Kelas 5,
kemudian Kelas 6 dan atau sebaliknya.
2. Pada kegiata Inti 60 menit berikutnya terapkan aneka metode yang sesuai
untuk masing-masing kelas. Yang perlu diperhatikan jangan sampai pada saat
guru sedang menghadapi kelas yang satu, kelas yang satu lagi tidak ada
kegiatan sehingga ribut. Atur kepindahan dari ruang ke ruang secara
seimbang, artinya jangan banyak menggunakan waktu di satu ruang.

6
3. Pada saat kegiatan Penutup 10 menit terakhir guru berdiri di pintu
penghubung menghadapi dua kelas untuk mengadakan reviu umum mengenai
materi dan kegiatan belajar yang baru berlaku. Berikan komentar dan
penguatan sesuai keperluan. Setelah itu berikan tindak lanjut berupa tugas atau
apa saja sebagai bahan untuk pertemuan berikutnya.
4. Sebagai catatan, sedapat mungkin denah ruangan diatur agar pandangan siswa
mengarah ke depan dan ke arah pintu penghubung. Contohnya sebagai
berikut:

Mo
del PKR 221 sangat cocok untuk dua materi yang saling berkaitan, sedangkan
Model PKR 222 sangat cocok untuk materi pelajaran yang tidak berkaitan dan
memerlukan perhatian khusus dari masing-masing kelas.

Keunggulan Model PKR 222:


1. Masing-masing kelas lebih fokus dengan pelajaran yang sedang dihadapinya
atau aktivitas yang sedang dilakukan karena terbebas dari aktivitas kelas lain
2. Terciptanya kemandirian belajar siswa
3. Guru lebih kreatif dalam merancang pembelajaran agar siswa tetap
mempunyai aktivitas saat guru harus berpindah ke ruangan yang lain
4. Guru mudah dalam melakukan kegiatan penutup karena dapat dilakukan
secara bersama-sama untuk kedua kelas apabila anta rkedua ruangan terdapat
pintu penghubung

Kelemahan Model PKR 222:


1. Guru harus mengelola dua kelas sekaligus dalam waktu yang bersamaan.

7
2. Jika tidak ada ruangan yang cukup untuk memberikan pengantar dan
pengarahan umum (kegiatan pendahuluan) untuk dua kelas secara bersamaan,
maka harus mencari ruangan atau tempat lain.
3. Perhatian tatap muka sebagai wahana pedagogis kontrol guru terhadap kelas
tidak dapat berlangsung terus menerus.
4. Terlalu banyak memakan waktu karena guru harus berpindah-pindah ruangan .
5. Siswa merasa menjadi “anak tiri” jika guru tidak dapat membagi waktu
dengan baik antar kelas yang satu dengan lainnya.
6. Jika tidak terdapat pintu penghubung antar kedua kelas, guru harus melakukan
kegiatan penutup secara terpisah.
7. Pekerjaan guru dalam administratif, akademik, pelayanan dan tanggung jawab
terhadap siswa karena guru mengajar kelas rangkap

Model PKR 333: PKR Modifikasi

Dalam model PKR 333, Guru menghadapi 3 kelas, dalam hal ini Kelas 4, 5,
dan 6, untuk mengajar tiga mata pelajaran yang berbeda. Di kelas 4 mata pelajaran
IPS dengan topik Penduduk, di Kelas 5 IPA dengan topik Makhluk Hidup dan
Lingkungan, dan di kelas 6 Matematika dengan topik pecahan. Proses pembelajaran
berlangsung dalam tiga ruangan berjejer yang satu sama lain terhubungkan dengan
pintu penghubung.
Petunjuk menerapkan model PKR 333 sebagai berikut:
1. Pada kegiatan Pendahuluan 10 menit pertama kumpulkan siswa Kelas 4, 5,
dan 6 di salah satu ruangan yang tempat duduknya mencukupi. Berikan

8
pengantar dan pengarahan seperti dalam Model PKR 222. Apabila tidak
mungkin menyatukan siswa dalam satu ruangan, kumpulkan siswa kelas 4, 5,
dan 6 di halaman berbaris per kelas seperti dalam upacara bendera.
2. Pada kegiatan Inti 60 menit terapkan aneka metode belajar dengan
memanfaatkan aneka sumber belajar yang tersedia. Penggunaan Lembar Kerja
Siswa (LKS) dan atau Lembar Tugas Siswa (LTS) sangat dianjurkan agar
kegiatan belajar siswa lebih bersifat mandiri. Artinya, kegiatan belajar siswa
tidak banyak tergantung pada hadirnya guru di kelas. Dalam melaksanakan
model PKR 333 guru harus berpindah-pindah secara teratur antar 3 ruangan.
Tidak dapat dihindari akan terdapat waktu tunggu pada setiap kelas. Hal ini
dapat diperkecil dengan meningkatkan kadar kemandirian belajar siswa.
Proses saling bimbing atau tutor sebaya perlu digalakkan.
3. Pada kegiatan Penutup 10 menit terakhir adalah reviu untuk dua kelas
dengan menempatkan diri di pintu penghubung ruang satu dan dua atau ruang
2 dan 3. Berikan penguatan dan tindak lanjut untuk dua kelas itu. Setelah itu,
guru dapat berpindah ke ruangan yang tersisa.
4. Sebagai catatan, model PKR 333 ini termasuk yang lebih rumit dalam
pengelolaannya. Sebagai guru dituntut untuk memiliki mobilitas (daya gerak)
pedagogis yang tinggi. Denah tempat duduk dalam ruangan dapat di atur
sebagai berikut:

Keunggulan Model PKR 333:


1. Masing-masing kelas lebih fokus dengan pelajaran yang sedang dihadapinya
atau aktivitas yang sedang dilakukan karena terbebas dari aktivitas kelas lain
2. Siswa lebih mandiri dalam pembelajaran.

9
3. Guru lebih kreatif dalam merancang pembelajaran agar siswa tetap
mempunyai aktivitas saat guru harus berpindah ke ruangan yang lain.

Kelemahan Model PKR 333:


1. Untuk mengelola model 333 ini diperlukan tim guru paling tidak terdiri dari 2
orang guru.
2. Jika tidak ada ruangan yang cukup untuk memberikan pengantar dan
pengarahan umum (kegiatan pendahuluan) untuk tiga kelas secara bersamaan,
maka harus mencari ruangan atau tempat lain.
3. Perhatian tatap muka sebagai wahana pedagogis kontrol guru terhadap kelas
tidak dapat berlangsung terus menerus.
4. Terlalu banyak memakan waktu dibandingkan model PKR 222 karena guru
harus berpindah-pindah tiga ruangan.
5. Siswa merasa menjadi “anak tiri” jika guru tidak dapat membagi waktu
dengan baik antar kelas yang satu dengan lainnya.
6. Kegiatan penutup harus dilakukan dua kali (dua kelas dan satu kelas) apabila
terdapat pintu penghubung antar ruangan, namun harus dilakukan tiga kali
secara terpisah apabila tidak ada pintu penghubung antar ruangan.
7. Keterbatasan berbagai sumber belajar untuk menunjang pelaksanaan
pembelajaran terutama yang berupa buku-buku teks, bahan belajar yang
lainnya dan alat bantu mengajar.
8. Bertambahnya pekerjaan administratif, pekerjaan akademik, pelayanan dan
tanggung jawab guru terhadap siswa karena guru mengajar tiga kelas.

2.2 Prinsip Didaktik - Metodik dan Prosedur Dasar Pembelajaran Kelas Rangkap
Didaktik secara populer berasal dari bahasa latin didasco/ didascean yang artinya
saya mengajar. Didaktik diartikan sebagai ilmu mengajar/ pengetahuan tentang
bagaimana mengajar. Didaktik berkenaan dengan bagaimana menerapkan teori dan
konsep psikologi, komunikasi dan dari ilmu lain yang sesuai dalam upaya membimbing
dan menciptakan situasi belajar. Jadi, didaktik sebenarnya merupakan ilmu terapan atau
ilmu pendidikan praktis.

Metodik berasal dari bahasa latin yang artinya metodos atau jalan ke. yang
diartikan secara populer sebagai cara atau strategi mengajar. Cara atau strategi mengajar

10
pada dasarnya berkenaan dengan penataan urutan kegiatan pembelajaran, yang secara
operasional dapat diperinci menjadi bagaimana mengawali pembelajaran mengisi
kegiatan inti pembelajaran dan mengakhiri pembelajaran.

1. Bagaimana Mengawali dan Mengakhiri Pelajaran


a. Mengawali Pelajaran
Perlu kita sadari bahwa dalam membuka pelajaran ada empat hal pokok yang
harus dilakukan oleh seorang guru, diantaranya :
1) Menarik Perhatian Siswa
Menghadapi siswa dalam PKR memerlukan perhatian kusus. Karena dalam
PKR kita berhadapan dengan kelompok siswa lebih dari satu kelas pada saat yang
bersamaan. Pada awal pelajaran semua kelas seyogianya kita hadapi sekaligus.
Karena itu, kita bisa menggunakan salah satu ruangan atau diluar kelas. Apabila PKR
dilaksanakan dalam satu ruangan setelah pembukaan pelajaran, anda tinggal
meneruskan mengatur penempatan siswa tiap kelas dalam ruangan itu. Dan apabila
PKR dilaksanakan di lebih dari satu ruangan setelah pembukaan siswa dapat menuju
ruangan kelasnya untuk meneruskan pelajaran. Apabila pembukaan pelajaran
dilaksanakan secara bergiliran, sebagai dampak dari ruangan yang terpisah, dapat
mengakibatkan lamanya waktu tunggu kelas-kelas yang berikutnya. Jika ini terjadi
berarti waktu belajar siswa diruangan lainnya menjadi berkurang. Dari penjelasan
diatas kita dapat menyimpulkan pembukaan secara bersamaan lebih efektif atau lebih
baik dari pada pembukaan secara berurutan.
Oleh sebab itu, kita bisa menggunakan cara Pembukaan Model A.
Berbagai cara membuka pelajaran dapat kita lakukan, antara lain sebagai berikut :
a) memperlihatkan benda, alat, dan gambar yang berhubungan dengan materi
pelajaran;
b) memberikan aba-aba perhatian dan ucapan salam pembuka;
c) membunyikan sesuatu, misalnya peluit.
Perlu diingat bahwa menarik perhatian merupakan langkah pertama dalam
membuka dalam membuka pelajaran. Dan banyak cara dapat dilakukan untuk
menarik perhatian siswa. Tujuan utama menarik perhatian siswa adalah untuk
membebaskan siswa dari perhatiannya terhadap hal-hal diluar materi pelajaran.
Dengan demikian, mereka akan menaruh perhatian pada anda dan materi pelajaran
yang akan disampaikan.

11
2) Menimbulkan motivasi
Motivasi belajar adalah dorongan dari dalam diri siswa dan dari luar diri siswa
untuk mengalami perubahan perilaku dalam bentuk pengetahuan, sikap, nilai,
keterampilan. Guru dan lingkungan belajar termasuk didalamnya suasana kelas,
bahan, sumber merupakan dua unsur penting diluar diri siswa. Guru dan apa-apa yang
dilakukannya untuk membuat siswa-siswa mau, mampu dan biasa belajar merupakan
motivasi belajar ekstrinsik atau instrumental (datang dari luar). Kemauan, kebutuhan,
semangat, dan rasa senang yang ada dalam diri manusia merupakan motivasi belajar
intrinsik. Motivasi belajar ekstrinsik dan intrinsik harus dapat ditimbulkan secara
terpadu. Dengan demikian, kedua motivasi tersebut menjadikan energi atau daya yang
dapat menggerakkan siswa untuk belajar, dalam arti mengalami perubahan perilaku.
Bagaimana hal tersebut dapat Anda lakukan. Setidaknya ada 4 cara yang dapat dan
seyogianya dilakukan oleh guru PKR.
a) Kehangatan dan semangat (warmth and enthusiasm)
Kehangatan seorang guru terhadap siswanya tercermin dari:
• penampilan yang ceria dan bersahabat, tidak angker dan tidak menakutkan;
• perhatian yang penuh kesungguhan dan ketulusan, tidak memberi kesan asal-
asalan dan terpaksa.
Semangat seorang guru dalam menghadapi siswa tercermin dari:
• penggunaan bahasa yang santun dan akrab;
• kehangatan dan semangat dalam melakukan tugas mengajar.
b) Rasa penasaran/ingin tahu siswa (curiosity)
Rasa penasaran/ingin tahu siswa tercermin dari perhatian siswa pada saat guru
berbicara dan pertanyaan siswa terhadap materi dan kaitan materi yang sedang
dipelajari. Suasana kelas yang diam dan penuh cemas sama halnya dengan suasana
gaduh tidak menentu bukan tanda baik dari adanya rasa penasaran. Untuk dapat
memancing rasa penasaran guru harus berpikir dan berbicara secara logis dan
sistematis.
c) Ide yang bertentangan (conflicting/controversial ideas)
Adanya ide atau pendapat yang bertentangan dapat menimbulkan terjadinya
disonansi kognitif dalam diri seseorang. Disonansi 1 kognitif (cognitive dissonance)

12
adalah situasi dalam pikiran seseorang yang penuh pertanyaan. Suasana yang penuh
pertanyaan ini pada gilirannya dapat menimbulkan dorongan belajar bagi siswa.
Untuk dapat menimbulkan ide yang bertentangan, guru dapat menyajikan suatu kasus
atau cerita bermasalah. Kasus itu dapat berupa kejadian yang sesungguhnya.
Misalnya, diambil dari surat kabar atau keiadian yang dibuat seolah-olah benar
(hipotesis).
d) Minat siswa
Secara sederhana, minat dapat diartikan sebagai rasa tertarik pada sesuatu. Minat
seseorang biasanya tercermin dari perhatian dan kebiasaan atau hobi. Minat seseorang
dapat terpusat pada sesuatu hal yang dirasakan memberi kepuasan batiniah atau
karena bermula dari tuntutan. Minat dapat pula mencakup banyak hal. Setiap orang
memiliki minat yang berbeda dan orang lain dalam jenis atau kadarnya. Ada orang
yang memiliki minat lebih banyak pada olahraga tertentu atau kesenian tertentu. Ada
pula beberapa orang memiliki minat pada sesuatu dengan kadar yang bervariasi.
Minat juga terkait pada kebutuhan. Seseorang yang sedang memiliki kebutuhan rasa
aman biasanya punya minat besar pada olahraga bela diri atau pada barang-barang
yang secara psikologis dapat menjamin rasa aman. Motivasi harus dikaitkan pada
variasi minat siswa.

3) Memberi acuan belajar


Proses belajar dalam situasi pendidikan formal, antara lain ditandai oleh
keterarahan. Keterarahan merupakan perwujudan dari proses belajar yang terpandu
oleh dan terkait dengan tujuan belajar. Keterpaduan belajar harus dimulai pada saat
pembukaan pelajaran. Acuan atau rambu-rambu yang diberikan pada awal pelajaran
dapat memberi jalan bagi terjadinya proses belajar yang berorientasi tujuan. Tentu
saja hal itu tanpa maksud mengabaikan adanya proses belajar yang tidak terkira pada
tujuan, tetapi mengiringi dan memperkaya pencapaian tujuan. Agar dapat menjamin
keterarahan belajar sebagaimana dimaksudkan di atas, pada awal pelajaran guru perlu
memberi acuan. Memang benar acuan yang dimaksudkan adalah acuan dalam situasi
PKR.
Acuan belajar dapat diberikan, antara lain dengan 4 cara berikut.
a) Tujuan dan batas-batas tugas
Tujuan adalah gambaran perilaku yang diharapkan terbentuk sebagai dampak dari
proses pembelajaran. Tujuan dapat bersifat jangka pendek yang dapat dilihat pada
13
akhir suatu tahap atau episode pembelajaran. Misalnya, kemampuan menjelaskan, dan
keterampilan manual/termasuk kategori tujuan jangka pendek. Tujuan ini sering
disebut pula tujuan akhir (terminal behavior). Tujuan dapat pula bersifat jangka
panjang yang hasilnya baru dapat dilihat dalam jangka waktu tertentu, misalnya
kebiasaan, komitmen, dan kesenangan. Pada awal pelajaran guru harus
mengemukakan tujuan pembelajaran. Menurut Anda untuk apa? Bukankah dengan
diketahuinya tujuan oleh anak dapat member arah pada proses belajar? Ya, memang
demikian.
b) Langkah-langkah yang akan ditempuh
Langkah-langkah yang akan ditempuh bersisi urut-urutan kegiatan yang dirancang
guru untuk siswa-siswanya dalam mencapai tujuan belajar. Langkah-langkah tersebut
sering pula disebut strategi instruksional. Atau dapat pula kita sebut jalan menuju
pencapaian tujuan oleh siswa di bawah pengarahan guru. Dalam rangka PKR 321,
harus dikemukakan dengan jelas urutan kegiatan yang harus dilakukan oleh masing-
masing Kelas 4, 5, dan 6. Dengan demikian, masing-masing kelas itu akan dapat
memperoleh pengalaman belajar yang sistematis dan terancang untuk mencapai
tujuan dengan baik.
c) Masalah pokok sebagai pusat perhatian
Pada setiap episode pembelajaran harus ditemukan apa yang meniadi masalah
sebagai pokok pusat perhatian proses belajar. Masalah pokok bisa berupa konsep,
misalnya keluarga kecil atau masalah faktual, misalnya keadaan desa-desa miskin.
Masalah pokok tersebut perlu dikemukakan pada awal pelajaran.
d) Pertanyaan pemicu belajar
Pada awal pelajaran guru dapat melontarkan pertanyaan pemicu. Pertanyaan
pemicu dimaksudkan sebagai pemandu awal yang berfungsi memberi acuan bagi
siswa dalam belajar. Pertanyaan pemicu dapat dikaitkan dengan benda, peristiwa,
gambar yang digunakan pada saat guru menarik perhatian siswa. Pertanyaan pemicu
dapat disusun mulai dari pertanyaan sederhana apa, di mana, tahun berapa sampai
pada pertanyaan yang lebih rumit mengapa, bagaimana, apa akibatnya.

4) Membuat kaitan atau jalinan konseptual


Awal pelajaran merupakan jembatan antara pengalaman lama dan pengalaman
baru. Apabila pengalaman lama dan baru dapat dijembatani dengan. baik maka proses
belajar akan berlangsung lebih bermakna.
14
Ingatlah bahwa proses belajar dalam diri seseorang akan lebih bermakna bila
pengalaman lama dan pengalaman baru saling bersesuaian atau cocok satu sama lain.
Oleh karena itu, pada pembukaan pelajaran sebagai guru, Anda harus membangun
kaitan antar materi melalui caracara berikut.
a) Penyampaian pertanyaan apersepsi, yakni pertanyaan mengenai bahan lama yang
telah dipelajari sebelumnya. Dari pertanyaan ini diharapkan dapat diperoleh
jawaban yang menggambarkan perilaku awal (entry behavior) siswa. Perilaku
awal ini pada dasarya berupa pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan yang
telah dikuasai sebelum memulai pelajaran baru.
b) Perangkuman materi pelajaran yang lalu dengan maksud untuk memetakan apa-
apa yang telah dipelajari siswa. Apabila jawaban atas pertanyaan apersepsi dan
perangkuman dipadukan, Anda akan dapat membaca bekal belajar siswa sehingga
materi baru dengan mudah dapat dikaitkan untuk menghasilkan proses belajar
yang bermakna. Bagi siswa, dengan diperolehnya apersepsi dan rangkuman materi
lama akan membuka kesadaran dirinya mengenai apa yang telah dikuasai dan apa
yang seyogianya dikuasai dengan baik. Dengan kata lain, siswa akan dapat
melihat nilai tambah apa yang akan diperoleh setelah mempelajari materi baru.
Sekarang Anda telah memperoleh rambu-rambu bagaimana mengawali pelajaran
dalam rangka PKR. Selanjutnya, mari kita lihat bagaimana mengakhiri pelajaran.

b. Mengakhiri pelajaran
Mengakhiri pelajaran atau menutup pelajaran sama pentingnya dengan
membuka pelajaran, walau tentu saja berbeda tujuan dan fungsinya. Seperti juga
dalam membuka pelajaran, dalam rangka menutup pelajaran seyogianya dilakukan
secara bersama-sama dengan dihadiri oleh siswa semua kelas yang dirangkap dalam
satu ruangan atau satu tempat. Hal ini dimaksudkan agar guru dapat mengontrol suatu
episode pembelajaran untuk setiap kelas secara utuh.
Dalam rangka menutup pelajaran ada 3 kegiatan pokok yang seyogianya kita lakukan
hal-hal berikut.
1) Meninjau kembali
Suatu episode pembelajaran dibangun untuk mencapai seperangkat tujuan yang
dirumuskan lebih dulu. Pengalaman belajar yang ditata oleh guru dimaksudkan untuk
memberikan aktivitas akademis dan sosial bagi siswa dalam upaya mencapai tujuan

15
belajarya. Dari sudut guru penataan pengalaman belajar siswa berfungsi sebagai
takaran seberapa banyak bimbingan belajar yang seyogianya diberikan kepada siswa.
Untuk mengecek apakah penataan pengalaman belajar itu memenuhi tuntutan
pedagogis sebagaimana disyaratkan dalam tujuan, pada akhir pelajaran perlu diadakan
peninjauan kembali. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan cara merangkum atau
membuat ringkasan. Pembuatan rangkuman atau ringkasan sebaiknya dilakukan oleh
guru dengan melibatkan siswa sejauh mungkin. Dengan demikian, siswa dapat
memahami apa saja yang telah ia pelajari dalam satu episode pernbelajaran.
2) Mengadakan evaluasi penguasaan siswa
Seperti Anda maklumi, salah satu penunjuk atau indikator keberhasilan
pembelajaran adalah tercapai tidaknya penguasaan siswa mengenai materi pelajaran
sesuai dengan tujuan yang digariskan. Untuk maksud tersebut, guru perlu
mengadakan evaluasi formatif pada akhir pelajaran.
Evaluasi ini dapat dilakukan, antara lain dengan cara, siswa:
a) mendemonstrasikan keterampilan;
b) menerapkan ide baru pada situasi lain;
c) mengemukakan pendapat sendiri;
d) mengerjakan soal-soal secara tertulis.
Dari keempat cara tersebut, cobalah ingat-ingat cara mana yang paling sering
Anda gunakan, dan cara mana yang paling jarang Anda gunakan, dan barangkali
Anda dapat memberi alasan apa sebabnya.
3) Memberikan tindak lanjut
Di muka kita telah membahas fungsi pembukaan pelajaran sebagai jembatan
materi lama dengan materi baru. Tindak lanjut di lain pihak, berfungsi sebagai
jembatan materi dan pengalaman belajar baru dengan pengalaman yang akan datang.
Tindak lanjut dapat dilakukan dengan cara memberi pekerjaan rumah, merancang
sesuatu atau mengomunikasikan sesuatu. Dari sudut proses belajar individu, tindak
laniut dapat pula berfungsi sebagai pengetesan prinsip, yang telah dipahami.

2. Bagaimana Mendorong Belajar Aktif dan Membiasakan Belajar Mandiri


Harus kita ingat bahwa hakitat belajar adalah berubah, keterampilan berubah
melalui proses latihan, sedang kebiasaan belajar berubah melalui pembiasaan atau
habituasi.

16
Belajar mandiri adalah proses memperoleh pengetahuan, nilai dan sikap,
keterampilan, dan kebiasaan belajar melalui pemanfaatan rangsangan dari luar diri
siswa untuk membangkitkan kemampuan belajar secara optimal.
Beberapa alasan yang membuat perlu digalakkan belajar mandiri yakni :
a. ada bukti kuat bahwa individu yang berinisiatif dalam belajar dapat belajar
lebih banyak, dan lebih baik daripada individu yang tergantung pada guru.
b. belajar mandiri lebih sesuai dengan proses alami perkembangan mental
individu.
c. perkembangan baru dalam berbagai aspek Pendidikan menempatkan siswa
sebagai pembelajar yang aktif (Knowles, 1975)
Untuk dapat mengembangkan siswa sebagai pembelajar yang aktif guru PKR
perlu menguasai semua keterampilan dasar mengajar. Keterampilan dasar yang dapat
dijadikan latar pembelajaran dalam PKR adalah keterampilan:
a. membimbing diskusi kelompok kecil
Kelompok kecil dalam kelas PKR bisa dibentuk untuk masing-masing kelas
atau lintas kelas. Besar kelompok tergantung pada jumlah siswa, paling tidak
kelompok terkecil berjumlah dua orang dan paling besar lima orang.
Keterampilan yang perlu dikuasai oleh Anda sebagai guru PKR dan siswa
yang ditugasi untuk menjadi ketua kelompok atau tutor kakak (cross-age tutor)
dalam menata diskusi atau kerja kelompok kecil adalah berikut ini.
1) Memusatkan perhatian siswa dengan cara merumuskan tujuan, masalah
dan langkah yang akan ditempuh.
2) Memperjelas masalah yang menjadi pusat perhatian diskusi.
3) Menganalisis pendapat siswa.
4) Meningkatkan kesempatan siswa untuk mengeluarkan pendapatnya dengan
cara memancing dengan pertanyaan, memberi contoh, memberi tempo
untuk berpikir, dan mendengar dengan penuh perhatian.
5) Meratakan kesempatan berbicara dengan cara, mencegah adanya monopoli
pembicaraan meminta siswa mengomentari siswa lainnya.
6) Memacu proses berpikir dengan cara mengajukan pertanyaan pelacakan
mulai dari pertanyaan sederhana ke pertanyaan yang lebih sulit atau
meminta perluasan jawaban atas suatu pertanyaan.
7) Menutup diskusi dengan cara pelaporan kelompok dan membuat
rangkuman.
17
Keterampilan tersebut diperlukan dalam PK di satu ruangan di mana guru
dapat mengendalikan semua kelompok kelas pada sat bersamaan dibantu oleh
tutor kakak.
b. mengajar kelompok kecil dan perseorangan
Di SD yang kecil ada kalanya guru menghadapi kelas yang siswanya hanya 1 -
2 orang dirangkap dengan kelas lain yang jumlahnya lebih banyak walau tidak
sebanyak kelas normal. Malah ada SD yang jumlah siswanya hanya 15 - 30 orang
untuk seluruh kelas (Kelas 1 sampai dengan Kelas 6). Ruang belajar yang
digunakannya pun hanya satu ruangan dengan atau tapa penyekat. Menghadapi
situasi seperti in guru PKR dituntut untuk menguasai keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perseorangan.
Dalam situasi pengajaran kelompok kecil dan perseorangan ada sejumlah
peran guru yang perlu Anda hayati:
1) Guru sebagai penata kegiatan belajar-mengajar.
2) Guru sebagai sumber informasi bagi siswa.
3) Guru sebagai pendorong belajar siswa.
4) Guru sebagal penyedia materi dun hambuka kesempatan belajar siswa.
5) Guru sebagai pendiagnosis kebutuhan belajar siswa.
c. mengadakan variasi
Varasi, artinya keanekaragaman. Dalam pembelajaran, keanek. ragaman
menyangkut gaya mengajar, media, sumber, dan pola interaki en kegiatan belajar-
mengajar. "Marilah sekarang kita mengkaji ketiga jenis variasi tersebut.
1) Variasi gaya mengajar
Gaya mengajar atau teaching style adalah pola penampilan guru dalam
mengolah dan mengelola rangsangan. belajar dan lingkungan belie yang
memungkinkan tumbuhnya dinamika proses belajar siswa. Dinamika
proses belajar tercermin pada perhatian, semangat, dan rasa senang, dan
kebetahan atau keasyikan siswa dalam mempelajari sesuatu. Penampilan
mengajar guru pada saat berhadapan dengan siswanya diwarnai oleh
keterampilan guru dalam melakukan hal-hal sebagai berikut.
a) Mengolah suasana dan bicara termasuk di dalamnya kecepatan,
kejernihan, tekanan, besar-kecilnya atau volume dan kefasihan.

18
b) Memberi perhatian termasuk di dalamnya pemusatan perhatian siswa
dan penyebaran perhatian guru terhadap beberapa hal, seperi kegiatan
dan siswa secara bersamaan.
c) Membuat kesenyapan pada saat berbicara dalam memberi kesempatan
penyimak untuk mengendapkan ide.
d) Melakukan kontak pandang terhadap siswa, yang memberi kesan
semua siswa mendapatkan tatapan hangat guru.
e) Mengolah gerak dan mimik yang terlukis pada gerak fisik/badani
f) Guru dan tampilan wajah pada saat menghadapi siswa-siswanya.
Melakukan alih posisi berdiri dalam menguasai kelas yang memungkinkan
guru dapat mendekati semua kelompok siswa dan memungkinkan siswa
merasakan perhatian yang sama dari guru.
2) Variasi media dan sumber
Media adalah alat dan bahan yang digunakan oleh guru untuk
menyampaikan pesan yang dapat berupa ide, informasi, dari pendapat
kepada siswa. Media dapat berbentuk terlihat atau visual, terdengar atau
audio dan teraba atau taktil. Untuk ini, Anda diminta memberikan contoh
masing-masing jenis media itu. Apabila Anda sendiri mendapat kesulitan
mencari contoh tersebut, cobalah bicarakan dengan teman Anda. Sumber
adalah benda, manusia, situasi yang berisikan atau menghasilkan
informasi, berupa data, fakta, ide, rangsangan yang dapat digunakan oleh
guru dan siswa dalam berkomunikasi. Sumber dapat berupa barang
tercetak, seperti buku, modul, bahan terekam, seperti kaset audio, bahan
tersiar, seperti siaran radio atau TV, manusia sumber, dan pengaruh yang
ditimbulkan ole masing-masing jenis sumber tersebut. Keterampilan guru
memanfaatkan aneka ragam media dan sumber secara tepat guna dan layak
akan dapat membangun iklim atau suasana belajar-mengajar yang
menarik, menantang, menyenangkan, dan mengasyikkan.Untuk itu guru
seyogianya terampil dalam memilih, menyesuaikan, menggunakan dan
apabila mungkin mengolah kembali media dan sumber itu sesuai
kebutuhan.
3) Variasi pola interaksi dan kegiatan
Siswa sebagai individu pembelajar, yakni orang yang melakukan peristiwa
belajar secara manusiawi harus dipandang sebagai makhluk yang memiliki
19
potensi menerima dan mengolah informasi melalui pengalaman konkret,
pengamatan mendalam, pengonsepan atau konseptualisasi secara abstrak,
dan percobaan meluas atau esperimentasi, (Kolb: 1987). Dengan kata lain,
proses belajar siswa harus diartikan sebagai aktivitas individu dalam
membangun pengetahuan melalui pengalaman. Pengalaman tidaklah
bersisi tunggal, tetapi selalu bersudut jamak. Oleh karena itu, pengalaman
belajar siswa (learning experiences) yang baik dan bermakna adalah
pengalaman belajar yang dibangun melalui aneka ragam pola interaksi dan
kegiatan yang sengaja dikembangkan ole guru. Oleh karena itu, apabila
Anda sebagai guru ingin membangun pengalaman belajar siswa yang
bermakna, Anda seyogianya menguasai keterampilan penganekaragaman
pola interaksi dan kegiatan. Marilah sekarang kita menelusuri bagaimana
pilihan yang ada dari pola tersebut. Apabila dilihat dari jumlah peserta
siswa dalam suatu kegiatan belajar, kegiatan belajar dapat berupa kegiatan
perseorangan, pasangan, kelompok kecil (3 - 5 orang), kelompok besar (6 -
10) orang), dan klasikal (11 - 30 orang). Pola interaksi yang bisa terjadi
pada setiap jenis kegiatan tidak selalu sama, seperti dapat digambarkan
sebagai berikut.

3. Bagaimana Mengelola Kelas PKR dengan Baik


Perlu kita sadari bahwa kela PKR memerlukan perhatian yang lebih dari kelas
biasa karena Karakteristik pembelajaran dalam PKR jauh lebih beragam daripada di
kelas biasa. Namun demikian, tuntutan pedagogisnya sama, yakni iklim kelas yang
perlu diciptakan harus memungkinkan siswa dapat memanfaatkan waktu belaiar
secara efektif. Waktu belajar efektif, seperti dirumuskan oleh Karweit (1987) adalah
sebagai berikut.

Waktu Kualitas Keterlibatan Waktu


Belajar Pembelajaran Siswa Belajar
Efektif

45 menit 90% Waktu 90% Waktu 36 Menit


IPA Kegiatan Belajar Siswa Aktif Memadai
Belajar

20
Contoh :
Rumus tersebut menunjukkan bahwa waktu belajar efektif (WBE) dipengaruhi oleh
besar kecilnya persentase waktu kegiatan belajar yang memadai dan waktu keterlibatan
aktif belajar. Artinya, makin memadai kualitas pembelajaran dan keterlibatan siswa maka
waktu belajar semakin efektif.
Untuk dapat menciptakan dan memelihara suasana kelas yang memungkinkan
optimalnya kualitas pembelajaran dan keterlibatan siswa, perlu pengelolaan kelas
(classroom management) yang baik. Untuk itu, guru harus menguasai keterampilan
mengelola kelas.
Keterampilan mengelola kelas mencakup kemampuan guru untuk:
a. Menciptakan dan memelihara situasi kelas yang optimal;
b. Mengendalikan kondisi belajar yang optimal dan mengatasi perilaku siswa yang
menyimpang.

a. Menciptakan dan memelihara situasi kelas yang optimal


Situasi kelas yang optimal ditandai ole tingginya persentase waktu yang
digunakan untuk mendorong siswa melakukan tugas-tugas, dan tingginya
persentase yang digunakan oleh siswa untuk melibatkan diri dalam interaksi kelas.
Untuk dapat menciptakan situasi tersebut guru seyogianya terampil dalam hal-
hal sebagai berikut.
1) Menanggapi dengan penuh kepekaan terhadap hal-hal yang mengganggu
jalannya interaksi belajar-mengajar. Misalnya, apabila Anda sedang
menielaskan sesuatu, kemudian Anda melihat ada dua siswa yang sedang
berbisik atau mengganggu siswa lain, Anda harus segera menanggapinya,
jangan sekali-kali membiarkan hal tersebut berlangsung terus.
2) Memeratakan perhatian terhadap semua kelompok baik secara visual
maupun verbal. Berikan tatapan wajah Anda kepada seluruh kelas dan
berbicaralah dengan jelas sehingga semua siswa dapat menangkap
pembicaraan dengan baik. Jangan sekali-kali hanya memandang ke salat
satu sudut dan berbicara hanya kepada siswa atau kelompok tertentu.
3) Memberikan penugasan kepada kelompok dengan jelas sehingga siswa.
siswa memahami tugas dan peranan seta tanggung jawabnya dalam
kefiatan belajar- mengajar. Jangan sekali-kali memberikan tugas yang
kabur, misalnya "Coba diskusikan polusi air". Apabila itu dilakukan siswa-
21
siswa akan bingung apanya dari air yang harus dibicarakan dan bazaimana
cara membicarakannya. Yang aka terjadi bukan proses berbagi
pengalaman dan pengetahuan, tetapi proses berbagi ketidaktahuan.
4) Memberi teguran dengan arif dan bijaksana bila melihat terjadinya
perilaku menyimpang dari siswa. Teguran yang sarkastik (kasar) bukan
hanya tidak akan efektif, tetapi akan melukai perasaan siswa. Apalagi
memberikan hukuman fisik atau menyuruh melakukan kegiatan yang tidak
berguna, misalnya menjilati tembok tidak dibenarkan. Jangan pula takut
menegur karena bila guru membiarkan perilaku menyimpang sama saja
dengan menguatkan penyimpangan itu.
5) Memberikan penguatan verbal, gestural, kegiatan, kedekatan, dan token,
sesuai dengan keperluan dan situasi secara wajar. Berikan pujian terhadap
perilaku yang baik untuk mendorong munculnya perilaku baik itu lebih
sering.
b. Mengendalikan kondisi belajar yang optimal
Mungkin Anda pun pernah mengalami situasi kela yang sering terganggu oleh
perbuatan satu atau dua orang siswa yang memerlukan perhatian. Apabila ada
siswa yang berperilaku menyimpang janganlah dibiarkan tetapi harus
dikendalikan. Ingatlah hakikat belajar adalah berubah.
Jadi, bila Anda melihat perilaku menyimpang harus segera Anda bah ke arah
perilaku yang baik.
Mengubah perilaku menyimpang dapat Anda lakukan dengan cara:
1) mengajarkan dan member contoh perilaku yang dinginkan;
2) menguatkan perilaku yang baik dengan pujian yang wajar;
3) memberi hukuman yang benar dan wajar terhadap perilaku menyimpang.
Sementara itu, guru harus senantiasa berusaha memberi kemudahan belajar
kepada siswa baik secara individual maupun kelompok.

2.3 Aneka Model Interaksi Kelas Rangkap dalam Pembelajaran Kelas Rangkap
Dalam rangka pelaksanaan PKR, ada beberapa model pembelajaran yang
dapat kita gunakan sesuai dengan kebutuhan. Format atau model pembelajaran
tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Proses Belajar Arahan Sendiri (PBAS)
2. Proses Belajar Melalui Kerja Sama (PBMKS) yang meliputi berikut ini:
22
a) Olah-Pikir Sejoli (OPS)
b) Olah-Pikir Berebut (OPB)
c) Konsultasi Intra Kelompok (KIK)
d) Tutorial Teman Sebaya (TTS)
e) Tutorial Lintas Kelas (TLK)
f) Diskusi Meja Bundar (DMB)
g) Tugas Diskusi dan Resitasi (TDR)
h) Aktivitas Tugas Tertutup (ATTu)
i) Aktivitas Tugas Terbuka (ATTa)

1. Proses Belajar Arahan Sendiri (PBAS)


a) Langkah-langkah
Model PBAS memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
Katagori Kegiatan Perincian Bentuk Kegiatan
Penyeleksian 1. Menemukan informasi esensial
2. Membuat catatan tentang hal penting
3. Mengeksplorasi ide pokok
Pemahaman 1. Melihat bahan lebih awal
2. Menggunakan isyarat kontekstual
3. Mencari sumber bahan
Penguatan Ingatan 1. Mengkaji ulang bahan
2. Mengingat butir penting
3. Mengetes sendiri
Penjabaran Lanjutan 1. Bertanya pada diri sendiri
2. Membentuk citra sendiri
3. Menarik analogi dan metafora
Pengintegrasian 1. Mengungkapkan sendiri
2. Membuat ilustrasi atau diagram
3. Menggunakan banyak sumber
4. Mengaitkan dengan pengetahuan yang telah
dimiliki
5. Menjawab permasalahan sendiri
Pemantauan 1. Mengecek apa yang telah dikuasai
2. Menyadari kekuatan dan kelemahan diri sendiri

b) Sasaran Penggunaan
Model PBAS ini di adaptasi dari model Thomas, Strage dan Curley tahun
1988 dalam Miller tahun 1991. Model ini digunakan sebagai model belajar
mandiri. Belajar mandiri adalah mencari dan mengolah informasi atas dasar

23
dorongan belajar dari dalam diri. Asrtinya, tanpa menggu datangnya tugas atau
perintah dari orang lain. Walaupun demikian, model ini akan diterapkan di SD,
arahan dari guru masih tetap diperlukan dalam kadar yang tidak terlalu besar.
Guru memberikan petunjuk yang singkat, jelas, dan tegas. Dalam model ini, peran
guru benar-benar sebagai pengarah dan pemberi kemudahan siswa. Model ini
harus menjadi inti dari PKR. Dalam hubungan ini guru PKR bertugas untuk
memelihara kelangsungan kegiatan tersebut. Keberhasilan PKR Sebagian besar
terletak pada berhasil tidaknya PBAS ini diterapkan pada lingkungan sekolah.

2. Proses Belajar Melalui Kerja Sama (PBMKS)


a) Olah – piker Sejoli (OPS)
1) Langkah-langkah
Model OPS ini memiliki Langkah-langkah sebagai beriku:

Tahap 1 : Siswa menyimak pertanyaan yang diajukan guru


Tahap 2 : Siswa diberi kesempatan untuk memikirkan jawaban atas
pertanyaan tersebut
Tahap 3 : Guru meminta siswa untuk mendiskusikan jawabannya
bersama dengan teman sebangku
Tahap 4 : Masing-masing pasangan akan menyampaikan
pendapatnya dalam diskusi kelas yang dibimbing oleh
guru

2) Saran Penggunaan
Model ini diadaptasi dari Model “Think Pair Share” dari Kagan tahun
1990. Model ini menitik beratkan pada komunikasi banyak arah secara
bertahap. Pada Tahap 1 dan 2 merupakan tahap komunikasi. Tahap 3
komunikasi timbal balik antar kelompok kecil (2 orang). Tahap 4 wadah
komunikasi banyak arah melalui diskusi kelas. Model ini memiliki tujuan
membina kerja sama dan komunikasi sosial. Diskusi pada model ini dapat
terdiri dari dua siswa beda kelas. Dalam penggunaan model ini guru berperan
sebagai penanya, moderator atau pengatur, dan manajer atau pengelola kelas.

b) Olah – Pikir Berebut (OPB)


1) Langkah-langkah
Model OPB ini memiliki Langkah-langkah sebagai berikut:

24
Tahap 1 : Guru mengajukan pertanyaan yang meminta banyak
jawaban
Tahap 2 : Siswa secara perseorangan berpikir dan selanjutnya
memberi jawaban secara lisan.

2) Saran Penggunaan
Model ini merupakan adaptasi dari model Roundrobin dari Kagan
tahun 1990. Model ini termasuk ke dalam proses curah pendapat atau yang
dirangsang dengan pertanyaan menyebar, yakni pertanyaan yang menuntut
jawaban yang bervariasi. Pola PKR ini sangat cocok digunakan untuk pola satu
atau lebih dari satu kelas dalam satu ruangan untuk membahas satu atau lebih dari
satu mata pelajaran yang menjadi topik umum yang ditata dengan penggugusan topik
dan sub topik. Tujuan dari model ini adalah untuk melibatkan siswa dalam
mengutarakan pendapat yang dimiliki. Peran guru dalam model guru adalah
sebagai penanya, moderator, dan manajer kelas.
c) Konsultasi Intra Kelompok (KIK)
1) Langkah-langkah
Model KIK memiliki Langkah-langkah sebagai beriku:

Tahap 1 : Siswa diminta menyiapkan alat tulis yang diletakkan


di tengah meja setiap kelompok
Tahap 2 : Salah satu perwakilan kelompok diminta untuk
membaca pertanyaan pertama yang disiapkan oleh
guru.
Tahap 3 : Semua siswa mencari jawaban dari buku yang tersedia
atau hasil dari diskusi kelompok.
Tahap 4 : Siswa yang membacakan pertanyaan mengecek
apakah kelompoknya mengerti maksud dari
pertanyaan dan menyepakati jawaban.
Tahap 5 : Bila telah menyepakati jawaban maka siswa
menuliskan jawabannya menggunakan kata-kata
sendiri, pada buku catatan.
Tahap 6 : Mengulang kembali langkah 1-5, sehingga setiap
siswa dapat membacakan pertanyaan dan mengecek
jawaban kelompok.

2) Saran Penggunaan
Model KIK ini di adaptasi dari model Team-mate Consult dari Kagan
tahun 1990. Tujuan model ini adalah untuk mengembangkan kemampuan dan
kebiasaan saling berbagi ide dan membuat kesepakatan bersama mengenai

25
sesuatu hal serta menuangkan hasil kesepakatan itu dalam bahasa
sendiri. Model ini dapat diterapkan dalam kelas PKR baik yang dilakukan
dalam satu atau lebih dari satu ruangan. Pokok yang dipelajari dapat berupa
topik dalam satu atau lebih dari satu mata pelajaran. Yang perlu dicatat ialah
pengelompokan siswa sebaiknya menurut kelas. Mungkin lebih cocok
digunakan di kelas 4 ke atas dimana siswa sudah bisa menuliskan buah
pikirannya.

d) Tutorial Teman Sebaya (TTS)


1) Langkah-langkah
Model TTS ini memiliki langkah-langkah sebagai berikut

Tahap 1 : Pilih siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.


Tahap 2 : Berikan tugas khusus untuk membantu temannya dalam
bidang tertentu.
Tahap 3 : Guru selalu memantau proses saling membantu
Tahap 4 : tersebut.
Berikan penguatan kepada kedua belah pihak agar baik
anak yang membantu maupun yang dibantu merasa
senang

2) Saran Penggunaan
Model TTS ini dirancang untuk mengembangkan sikap dan kebiasaan
saling membantu antar teman sebaya. Miller tahun 1991 memberikan beberapa
saran untuk berhasilannya program tutorial sebagai berikut:
• Mulailah dengan tujuan yang jelas dan mudah dicapai.
• Jelaskan tujuan kepada seluruh kelas.
• Siapkan bahan dan sumber belajar yang memadai.
• Gunakanlah cara yang praktis.
• Hindari kegiatan pengulangan yang dilakukan guru.
• Pusatkan kegiatan tutorial pada keterampilan pikiran yang diminta di
kelas, siswa.
• Berikan latihan singkat mengenai yang akan dilakukan tutor.
• Lakukanlah pemantauan terhadap proses belajar yang terjadi melalui
tutorial.

26
Peran Guru pada model TTS ini adalah sebagai seseorang yang dapat
dimintai keterangan, petunjuk, dan saran oleh siswa yang ditugasi sebagai
tutor sebaya. Jagalah agar siswa yang menjadi tutor sebaya tidak bersikap
sombong.

e) Tutorial Lintas Kelas (TLK)


1) Langkah-langkah
Model TLK memiliki Langkah-langkah sebagai berikut.
• Pilih siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata di kelas di atasnya.
• berikan tugas khusus membantu siswa adik kelasnya.
• guru selalu memantau proses saling membantu tersebut.
• berikan penguatan kepada kedua belah pihak agar baik siswa yang
membantu dan yang dibantu merasa senang.
2) Saran Pengunaan
Model TLK digunakan secara lintas kelas. Siswa kelas yang lebih
tinggi misalnya kelas 6 yang memadai, ditugasi untuk membantu kelompok
siswa kelas di bawahnya.

f) Diskusi Meja Bundar (DMB)


Walaupun Namanya diskusi meja bundar, tetapi secara fisik, meja tidak harus
berbentuk bundar. Maksud dari diskusi meja bundar adalah bagaimana mengatur siswa
dalam kelompok dapat saling melihat satu dengan yang lain.
1) Langkah-langkah
Model DBM ini memiliki Langkah-langkah sebagai berikut.

• Siswa dibagi menjadi kelompok kecil dengan jumlah 3-4 orang.


• Guru mengajukan pertanyaan yang menuntut banyak jawaban.
• Selembar kertas diberikan kepada setiap kelompok. secara bergilir setiap
siswa dalam kelompok itu, menuliskan jawaban terhadap pertanyaan
menurut pendapatnya sendiri.
• Mendiskusikan jawaban yang berbeda sesuai dengan arahan guru.
2) Saran Penggunaan
Model DBM ini di adaptasi dari model Roundtable dari Kagan tahun
1990. Tujuan model ini ialah mengembangkan keterampilan mengemukakan

27
ide secara tertulis melalui situasi kerja kelompok. Model ini mirib dengan
model OPB, hanya dalam model OPB jawaban siswa disampaikan secara
lisan. Pengunaan model ini akan lebih tepat di Kelas 4 ke atas.

g) Tugas – Diskusi – Resitasi (TDR)


1) Langkah-langkah
Model TDR ini memiliki Langkah-langkah sebagai berikut.
• Pemberian tugas dari guru.
• Pelaksanaan diskusi kelompok siswa.
• Pelaporan hasil diskusi siswa.
2) Saran Penggunaan
Model TDR ini merupakan kombinasi dari metode pemberian tugas
dan diskusi. Model ini cocok digunakan di Kelas 4 ke atas. Tujuan model ini
tertuju pada pengembangan keterampilan akademis yang digapai melalui
situasi kerjasama. Dalam model ini guru berperan sebagai manajer kelas dan
narasumber.

h) Aktivitas Tugas Tertutup (ATTu), dan Aktivitas Tugas Terbuka (ATTa)


1) Langkah-langkah
Model ATTu dan ATTa merupakan model pemberian tugas. Model
ATTu dan ATTa tidak memiliki langkah khusus, sama seperti pemberian
tugas pada umumnya. Yang membedakan adalah sifat isi tugasnya. ATTu
bentuk tugasnya hanya memiliki satu jawaban yang benar. Sedangkan ATTa
memiliki jawaban yang beraneka ragam.
2) Saran Pengunaan
Model ini dapat digunakan di berbagai bidang studi. Dalam kelas PKR
model ini lebih tepat digunakan di Kelas 4 keatas. Peran guru dalam model ini
adalah sebagai nasumber dan manajer kelas. Tujuan dari model ini adalah
melatih keterampilan berpikir kognitif dan komunikasi secara tertulis.

3. Bagaimana Memelihara Suasana Belajar?


Situasi belajar dalam Pembelajaran Kelas Rangkap tentu akan berbeda dengan
pembelajaran pada pembelajaran kelas pada umumnya. Yang membedakan adalah

28
kelas PKR adalah keserbagandaan dalam kelas PKR, yang dimaksud dengan
keserbagandaan adalah:
1) Kelompok siswa dari dua kelas atau lebih;
2) Satu atau lebih dari satu mata pelajaran yang diajarkan;
3) Satu atau lebih dari satu topik yang dibahas;
4) Satu atau lebih dari satu model belajar yang digunakan;
5) Satu atau lebih dari satu ruang belajar yang dipakai, waktu yang bersama
dihadapi serta dikelola oleh hanya satu orang guru.
Dengan kata lain, seorang guru harus menangani serbaaneka atau aneka ragam
hal pada satu saat oleh seorang diri. Menghadapi keadaan serti itu sebagai seorang
guru dituntut untuk dapat:
1) Memelihara disiplin kelas untuk memungkinkan setiap siswa selalu berada
dalam tugas belajarnya dan tidak menganggu siswa lainnya;
2) Menciptakan dan memelihara suasana belajar yang menarik, artinya siswa
dan guru merasa betah dan menyenangkan, dan tidak merasa bosan
melalukan kegiatan belajar-mengajar;
3) Selalu sadar dan merasa terikat oleh tujuan belajar yang telah dirumuskan
dengan tepat berani mengambil keputusan transaksional, yakni keputusan
yang diambil pada saat berlangsungnya pembelajaran demi mencapai hasil
belajar siswa yang setinggi-tingginya.

29
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengelolaan PKR adalah upaya yang digunakan untuk mencapai tujuan yang setinggi-
tingginya dengan memanfaatkan segala sumber daya (manusia, alam, sosial, budaya)
yang tersedia. Dalam pengelolaan PKR ada 2 model yang digunakan yaitu Model utama:
PKR Murni (PKR 221) dan model alternatif: PKR Modifikasi (PKR 222 dan 333). Semua
model tersebut tentu memiliki tujuan, kemampuan dan sasaran belajar, serta memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Selain pengelolaan PKR guru juga harus memiliki kemampuan dalam membuka dan
mengakhiri pembelajaran. Dalam membuka pelajaran ada beberapa hal harus diperhatikan
yaitu (1) menarik perhatian siswa; (2) menimbulkan motivasi belajar; (3) memberi acuan
belajar; dan (4) membuat kaitan belajar. Dalam mengakhiri pembelajaran ada 3 hal yang
harus diperhatikan yaitu, (1) meninjau kembali; (2) mengadakan evaluasi penguasaan
siswa; dan (3) memberikan tindak lanjut.
Selain itu dalam PKR proses belajar aktif dan belajar mandiri patut dikembangkan
agar terciptanya suasana belajar yang hangat, saling menghormati terjadinya dialog-
dialog, peran siswa yang jelas dan adanya rasa saling percaya. Ada dua model interaksi
dalam PKR yaitu, Proses Belajar Arahan sendiri (BPAS) dan Proses Belajar Melalui
Kerja Sama (PBMKS). Setiap model pembelajaran ini memiliki Langkah-langkah
pembelajaran yang khas dan menggambarkan kegiatan guru dan siswa dalam keseluruhan
proses pembelajaran kelas rangkap.

3.2 Saran
Dalam pelaksanaan pembelajaran PKR seorang guru harus mampu menciptakan
suasana belajar yang kondusif dan mampu menjaga disiplin kelas, menciptakan suasana
belajar yang menarik agar siswa tidak mudah bosan, dapat menciptakan rasa saling
menghormati dan siswa mampu menjalankan perannya dalam proses pembelajaran kelas
rangkap yang dilaksanakan, sehingga proses belajar yang dilaksanakan dapat mencapai
tujuan yang diharapkan dan mencapai hasil belajar yang setinggi-tingginya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Djalil, A., dkk. 2017. Pembelajaran Kelas Rangkap. Tanggerang Selatan: Universitas
Terbuka.
Gagne, R.M and Briggs, L.J. (1974). Principles of Instructional Design. New York: Holt
Rinehart and Winston.
Knwoles, M (1990). The Adult Learner. A Neglected Species. Houston: Cul Pub. Co.
Kolb, D.A. (1984). Experimental Learning. New Jersey Prentice Hall.
MAASAWET, Elsje Theodora. Model Pengelolaan Kelas Rangkap (PKR) untuk Sekolah
Dasar yang Mengalami Kekurangan Guru di Daerah Perbatasan atau Terpencil di
Provinsi Kalimantan Timur. Bioedukasi: Jurnal Pendidikan Biologi, 8.1: 1-7.

You might also like