You are on page 1of 20
Vesic (1973) menyatakan bahwa pengaruh jarak fondasi yang berdekatan, mengecil bila rasio panjang dan lebarnya (L/B) mendekati 1. Demikian pula, bila sudut gesek dalam berkurang, pengaruh jarak fondasi yang berdekatan terhadap kapasitas dukung juga berkurang, Untuk model keruntuhan fondasi tipe keruntuhan penetrasi, hampir tidak ada pengaruh sama sekali oleh adanya fondasi di dekatnya. Dalam perancangan, pada umumnya, kenaikkan kapasitas du- kung akibat letak fondasi yang berdekatan ini tidak diperhatikan, kare- na pertimbangan keamanan. Lagi pula, bila jarak fondasi berdekatan, tekanan pada tanah di bawah fondasi menjadi bertambah. Dalam kasus yang demikian, kriteria penurunan toleransi sering lebih menentukan dalam perancangannya. 3.3.9 Kapasitas Dukung dari Hasil Pengujian di Lapangan (a) Kapasitas dukung dari hasil uji SPT Pada tanah granuler, seperti pasir, faktor-faktor N,, Ny adalah fungsi dari 9, karena itu nilainya sangat bergantung pada kerapatan relatif (D,). Seperti yang telah dipelajari sebelumnya, bahwa kerapatan relatif dapat diperoleh dari uji SPT. Peck, Hanson dan Thornburn (1963) mengusulkan hubungan empiris antara N, N,, N, dan g, seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.28. Jadi, jika N telah diketahui, kapa- sitas dukung ultimit dapat dihitung. Pelaksanaan uji SPT untuk menentukan kapasitas dukung ijin (q.) dilakukan dengan lebih dulu mengestimasi sccara kasar lebar fondasi (B) yang terbesar dari bangunan. Untuk fondasi dangkal, Terzaghi dan Peck (1948) menyarankan pengukuran N-SPT dilakukan pada interval 76 cm, dimulai dari dasar fondasi sampai sedalam B di bawahnya atau dari Dy sampai sedalam (D,+ B) dari permukaan. Nilai N rata-rata di kedalaman ini diharapkan dapat menunjukkan kondisi kepadatan tanah di bawah fondasi secara kasar. Jika hasil-hasil uji SPT dari bebarapa lubang bor menunjukkan nilai N rata-rata yang ber- beda, maka N rata-rata terkecil yang harus digunakan untuk meng- hitung q,. 218 BAB III - Kapasitas Dukung Terzaghi dan Peck (1948) mengusulkan hubungan antara N dari uji SPT, lebar fondasi, dan kapasitas dukung ijin (g,) yang didasarkan pada penurunan maksimum 1’’ dan penurunan tidak seragam %’” (Gambar 3.29). Nilai-nilai pada kurva didasarkan pada anggapan bahwa jarak muka air tanah lebih besar B dari dasar fondasi. Untuk fondasi dangkal, bila pasir pada dasar fondasi dalam kondisi jenuh air, dan kedalaman fondasi lebih kecil dibandingkan lebamya, Terzaghi menyarankan kapasitas dukung ijin (g,), yang diperoleh dari Gambar 3.29 dibagi 2. Untuk kedudukan air tanah yang kurang dari B dari dasar fondasi, nilai g, ditentukan dari interpolasi. _~- Sangattidak padat (rk aaa ciarg | Pour 1 Sa vol L Soros] SSE), 130 | , 10 wu 120 wl [NET 100 90 ao! 70 4 aes Nilai N-SPT Faktor-faktor daya dukung Ng, N, | i ° 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 ‘Sudut gesek dalam (9) (derajat) Gambar 3.28 Hubungan nilai V, Ny, N, dan g (Peck et al,, 1953). Pada tekanan fondasi yang sama, penurunan fondasi pada pasir terendam lebih besar daripada fondasi pada pasir kering atau lembab. Analisis dan Perancangan Fondasi ~ I 219 Hal ini disebabkan penurunan fondasi dengan lebar B akan berkurang jika nilai modulus elastis (£) dari tanah yang berada pada jarak B dari dasar fondasi bertambah. Modulus elastis (E) bertambah jika tekanan kekang (confining pressure) efektif bertambah (Gambar 3.30). Pada sembarang kedalaman yang ditinjau, besarnya tekanan kekang efektif secara kasar sebanding dengan tekanan vertikal efektif akibat beban tanah (tekanan overburden efektif). Jika muka air tanah naik dari ke- dalaman B di bawah dasar fondasi sampai ke permukaan tanah, secara kasar nilai tekanan kekang efektifnya akan berkurang 50%. Oleh karena itu, dapat diharapkan penurunan fondasi juga akan bertambah 100%. Pada tanah pasir, secara teoritis, jika tanah yang terletak di dasar fondasi terendam air, penurunan akan menjadi 2 kalinya (teruta- ma untuk fondasi di permukaan atau dekat dengan permukaan tanah). Kalau kondisi ini yang dijadikan pertimbangan, beban persatuan luas yang dibutuhkan oleh fondasi pada pasir yang terendam turun 1”, dapat diestimasi dengan menggunakan Gambar 3.29. Caranya, jika nilai banding D/B dari fondasi kecil, nilai-nilai gq, pada Gambar 3.29 harus direduksi setengahnya. Sebaliknya, jika nilai D/B mendekati 1, nilai q, pada Gambar 3.29, dircduksi sepertiganya, karena tanah sekitar fondasi mengurangi kenaikan besarnya penurunan (Terzaghi dan Peck, 1948). Terzaghi dan Peck menyarankan bahwa untuk fondasi rakit yang kaku dan fondasi kaison/sumuran, karena sifatnya yang kaku, pe- nurunan total dan penurunan tidak seragam akan lebih kecil daripada penurunan fondasi telapak atau fondasi memanjang. Untuk itu, nilai- nilai g, yang diperoleh dari Gambar 3.29 dapat dikalikan dua kalinya, jika digunakan pada perancangan fondasi rakit yang besar dan fondasi sumuran yang dalam, di atas tanah pasir kering. Untuk pasir yang tertendam air, nilai yang sama seperti Gambar 3.29 dapat digunakan. Meyerhof (1965) dan D’Appolonia et al.(1968), menyatakan bahwa prosedur untuk menentukan q, dengan cara yang diberikan oleh Terzaghi tersebut di atas terlalu hati-hati. Dinyatakan bahwa tidak di- perlukan reduksi qg, akibat pengaruh air tanah, karena q, sudah dire- fleksikan dalam hasil uji SPT, dan selanjutnya nilai g, pada Gambar 3.29 dapat dinaikkan 50%-nya. 220 BAB III - Kapasitas Dukung 700 ga ga = kaijasitas dkung (nim?) | ——| izin untdk penurdhan 1" 600 ° ce / 400 =| 40 a N-SPT 300 — 30 200 2 3 Lebar fondasi, (m) Gambar 3.29 Kapasitas dukung ijin dari uji SPT untuk penurunan 1” (Terzaghi dan Peck, 1948; 1967). Meyerhof (1956;1974b) mengusulkan persamaan kapasitas du- kung ijin neto yang dikaitkan dengan nilai SPT untuk tanah pasir, sebagai berikut: qa = 12 N(kN/m’); untuk lebar B < 1,2 m (3.64a) (B ° a =8N' 222) (kN/m); untuk lebar B >1,2 m (3.64b) \ Analisis dan Perancangan Fondasi ~ I 221 dengan q, adalah kapasitas dukung ijin neto dalam satuan kN/m’, un- tuk penurunan sebesar 2,54 cm (1”). Meyerhof menyarankan nilai N diambil nilai rata-rata dari jarak 0 sampai B di bawah dasar fondasi Bowles (1968) menyatakan bahwa persamaan yang diusulkan Meyerhof terlalu hati-hati, oleh karena itu Bowles menyarankan q, pada Persamaan (3.64a) dan (3.64b) dinaikkan kurang lebih 50%- nya, dan sekaligus memberikan faktor kedalaman fondasi sebagai berikut: 9a = 20N Kg; untuk lebar B < 1,2 m (3.64c) ( \ qq =12,5N B+03 K ,; untuk lebar B >1,2 m (3.64d) \ BD dengan, qo = kapasitas dukung ijin neto untuk penurunan 1” (kN/m’) K4= (1 + 0,33D/B) = faktor kedalaman fondasi, dengan nilai maksimum K,= 1,33 B = lebar fondasi (m) D = kedalaman fondasi (m) Analog dengan Gambar 3.29 yang disajikan oleh Terzaghi dan Peck, Bowles (1996) menggambarkan grafik hubungan lebar fondasi dan kapasitas dukung ijin untuk fondasi di permukaan yang didasar- kan pada Persamaan (3.64c) dan (3.64d), seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3.30. Nilai-nilai g, dalam Gambar 3.30 adalah untuk fondasi di permukaan (D = 0). Jika fondasi pada kedalaman D, maka nilai g, dalam grafik harus dikalikan dengan Kq = (1 + 0,33D/B), dengan K ,maksimum 1 ,33. Bowles menyarankan nilai N diambil nilai rata-rata statistik dari zona 0,5B di atas dasar fondasi sampai pada paling sedikit 2B di bawah dasar fondasi. Jika di bawah zona tersebut terdapat lapisan tanah dengan N sangat rendah rendah, maka faktor penurunan menjadi perhatian jika N tidak direduksi oleh pengaruh lapisan ini. 222 BAB IIT - Kapasitas Dukung Ga (Kim?) Lebar fondasi, 8 (m) Gambar 3.30 Kapasitas dukung ijin untuk penurunan 1” yang didasarkan pada Persamaan (3.64c) dan (3.64d) untuk fondasi di permukaan (D ~ 0) (Bowles, 1996). Nilai N yang diperoleh dari uji SPT di lapangan, sebelum digunakan dalam hitungan-hitungan, perlu diadakan koreksi lebih dulu. Koreksi-koreksi N dikaitkan dengan kondisi alat dan prosedur kerja, jenis tanah, dan tekanan overburden e Koreksi pasir halus di bawah muka air tanah Terzaghi (1943) menyarankan jika tanah mengandung pasir halus atau pasir berlanau yang terletak di bawah muka air tanah, Analisis dan Perancangan Fondasi - I 223 sebelum N digunakan dalam hitungan kapasitas dukung, nilainya harus direduksi menjadi: N=15+%(N — 15); untuk N> 15 (3.65) dengan N’ adalah nilai-N tercatat dari hasil uji di lapangan yang nilainya lebih besar dari 15. Jika, N < 15 maka tidak dilakukan koreksi. Koreksi ini diberikan, karena tanah yang mengandung butiran halus akan mampat pada jumlah pukulan kira-kira 15. Perubahan volume akibat terlalu banyaknya pukulan, menimbulkan tekanan air pori yang tinggi sehingga mengakibatkan kenaikan jumlah pukulan. e Koreksi overburden Tahanan penetrasi menunjukkan kerapatan relatif dan tegangan efektif pada kedalaman titik pengujian. Berbagai kombinasi tingkat tegangan dan kerapatan relatif akan dapat menghasilkan nilai N yang sama. Umumnya, pada kedalaman uji SPT yang lebih besar akan diperoleh nilai NV yang lebih besar, walaupun kondisi tanahnya sama. Hal ini adalah akibat pengaruh dari tekanan kekang (confining pressure) dan modulus elastis (E) yang semakin besar pada kedalaman yang lebih besar (Gambar 3.31). Perlu diingat bahwa tekanan kekang adalah fungsi dari tekanan vertikal efektif atau tekanan overburden efektif (aj,’= Ko,’ dengan K = koefisien tekanan tanah lateral). Beberapa analisis telah dikembangkan untuk mengoreksi jum- lah pukulan N-SPT dengan tekanan overburden efektif. Koreksi sederhana yang berbentuk grafik maupun persamaan-persamaan telah diusulkan oleh beberapa peneliti seperti Gibbs dan Holtz (1957), Peck dan Bazaraa, 1969, Tomlinson (1969), Peck et al., (1974) dan Skempton (1986). Koreksi N akibat pengaruh tekanan overburden efektif tersebut dinyatakan oleh persamaan: N=Cy.N’ (3.66a) dengan N’ = N yang diperoleh dari uji SPT saat pengeboran dan Cy = faktor koreksi overburden, 224 BAB III ~ Kapasitas Dukung 600.000 E (kNim’) Padat 400.000 200.000 Tidak padat °6 1.000 2.000 Tekanan kekang, «, (kNim’) Gambar 3.31 Hubungan modulus elastis dan tekanan kekang efektif (Terzaghi dan Peck, 1948). Koreksi tekanan overburden yang disarankan Gibbs dan Holtz (1957), adalah: 5 C= 1,422p,'+1 (3.66b) dengan, p,’ = tekanan overburden efektif (satuan kg/cm’) pada kedalaman yang diuji yang nilainya tidak melebihi 2,81 kg/cm? (1 kg/cm’ = 98,1 kN/m’). Koreksi tekanan overburden yang disarankan Bazaraa (1967), adalah: 4 1+2p,' Po'<1,5kfP (3.66c) 4 Cy= ————_ p.> 1,5 if? 3.66d) “" 325+05p,'° if (3.664) dengan p,’= tekanan overburden efektif (ksf) (1 k/ft? = 47,94 kN/m’). Analisis dan Perancangan Fondasi - I 225 Peck et al. (1974) mengusulkan: Cw= 0,77 log (20/p,,’) (3.66e) dengan p,’ = tekanan overburden efektif (ton/ft’). Persamaan ini tidak valid, jika p.’< 0,25 ton/ft? (perhatikan: | ton/ft’ = | kg/cm’). Koreksi tekanan overburden yang disarankan oleh Liao dan Whitman (1985), sebagai berikut: Cy= | 75 (3.66f) Po dengan p,’ = tekanan overburden vertikal efektif (kN/m’). Koreksi overburden yang diusulkan oleh Skempton (1986) memperhatikan tipe pasirnya dan tegangan referensi 100 kPa: (a) Untuk pasir halus normally consolidated: Gye tna (3.66g) 14 Pa 100 (b) Untuk pasir kasar normally consolidated: Gye (3.66h) 24+ Pa 100 (c) Untuk pasir overconsolidated: Cy= 17 (3.66i) 0,74 Pe 100 dengan p,’ = tekanan overburden efektif (kN/m’). 226 BAB III ~ Kapasitas Dukung Sebagai contoh, sebuah fondasi dengan lebar 2,0 m terletak pada pasir kasar normally consolidated kering dengan kedalaman 1,2 m di bawah muka tanah. Nilai N rata-rata hasil pengujian SPT pada kedalaman 2,0 m adalah 18. Dengan menganggap tanah mempunyai berat volume 16,5 kN/m’, maka tekanan overburden efektif pada kedalaman ini adalah = 2 x 16,5 = 33 kN/m’. Bila digunakan Persamaan (3.66h), maka diperoleh faktor koreksi Cy = 1,29. Jadi, N yang harus digunakan dalam Gambar 3.29 atau dengan menggunakan Persamaan (3.64) atau persamaan yang lain, adalah N = Cy Ngo = 1,29 x 18 = 23. Koreksi pada prosedur pelaksanaan pengujian (kondisi alat, cara pelaksanaan pengujian dan lain-lain) selalu dibutuhkan, namun koreksi overburden diperlukan atau tidak, bergantung pada prosedur yang diberikan oleh peneliti yang menyarankan cara hitungan yang diusulkan. Sebelum tahun 1960-an, banyak peneliti menggunakan koreksi N bila pengujian dilakukan di bawah muka air tanah. Namun sesudah itu, dari pertimbangan bahwa nilai N sudah tereduksi sendiri pada saat pengujian dilakukan di bawah muka air tanah, maka beberapa peneliti menyarankan N tidak dikoreksi terhadap muka air tanah. Salah satu contohnya, Bowles (1996) menyarankan hanya memperhatikan koreksi N terhadap pengaruh tekanan overburden saja, dengan tidak memperhitungkan koreksi pasir halus yang di bawah muka air tanah seperti yang ditunjukkan dalam Persamaan (3.65). Bowles (1968) dan Coduto (1994) menyarankan penggunakan koreksi N harus dilakukan dengan hati-hati dan jangan memberikan faktor koreksi Cy > 2. Batas ini berguna untuk menghindari nilai V terkoreksi yang terlalu tinggi pada kedalaman yang dangkal Prosedur penentuan kapasitas dukung ijin pada sckelompok fondasi yang didasarkan pada uji SPT harus dipertimbangkan terhadap ketidaktentuan variasi kerapatan relatif tanah, yang umumnya tidak seragam. Jika lokasi pekerjaan terdiri dari beberapa lapisan tanah dengan kerapatan relatif yang berbeda-beda, lokasi pekerjaan harus dibagi-bagi menurut zona-zona yang mempunyai sifat-sifat tanah yang sama, dan selanjutnya kapasitas dukung masing-masing zona dihitung Analisis dan Perancangan Fondasi- I 227 secara terpisah. Contoh soal 3.25: Uji SPT dilakukan dengan tabung SPT standar buatan China dengan tipe pemukul donat (donut hammer) yang dilepas dengan tangan pada pasir kasar kedalaman 5 m. Pada kedalaman tersebut diperoleh N terukur = 20 dan y = 18 kN/m*. Lubang bor berdiameter 100 mm. Muka air tanah pada kedalaman lebih dalam dari 10 m. Hitung Ng dan berapa nilai Ne terkoreksi yang digunakan untuk hitungan kapasitas dukung ijin, bila digunakan Persamaan (3.66f) (Liao dan Whitman (1985). Penyelesaian: Dari Tabel 2.3, untuk tabung SPT buatan China, E,= 0,55 Dari Tabel 2.4, untuk diameter lubang bor 100 mm, C, = tabung sampler standar, C, = | panjang batang bor 5 m, C, = 0,85 1 Noo = — (0,55 x 1,0 x 1,0 x 0,85) x 20 = 15 0,6 Do =27=4x18=72kN/m? Koreksi iekanan overburden yang disarankan oleh Liao dan Whitman (1985), Persamaan (3.66f): Cy= [95.76 Vp. eae e ps “14s 72 Nilai SPT untuk perancangan fondasi N = Cy x Nw = 115 x 15 = 17,3. Untuk hitungan perancangan digunakan N = 17. 228 BAB III - Kapasitas Dukung Contoh soal 3.26: Hasil-hasil uji SPT di lapangan seperti yang ditunjukkan dalam Tabel C3.1 (nilai-nilai N dalam tabel sudah dikoreksi terhadap pengaruh prosedur lapangan). Dari hasil pengeboran diketahui bahwa tanah berupa pasir kasar normally consolidated dengan, ¥, = 18,5 kN/m’, 7’ = 10 kN/m’, dan muka air tanah pada kedalaman 1,5 m dari permukaan (Gambar C3.24). Jika fondasi dengan lebar B = 2,5 m dan kedalaman 1,5 m akan dibangun pada tempat tersebut, berapakah kapasitas dukung ijin untuk penurunan maksimum 1’’. Gunakan koreksi overburden untuk N menurut Skempton (1986). Tabel C3.1 Kedalaman Pe’ . (m) Neo (Nim) Cw 1,50 2 27,78 132 16 250 16 37.75 1.26 20 3,25 18 45,25 1,22 2 4,00 20 52.75 18 23 475 2 60,25 Lis 25 Penyelesaian: Untuk menghitung N yang akan digunakan untuk perancangan, nilai Neo lebih dulu dikoreksi terhadap tekanan overburden efektif. Hasilnya diperlihatkan dalam Tabel C3.1 Karena tanahnya pasir kasar dianggap normally consolidated, maka dipakai Persamaan (3.62h): Cy= 3 i 3 ioe Penny ye eel P, 100 Tekanan overburden efektif dihitung sebagai berikut ini. Misalnya pada kedalaman 2,5 m, Po’ = (1,5 x 18,5) + (2,5 — 1,5) x 10 = 27,75 + 10 = 37,75 kN/m? Analisis dan Perancangan Fondasi - I 229 Pasir kasar yo = 18,5 kN/m? 4! = 10KNim? —— B=25m Gambar C3.24. Kedalaman yang diperhitungkan dalam hitungan N, adalah sampai D,+ B= 1,5 + 2,5 = 4,00 m. Dari Tabel C3.1 diperoleh nilai N rata-rata setelah dikoreksi = % (16 + 20 + 22 + 23) =20 Untuk menghitung q,, digunakan Gambar 3.29. Dengan N = 20 dan B = 2,5 m, maka diperoleh g,= 220 kN/m’. Banyak peneliti berpendapat tidak perlu mereduksi g, oleh pengaruh muka air tanah, dan menilai g, dari cara Terzaghi dan Peck (1948) terlalu hati-hati. Contoh soal 3.27: Hasil uji SPT pada pasir diperlihatkan pada Tabel C3.2. Hasil pengeboran secara keseluruhan menunjukkan bahwa tanah pasir semakin ke bawah semakin padat. Pada umumnya, tanah berupa pasir kasar tidak padat sampai sedang (normally consolidated), dengan muka air tanah terletak pada kedalaman 1,5 m (Gambar C3.25). Pada lokasi tersebut akan dibangun tangki air dengan fondasi yang ber- ukuran 5 m x 10 m dengan kedalaman fondasi 1 m. Diinginkan penu- runan fondasi toleransi adalah 1”. Berat volume basah pasir 17 kN/m? 230 BAB III ~ Kapasitas Dukung dan berat volume apung 7’ = 10 kN/m’. Tentukan berapa berat tangki maksimum yang masih memenuhi kriteria keruntuhan kapasitas dukung dan penurunan, menurut: a) Terzaghi dan Peck (1948, 1967) b) Bowles (1977). Penyelesaian: Tabel C3.2. Kedalaman (m) Neo (Nim?) Cy N=Cyx Noo 1,50 10 25,5 1,33 13 2,50 9 35,5 1,27 nt 3,50 12 45,5 1,22 14 4,50 19 55,5 1,17 22 5,50 22 65,5 1,13 25 6,50 25 75,5 1,09 27 Nilai Ngo pada Tabel C3.2 dikoreksi terhadap pengaruh tekanan overburden, dengan menggunakan koreksi Skempton (1986) untuk pasir kasar normally consolidated {Persamaan (3.66h)}. Data Np yang diperhatikan untuk mentukan kapasitas dukung adalah sampai kedalaman D,+ B= 1,0+5=6,0m. Hitungan koreksi overburden (Cy), adalah sebagai berikut: Untuk kedalaman 1,5 m: p,’= = 1,5 x 17 = 25,5 kN/m? Dari Persamaan (3.66h), diperoleh Cy = 1,33. Jadi, N= Cy x Noo = 1,33 x 10 = 13 (dibulatkan). Nilai-nilai N pada Tabel C3.2 dirata-ratakan, diperoleh N rata- rata = (1/6)(13 + 11 + 14 +22 + 25 +27) = 19. Analisis dan Perancangan Fondasi ~ I 231 Tangki 5 x 10m mat Gambar C3.25. (a) Menggunakan Gambar 3.29 Dengan menggunakan Gambar 3.29, untuk B = 5 m dan N = 19, diperoleh kapasitas dukung ijin, g,= 180 kN/m”. Jika dipakai saran Meyerhof (1965), maka tidak diperlukan koreksi air tanah. Tekanan fondasi neto: Qn = a= 180 kN/m’. Tekanan fondasi total (q): q = Ht Dy = 180+ (1x17) 197 kN/m* Berat tangki maksimum yang diijinkan untuk penurunan 1” = 197 x (5x 10) = 9750 kN. (b) Menurut Bowles (1968) Bowles (1968) menyarankan pengambilan N menurut rata-rata statistik dari zona 0,5B di atas dasar fondasi sampai pada paling sedikit 2B di bawah dasar fondasi. Karena data N hanya diketahui sampai kedalaman 6,5 m dan telah diketahui tanah dalam kondisi semakin dalam semakin padat, maka dengan aman dapat dipakai Ne 232 BAB III - Kapasitas Dukung rata-rata 19. Menurut Persamaan (3.64d) (atau dapat pula digunakan Gambar 3.30): ; 2 Gq =12,5N B+03) K, Nae Bene 2 =135x19{ 5423) {1+ 0,33 (1/5)} = 293 kN/m? aa Tekanan fondasi total (q). q = nt Dy = 293+ (1x17) = 310kN/m’* Berat tangki maksimum ijin untuk penurunan 1” = 323 x (5 x 10) = 15.500 KN. (6) Kapasitas dukung dari hasil uji kerucut statis (sondir) Untuk fondasi pada lapisan pasir, Meyerhof (1956) menyaran- kan persamaan sederhana untuk menentukan kapasitas dukung ijin yang didasarkan penurunan |”. Persamaannya didasarkan pada kurva Terzaghi dan Peck (1943) dan dapat diterapkan untuk fondasi telapak atau fondasi memanjang yang dimensinya tidak begitu besar, pada pasir kering sebagai berikut: Untuk fondasi bujur sangkar atau fondasi memanjang dengan lebar B < 1,20 m, a= « (kg/em?) (3.674) Untuk fondasi bujur sangkar atau fondasi memanjang dengan lebar B > 1,20 m, 2 4. ( B+0,30) 2 abl AT | (gle 3.67b = 0\ B ) elem!) (3.67) Analisis dan Perancangan Fondasi ~ 1 233 dengan q, = kapasitas dukung ijin untuk penurunan 2,54 cm (1”) dan 4. adalah tahanan konus dari alat kerucut statis tipe Delf dalam kg/cm? dan B adalah lebar fondasi dalam meter. Dalam menggunakan Persamaan (3.67) dan Gambar 3.29, tahanan konus (q,) diambil nilai q, rata-rata pada kedalaman 0 sampai B dari dasar fondasi Persamaan-persamaan (3.67a) dan (3.67) dibuat berdasarkan hubungan q. = 4N (Meyerhof, 1956), dengan N diperoleh dari uji SPT. Bila digunakan Persamaan (3.64d), dengan q, = 4N, diperoleh: Untuk B < 1,20 m: 4 2 =<£K, (kg/em’ 3.67¢ 9a = 59 Ka (kg/cm’) ( ) Untuk B > 1,20 m: ( y q, ( B+0,30 > =—o| ———— | K,, (kg/er 3.67d) % 33 B ] a (kg/em’) ¢ ) dengan B = lebar fondasi dan Ky = 1 + 0,33D/B (D = kedalaman dasar fondasi), dengan nilai maksimum K,= | ,33. Terkait dengan hubungan antara N-SPT dan tahanan konus (q.) dari alat uji kerucut statis, Robertson dan Campanella (1983) mengusulkan hubungan tahanan kerucut statis (¢,) dengan nilai N- SPT, yang disajikan dalam bentuk hubungan antara diameter butiran rata-rata Dsy dengan rasio q./N, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3.32. Terlihat bahwa untuk tanah berbutir halus (lempung), nilai tahanan konus . ~ N, sedang nilai q, = 4N (seperti yang disarankan oleh Meyerhof) berlaku untuk tanah dengan diameter rata- rata sekitar 0,10 mm (pasir butiran halus sampai sedang). Untuk tanah kohesif, nilai kuat geser undrained (sy = c,) yang disarankan Begemann (1974): (3.68) 234 BAB III - Kapasitas Dukung dengan, qe = tahanan konus (kg/cm?) Po.’ = tekanan overburden efektif pada kedalaman konus atau mata sondir N,’ = konstanta yang nilainya diantara 5 sampai 70, ter- gantung dari macam tanah dan OCR (umumnya diambil 9 sampai 15). sey Ss pawtcinay Lempung — Gorenay _‘fenay Pasi 10 7 9 8 7 eo : aA a ie a 4 A Aas : By A 1 0 0,001 0,01 on 1 Diameter butiran rata-rata, Dso (m) Gambar 3.32 Variasi rasio g./N dengan diameter butiran rata-rata, Dso (Robertson dan Campanela, 1983). Sanglerat (1972) mengusulkan hubungan kuat geser undrained (c,) dengan tahahan konus alat sondir tipe bikonus (mengukur tahanan ujung dan tahanan gesek selimut konus) pada tanah kohesif (@ = 0): (a) Untuk lempung terkonsolidasi normal (normally consolidated), dengan . < 20 kg/cm”: Cy = 4/18 sampai q./15 (3.69a) Analisis dan Perancangan Fondasi — I 235 (b) Untuk Tempung terkonsolidasi berlebihan (overconsolidated), denen 4g. > 25 kg/em? = q./26 sampai q./22 (3.69b) dengan qc dalam kg/cm’. Untuk lempung, hubungan secara pendekatan antara c, dan N- SPT adalah: Cy = 6 N(kPa) (3.69c) Contoh soal 3.28: Hasil uji kerucut statis pada tanah pasir ditunjukkan dalam Gambar 3.26. Berapakah kapasitas dukung ijin, bila fondasi akan dibangun pada kedalaman 1,5 m dan lebar 2 m? Muka air tanah sangat dalam. Penyelesaian: Dari Gambar C3.25 nilai tahanan kerucut statis g, rata-rata di bawah dasar fondasi adalah 35 kg/cm’. Dengan menggunakan Persamaan (3.67b) (B > 1,2 m) 4. a. (B+0.50 sxoae) = 35(2+0.30 + 0,30 Qu = 22030). = 0,93 kg/em’ = 91,2 kN/m? sol B sol 2 Bila dipakai Persamaan (3.67d) (Bowles, 1968): Untuk cara Bowles ini, nilai g. diambil 0,5B = 0,75 m di atas dasar fondasi dan 2B = 4 m di bawah fondasi. Dari Gambar C3.26, cukup aman jika g. rata-rata diambil 35 kg/cm? (q, hitungan akan bertambah besar jika memperhatikan kenaikan q, setelah kedalaman 3 m). Dari Persamaan (3.67d): 24030 140,33 x1,5/2 40% uf 2 ye x15/2) = 1,75 kg/em? = 172 kN/m? 236 BAB III - Kapasitas Oukung Tahanan konus q¢(kg/cm*) r 04,80 100 150200 rare pore a b= 1.m { a B=2m _? i Bo} a s Ba ete 1 aE oo 4 ol = : Gambar 3.26. (c) Kapasitas dukung dari hasil uji beban pelat Dari hasil uji beban pelat yang telah dipelajari pada Bab 2.7.3, kapasitas dukung ultimit fondasi sebenarmya dihitung dengan persamaan-pesamaan sebagai berikut: ao = 4; untuk tanah lempung (3.70a) B Ip = , 7, ; untuk tanah pasir (3.70b) dengan, 4 = kapasitas dukung ultimit fondasi dengan skala penuh (kN/m’) 4 = kapasitas dukung ultimit dari uji beban pelat (KN/m*) 6 = lebar atau diameter pelat uji (m) B = lebar fondasi skala penuh (m) Ukuran dari beban pelat tidak berpengaruh pada kapasitas Analisis dan Perancangan Fondasi — I 237

You might also like