Professional Documents
Culture Documents
RMK Kelompok 6 - Bukti Audit Dan Kertas Kerja
RMK Kelompok 6 - Bukti Audit Dan Kertas Kerja
1. Hakekat Bukti
Bukti audit adalah bukti yang dikumpulkan dan diuji oleh auditor untuk
menentukan apakah laporan keuangan disajikan sesuai dengan standar pelaporan
keuangan yang berlaku (sesuai dengan SAK/sesuai dengan framework pelaporan
keuangan – financial reporting framework).
Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan auditor untuk mencapai
kesimpulan yang menjadi dasar opini audit. Sebagian besar pekerjaan auditor
independen dalam rangka memberikan opini atas laporan keuangan terdiri dari
usaha untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit. Ukuran keabsahan
(validity) bukti tersebut untuk tujuan audit tergantung pada pertimbangan auditor
independen. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang
ditarik oleh auditor independen dalam rangka memberikan opini atas laporan
keuangan auditan.
Mengutip dari International Auditing Standard (ISA) 200 (Para. A28), bukti audit
sangat penting untuk mendukung opini dan laporan auditor. Bukti tersebut bersifat
kumulatif dan terutama diperoleh dari prosedur audit yang digunakan selama
pelaksanaan audit. Namun demikian, bukti audit mencakup pula informasi yang
diperoleh dari sumber lain seperti misalnya dari audit periode yang lalu atau
prosedur kualitas pengendalian klien dalam rangka memutuskan diterima atau
diteruskan penugasan. Selain dari sumber-sumber dalam dan luar entitas, catatan
akuntansi entitas yang diaudit merupakan sumber bukti audit yang penting. Selain
itu, informasi yang diberikan oleh seorang ahli yang disewa atau diberi penugasan
oleh entitas. Bukti audit terdiri dari informasi-informasi yang mendukung asersi
manajemen maupun yang berlawanan dengan asersi tersebut. Dalam hal-hal
tertentu ketiadaan informasi (misalnya, karena manajemen menolak untuk
memberikan informasi yang diminta auditor) digunakan oleh auditor, dan oleh
karenanya juga merupakan bukti audit. Sebagian besar pekerjaan auditor dalam
rangka merumuskan opini auditor terdiri dari pekerjaan mendapatkan dan
mengevaluasi bukti audit.
Dari pernyataan tersebut, dapat kita rumuskan butir-butir penting tentang hakekat
bukti audit, sebagai berikut:
a. Meliputi informasi yang dihasilkan baik secara internal maupun eksternal
b. Meliputi informasi yang medukung maupun yang bertentangan dengan
asersi manajemen.
c. Dipengaruhi oleh tindakan-tindakan manajemen, seperti tidak membuat
dokumen yang diperlukan, atau tidak membuat dokumen secara tepat
waktu.
d. Dapat dikembangkan dengan menggunakan ahli dari luar.
e. Dapat diperoleh melalui prosedur-prosedur lain yang lazim digunakan
auditor (analisis risiko untuk menentukan apakah akan menerima atau
melanjutkan seorang klien, data dari audit tahun yang lalu, dan kualitas
pengendalian internal perusahaan yang mencerminkan ketelitian proses
internal).
Setelah prosedur audit ditetapkan, auditor harus menentukan ukuran sampel yang
dipilih dari populasi. Dalam penerapan prosedur audit untuk melakukan verifikasi
atas pengeluaran kas di atas, misalkan dalam jurnal pengeluaran kas telah dicatat
6.000 check. Auditor memutuskan untuk menetapkan ukuran sampel berupa 50
check yang akan dibandingkan dengan ayat-ayat jurnal yang tercantum dalam
jurnal pengeluaran kas tersebut. Keputusan tentang berapa banyak unsur yang
akan diuji harus dibuat auditor untuk setiap prosedur audit yang akan digunakan.
Ukuran sampel yang dipilih bisa berbeda-beda antara audit yang satu dengan audit
yang lainnya.
3.3 Reliabilitas.Bukti
Reliabilitas bukti berkaitan dengan seberapa jauh bukti bisa dipercaya atau tingkat
kepercayaan atas suatu bukti. Dimana hal tersebut akan memantu auditor dalam
meyakini bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Reliabilitas
tergantung pada apakah bukti memenuhi karakteristik-karakteristik berikut:
Beberapa faktor menentukan ketepatan ukuran sampel dalam audit. Dua faktor
terpenting adalah ekspektasi auditor tentang kesalahan penyajian dan efektivitas
pengendalian internal dalam organisasi klien. Sebagai contoh, dalam suatu
penugasan audit, auditor menduga bahwa dalam persediaan kemungkinan besar
terdapat persediaan yang usang karena sifat dari bidang usaha klien. Dalam audit
ini auditor akan menarik sampel lebih besar untuk membuktikan adanya
persediaan usang, dibandingkan dengan apabila kecil kemungkinan terdapat
persediaan usang. Demikian pula, apabila auditor berkesimpulan bahwa
pengendalian internal klien atas aset tetap berjalan dengan efektif, maka auditor
akan menetapkan sampel yang lebih kecil dalam mengaudit pengadaan aset tetap,
dibandingkan dengan apabila pengendalian internal tidak elektif.
Hubungan antara risiko, ketepatan, dan kecukupan bukti audit dilukiskan dalam
Gambar 5-1 di bawah ini. Dalam memahami gambar tersebut, hendaknya diingat
bahwa tugas auditor adalah mengumpulkan atau mendapatkan bukti yang tepat
dan cukup. Sebagaimana telah disinggung di atas, ketepatan dipengaruhi oleh
relevansi dan reliabilitas bukti. Kecukupan berkaitan dengan pertanyaan "berapa
banyak” bukti yang harus dikumpulkan. Baik ketepatan maupun kecukupan
dipengaruhi oleh risiko yang ada pada klien (yaitu profil risiko inheren dan risiko
pengendalian). Dalam keadaan bagaimanapun, auditor harus mengumpulkan bukti
yang tepat dengan kualitas yang tinggi. Namun, mendapatkan bukti yang tepat
pada klien yang berisiko tinggi menjadi lebih sulit, misalnya karena sistem
akuntansi keuangan klien menghasilkan bukti yang kurang relevan dan kurang
bisa dipercaya. Oleh karena itu, auditor perlu mencari bukti pendukung yang
berkualitas tinggi dari sumber di luar klien. Dalam hal kecukupan, klien berisiko
tinggi menuntut auditor untuk mengumpulkan bukti dalam jumlah yang lebih
banyak.
4. SUMBER BUKTI AUDIT
Gambar 5-2 di bawah ini melukiskan berbagai sumber potensial bukti audit.
Ingatlah bahwa auditor harus mendapatkan bukti yang tepat dan cukup sehingga
risiko kesalahan penyajian material dapat diminimumkan. Hal ini dapat dicapai
dengan mengumpulkan bukti-bukti yang berkaitan dengan (a) pengetahuan
tentang klien (perusahaannya maupun bidang usahanya) yang bisa diperoleh dari
audit tahun lalu, analisis risiko klien, dan analisis penerimaan menjadi klien; (b)
informasi dari luar klien yang bisa diperoleh oleh tim audit sendiri dengan
menggunakan datà pasar atau melalui analisis independen oleh spesialis; (c)
sistem akuntansi diperoleh melalui pengujian langsung atas saldo-saldo akun dan
transaksi-transaksi; dan (d) kualitas pengendalian internal yang dapat diperoleh
melalui evaluasi atas rancangan dan pengoperasian pengendalian internal.
Dalam bab ini kita akan memusatkan pembahasan pada pengujian audit untuk
setiap asersi spesifik, oleh karena itu kita perlu memahami keseluruhan bukti yang
harus dinilai auditor yang berasal dari berbagai sumber yang pada akhirnya harus
dinilai dengan petimbangan profesional auditor.
Dalam memutuskan prosedur audit mana yang akan digunakan, auditor dapat
memilih dari tujuh kategori bukti yang disebut tipe bukti. Setiap prosedur audit
bisa mendapatkan satu atau lebih tipe bukti berikut:
5.1 Inspeksi
Inspeksi mencakup pemeriksaan atas catatan atau dokumen baik internal maupun
eksternal dalam bentuk kertas, elektronik, atau media lain, atau pemeriksaan fisik
atas suatu aset. Inspeksi atas catatan dan dokumen memberikan bukti audit dengan
beragam tingkat keandalan, tergantung pada sifat dan sumbernya, serta efektivitas
pengendalian atas penyusunan catatan dan dokumen tersebut. Contoh inspeksi
yang digunakan sebagai pengujian pengendalian adalah inspeksi atas catatan bukti
otorisasi.
Tipe bukti yang diperoleh dari prosedur ini paling sering diterapkan dalam audit
atas persediaan dan kas, tetapi sering juga digunakan dalam pemeriksaan atas
sekuritas, piutang wesel, dan aset tetap berwujud. Ada perbedaan dalam
pengauditan antara pemeriksaan fisik atas aset, seperti misalnya sekuritas dan kas,
dengan pemeriksaan atas dokumen seperti misalnya faktur penjualan dan check
yang telah dibayar. Apabila obyek pemeriksaan atas faktur penjualan bukan pada
nilai rupiahnya maka bukti yang diperoleh disebut dokumentasi (bukti dokumen).
Sebagai contoh, sebelum check ditandatangani, ia merupakan dokumen; setelah
ditandatangani, ia merupakan aset; dan setelah check itu dibayar oleh bank; ia
menjadi dokumen lagi. Untuk terminologi auditing yang benar, pemeriksaan fisik
atas check dapat terjadi hanya apabila check merupakan aset.
Mengingat bahwa dokumen eksternal telah berada di kedua pihak yaitu, di tangan
klien dan di pihak lain dari suatu transaksi, ada indikasi bahwa kedua belah pihak
sepakat dengan informasi dan kondisi yang tercantum dalam dokumen. Oleh
karena itulah dokumen eksternal dipandang lebih bisa dipercaya daripada
dokumen internal. Sejumlah dokumen eksternal tertentu, seperti misalnya
sertifikat tanah, polis asuransi, dan kontrak-kontrak, memiliki reliabilitas yang
sangat istimewa karena dokumen-dokumen semacam itu dibuat dengan cara-cara
yang sangat teliti dan biasanya disahkan oleh notaris atau pihak lain yang ahli
dibidangnya.
5.2. Observasi
Observasi terdiri dari melihat langsung suatu proses atau prosedur, yang dilakukan
oleh orang lain, sebagai contoh, observasi oleh auditor atas penghitungan
persediaan yang dilakukan oleh personel entitas atau melihat langsung
pelaksanaan aktivitas pengendalian. Sepanjang pelaksanaan pengauditan atas
suatu entitas, auditor sering menggunakan salah satu dari indera yang dimilikinya
seperti misalnya, mata, telinga atau hidung, untuk memeriksa sesuatu hal. Auditor
biasanya melakukan peninjauan keliling fasilitas klien, atau mengamati pegawai
klien dalam melakukan tugas akuntansi untuk memastikan bahwa pegawai yang
diberi tanggung jawab telah melakukan tugasnya dengan baik.
Observasi memberikan bukti audit tentang pelaksanaan suatu proses atau
prosedur, namun hanya terbatas pada titik waktu tertentu pada saat observasi
dilaksanakan. Observasi jarang dipandang memadai hanya dengan melakukannya
karena adanya risiko bahwa si pegawai melakukan tugas dengan baik ketika
diamati auditor, dan berubah ketika tidak diamati auditor. Oleh karena itu, hasil
observasi biasanya diikuti dengan mencari bukti pendukung yang lain. Namun
demikian, observasi dipandang bermanfaat dalam banyak hal dalam pengauditan.
Agar menjadi bukti yang bisa dipercaya, konfirmasi harus diawasi oleh auditor,
sejak dari saat pembuatan hingga saat diterima jawaban. Apabila konfirmasi
dibawah kendali klien, seperti dalam pengirimannya atau dalam hal penerimaan
jawabannya, maka auditor kehilangan kendali dan independensi, akibatnya
mengurangi reliabilitas bukti.
Inspeksi, prosedur analitis, dan pelaksanaan ulang tidak begitu mahal. Apabila
personil klien menyiapkan dokumen dan data elektronik untuk kepentingan
auditor dengan rapi dan teratur, inspeksi biasanya sangat murah. Namun, apabila
auditor harus mencari sendiri dokumen yang diperlukan, biayanya bisa cukup
mahal. Bahkan dalam situasi yang ideal sekalipun, informasi dan data dalam
dokumen kadang-kadang sangat kompleks, dan membutuhkan interpretasi serta
analisis. Biasanya auditor membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membaca
dan mengevaluasi kontrak-kontrak yang dibuat klien, perjanjian beli-sewa, serta
notulen rapat-rapat Dewan Komisaris. Mengingat bahwa prosedur analitis tidak
begitu mahal dibandingkan dengan konfirmasi dan pemeriksaan fisik, banyak
auditor cenderung mengganti pengujian detil dengan prosedur analitis, sepanjang
dimungkinkan. Sebagai contoh, akan jauh lebih murah menghitung rasio antara
penjualan dengan piutang usaha dibandingkan dengan melakukan konfirmasi atas
piutang usaha. Apabila dimungkinkan untuk mengganti konfirmasi dengan
prosedur analitis, maka auditor bisa menghemat biaya audit dalam jumlah yang
cukup signifikan. Namun penggunaan prosedur analitis menuntut auditor untuk
menentukan prosedur analitis macam apa yang akan digunakan, membuat
perhitungann, dan mengevaluasi hasilnya. Melakukan hal-hal tersebut seringkali
memakan waktu. Biaya untuk melakukan pengujian dengan mengerjakan ulang
tergantung pada prosedur apa yang akan diuji. Pengujian perbandingan sederhana
seperti mengerjakan ulang perbandingan antara faktur dengan daftar harga
biasanya hanya memakan waktu tidak lama. Namun, mengerjakan ulang prosedur
seperti rekonsiliasi bank akan memakan waktu yang cukup lama.
Tipe bukti yang murah biayanya adalah observasi, mengajukan pertanyaan krpada
klien, dan rekalkulasi. Observasi biasanya dilakukan secara bersamaan dengan
prosedur lain. Auditor akan dengan mudah mengobservasi apakah pegawai klien
menaati prosedur perhitungan persediaan dan pada saat yang sama melakukan
perhitungan atas suatu sampel persediaan (pemeriksaan fisik). Pengajuan
pertanyaan kepada klien dilakukan sangat sering sepanjang audit berlangsung dan
biasanya murah biayanya, walaupun untuk pengajuan pertanyaan tertentu bisa
juga mahal, seperti misalnya minta pernyataan tertulis dari klien. Rekalkulasi
biasanya murah karena hanya menyangkut perhitungan-perhitungan sederhana
dan penelusurannya dapat dilakukan dengan mudah pula. Seringkali auditor
menggunakan perangkat lunak komputer untur melakukan pengujian-pengujian
tersebut.
Program audit
Analisis
Memorandum isu.
Ikhtisar hal-hal signifikan.
Surat konfirmasi dan surat representasi.
Daftar Uji
Korespondensi (termasuk email) tentang hal-hal signifikan.
1) Program Audit
2) Informasi Umum
File audit biasanya juga memuat informasi dari tahun berjalan yang
bersifat umum, seperti misalnya rencana audit (audit planning),
ringkasan atau salinan notulen rapat dewan komisaris, ringkasan dari
kontrak-kontrak atau perjanjian yang tidak tercantum dalam arsip
permanen, catatan hasil diskusi dengan klien, komentar hasil review
supervisor, dan kesimpulan umum.
5) Daftar Pendukung
Analisis.
Sebuah analisis dirancang untuk menunjukkan
aktivitas dalam sebuah akun buku besar sepanjang perde
yang diaudit, sebagai upaya untuk menghubungkan saldo
awa hingga menjadi saldo akhir. Tipe daftar semacam ini
biasanya digunakan untuk akun-akun seperti surat berharga,
piutang wesel, cadangan kerugian piutang, aset-aset tetap,
utang jangka panjang, dan akun-akun ekuitas. Pada
umumnya, tipe daftar ini memiliki referensi-silang ke file
audit yang lain.
Daftar Saldo.
Tipe daftar ini berisi detil yang akhirnya menghasilkan
saldo akhir dari sebuah akun buku besar. Isi daftar ini
berbeda dengan analisis, karena daftar ini hanya
menunjukkan apa saja yang akhirnya menunjukkan saldo
akhir akun tertentu. Contoh daftar saldo yang banyak
dijumpai adalah daftar saldo untuk mendukung akun
piutang usaha, utang usaha, beban reparasi dan
pemeliharaan, dan pendapatan lain-lain. Gamber 5-5 di
halaman berikut menunjukkan contoh kertas kerja daftar
saldo.
Uji kewajaran.
Daftar uji kewajaran, seperti tercermin dan namanya, berisi
informasi yang memungkinkan auditor mengevaluasi apakah saldo
dalam pembukuan ken mengandung kesalahan penyajian.
Seringkali auditor melakukan pengujian beban depresiasi atau
cadangan kerugian piutang dengan melakukan uji kewajaran.
Pengujian ini merupakan suatu prosedur analitis yang utama.
Ringkasan pelaksanaan prosedur.
Jenis daftar lainnya adalah meringkas hasil pelaksanaan
dari suatu prosedur audit te Daftar ini antara lain
mendokumentasikan luasnya pengujian yang telah dilakukan,
kesalahan penyajian yang ditemukan dan kesimpulan auditor
berdasarkan pengujian yang telah dilakukannya. Contoh yang
lazim dijumpai dalam pengauditan adalah ringkasan atau ikhtisar
hasil konfirmasi piutang, dan ringkasan hasil observasi persediaan.
Pemeriksaan dokumen pendukung.
Berbagai daftar dengan tujuan khusus tertentu dirancang
untuk menunjukkan pengujian detil yang telah dilakukan, seperti
misalnya pemeriksaan dokumen dalam rangka pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Daftar-daftar
tersebut tidak menunjuk. kan jumlah total, dan tidak dihubungkan
ke buku besar karena tujuannya adalah menunjukkan pengujian
yang dilakukan dan hasil yang diperoleh. Namun demikian, daftar
harus berisi kesimpulan positif atau negatif tentang tujuan yang
diuji.