You are on page 1of 21
p. Agama sebagai Sistem Simbol Aristoteles pemah menulis dalam de Interpretatione bahwa kata-kata yang ditulis seseorang adalah simbol dari kata-kata diucapkan, dan kata-kata yang diucapkan adalah simbol dari ae alaman mental orang tersebut. Seseorang tidak mempunyai ke- samaan bahasa tulisan dengan orang lain, tidak pula mempunyai bahasa lesan yang a em yang lain meskipun pengalaman mental yang disimbalbaty itu sama, dan pengalaman imajinasinya juga sama.” Di sini Aristoteles sudah berminat terhadap interpre- tasi, bahwa untuk berkomunikasi harus dengan bahasa yang sama- sama dimengerti antara masing-masing yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut. Dalam pengkajian kebudayaan manusia, Clifford Geertz pernah menjelaskan tentang, tafsir kebudayaan. Geertz menganggap bahwa kebudayaan adalah sistem simbol yang dapat dimaknai. Geertz berangkat dari filsafat “manusia adalah Animal Symbolicm” bahwa manusia mengenal, menciptakan, dan menggunakan sim- bol untuk berkomunikasi.'! Oleh karena itu kebudayaan merupa- kan sistem simbol dan sistem teks yang dapat ditafsirkan. Dalam Antropologi, penafsiran terhadap kebudayaan manusia dipakai Dipindai dengan CamScanner jstam dan Budaya Lokal a itu sebagai teks.” Aplikasi ee akukan buday; ‘a ihat agama sel Dec 8 agai sistem, >mper! 3 : os e, Geertz juga me dengan ™ perspektif simbolis™ simbol. an Simbolisme, Kebudayaan dan Sistem Simbo| n rasa di dalam dirinya, manusia ingin selalu bethasi, di dalam menempuh cita-citanya, ingin sie dan dihargai, dan ingin disenangi oleh orang lain. Oleh Bere itulah setiap many. sia tidak mudah diperlakukan oleh orang lain seenaknya seperti layaknya sebuah benda mati. Apabila ditelusuri lebih jauh sebety. nya hal ini bermula dari kemampuan seseorang untuk berpikir dan berperasaan. Dengan bahasa yang berbeda, Sidi Gazalba menye. butkan kelebihan manusia dari makhluk yang lain adalah bahwa manusia itu mempunyai jiwa, yang darijiwa itulah manusia akhir- nya berkebudayaan. Jiwa manusialah yang menyebabkan adanya kebudayaan. Di sini kebudayaan dia artikan sebagai “tjara berfikir dan tjara merasa, yang menjatakan diri dalam seluruh segi kehidup- Manusia d: Denga an dari segolongan umat manusia jang membentuk kesatuan sosial, dalam suatu ruang dan suatu waktu”. Dalam hal pencipta- an, pada hekekatnya manusia hanya merubah dari yang ada menjadi ada yang lain." Dipindai dengan CamScanner perulang secara teratur”; ja juga dipakai fem pengetahuan dan kepercayaan an manusia dalam mengatur Pengalama: menetukan tindakan, dan memilih gj Kalau yang pertama adalah pengala gagasan.'5 David J. Hesselgrave dan Edward Rommen menyebut kebudayaan sebagai pengetahuan bersama untuk menciptakan bentuk-bentuk perilaku, pola-pola komunikasi (bahasa), nilai-nilai, dan jenis-jenis alat yang Khas bagi kebudayaan selanjutnya.’Dalam pernyataan itu secara tidak langsung bahwa bahasa merupakan bagian dari kebudayaan, yang tidak dapat dipisahkan dari ke- hidupan manusia. man, maka yang kedua adalah Sebagai makhluk sosial, setiap manisia selalu berinteraksi, berkomunikasi, dan berbicara dengan manusia yang lain. Berbicara merupakan salah satu cara bagi manusia untuk mengisyaratkan tentang isi pikirannya. Tindakan mengisyaratkan adalah tindakan manusia dengan membuat tanda-tanda, untuk mengemukakan pikiran dan perasaanya, baik verbal maupun non verbal, Dengan demikian menulis, menggambar, bergerak-gerik, dan lain-lain (tidak hanya berbicara) juga merupakan cara-cara mengisyaratkan. Per- buatan berbicara merupakan perbuatan khusus manusia untuk mengisyaratkan berbagai perasaan atau pikirannya, dengan cara mengeluarkan serta membentuk suara-suara dengan perantaraan Sejumlah alat tubuh yang disebut pangkal tenggorokan dan mulut. Dipindai dengan CamScanner manusia mengungkapkan E pikirannya Pada i ng lebih luas keti orang lain. Bahkan gre aa a = ane acemanl sendirian, manusia juga Per sadiisi piki v “a tang berbagai pengalaman yang menjadi isi pikirannya. Meski budaya menunjuk pada pengptaieae yang dimiliki oleh semua orang di dalam masyarakat, pemilikan makna yang sama dari semua orang di dalam kehidupan sehari-hari ™erupa. kan satu proses sosial, bukan proses perorangan. Setiap orang ber. beda-beda budayanya, tetapi di antara meraka selalu mencipta- kan suatu sistem makna yang dimiliki bersama. Meskipun perilal;, yang sesungguhnya_ baik berupa perkataan maupun perbuatan diamati, tetapi gagasan mereka tidak dapat diamati dengan panes indera sebagai suatu realitas fisik. Kita dapat menangkap dan meng- ukur tindakan seseorang, tetapi tidak akan dapat menangkap makns- nya dengan pasti. Sebagai contoh, manusia tidak akan dapat mem- bedakan secara pasti makna dari kedipan mata dari orang yang berbeda, meski dalam waktu sama. Padahal yang paling penting Dengan berbicara itu adalah kita mengetahui apa gagasan yang ada berkaitan dengan tindakan seseorang itu, dan bukan tindakan fisiknya itu sendiri. Akhirnya dapat dikatakan bahwa budaya merupakan pabrik pengertian, dengan apa manusia menafsirkan pengalaman dan menuntun tindakan manusia lain; struktur sosial adalah bentuk yang diambil dari tindakan itu, jaringan hubungan-hubungan *sial. Budaya dan struktur sosial adalah abstraksi yang berlainan dari fenomenan yang sama,'8 Dipindai dengan CamScanner Oleh karena manusia bisa berbicara dengan lidahnya a, any mengisyaratkan dengan tangan: ' » Se _ 1B nya, maka manusia melebihi dari binatang. Seorang filsuf dari Jerman, Emst Cassi ire j bahwa semua gerak yang khas bersifat manusi Emenunjukkan sumber dari kesanggupan asasi mean edalah ber. : fs yang dimiliki manusia untuk memberikan arti kepada setiap hal dan ra. Dalam karyanya terkenal Essay ane eRe tiansia ah . h ae me Mredasicals eS qu gal hewan yang berpikir, tetapi sebagai hewan yang dapat memperlambangkan (animal symbolicum). Di sini me- nunjukkan bahwa apa yang dilakukan manusia dengan penuh kesadaran merupakan budaya mereka sebagai cerminan dari apa yang ada dalam pikirannya. Agaknya penting untuk dibedakan antara tanda dan lambang. Tanda adalah suatu kesatuan yang kompleks, terdiri dari suatu unsur, yang bersifat material serta suatu unsur yang matematerial, yaitu signifikansi yang bersatu padu dengan yang material, tetapi yang memberi ketentuan terhadapnya dan melebihinya. Signi- fikansi atau arti adalah sifat yang dimiliki oleh suatu realitas ma- terial untuk dapat mengarahkan kita kepada suatu realitas lain dari dirinya sendiri. Suatu tanda dapat bersifat natural apabila hubungan antara tanda dengan yang, diisyaratkan timbul dari sifat kodrati mereka masing-masing, seperti asap sebagai tanda ada api maupun konvensional apabila hubungan antara keduanya me- tupakan hasil konvensi atau kebiasaan. Apabil dang, apabila satu tanda bila sebuah a satu tanda hanya punya satu arti, maka disebut univok,se sebut ekivok; dan apa’ di mana sign’ in, maka di- Mampunyai banyak arti maka di tanda mempunyai dua atau beberapa signifikansi, ada signifikansi yang, la fikensi yang satu menunjuk p: lengan sina . Lambang sebut analog sebagai contoh adalah gelap 4 r Dipindai dengan CamScanner Istam dan Budaya Lokal arti pertamanya cukup jelas, tetapi arti asan supaya menjadi terang ts “Manusia hidup dalam Suaty adalah tanda ned perl keduanya memerlu yleh Cassirer, ee ae Bahasa, mitos, seni, dan agama Merupakan pagina dari semesta ini”. Senada ae a menulis “perilaku manusia mona) tela 2 a oa Sebagaj perilaku simbolik. Jika kita berpijak pais aspek inl, Menjadijelas. lah bahwa dengan menggunakan els manusia mem. berikan arti kepada hidupnya. Dengan cara itu secara kultury men. definisikan pengalaman-pengalamannya, yang diaturnya sesyai dengan cara hidup kelompok tempat ia dilahirkan dan tempat ia menjadi anggota aktif, melalui suatu proses penimbaan Penge. tahuan. G. Gusdorf memperlengkapi pendapat ini, dengan Meng- atakan “Berkat bahasalah menusia menhadiri dunia dan dunia menghadiri pikiran. Bahasa mewahyukan ada dari dunia, dari manu. sia, dan ada dari pikiran”.”? Dengan pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa bahasa yang setiap saat dipakai manusia dan seluruh gerak-gerik mereka merupakan lambang dari apa yang dipikirkan dan yang diketahui- nya. Oleh karena itu untuk kita dapat mengatahui apa yang sebenar nya ada dalam pikiran atau jiwa Seseorang ingat, bahwa hakekat kebudayaan manusia adalah jiwa manusialah yang menyebakan kebudayaan manusia Seseorang harus melakukan penatsiran ter hadap bahasa dan tingkah laku orang tersebut: Hal ini tidak beda keti Kaseseorang akan mengetahui apa vane sehenarnva te Dipindai dengan CamScanner alam semest _ di di dalam kelompok manusia at, venvataanna manusia senantiasa vecotaniaae Cee pada cara kelompok. Dari uraian ini pula telah mengis _, vang melekat pada ia ti yaratkan bahwa agama yang a anusia tidak dapat dipaskan dari sister pudaya, dan dengan demikian juga tidak lepas dari sistem simb) i Disinilah pentingnya metode hermeneutik dalam melihat ran jaku atau Se — baik sebagai individu maupun ke- jompok yang selanjutnya juga sangat tepat untuk melihat agama dalam masyarakat. Menurut Geertz, tindakan-tindakan sosial sebagai tindakan simbolik dan bermakna itu dapat dilihat dan diperlakukan sebagai sebuah teks, sebuah karya sastra yang juga bermakna, yang makna inibisa berbeda-beda bagi pembacanya. Oleh karena itu fenomena budaya merupakan fenomena yang terbuka untuk ditafsirkan secara berbeda-beda menurut tinjauan orang yang melihat. Penafsiran menjelajahi unsur-unsur yang relevan dari sejumlah makna yang mungkin ditetapkan oleh proses simbolisasi, dan menggunakan- nya untuk menganalisis terhadap problem-problem kebudayaan tertentu.2 Dalam hal demikian interpretasi kebudayaan tidak akan pernah selesai dan tidak ada benar dan salah. Di sini diskusi dapat dilakukan, semata-mata untuk memahami interpretasi orang lain sekaligus mempertajam konsep-konsep, sehingga wage diper- gunakan untuk menganalisis lebih lanjut dengan lebih cermat Sebetulnya Geertz dan juga banya lain sadar bahwa metode interpretasi itu k tokoh ilmu sosial yang dapat dikatakan tidak Dipindai dengan CamScanner mereka menganggaP bahwa ilmiah atay tidak. ditentukan oleh replicability, melainkan han, at dari yang ditelitinya. Karena fn na sosial budaya merupakan ferromena simboliierag mengan- dung makna, maka metode yang tepat adalabmetode yang dapat mengungkap makna tersebut. Dalam hal ini belum ditemukan put tidak ada metode yang dapat melakukan ity, untuk menye! . melainkan metode interpretasi. Mereka tidak sepakat bahwa ilmu sosial harus dikerjakan sebagaimana ilmu alam sebagaimana yang pernah juga dipakai oleh tokoh-tokoh ilmu sosial klasik.2 Para antropolog sering merasakan bahwa metode ilmiyah Klasik tidak cocok untuk melihat fenomena kebudayaan. Sebagai- mana disiplin ilmu sejarah, para antropolog mempunyai cara atay metodenya sendiri, yaitu dengan menafsirkan, membuat generali- sasi, dan berteori sehingga menempatkan dirinya juga dalam di- siplin ilmu-ilmu sosial. Budaya tidak terdiri dari benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang bisa dihitung dan diukur, melainkan ter- diri dari gagasan-gagasan dan makna-makna yang dimiliki ber sama-sama. Dua atau lebih dari peristiwa atau tingkah laku manv- sia dapat sama seolah-olah dapat diukur tetapi tidak dapat mempu- nyai makna yang sama. Dalam kaitannya dengan ini makna-makna budaya itu bersifat umum, dan realisasinya terdapat dalam masing ilmiah. Akan tetapi nya suatu metode tidak disesuaikan dengan hakek me Dipindai dengan CamScanner masing orang. Suatu sandi untuk berkomunikasi nikasi ada dalam ; Pengerti- tahua 5 Dari penjelasan ini tidak mungkin eee ne i i ee sebagaimana mengkaji fenomena alamiyah. ees Pemaknaan atau penafsiran terhadap sebuah kebudayaan sangat erat hubungannya dengan bahasa yang memang ih a- kan unsur dasar dari kebudayaan. Manusia berpikir, menulis, fa berbicara dengan bahasa.manusia mengerti dan ‘erglatenpame melalui bahasa. H.G. Gadamer mengatakan bahwa bahasa tidak boleh dipikirkan sebagai yang mengalami perubahan, tetapi bahasa harus dipikirkan atau dipahami sebagai sesuatu yang memiliki ketertujuan (teleologi) dalam dirinya. Dunia penafsiran tidak dapat lepas dari manusia di dalam bergaul dengan bahasa sehari-hari. an yang berada diluar penge Begitu erat hubungan antara budaya dan manusia, sehingga Henri Bergson pernah menyatakan bahwa apabila seseorang memahami bahasa satu negara, maka ia tidak akan benci terhadap negara itu, karena ia mampu memahami semua yang ada pada bangsa itu. Tradisi kebudayaan kita dan segala warisan nenak moyang semuanya terungkap di dalam bahasa, termasuk prasasti.” Dalam menginterpretasi kebudayaan manusia, seseorang, harus mengasumsikan bahwa kebudayaan manusia merupakan sebuah teks yang, dapat dibaca dan dipahami melalui penafsiran atau interpretasi. Sebagai obyek, kebudayaan ditempatkan sebagai sesuatu yang netral. Semua obyek tidak bermakna bagi dirinya Dipindai dengan CamScanner sendiri, melainkan subyeklah yang dapat ae makna ke padanya. Antara subyek dan obyek wae u = yang korelatif dan saling menghubungkan satu dengan yang lain, Tanpa k, maka tidak akan ada obyek. Sebuah benda, ter akan menjadi obyek karena kearifan subyek adanya. Arti atau makna yang diberikan kepada obyek oleh subyek tergantung pada re subyek itu sen. diri2* Tbarat menafsirkan teks, dalam studi budaya seseorang mencari apa yang ada di balik “teks” kebudayaan masyarakat yang sekaligus diasumsikan juga bahwa budaya itu hasil karya manusia i i 27 yang mempunyai purposive system. adanya subye! masuk kebudayaan, yang menaruh perhatian p Agama dan Sistem Simbol Dalam uraian di atas telah disinggung bahwa agama meru- pakan sistem kebudayaan dan oleh karena itu berarti pula sebagai sistem simbol, sehingga untuk mengkaji agama sangat relevan dengan menggunakan perspektif hermeneutik ini. Agama yang dimaksud di sini adalah agama yang melekat pada diri manusia, dan bukan agama yang ada di sisi “Tuhan” 2’ Dalam hal ini Geertz menulis bahwa agama adalah “(1) sebuah sistem simbol-simbol yang berlaku untuk (2) menetapkan suasana hati dan motivasi- Dipindai dengan CamScanner motivsi yang kuat, yang meresapi, dan 5 , ang tahan lam, = a dalam girimanus!a dengan (3) merusmuskan ko; nsep-kons ep mengenai 1 guatu tatanan umum sksistensi sep ini dengansemacam erent a konsep-kon- hatidan motivasi-motivasi itu tampak khas oo (5) suasana menekankan perhatiannya pada dimensibuda - 4 mre 2 Geertz, kebudayaan dianggap sebagai actae lee one, Bagi dibawa simbol, tempat orang meneruskan bolas ide, yang, tentang kehidupan dan mengekspresikan sikap ke nya ae Simbol merupakan sesuatu, yang dengannya proses-proses yang perada di luar sistem-sistem simbol itu dapat diberi sebuah pentuk tertentu. Dengan mendefinisikan agama sebagai sistem simbol, berarti Geertz juga memandang bahwa dalam satu segi agama merupakan bagian dari sistem budaya.” Seseorang ber- agama tertentu tidak terjadi begitu saja, melainkan didahului dengan adanya proses belajar atau pencarian bagi yang bersangkutan. Dengan demikian ia akan sangat dipengaruhi oleh berbagai latar belakang kondisi dari diri maupun lingkungannya. Inijuga dapat dibuktikan bahwa setiap orang akan mempunyai agama yang ber- beda, dalam arti bahwa setiap mereka mempunyai pemahaman Dipindai dengan CamScanner yang berbeda terhadap agamanya. Delany) hal ini dapat dikata bahwa agama dapat dikatakan sebagai rod of pengalaman dan perilaku seseorang.” Disisi lain agama inilah ¥ angakan Mewamaj bagaimana seseorang bertingkah laku selanjutnya; Oleh ka setiap orang mempunyai pemahamannya sendiri tentang agama. nya, tidak dapat dielakkan lagi tingkah laku agamanyapun aka, berbeda-beda. Disinilah menunjukkan bahwa selanjutnya agama akan menjadi model for tingkah laku manusia. Agama maupun tingkah laku agama Seseorang merupakan simbol dari pengalaman-pengalamannya tentang sesuatu Tealitas. Seseorang memeluk agama tertentu dikarenakan ada sebab-sebab lingkungan yang mempangaruhinya. Berbagai sistem pengetahu- an yang ada dalam pikirannya tentang agama itulah selanjutnya melahirkan berbagai macam tingkah laku agama yang akan selalu berbeda antar seseorang dengan yanglain. Oleh karena itu menu- rut Geertz, Setiap studi agama menun fama, orang harus men, dalam simbol. tut dua tahapan operasi. Per- ganalisis serangkaian makna yang terdapat simbol agama itu sendiri, Kedua, yang lebih sulit karena simbol sangat berhubungan dengan struktur masyarakat dan psikologi individu Para anggotanya, hubungan-hubungan itu harus ditemukan di Sepanjang sirkuit sinyal yang terus-menerus diberi, diterima, dan dikembalikan.® Simbol merupakan unit terkecil dari : Stel dari suatu ntual, yang mengandung sifat-sifat khusus dari Dipindai dengan CamScanner tingkah laku ritual itu, serta me ‘ spesifik dalam ritual. Turner ——— ck dari struktur unsur spasial dari situasi ritual, hingga mempent. im unsur- keseluruhan.* makna secara Sebagal sebuah teks, Kebudayaan dapat diinterpretasikan dengan baik apabila interpreter atau Penafsir men, ‘i igenal pesan-pesan didalamnya dan dapat meresapi isinya.* Di sini kab, davann heres ait dalam konteks Tuang dan waktu di mana kebudayaan itu terjadi.* Oleh karena itu di dalam menafsirkan agama dalam ma- syarakat maupun unsur-unsur yang terdapat di dalam agama ter- sebut, harus dipahami bahwa ia merupakan sesuatu yang terkait erat dengan unsur-unsur tersebut, dan bahkan dengan kebudaya- an yang lain dalam satu ruang dan waktu dalam hal ini agama di- perlakukan sebagai salah satu unsur budaya masyarakat yang me- tupakan bagian dari kebudayaan yang ada yang lebih kompleks. Kajian simbolik terhadap agama merupakan salah satu cara kajian yang sangat penting.” Dengan pendekatan hermeneutis ini para ahli antropologi menganggap agama ini sebagai sebuah teks. Sebuah teks adalah sesuatu yang harus dibaca dan kemudian di- tafsirkan. Oleh karena itu kalau agama diibaratkan sebagai sebuah teks, maka ia harus “dibaca” dan “ditafsirkan”, dan seperti halnya Dipindai dengan CamScanner membaca teks, seseorang selanjutnya dapat menatsirkan apa saj dengan bebas terhadap fenomene Reapamiaan dt Masyarakat, Dj sinilah hermeneutik sebagai perspektif yang pe Bauman (1978) diartikan sebagai to clarify. Dalam memaknai simbol ini harus dibeqa. kan antara makna dari pelaku, makna yang berhubungan dengan dinamika sosial, dan hubungan antar simbo dalam totalitas.s Berbeda dengan pengertian “menerangkan” dalam kehidup. an sehari-hari atau dalam ilmu eksak yang biasanya dimaknaj sebagai pemaparan sebab-akibat munculnya sesuatu gejala,, “me. nerangkan” dalam kajian teks berarti mengungkapkan “makna’ dari sebuah teks. Yang diuraikan di sini bukanlah sebab-akibat, tetapi pengertian-pengertian-pengertian yang ada di balik apg yang tersurat, atau pengertian di balik teks. Di sinilah ketika kita mengkaji agama dalam masyarakat yang sangat penting adalah interpretasi atau tafsir.” Untuk mengkaji agama dengan memper- lakukannya sebagai sebuah teks, kita perlu mengadopsi cara berpikir hermeneutik sebagaimana yang dipergunakan oleh para antropolog dalam menganalisis kebudayaan dengan cara menaf- sirkannya. Sebagai model of, agama dalam mayarakat sangat dipeng- aruhi oleh latar belakang dan lingkungan pemeluknya. Dari ini pula, sebagai model for, Setiap orang akan melaksanakan agama menurut pengetahuannya, sehingga kemudian apa yang, menjadi perilaku keagamaan yang merupakan representasi atau simbol dariajaran agama yang mereka sadari dan pikirkan. Dengan demi- ————— Dipindai dengan CamScanner kian kalau akan mengkaji agama Masyarakat den 8an cara menafsj 2 - ir seseorang harus sebanyak mungkin me ngetahui berbagai es , a gai kondis seseorang yang kita kaji tersebut, baik secara individu Mmaup ' un konteks sosial-budaya di mana Seseorang itu hidup dengan agama nya itu. Di sini kita dapat melihat sedetail mungkin a pa Saja yan; dilakukan oleh seseorang dalam hidupnya, ee terlebih dalam tingkah laku agamanya.” Apapun agama seseorang akan dapat kita tafsir- kan dengan baik dengan catatan kita mengetahui segala tingkah laku agamanya, dan segala kondisi yang melingkunginya. Dalam kenyataan perilaku agama seseorang seringkali dilakukan secara kolektif di dalam lingkungan sosialnya.*' Dalam hal demikian maka akan selalu muncul perilaku kolektif dalam agama. Kondisi demikian akan lebih memudahkan seseorang untuk membaca dan menafsirkan agama mereka melalui berbagai perilaku agama yang dilakukan secara kolektif dalam masyarakat tersebut. Tingkah laku apapun yang telah melembaga menjadi tingkah laku kolektif akan lebih terbuka bagi siapa saja untuk mengamatinya. Berbagai tradisi dalam upacara keagamaan atau ritual yang biasa dilakukan secara kolektif akan _— me- mudahkan bagi kajian tafsir terhadapnya. Ketika tingkah laku Dipindai dengan CamScanner ah melembaga menjadi tingkah laku kolektig “ agama itu tel ut merupakan simbol dari individu ap, BB Ota Jain perilaku terseb' se ; : akat juga merupakan simbol dari masyaraka jy suatu masyat sendiri secara kolektif.” Berbagai perilaku agama seseorang atau masyarakat dapat ditafsirkan secara umum di mana berbagai perilaku keagamaan mereka diperlakukan sebagai satu-kesatuan yang Merepresen. tasikan keberagamaannya, juga dapat ditafsirkan secara parsial, dengan memperlakukan berbagai perilaku keagamaan itu me. rupakan unsur-unsur yang, terpisah, baru kemudian dimaknaisecara keseluruhan. Sebagai satu contoh, acara ritual Sekaten dapat di- perlakukan sebagai simbol dari umat Islam, di mana dalam hal inisekaten diperlakuakan sebagai satu simbol yang dapat dimak- nai, Namun demikian ia juga dapat dianggap sebagai sistem simbol, yang terdiri dari banyak simbol di dalamnya dan merupakan unsut dari Sekaten tersebut ada gamelan, gunungan, pengajian, dan lain- lain. Selanjutnya masing-masing simbol dapat dimaknai secara terpisah dengan makna masing-masing, baru setelah itu ditatsit kai secara keseluruhan untuk memperoleh makna yang lebih ee rt tradisi Sekaten. hal ini dapat diterapkandi telah ino Se ee dala Epeayarokat, teruta i Apa yang telah dik olektif dari masyarakat tersebut. ungkap telaah simbolik eee dalam fulisan ini hanys nes aka terhadap fenomena agama sebag® Dipindai dengan CamScanner sistem kebudayaan dan sistem symbol dalam masyarakat, Lang- kah kerja tersebut sebetulnya akan lebih sempurna apabila di 5 ni laalvetraktural# pabila dileng- kapi dengan telaah s' ral. Dalam model yang kedua ini pe- nafsiran dilakukan dengan setelah sesuatu agama sebagai feno- mena kebudayaan tersebut dianalisis secara struktural lebih dahulu, baru kemudian dilanjutkan dengan model yang pertama dengan telaah simbolik biasa. Dengan keterbatasan dalam tulisan ini tidak mungkin untuk membahas telaah structural. Di samping memang tempat yang terbatas dan model telaah yang pertama sudah dapat digunakan secara mandiri, model telaah yang kedua ini memang agak lain dan selayaknya dibahas dalam tulisan yang, terpisah, untuk lebih memudahkan pembaca. Dalam Islam, memaknai agama sebagai simbol tidak berarti mereduksi substansi ajaran agama. Ja hanya merupakan satu aspek dalam realitas kehidupan beragama umat Islam. Substansi peng- amalan ajaran Islam dalam kehidupan harus tetap dijaga seperti yang diharapkan oleh Allah ketika menurunkan agama sebagai pegangan dan petunjuk hidup umat manusia. Allah berfirman, “Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai pe- tunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)” (QS. Al-Baqarah: 185). Akan tetapi fungsi simbolik dalam agama juga sangat penting. Al-Quran sebagai pentunjuk manusia diturunkan oleh Allah kepada manusia melalui malaikat dalam bentuk bahasa Arab. Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu mema- haminya” (Q.S. Yusuf: 2). Bagi umat Islam non Arab jelas untuk Dipindai dengan CamScanner dapat mengamalkan isi dan kandungan AIQuran harus Mealy tahapan penerjemahan dan peneeney sehingga mereka faham betul apa yang sebenarnya diperintahkan ata diajarkan dj dalamnya. Berbagai bidang kajian lain dalam Islam seperti § 2 igh, tauhid, akhlak, tasauf berikut turunan masing- auhid, " Masing Mery. pakan bantuk-bentuk penafsiran manusia terhadap isi Al-Quran dalam upaya mempermudah bagi umat Islam di manapun untuk mengamalkan ajaran agama Islam dengan baik dan mudah. Tidak hanya aspek ajarannya, pengamalan ajaran Setiap agama di masyarakat juga berfungsi simbolik. Ibadah yang men. pakan bentuk formal dari pengamalan ajaran setiap agama dalam satu sisi juga sangat simbolik. Seseorang yang rajin beribadah menjadi simbol bahwa seseorang tersebut mempunyai ketaatan yang penuh terhadap Tuhan. Bacaan dan doa-doa yang diucapkan setiap orang beragama menunjukkan sebuah relasi komunikatif antara hamba dengan Tuhannya. Di sisi lain dalam setiap ibadah disertai dengan gerakan-gerakan yang sangat simbolik, yang telah diatur di dalam agama tersebut. Dalam Islam, hal ini dengan mudah dipahami pada gerakan-gerakan shalat, misalnya, yang itu sebetulnya sangat simbolik dan memang telah ditentukan oleh syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad tersebut. Terlebih, ee vraag dengan berbagai prasarana ibadah yang me Pakaian Suh Pep OO ee bao yi C beraneka tagam, kemegahan magia yang, ‘aN pola-pola budaya yang lain sebagai rang berfungsi substansif ajaran agama juga member adanya Simbolisme di dalam ibadah umat slam. Dipindai dengan CamScanner macam, kaian shalat selain contoh sederhana Dalam beberapa hal yan, j urusan di luar ibadah, sinischitobeaa ge tae untuk ijtihad, praktik beragama di masyarakat. Fungsi a mee agama juga banyak diperankan oleh dictate bes apalagi setelah berinteraksi dengan budaya dan isadip — rakat. Muncularya bay were! (baju koko) bukan sekedar amie aurat, tetapi juga berfungsi simbolik (ciri khas orang bertakwa?) Pakaian rapat bagi wanita muslimah adalah ajaran nash i tetapi aneka ragam model jilbab di kalangan muslimah juga seal erat hubungannya dengan simbolisme. Tradisi agama seperti Jebaran, upacara kematian, pernikahan, dan sebagainya lebih jelas menunjukkan simbol-simbol yang penuh makna yang terkait dengan agama (Islam). Dalam simbol-simbol tradisi, makna simbolik lebih kompleks, yang banyak memberi ruang bagi siapapun untuk me- maknainya. Belum cukup simbol-simbol praktis, umat beragama juga sering membuat simbol-simbol khusus sebagai identifikasi agamanya. Aneka ragam bendera milik organisasi-organisasi Islam juga menjadi simbol yang memang, sengaja dibuat berikut dengan maknanya. Dalam Islam, simbolisme dalam beberapa hal juga menjadi bagian dari ajaran. Kabah sebagai benda sakral juga menjadi simbol umat Islam. Umat Islam diperintah untuk shalat meng- hadap ke Kiblat, di mana Kabah menjadi kiblat umat Islam. Perin- ap ke Kabah tercantum dalam Al tah agar umat Islam menghad ah | i i i 1 menengad Quran, “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu 8 Dipindai dengan CamScanner ke langit, maka sungguh Kami akan ee a Kany ts kiblag sukai; Palingkanlah mukamu ke arah Masjidilharam, yang kamu sukal; amu berada, palingkanlah mukamu ke eal Dan di maria saja es aan Savanna lalemimaanesie pa nya” (Qs. hl “ mereka shalat menyembah Kabah — ajaran — mnenyembah berhala. Kabah sebetulnya tidak lain cated bendawi saja untuk menyarukey Konsentrasi Sely. ruh umat Islam menuju Allah, dan sekaligus membedakan dengan umat lain saat itu. ‘Dalam ayat lain disebutkan, “Dan bagi tiap- tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya, Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan” (Qs, Al-Bagarah: 148). Kehidupan Nabi sendiri adalah model, sekaligus simbol bagi seluruh umat Islam untuk dicontoh. Nabi adalah sim- bol kemuliaan bagi umat Islam; semua yang diperbuat oleh Nabi Muhammad bermakna positif, selalu baik, dan menjadi contoh bagi umatnya. Hal ini tidak begitu saja muncul secara historis, me- lainkan juga karena adanya ajaran normatif, seperti dalam firman Allah, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak me- nyebut Allah” (QS. Al-Ahzab : 21). Dalam pembahasan ini terurai bahwa simbolisme dalam praktik beragama di masyarakat merupakan sebuah keniscayaan yang sulit atau bahkan tidak dapat dihilangkan. Simbol-simbol ini bisa jadi tidak disadari oleh pelaku sendiri, tetapi terbaca oleh orang lain. Dalam Pengertian sederhana, simbol adalah makna apa yang ada di balik realitas, Dalam agama, perilaku beragama rae sin np magni ¥@ melainkan ia akan terlihat oleh orang Dipindai dengan CamScanner Jain yang mengamatinya. Semua Orang berhak yang tersebar di masyarakat. Sudut pandan perbeda akan menghasilkan makna y kebenarannya masing- menafsirkan simbol g atau perspektif yang rising ae ang berbeda dengan ; - in kompleks tingkah laku beragama, semakin kompleks pula maknanya, meliputi berbagai aspek kehidupan. Seperti pula penafsiran terhadap kebudayaan secara umum, pemaknaan terhadap aneka Tagam praktik agama dimasyarakat juga bersifat subyektif, Meski demikian, tidak berarti pula setiap penafsiran mereka salah semata, melainkan kebenaran hasil pemaknaan atau penafsiran memang diukur secara inter- subyektifitas. Di sini tingkat kebenaran tergantung kesepakatan kelompok manusia. Oleh karena itu makna di balik praktik agama tidak identik bahwa praktik agama seseorang itu salah, subyektif, dan tidak ikhlas. Pemaknaan ini berada di luar pembahasan ten- tang nilai atau kualitas praktik agama seseorang. Berbagai makna dari sebuah praktik agama di masyarakat justru menjadi satu faktor bertahannya agama dan praktik beragama dalam sebuah masyarakat yang bersangkutan.” Dipindai dengan CamScanner

You might also like