Professional Documents
Culture Documents
Tambahan Materi DM Nefropati
Tambahan Materi DM Nefropati
image.jpg700×350 90.3 KB
Gambar Nefropati Diabetika
Etiologi
Hipertensi atau tekanan darah yang tinggi merupakan komplikasi dari penyakit DM dipercaya
paling banyak menyebabkan secara langsung terjadinya Nefropati Diabetika. Hipertensi yang
tak terkontrol dapat meningkatkan progresifitas untuk mencapai fase Nefropati Diabetika
yang lebih tinggi (Fase V Nefropati Diabetika).(9)
Faktor Resiko
Tidak semua pasien DM tipe I dan II berakhir dengan Nefropati Diabetika. Dari studi
perjalanan penyakit alamiah ditemukan beberapa faktor resiko antara lain:
1. Hipertensi dan prediposisi genetika
2. Kepekaan (susceptibility) Nefropati Diabetika
o Antigen HLA (human leukosit antigen)
Beberapa penelitian menemukan hubungan Faktor genetika tipe antigen HLA dengan
kejadian Nefropati Diabetik. Kelompok penderita diabetes dengan nefropati lebih
sering mempunyai Ag tipe HLA-B9
o Glukose trasporter (GLUT)
Setiap penderita DM yang mempunyai GLUT 1-5 mempunyai potensi untuk
mendapat Nefropati Diabetik.
3. Hiperglikemia
4. Konsumsi protein hewani(10)
Patofisiologi
Pada diabetes perubahan pertama yang terlihat pada ginjal adalah pembesaran ukuran ginjal
dan hiperfiltrasi. Glukosa yang difiltrasi akan direabsorbsi oleh tubulus dan sekaligus
membawa natrium, bersamaan dengan efek insulin (eksogen pada IDDM dan endogen pada
NIDDM) yang merangsang reabsorbsi tubuler natrium, akan menyebabkan volume ekstrasel
meningkat, terjalah hiperfiltrasi. Pada diabetes, arteriole eferen, lebih sensitive terhadap
pengaruh angiotensin II dibanding arteriole aferen,dan mungkin inilah yang dapat
menerangkan mengapa pada diabetes yang tidak terkendali tekanan intraglomeruler naik dan
ada hiperfiltrasi glomerus.(6)
Gambaran Klinik
Progresifitas kelainan ginjal pada diabetes militus tipe I (IDDM) dapat dibedakan dalam 5
tahap:
o Hiperfiltrasi: meningkatnya laju filtrasi glomerules mencapai 20- 50% diatas niali
normal menurut usia.
o Hipertrofi ginjal, yang dapat dilihat melaui foto sinar x. Glukosuria disertai poliuria.
o Mikroalbuminuria lebih dari 20 dan kurang dari 200 ug/min.
2. Stadium II (Silent Stage)
Ditandai dengan:
o Proteinuria menetap(>0,5gr/24j).
o Hipertensi
o Penurunan laju filtrasi glomerulus.
5. Stadium V (End Stage Renal Failure)
Pada stadium ini laju filtrasi glomerulus sudah mendekati nol dan dijumpai
fibrosis ginjal.
Rata-rata dibutuhkan waktu15-17 tahun untuk sampai pada stadium IV dan 5-7 tahun
kemudian akan sampai stadium V.
image.jpg699×257 94.6 KB
Gambar Gambaran Klinis Nefropati Diabetika
Diagnosis
Atas dasar penelitian kasus-kasus di Surabaya, maka berdasarkan visibilitas, diagnosis,
manifestasi klinik, dan prognosis, telah dibuat kriteria diagnosis
klasifikasi Nefropati Diabetika tahun 1983 yang praktis dan sederhana. Diagnosis Nefropati
Diabetika dapat dibuat apabila dipenuhi persyaratan seperti di bawah ini:
1. DM
2. Retinopati Diabetika
3. Proteinuri yang presisten selama 2x pemeriksaan interval 2 minggu tanpa penyebab
proteinuria yang lain, atau proteinuria 1x pemeriksaan plus kadar kreatinin serum
>2,5mg/dl.(8)
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Mata
Pada Nefropati Diabetika didapatkan kelainan pada retina yang merupakan tanda retinopati
yang spesifik dengan pemeriksaan Funduskopi, berupa :
1. Obstruksi kapiler, yang menyebabkan berkurangnya aliran darah dalam kapiler retina.
2. Mikroaneusisma, berupa tonjolan dinding kapiler, terutama daerah kapiler vena.
3. Eksudat berupa :
Hard exudate. Berwarna kuning, karena eksudasi plasma yang lama.
Cotton wool patches. Berwarna putih, tak berbatas tegas, dihubungkan dengan
iskhemia retina.
4. Shunt artesi-vena, akibat pengurangan aliran darah arteri karena obstruksi kapiler.
5. Perdarahan bintik atau perdarahan bercak, akibat gangguan permeabilitas
mikroaneurisma atau pecahnya kapiler.
6. Neovaskularisasi
Bila penderita jatuh pada stadium end stage (stadium IV-V) atau CRF end stage,
didapatkan perubahan pada :
Cor --> cardiomegali
Pulmo --> oedem pulmo(3)
Pemeriksaan Laboratorium
Proteinuria yang persisten selama 2 kali pemeriksaan dengan interval 2 minggu tanpa
ditemukan penyebab proteinuria yang lain atau proteinuria satu kali pemeriksaan plus kadar
kreatinin serum > 2,5 mg/dl.(8)
Penatalaksanaan
A. Nefropati Diabetik Pemula (Incipatien diabetic nephropathy)
1. Pengendalian hiperglikemia
1. Insulin
Optimalisasi terapi insulin eksogen sangat penting, karena :
Normalisasi metabolisme seluler dapat mencegah penimbunan toksin seluler (polyol)
dan metabolitnya (myoinocitol)
Isnulin dapat mencegah kerusakan glomerulus
Mencegah dan mengurangi glikolisis protein glomerulus yang dapat menyebabkan
penebalan membran basal dan hilangnya kemampuan untuk seleksi protein dan
kerusakan glomerulus (permselectivity).
Memperbaiki fatal tubulus proksimal dan mencegah reabsorpsi glukosa sebagai
pencetus nefomegali. Kenaikan konsentrasi urinary N-acetyl-D- glucosaminidase
(NAG) sebagai petanda hipertensi esensial dan nefropati.
Mengurangi dan menghambat stimulasi growth hormone (GH) atau insulin-like
growth factors (IGF-I) sebagai pencetus nefromegali.
Mengurangi capillary glomerular pressure (Poc) 2). Obat antidiabetik oral (OADO)
Alternatif pemberian OADO terutama untuk pasien-pasien dengan tingkat edukasi
rendah sebagai upaya memelihara kepatuhan (complience). Pemilihan macam/tipe
OADO harus diperhatikan efek farmakologi dan farmakokinetik antara lain :
2. Pengendalian hipertensi
Pengelolaan hipertensi pada diabetes sering mengalami kesulitan berhubungan dengan
banyak faktor antara lain :
efikasi obat antihipertensi sering mengalami perubahan,
kenaikan risiko efek samping,
hiperglikemia sulit dikendalikan,
kenaikan lipid serum.
Golongan antagonis kalsium
Mekanisme potensial untuk meningkatkan risiko (efek samping):
1. Efek inotrofik negatif
2. Efek pro-aritmia
3. Efek pro-hemoragik
Pembatasan protein hewani
1. Efek hemodinamik
Perubahan hemodinamik intrarenal terutama penurunan LFG, plasma flow rate
(Q) dan perbedaan tekanan-tekanan hidrolik transkapiler, berakhir dengan
penurunan tekanan kapiler glomerulus (PGC = capillarry glomerular
preessure)
2. Efek non-hemodinamik
Memperbaiki selektivitas glomerulus
Kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus menyebabkan transudasi
circulating macromolecules termasuk lipid ke dalam ruang subendotelial dan
mesangium. Lipid terutama oxidize LDL merangsang sintesis sitokin dan
chemoattractant dan penimbunan sel-sel inflamasi terutama monosit dan
makrofag.
Penurunan ROS
Bila pH dalam tubulus terutama lisosom bersifatt asam dapat menyebabkan
disoasi Fe dari transferrin akibat endositosis. Kenaikan konsentrasi Fe selular
menyebabkan pembentukan ROS.
Penurunan hipermetabolisme tubular
Konsumsi (kebutuhan) O2 meningkat pada nefron yang masih utuh (intac),
diikuti peningkatan transport Na+ dalam tubulus dan merangsang pertukaran
Na+/H+.
DRP diharapkan dapat mengurangi energi untuk transport ion dan akhirnya
mengurangi hipermetabolisme tubulus.
Mengurangi growth factors & systemic hormones Growth factors memegang
peranan penting dalam mekanisme progresivitas kerusakan nefron (sel-sel
glomerulus dan tubulus).
DRP diharapkan dapat mengurangi :
Pembentukan transforming growth factor beta (TGF- dan platelet-derived
growth factors (PDGF).
Konsentrasi insulin-like growth factors (IGF-1), epithelial-derived growth
factors (EDGF), Ang-II (lokal dan sirkulasi), dan parathyroid hormones
(PTH).
3. Efek antiproteinuria dari obat antihipertensi
Penghambat enzim angiotensin-converting (EAC) sebagai terapi tunggal atau
kombinasi dengan antagonis kalsium non-dihydropiridine dapat mengurangi
proteinuria disertai stabilisasi faal ginjal.
Pengendalian hipertensi
Antiproteinuria
1. Diet rendah protein (DRP)
DRP (0,6-0,8 gram per kg BB per hari) sangat penting untuk mencegah progresivitas
penurunan faal ginjal.
2. Obat antihipertensi
Semua obat antihipertensi dapat menurunkan tekanan darah sistemik, tetapi tidak
semua obat antihipertensi mempunyai potensi untuk mengurangi ekskresi proteinuria.
o Penghambat EAC
Banyak laporan uji klinis memperlihatkan penghambat EAC paling efektif untuk
mengurangi albuminuria dibandingkan dengan obat antihipertensi lainnya.
o Antagonis kalsium
Laporan studi meta-analysis memperlihatkan antagonis kalsium golongan nifedipine
kurang efektif sebagai antiproteinuric agent pada nefropati diabetik dan nefropati non-
diabetik.
o Kombinasi penghambat EAC dan antagonis kalsium non dihydropyridine.
Penelitian invitro dan invivo pada nefropati diabetik (DMT) kombinasi penghambar
EAC dan antagonis kalsium non dihydropyridine mempunyai efek.
3. Optimalisasi terapi hiperglikemia
Keadaan hiperglikemi harus segera dikendalikan menjadi normoglikemia dengan
parameter HbA1c dengan insulin atau obat antidiabetik oral (OADO).
2. Managemen Substitusi
Retinopati diabetik
o Terapi fotokoagulasi
Penyakit sistem kardiovaskuler
o Penyakit jantung kongestif
o Penyakit jantung iskemik/infark
Bencana serebrovaskuler
o Stroke emboli/hemoragik
Pengendalian hiperlipidemia
Saat dimulai (inisiasi) program terapi pengganti ginjal sedikit berlainan pada GGT diabetik
dan GGT non-diabetik karena faktor indeks ko- morbiditas. Pemilihan macam terapi
pengganti ginjal yang bersifat individual tergantung dari umur, penyakit penyertaa dan faktor
indeks ko-morbiditas.
Apa itu hiperglikemia?
Hiperglikemia adalah kondisi kadar gula darah tinggi yang umum terjadi pada
pengidap diabetes melitus. Banyak ahli kesehatan menyebut bahwa hiperglikemia adalah
salah satu komplikasi diabetes yang tidak terkendali.
Dalam jangka panjang, hiperglikemia yang dibiarkan (meski tidak parah) dapat menyebabkan
komplikasi yang merusak mata, ginjal, saraf dan jantung. Menangani kadar gula yang tinggi
juga sangat penting untuk menurunkan risiko komplikasi serius yang memerlukan perawatan
darurat, seperti koma diabetik.
Beberapa faktor yang berkontribusi pada risiko hiperglikemia untuk orang dengan diabetes
adalah pilihan makanan yang tidak tepat, kurang aktivitas fisik, penggunaan obat lain, atau
tidak minum obat penurun gula darah.
Namun, hiperglikemia tidak selalu berhubungan dengan diabetes. Kondisi ini bisa juga terjadi
pada orang-orang yang mengalami gangguan fungsi pankreas atau kelenjar tiroid.
Gejala hiperglikemia umumnya dapat membaik perlahan selama beberapa hari atau minggu.
Namun, beberapa orang yang sudah menderita diabetes tipe 2 sejak lama mungkin tidak
menunjukkan gejala apa pun meskipun kadar gula darahnya meningkat.
Mengenali tanda dan gejala awal dari hiperglikemia adalah cara terbaik untuk membantu
menangani kondisi. Berikut ini adalah berbagai gejala gula darah tinggi, yang meliputi:
Anda mengalami diare atau muntah yang sedang berlangsung, tetapi Anda dapat
mengonsumsi beberapa makanan atau minuman.
Anda mengalami demam yang berlangsung lebih dari 24 jam.
Glukosa darah Anda lebih dari 240 mg / dL (13 mmol / L) meskipun Anda telah minum obat
diabetes Anda.
Anda memiliki kesulitan menjaga kadar glukosa darah Anda dalam rentang yang diinginkan.
Anda juga harus mengunjungi UGD rumah sakit terdekat segera jika hiperglikemia
menyebabkan hal ini:
Penyebab
Apa saja penyebab hiperglikemia?
Setelah makan, tubuh akan memecah karbohidrat dari makanan menjadi molekul yang lebih
sederhana, yakni glukosa. Ini adalah sumber energi utama bagi tubuh.
Glukosa kemudian diserap langsung ke dalam aliran darah membuat kadar gula darah jadi
naik. Tubuh memberi sinyal pada pankreas untuk melepaskan insulin agar kadar gula darah
tetap normal.
Caranya dengan membuka sel-sel dan jaringan sehingga glukosa dapat masuk dan diolah
menjadi energi. Glukosa yang tidak terpakai akan disimpan di hati dan otot dalam bentuk
glikogen.
Namun, pada orang dengan diabetes atau masalah pankreas akan kesulitan melakukan proses
ini karena hormon insulin yang tidak mencukupi atau tidak bekerja secara normal.
Akibatnya, glukosa akan menumpuk dalam aliran dan menyebabkan kadar gula darah tinggi.
Jadi, penyebab hiperglikemia adalah terganggunya proses penstabilan gula darah sehingga
kadarnya tetap tinggi.
Faktor risiko
Apa saja faktor risiko hiperglikemia?
Orang dengan diabetes sangat rentan mengalami hiperglikemia karena tubuh mereka tidak
punya cukup hormon insulin atau tidak bisa menggunakan insulin dengan benar (resistensi
insulin). Padahal, insulin dibutuhkan untuk mengendalikan kenaikan gula darah.
Kenaikan kadar gula darah tinggi dapat mencapai tingkat sangat berbahaya jika tidak cepat
ditangani. Tahapan inilah yang dimaksud dengan hiperglikemia. Berbagai faktor yang dapat
meningkatkan risiko hiperglikemia adalah:
Selain diabetes, ada beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko gula darah tinggi tak
terkendali, di antaranya:
Komplikasi
Apa saja komplikasi dari hiperglikemia?
Hiperglikemia yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi penyakit diabetes. Dalam
jangka panjang, komplikasi hiperglikemia yang mungkin terjadi adalah:
Penyakit kardiovaskular.
Kerusakan saraf (neuropati)
Kerusakan ginjal (nefropati diabetik) atau gagal ginjal.
Kerusakan pada pembuluh darah retina (retinopati diabetik), yang berpotensi menyebabkan
kebutaan.
Pandangan buram/kabur (katarak).
Masalah kaki yang disebabkan oleh saraf yang rusak atau aliran darah yang buruk. Kondisi
ini dapat menyebabkan infeksi serius dan, dalam beberapa kasus yang parah,
memerlukan amputasi.
Masalah tulang dan masalah sendi.
Masalah kulit, termasuk infeksi bakteri, infeksi jamur dan luka yang susah sembuh.
Infeksi gigi dan infeksi gusi.
Komplikasi gula darah yang tinggi yang tidak mendapatkan perawatan yang tepat sangat
membahayakan. Berikut ini ada dua komplikasi hiperglikemia yang sifatnya sangat darurat
adalah:
1. Ketoasidosis diabetik
Ketoasidosis diabetik terjadi ketika kadar insulin dalam tubuh Anda terlalu rendah sehingga
tak mampu membakar kelebihan gula sebagai energi. Akibatnya, kadar gula darah Anda
meningkat dan tubuh Anda mulai memecah lemak untuk energi.
Proses ini menghasilkan asam beracun yang dikenal sebagai keton. Keton yang berlebihan
menumpuk dalam darah dan akhirnya “tumpah” ke dalam urin. Jika tidak diobati,
ketoasidosis diabetik bisa menyebabkan koma diabetik dan mengancam nyawa,
bahkan kematian.
Gejala-gejala diabetes ketoasidosis akibat hiperglikemia adalah:
Akibatnya, tubuh tidak dapat membakar glukosa atau lemak untuk menjadi energi. Hal ini
menyebabkan kadar gula darah bisa melonjak sangat tinggi — lebih tinggi dari 600 mg/dL
(33 mmol/L).
Tubuh Anda kemudian jadi menyalurkan kelebihan gula darah yang tinggi ke dalam urin, dan
menyebabkan kecenderungan bolak-balik buang air kecil.
Antara 80 dan 120 mg / dL (4,4 dan 7 mmol / L) untuk orang berusia 59 dan lebih muda yang
tidak memiliki kondisi medis mendasar lainnya.
Antara 100 dan 140 mg / dL (6 dan 8 mmol / L) untuk orang berusia 60 lebih dan mereka
yang memiliki penyakit jantung, paru-paru, ginjal, atau pernah mengalami hipoglikemia.
Selain itu, dokter akan meminta Anda melakukan tes A1C. Tes ini dapat menunjukkan kadar
gula darah rata-rata selama dua atau tiga bulan terakhir.
Pada kasus darurat, yakni sudah menyebabkan komplikasi hiperglikemia, Anda mungkin
perlu menjalani opname. Pengobatan untuk hiperglikemia darurat adalah:
Penggantian cairan
Anda akan menerima cairan pengganti, baik oral maupun melalui vena sampai Anda
tidak dehidrasi lagi. Pengobatan ini bertujuan agar tubuh tidak dehidrasi sekaligus membantu
menurunkan gula darah yang tinggi.
Penggantian elektrolit
Pengobatan hiperglikemia ini dilakukan dengan meningkatkan asupan mineral dalam darah
agar sel dan jaringan dapat berfungsi kembali dengan baik. Cairan elektrolit akan diberikan
melalui pembuluh darah.
Terapi insulin
Pemberian insulin lewat suntikan dapat membantu mengurangi penumpukan keton dalam
darah. Terapi insulin biasanya dilakukan bersama dengan penggantian cairan dan elektrolit.
Pengobatan rumahan
Apa saja pengobatan rumahan dan perubahan gaya hidup yang dapat
dilakukan untuk mengatasi hiperglikemia?
Konsultasikan pada dokter mengenai perawatan di rumah untuk mengendalikan kadar gula
darah. Beberapa perawatan hiperglikemia di rumah yang bisa Anda lakukan di rumah adalah:
Olahraga
Olahraga menjadi cara paling efektif untuk mengontrol gula darah yang tinggi. Olahraga
dapat membantu menurunkan kadar gula darah Anda. Namun, dalam kondisi tertentu,
olahraga dapat membuat gula darah menjadi lebih tinggi. Tanyakan kepada dokter Anda apa
jenis olahraga yang tepat untuk Anda.
Perhatian: Jika Anda memiliki diabetes tipe 1 dan gula darah Anda tinggi, Anda perlu
melakukan pemeriksaan keton dalam urin Anda. Bila Anda memiliki keton, jangan
berolahraga.
Jika Anda memiliki diabetes tipe 2 dan gula darah Anda tinggi, Anda juga harus memastikan
bahwa tidak ada keton dalam urin Anda dan bahwa Anda terhidrasi dengan baik. Maka
dokter mungkin memberikan izin untuk berolahraga dengan hati-hati selama Anda merasa
sanggup melakukannya.
Dokter Anda dapat mengubah jumlah, waktu, atau jenis obat diabetes yang Anda konsumsi.
Jangan melakukan perubahan tanpa berbicara dengan dokter Anda.
Kadar gula darah yang tinggi dapat dipicu oleh kebiasaan makan yang tidak benar. Oleh
karena itu, Anda perlu mengatur kembali pola makan. Ikuti anjuran dokter atau ahli gizi
mengenai rencana diet dan menu makanan yang diarahkan.
Gula darah yang tidak stabil mengharuskan Anda untuk rajin melakukan cek gula darah di
rumah. Memantau gula darah dapat mencegah Anda dari hiperglikemia dan komplikasinya.
Jika Anda memiliki diabetes tipe 1 dan gula darah Anda lebih dari 250 mg/dL, dokter
mungkin ingin Anda menjalani uji keton dalam urine atau darah.
Dokter akan meminta hasil dari pemeriksaan tersebut dan merekomendasikan Anda beberapa
perubahan sederhana, terutama untuk minum lebih banyak air. Air membantu menghilangkan
kelebihan gula dari darah Anda melalui urin, dan membantu Anda menghindari dehidrasi.
Jika Anda memiliki tanda-tanda dan gejala ketoasidosis diabetik dan sindrom hiperglikemik
hiperosmolar, Anda mungkin harus dirawat di ruang gawat darurat di rumah sakit. Perawatan
darurat dapat menurunkan gula darah Anda ke kisaran normal.
Pencegahan
Bagaimana cara mencegah hiperglikemia?
Untuk mencegah berbagai komplikasi penyakit diabetes, termasuk hiperglikemia, cara paling
ampuh dan efektif adalah rutin cek gula darah setiap hari. Hal ini dilakukan supaya para
diabetesi dapat mengetahui dengan segera apabila gula darahnya meningkat sewaktu-waktu.
Selain itu, konsistenlah untuk menerapkan pola makan yang lebih sehat, rajin olahraga, serta
teratur untuk minum obat yang diresepkan dokter agar tingkat gula darah Anda terkendali.
Apa itu proteinuria?
Proteinuria, juga dikenal sebagai protein di dalam urin, adalah kondisi di mana urin atau air
kencing Anda mengandung jumlah protein yang tidak normal. Kondisi ini sering kali
merupakan pertanda dari penyakit ginjal.
Ginjal yang sehat tidak membiarkan jumlah protein keluar terlalu banyak melalui filter ginjal.
Namun, filter yang rusak akibat penyakit ginjal dapat membuat protein seperti albumin bocor
dari darah ke dalam urin.
Apabila jumlah protein di urin sangat tinggi, kondisi sindrom nefrotik dapat muncul. Sindrom
nefrotik menyebabkan air menimbun di dalam tubuh. Kelebihan air dapat menyebabkan
bengkak pada pergelangan kaki, atau pembengkakan di tangan atau di sekitar mata.
Pembengkakan yang parah dapat muncul hingga kaki dan sekitar punggung. Mungkin
pembengkakan dapat terjadi di perut atau sesak napas akibat adanya air di sekitar paru-paru.
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki
kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.
Penyebab
Apa penyebab proteinuria?
Ginjal Anda menyaring produk sisa dari darah dan menjaga komponen yang diperlukan tubuh
– termasuk protein. Namun beberapa kondisi dan penyakit dapat menyebabkan protein
melalui filter ginjal, menyebabkan adanya protein di dalam urin.
Kondisi yang menyebabkan peningkatan kadar protein dalam urin, namun tidak selalu
mengindikasikan kerusakan ginjal, meliputi:
Paparan terhadap dingin
Stress emosional
Demam
Paparan terhadap panas
Aktivitas berat
Jika ditemukan sedikit protein dalam urin biasanya bukanlah masalah. Namun, kadar protein
yang lebih besar dalam urin bukanlah pertanda yang baik. Penyakit dan kondisi yang dapat
menyebabkan peningkatan kadar protein dalam urin, yang dapat mengindikasikan penyakit
ginjal, meliputi:
Faktor-faktor risiko
Apa yang meningkatkan risiko saya untuk proteinuria?
Ada banyak faktor risiko untuk proteinuria yaitu:
Diabetes
Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Diabetes dan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, yang menyebabkan
proteinuria.
Jenis lain dari penyakit ginjal yang tidak terkait dengan diabetes atau tekanan darah tinggi
juga dapat menyebabkan protein bocor ke urin. Contoh penyebab lainnya meliputi:
Obat-obatan
Trauma
Racun
Infeksi
Gangguan sistem imun
Peningkatan produksi protein pada tubuh dapat menyebabkan proteinuria. Contohnya
multiple myeloma dan amyloidosis.
Obesitas
Usia di atas 65
Riwayat keluarga terhadap penyakit ginjal
Preeclampsia (tekanan darah tinggi dan proteinuria pada kehamilan)
Ras dan etnis: Afrika-Amerika, orang asli Amerika, Latin, dan Pacific Islander lebih
cenderung memiliki tekanan darah tinggi dan mengalami penyakit ginjal dan proteinuria
dibanding dengan orang berkulit putih.
Beberapa orang memiliki lebih banyak protein dalam urin saat berdiri daripada saat
berbaring. Kondisi ini disebut orthostatic proteinuria.
Tes selanjutnya dapat diperlukan setelah protein terdeteksi dengan tes “dipstick” pada sedikit
sampel urin. Tes dipstick ini sangat sensitif, namun tidak dapat mengukur dengan persis
seberapa banyak protein dalam urin. Untuk mendapatkan pengukuran yang tepat, beberapa
urin harus diperiksa di laboratorium. Hal ini dapat dilakukan dengan specimen urin tunggal
yang kecil dimana laboratorium mengukur kadar protein dan kreatinin (“protein-creatinine
ratio” atau PCR). Mengukur kadar protein dalam darah dengan menguji albumin lebih sering
digunakan, dan hasil berupa albumin-creatinine ratio (ACR). Albumin adalah bagian besar
dari protein pada tubuh, dan siapapun dengan PCR yang meningkat juga akan memiliki ACR
yang meningkat, walau kadar dapat lebih rendah sedikit.
Apabila ACR tinggi, dokter akan melihat riwayat lengkap dan melihat apakah ada anggota
keluarga dengan penyakit ginjal. Beberapa tes darah akan dilakukan, dan tekanan darah akan
diukur. Ukuran dan bentuk ginjal dapat diukur di departemen X-ray dengan scan ultrasonik.
Kadang, untuk membuat diagnosis pasti terhadap penyebab proteinuria, diperlukan biopsi
ginjal. Biopsi adalah pengangkatan bagian kecil dari ginjal menggunakan jarum, agar ginjal
dapat diperiksa dengan mikroskop.
Obat-obatan kadang diberikan, terutama pada orang dengan diabetes dan/atau tekanan darah
tinggi. Obat dapat berasal dari 2 kelas obat:
Perawatan yang tepat – terutama pada pasien dengan penyakit kronis seperti diabetes dan
tekanan darah tinggi – penting dilakukan untuk mencegah kerusakan ginjal progresif yang
menyebabkan proteinuria.
Pengobatan di rumah
Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang
dapat dilakukan untuk mengatasi proteinuria?
Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi
proteinuria:
Jika Anda memiliki kondisi retensi air yang menyebabkan proteinuria, kurangi jumlah asupan
garam dan air pada pola makan harian.
Jika Anda memiliki tekanan darah tinggi, juga kurangi garam dalam makanan, dan atur pola
makan dengan baik (kurangi lemak) dengan lebih banyak olahraga.