You are on page 1of 2

KRITIK DAN ANJURAN FT TERHADAP INDIVIDUALISME

Masalah-masalah yang diangkat Paus Fransiskus dalam Ensiklinya menyata hampir pada
keseluruhan aspek hidup manusia yang dirangkum dalam masalah-masalah sosial. Masalah-masalah
sosial yang diangkat Paus Fransiskus dalam Ensikliknya ini berakar pada sikap individualisme yang
hidup dan berkembang pada kelompok-kelompok tertentu sehingga melahirkan superioritas dalam
kelompoknya sendiri dan berujung pada perendahan pada kelompok lainnya. Problem
individualisme ini melahirkan peperangan dan juga konflik sosial bukan hanya pada skala lokal
melainkan pada skala global. Berhadapan pada kenyataan tersebut Paus dalam Ensikliknya
menyampaikan ulasannya.
 Seorang Asing di Jalan
Pada bagian awal Ensiklik ini khususnya pada bagian ini, Paus Fransiskus memberikan
tanggapan akan masalah-masalah sosial dengan perumpamaan tentang Orang Samaria yang Baik
Hati. Perumpamaan yang ditawarkan oleh Paus Fransiskus ini memberikan pemahaman yang baru
tentang persaudaraan dan persahabatan univeral. Pemahaman tentang saudara dan sahabat yang ini
lahir jika ada dan terjadi perjumpaan dan dialaog di dalamnya. Dengan adanya perjumpaan dan
dialog ini, secara perlahan-lahan menghilangkan sikap individualisme dalam kelompok itu sendiri.
Paus Fransiskus juga menyampaikan bahwa dengan adanya perjumpaan dan ini mampu
memberikan perluasan lingkaran persaudaraan dan persahabatan yang dibangun, mencintai sesama
tanpa adanya tendensi merendahkan kelompok yang satu dan menganggap kelompoknya lebih
tinggi. Perjumpaan dan dialog yang dibangun meruntuhkan sekat-sekat atau tembok diri, mengatasi
prasangka buruk terhadap kelompok lain, dan mampu meruntuhkan sikap individualisme kelompok
(bdk. 83).

Memikirkan dan Menciptakan Dunia yang Terbuka


Pada bagian ini, Paus Fransiskus menekankan budaya cinta kasih yang harus mengakar pada
diri setiap individu. Cinta kasih yang universal ini sebagai upaya memerangi sikap individualisme
yang kian mengakar pada kelompok-kelompok tertentu, bahkan pada tataran negara. Paus
Fransiskus juga menegaskan bahwa individualisme tidak membuat manusia lebih bebas, lebih
setara, lebih bersaudara. Malahan, individualisme radikal menurut Paus merupakan virus yang
paling sulit dikalahkan (bdk. FT 105).
Dalam meminimalisasi permasalahan ini, Paus Fransiskus mendorong juga setiap kelompok
untuk selalu keluar dari diri sendiri dan terarah untuk menemukan eksistensi yang lebih penuh dari
kelompok-kelompok lain terutama pada kelompok-kelompok minor. Hal ini didasarkan pada
konsepsi bahwa setiap manusia berhak untuk hidup bermartabat dan berkembang seutuhnya, dan
tidak ada negara atau kelompok tertentu yang menyangkal hak asasi ini (bdk. 107). Di samping itu,
Paus Fransiskus juga menggarisbawahi solidaritas sebagai kebajikan moral dan sikap sosial.
Berkenaan dengan itu, Paus mengajak semua elemen untuk berusaha menanamkan pendidikan dan
pembinaan tentang nilai-nilai kasih dan persaudaraan, hidup bersama dan berbagi, perhatian dan
kepedulian kepada sesama. Paus juga menyarankan agar pendidikan nilai itu ditanamkan pada
masing-masing anggotanya pada usia dini (bdk. FT 114). Sehingga solidaritas itu mengkongkret
pada pelayanan sebagai bagian dari rasa tanggugjawab terhadap kelompok atau individu lain (bdk.
FT 115).
 Hati yang Terbuka ke Seluruh Dunia
Persoalan migran yang terjadi dewasa ini menjadi salah satu topik yang dibahas oleh Paus
Fransiskus dalam Ensiklik Fratelli Tutti ini. Ada berbagai alasan seseorang atau sekelompok orang
melalukan migrasi ke negara lain. Sehingga, ada kelompok-kelompok kecil yang terbentuk dari
migrasi ini. Namun, persoalan yang ditimbulkan ini apakah kelompok-kelompok kecil ini
mendapatkan hak dan kewajiban sebagai manusia di lingkungan dan negara yang baru ini. Paus
Fransiskus menilai bahwa kedatangan orang-orang yang berbeda, yang berasal dari konteks
kehidupan dan budaya yang berbeda, bisa menjadi anugerah karena “para migran juga menjadi
kisah perjumpaan antarpribadi dan antarbudaya: bagi komunitas-komunitas dan masyarakat yang
didatangi”(bdk. FT 133). Paus juga merefleksikan bahwa pada saat menyambut orang-orang yang
berbeda sepenuh hati mereka dapat menjadi diri mereka sendiri dan juga di dalamnya mereka
dimungkinkan untuk berkembang secara baru (bdk. FT 134). Paus Fransiskus juga meminta kepada
kaum muda untuk tidak terjebak ke dalam tangan mereka yang ingin melawan para migran sebagai
subjek yang berbahaya dan seolah-olah tidak memiliki martabat manusia (bdk. FT 133).
 Dialog dan Persahabatan Sosial

You might also like