You are on page 1of 68

PERTEMUAN II

IMUNISASI, NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN PREKURSOR


IMUNISASI
PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 12 TAHUN 2017
IMUNISASI
PMK NOMOR 12 TAHUN 2017
IMUNISASI

 Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan


kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila
suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan
 Landasan hukum : UU no 36 tahun 2009 Pasal 130 dan Pasal 132
Pasal 130 : Pemerintah wajib memberikan imuniasi lengkap kepada setiap
bayi dan anak
Pasal 132 : (3) Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai
dengan ketentuan yang berlaku untuk mencegah terjadinya penyakit yang
dapat dihindari melalui imunisasi
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis – jenis imunisasi dasar sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Menteri

PMK NO 12 TAHUN 2017 TENTANG


“PENYELENGGARAAN IMUNISASI”
TUJUAN UMUM

 Menurunkan angka kesakitan, kematian dan


kecacatan akibat Penyakit yang Dapat Dicegah
dengan Imunisasi (PD3I).
SISTEM
KEKEBALAN
PERMENKES 12 Tahun 2017
Tentang Penyelenggaraan Imunisasi

PROGAM
IMUNISASI RUTIN: IMUNISASI DASAR

 Diberikan pada bayi sebelum berusia 1 tahun


 Imunisasi dasar terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit :
1. hepatitis B;
2. poliomyelitis;
3. tuberkulosis;
4. difteri;
5. pertusis;
6. tetanus;
7. pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b
(Hib)
8. campak
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan
Imunisasi (PD3I)
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan
Imunisasi (PD3I)
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan
Imunisasi (PD3I)
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan
Imunisasi (PD3I)
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan
Imunisasi (PD3I)
VAKSIN BCG
VAKSIN DPT-HB-HIB
VAKSIN HEPATITIS B
VAKSIN POLIO ORAL
VAKSIN CAMPAK
VAKSIN IPV
IMUNISASI RUTIN: LANJUTAN
 Diberikan pada:
a. Anak usia bawah dua tahun (batuta)
Pemberian Imunisasi lanjutan pada
baduta DPT-HB-Hib dan Campak dapat
diberikan dalam rentang usia 18-24
bulan
b. Anak usia sekolah dasar
diberikan pada bulan imunisasi anak
sekolah (BIAS) yang diintegrasikan
dengan usaha kesehatan sekolah
c. Wanita usia subur
terdiri atas Imunisasi terhadap
penyakit tetanus dan difteri
IMUNISASI TAMBAHAN
 Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang diberikan pada
kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai dengan
kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu
 Fungsi untuk melengkapi Imunisasi dasar dan/atau lanjutan pada target
sasaran yang belum tercapai.
 Yang termasuk kegiatan Imunisasi tambahan : Backlog Fighting, Crash
Progam, Pekan Imunisasi Nasional, Cath up Campaign, Sub PIN, ORI

IMUNISASI KHUSUS
 Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan masyarakat
terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu berupa persiapan
keberangkatan calon jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan menuju atau
dari negara endemis penyakit tertentu, dan kondisi kejadian luar biasa/wabah
penyakit tertentu

 Imunisasi Khusus berupa Imunisasi terhadap meningitis meningokokus, yellow


fever (demam kuning), rabies, dan poliomyelitis.
IMUNISASI KHUSUS
KETERANGAN MENINGITIS YELLOW FEVER RABIES POLIO
MENINGOKOKUS
Disebabkan oleh Bakteri Neisseria Virus genus Virus Polio liar
meningtidis Flavivirus, vector
perantaranya:
Aedes Aegepty
Waktu pemberian Minimal 30 hari Minimal 10 hari Secara dini pasca Minimal 14 hari
sebelum sebelum gigitan sebelum
keberangkatan keberangkatan keberangkatan
bagi yang belum
pernah diimunisasi
Informasi Antibodi terbentuk Diberikan kepada Diberikan kepada
tambahan 7-10 hari sesudah seluruh kasus orang yang beum
imunisasi dan gigitan hewan mendapatkan
bertahan seumur penular rabies imunisasi dasar
hidup yang berindikasi lengkap pada bayi
IMUNISASI PILIHAN
 Jenis imunisasi:
a. pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh pneumokokus;
b. diare yang disebabkan oleh rotavirus;
c. influenza;
d. cacar air (varisela);
e. gondongan (mumps);
f. campak jerman (rubela);
g. demam tifoid;
h. hepatitis A;
i. kanker leher rahim yang disebabkan oleh Human Papillomavirus;
j. Japanese Enchephalitis;
k. herpes zoster;
l. hepatitis B pada dewasa; dan
m. demam berdarah
IMUNISASI PILIHAN
 Sesuai dengan kebutuhan program, Menteri dapat menetapkan jenis Imunisasi
pilihan menjadi Imunisasi program setelah mendapat rekomendasi dari ITAGI.
Dalam membuat rekomendasi, ITAGI mempertimbangkan faktor-faktor sebagai
berikut:
1. Beban penyakit (burden of disease);
2. Penilaian Vaksin, yang terdiri dari: kemampuan vaksin untuk menimbulkan
kekebalan (efficacy), keamanan vaksin (safety), ketersediaan vaksin yang terus
menerus (sustainable), keterjangkauan harga (affordable);
3. Cost effectiveness dari vaksin;
4. Memperkuat kesehatan Nasional (National Health Security), setelah dilakukan
analisis terhadap manfaat yang didapat dari vaksin ini terhadap kesehatan
masyarakat (Public Health Impact Analysis) sehingga sudah menjadi prioritas
untuk diberikan; dan
5. Kesinambungan pembiayaan.
IMUNISASI PILIHAN
NAMA VAKSIN KETERANGAN
Measles, • Diberikan pada usia 12-18 bulan
Mumps, Rubela • Pada populasi dengan insidens penyakit campak tinggi, dapat diberikan
(MMR) pada usia 9 bulan
Tifoid Diberikan untuk anak usia ≥ 2 tahun
Varisela • Dapat diberikan bersama dengan MMR
• Diberikan mulai umur masuk sekolah (5 tahun)
• Pada anak ≥ 13 tahun, vaksin diberikan 2 kali selang 4 minggu
• Kontak dengan kasus varisela, pencegahan diberikan dalam waktu 72
jam setelah penularan
Hepatitis A • Populasi risiko tinggi tertular Virus Hepatitis A (VHA).
• Anak usia ≥ 2 tahun, terutama anak di daerah endemis.
• Pasien Penyakit Hati Kronis, berisiko tinggi hepatitis fulminan bila
tertular VHA.
• Kelompok lain: pengunjung ke daerah endemis; penjamah makanan;
anak usia 2–3 tahun di Tempat Penitipan Anak (TPA); staf TPA; staf dan
penghuni institusi untuk cacat mental; pria homoseksual dengan
pasangan ganda; pasien koagulopati; pekerja dengan primata; staf
bangsal neonatologi
IMUNISASI PILIHAN
NAMA VAKSIN KETERANGAN
Influenza • Semua orang usia ≥ 65 tahun
• Anak dengan penyakit kronik seperti asma, diabetes, penyakit ginjal dan kelemahan sistem
imun
• Anak dan dewasa yang menderita penyakit metabolik kronis, termasuk diabetes, penyakit
disfungsi ginjal, hemoglobinopati dan imunodefisiensi
• Orang yang bisa menularkan virus influenza ke seseorang yang berisiko tinggi mendapat
komplikasi yang berhubungan dengan influenza
• Imunisasi influenza dapat diberikan kepada anak sehat usia 6–23 bulan
Pneumokokus • Lansia usia > 65 tahun
Polisakarida (PPV) • Anak usia > 2 tahun yang mempunyai risiko tinggi IPD (Invasive Pneumococcal Disease)
• Pasien usia > 2 tahun dengan imunokompromais
• Pasien usia > 2 tahun dengan imunokompeten yang menderita penyakit kronis yaitu
penyakit paru atau ginjal kronis, diabetes
• Pasien usia > 2 tahun kebocoran cairan serebrospinal
Pneumokokus • Semua anak sehat usia 2 bulan – 5 tahun
Konyugasi (PCV) • Anak dengan risiko tinggi IPD
• Pasien dengan imunokompromais
• Pasien dengan imunokompeten yang menderita penyakit kronis
• Pasien kebocoran cairan serebrospinal
• Selain itu juga dianjurkan pada anak yang tinggal di rumah yang huniannya padat,
lingkungan merokok, di panti asuhan dan sering terserang akut otitis media
IMUNISASI PILIHAN
NAMA VAKSIN KETERANGAN
ROTAVIRUS • Vaksin monovalent oral: pemberian dalam 2 dosis pada usai 6-12 minggu dengan interval 8
minggu
• Vaksin pentavalent oral: dosis pertama diberikan umur 2 bulan. Maksimal diberikan pada
saat bayi usia 8 bulan. Pemberian vaksin selesai pada usia 24 minggu.
Japanese Untuk anak usia 1-3 tahun, diberikan secara serial pada hari ke 0, 7, dan 28.
Ensephalitis
Human • Diperuntukan pada anak perempuan sejak usia > 9 tahun
Papillomavirus
(HPV)
Herpes Zoster • Untuk individu usia 50 tahun ke atas, imunokompeten dengan atau tanpa episode zoaster
dan histori cacar air sebelumnya
Hepatitis B • Petugas kesehatan atau pekerja lainnya yang berisiko terhadap paparan darah penderita
Hepatitis B
• Pasien hemodialisis
• Pasien yang membutuhkan transfusi darah maupun komponen darah
• Individu yang memiliki keluarga dengan riwayat Hepatitis B
• Kontak atau hubungan seksual dengan karier Hepatitis B atau Hepatitis B akut
• Turis yang bepergian ke daerah endemik Hepatitis B
Dengue • Kontra Indikasi :
1) Riwayat alergi terhadap ragi
PENDISTRIBUSIAN VAKSIN
(Pusat Ke Provinsi)
 Vaksin alokasi pusat akan dikirimkan ke tingkat provinsi berdasarkan permintaan resmi dari dinas
kesehatan provinsi yang ditujukan kepada Direktorat Jenderal yang membawahi bidang
Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan cq. Direktur yang membawahi bidang Imunisasi
dengan melampirkan laporan monitoring vaksin pada bulan terakhir.
 Dalam setiap pengiriman vaksin harus disertakan dokumen berupa:
a) SP (Surat Pengantar) untuk vaksin alokasi provinsi/SBBK (Surat Bukti Barang Keluar) untuk vaksin
alokasi pusat
b) VAR (Vaccine Arrival Report) untuk setiap nomor batch vaksin.
c) Copy Certificate of Release (CoR) untuk setiap batch vaksin
 Wadah pengiriman vaksin berupa cold box disertai alat untuk mempertahankan suhu dingin
berupa :
a) Cool pack untuk vaksin Td, DT, Hepatitis B, dan DPT-HB-Hib.
b) Cold pack untuk vaksin BCG dan Campak.
c) Dry ice dan/atau cold pack untuk vaksin Polio.
 Pelarut dan penetes dikemas pada suhu kamar terpisah dengan vaksin (tanpa menggunakan
pendingin).
PENDISTRIBUSIAN VAKSIN
(Provinsi ke Kabpupaten / Kota)
 Merupakan tanggung jawab Pemerintah Daerah dengan cara diantar oleh provinsi
atau diambil oleh kabupaten/kota.
 Dilakukan atas dasar permintaan resmi dari dinas kesehatan kabupaten/kota
dengan mempertimbangkan stok maksimum dan daya tampung tempat
penyimpanan
 Menggunakan cold box yang disertai alat penahan suhu dingin berupa:
a) Cool pack untuk vaksin DT, Td, Hepatitis B PID dan DPT-HB-Hib.
b) Cold pack untuk vaksin BCG, Campak dan Polio
 Dalam setiap pengiriman harus disertai dengan dokumen berupa:
a) VAR (Vaccine Arrival Report) yang mencantumkan seluruh vaksin
b) SBBK (Surat Bukti Barang Keluar)
PENDISTRIBUSIAN VAKSIN
(Kabupaten / kota ke Puskesmas)
 Dilakukan dengan cara diantar oleh kabupaten/kota atau diambil oleh
puskesmas.
 Dilakukan atas dasar permintaan resmi dari puskesmas dengan
mempertimbangkan stok maksimum dan daya tampung penyimpanan vaksin
 Menggunakan cold box atau vaccine carrier yang disertai dengan cool pack.
 Disertai dengan dokumen pengiriman berupa Surat Bukti Barang Keluar (SBBK)
dan Vaccine Arrival Report (VAR).
 Pada setiap cold box atau vaksin carrier disertai dengan indikator pembekuan.
PENDISTRIBUSIAN VAKSIN
(Puskesmas ke Tempat Pelayanan)
 Vaksin dibawa dengan menggunakan vaccine carrier yang diisi coolpack
dengan jumlah yang sesuai ke seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas, baik pemerintah maupun swasta yang
menyelenggarakan pelayanan Imunisasi program.
 Dilakukan dengan cara diantar olehPuskesmas atau diambil oleh fasilitas
pelayanan kesehatan atas dasar permintaan resmi.
Alur Pendistribusian Vaksin
PENGGOLONGAN VAKSIN

ASAL ANTIGEN

SENSITIVITAS TERHADAP SUHU


PENYIMPANAN VAKSIN
VAKSIN VIAL MONITOR
CARA PEMBERIAN IMUNISASI
SARANA PENYIMPANAN VAKSIN

Kamar dingin dan kamar beku • Kamar dingin: kapasitas 5000-100000L, suhu 2 s/d 8 derajat C
• Kamar beku: kapasitas 5000-100000L, suhu -15 s/d -25 derajat C
Vaccine Refrigerator dan Freezer • Refrigerator: suhu 2 s/d 8 derajat C. Utk vaksin: BCG, Td, DT,
Hepatitis B, Campak, IPV dan DPT-HB-Hib
• Freezer: suhu -15 s/d -25 derajat C. Utk vaksin: polio
alat pembawa vaksin • Cold box: suatu alat untuk menyimpan sementara dan membawa
vaksin.
• Vaccine carrier: alat untuk mengirim/membawa vaksin dari
puskesmas ke posyandu atau tempat pelayanan Imunisasi lainnya
yang dapat mempertahankan suhu +2°C s/d +8°C
Alat untuk mempertahankan suhu • Kotak dingin beku (cold pack): wadah plastic berbentuk segi empat
yang diisi dengan air yang dibekukan dalam freezer dengan suhu -
15°C s/d -25°C selama minimal 24 jam.
• Kotak dingin cair (cool pack): wadah plastik berbentuk segi empat
yang diisi dengan air kemudian didinginkan dalam Vaccine
Refrigerator dengan suhu -3°C s.d +2°C selama minimal 12 jam
(dekat evaporator)
PEMAKAIAN VAKSIN SISA

 Vaksin sisa pada pelayanan statis (Puskesmas, Rumah Sakit atau praktek
swasta) bisa digunakan pada pelayanan hari berikutnya. Beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi adalah:
a. Disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C
b. VVM dalam kondisi A atau B
c. Belum kadaluwarsa
d. Tidak terendam air selama penyimpanan
e. Belum melampaui masa pemakaian.
MASA PEMAKAIAN VAKSIN SISA
UJI KOCOK (SHAKE TEST)
 Pembekuan merusak potensi vaksin dari DT, TT, Hepatitis B, dan DPT/HB. Apabila dicurigai bahwa
vaksin pernah beku, perlu dilakukan uji kocok (kecuali vaksin IPV), untuk menentukan apakah vaksin
tersebut layak dipakai atau tidak.
 Saat dilihat thermometer suhu turun hingga dibawah titik beku dan atau freeze tag menunjukan tanda
“X” dilakukan shake test denfgan cara berikut
a. Ambil satu contoh dari tiap jenis vaksin yang dicurigai pernah beku. Beri label“Tersangka Beku”.
b. Sengaja bekukan 1 vaksin yang sama dengan tersangka beku hingga beku padat seluruhnya dan diberi
label “Dibekukan”.
c. Biarkan contoh “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka Beku” sampai mencair seluruhnya.
d. Kocok contoh “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka Beku” secara bersamaan.
e. Amati contoh “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka Beku” bersebelahan untuk membandingkan waktu
pengendapan (umumnya 5–30 menit).
SOAL IMUNISASI
diberikan saat zoom
Berdasarkan penyelenggaraannya, imunisasi di Indonesia terdiri dari beberapa, di
antaranya adalah, kecuali …
A. Imunisasi dasar
B. Imunisasi utama
C. Imunisasi lanjutan
D. Imunisasi pilihan
E. Imunisasi tambahan

Jawaban: B. Imunisasi utama


Salah satu kategori imunisasi rutin adalah imunisasi lanjutan. Imunisasi lanjutan
yang diberikan pada anak usia sekolah dasar adalah …
A. Campak
B. Polio
C. DPT-HB-Hib
D. Hepatitis
E. Varisela

Jawaban: A. Campak
Vaksin yang diberikan secara oral adalah …
A. Campak
B. Polio
C. Rotavirus
D. A dan B
E. B dan C

Jawaban: E. B dan C
Berdasarkan penyelenggaraanya terdapat imunisasi pilihan yang tidak menjadi
keharusan bagi seseorang untuk mendapatkan imunisasi tersebut. Di bawah ini
bukan termasuk imunisasi pilihan adalah …
A. influenza
B. Demam tifoid
C. varisela
D. yellow fever
E. Human Papillomavirus

Jawaban: D. yellow fever


Berdasarkan penyelenggaraanya terdapat imunisasi pilihan yang tidak menjadi
keharusan bagi seseorang untuk mendapatkan imunisasi tersebut. Di bawah ini
bukan termasuk imunisasi pilihan adalah …
A. influenza
B. Demam tifoid
C. varisela
D. yellow fever
E. Human Papillomavirus

Jawaban: D. yellow fever


Vaksin meningitis monokokus diberikan kepada seseorang yang akan melakukan
bepergian ke daerah endemic meningitis. Waktu minimal pemberian vaksin
tersebut sebelum keberangkatan adalah…
A. 10 hari
B. 15 hari
C. 20 hari
D. 30 hari
E. 7 hari

Jawaban: D. 30 hari
NARKOTIKA &
PSIKOTROPIKA
UU NO 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA
UU NO 35 TAHUN 2009

PASAL 1:
1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
2. Prekursor Narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan dalam pembuatan Narkotika.
PENGGOLONGAN NARKOTIKA
GOLONGAN I GOLONGAN II GOLONGAN III
hanya dapat digunakan untuk tujuan berkhasiat pengobatan digunakan berkhasiat pengobatan dan banyak
pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau
tidak digunakan dalam terapi, digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
pengetahuan
mempunyai potensi sangat tinggi mempunyai potensi tinggi mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan mengakibatkan ketergantungan mengakibatkan ketergantungan
PMK NO 4 TAHUN 2021 (Januari 2021): PMK NO 4 TAHUN 2021 (Januari PMK NO 4 TAHUN 2021 (Januari
• Tanaman Papaver Somniferum L 2021): 2021):
• Opium • Benzilmorfina • Kodeina
• Tanaman koka • Dihidromorfina • Etilmorfina
• Ganja • Isoetadona • Asetildihifrokodeina
• Heroina • Fentanil • Nikodikodina
• Desomorfina • Metadona • propiram
• Tiofentanil • Morfina
• MDMA ((±)-N, α-Dimetil-3,4- • Petidina
(metilendioksi)fenetilamina)
• Metilon (MDMC)
UU NO 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA
UU NO 5 TAHUN 1997

PASAL 1:
1. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoatif melalui pangaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku
PENGGOLONGAN PSIKOTROPIKA
GOLONGAN I GOLONGAN II GOLONGAN III GOLONGAAN IV
hanya dapat digunakan berkasiat pengobatan dan berkasiat pengobatan dan berkasiat pengobatan dan
untuk ilmu pengetahuan banyak digunakan dalam banyak digunakan dalam sangat luas digunakan
dan tidak digunakan dapat terapi dan/atau untuk terapi dan/atau untuk dalam terapi dan/atau
terapi tujuan ilmu pengetahuan tujuan ilmu pengetahuan untuk tujuan ilmu
pengetahuan
mempunyai potensi sangat mempunyai potensi kuat mempunyai potensi sedang mempunyai potensi ringan
kuat mengakibatkan mengakibatkan sindroma mengakibatkan sindroma mengakibatkan sindroma
sindroma ketergantungan. ketergantungan ketergantungan ketergantungan
PMK NO 23 TAHUN 2020 PMK NO 23 TAHUN 2020 PMK NO 23 TAHUN 2020 PMK NO 23 TAHUN 2020
• Deskloroketamin • Amineptina • Amobarbital • Alprazolam : Xanax, zypraz
• 2F-Deskloroketamin • Metilfenidat • Butabital • Diazepam: stesolid,
• Sekobarbital • Flunitrazepam valisanbe
• Etilfenidat • Glutetimida • Estazolam : esilgan
• Etizolam • Katina • Fenobarbital: sibital
• diclazepam • Pentazosina • Klobazam : frisium, clofritis
• Pentobarbital • Clonazepam : riklona
• siklobarbital • Lorazepam: Ativan,
merlopam
• Midazolam: miloz
• Nitrazepam: dumolid
PEMESANAN
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 24 TAHUN 2021 TENTANG
PENGAWASAN PENGELOLAAN OBAT, BAHAN OBAT, NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN
PREKURSOR FARMASI DI FASILITAS PELAYANAN KEFARMASIAN

Surat Pesanan dibuat sekurang-kurangnya rangkap 3 (tiga) serta tidak dibenarkan dalam bentuk faksimili dan
fotokopi. Dua rangkap surat pesanan diserahkan kepada pemasok dan 1 (satu) rangkap sebagai arsip.
Surat Pesanan Narkotika, Surat Pesanan Psikotropika, Surat Pesanan Prekursor Farmasi dibuat terpisah dari surat
pesanan untuk obat lain.
Satu surat pesanan hanya berlaku untuk satu jenis Narkotika
Satu surat pesanan Psikotropika dapat terdiri dari berbagai jenis Psikotropika.
Satu surat pesanan Perkursor Farmasi dapat terdiri dari berbagai jenis Prekursor Farmasi.
SP NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN PREKURSOR
PENERIMAAN
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 24 TAHUN 2021 TENTANG
PENGAWASAN PENGELOLAAN OBAT, BAHAN OBAT, NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN
PREKURSOR FARMASI DI FASILITAS PELAYANAN KEFARMASIAN
Penerimaan Narkotika, Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian harus dilakukan oleh Apoteker Penanggung Jawab
Bila Apoteker Penanggung Jawab berhalangan hadir, dapat didelegasikan kepada Tenaga
Kefarmasian yang ditunjuk oleh Apoteker Penanggungjawab. Pendelegasian dilengkapi dengan
Surat Pendelegasian Penerimaan Narkotika, Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi
Pada saat penerimaan barang, harus dilakukan pemeriksaan kondisi kemasan, kesesuaian nama
dan kesesuaian antara fisik dengan faktur
Jika di temuan ketidaksesuaian segera dikembalikan pada saat penerimaan. Jika pengiriman
menggunakan ekpedisi dan tidak dapat langsung dikembalikan maka dibuatkan Berita Acara
yang menyatakan penerimaan tidak sesuai dan disampaikan ke pemasok untuk dikembalikan
Jika pada hasil pemeriksaan ditemukan ketidaksesuaian nomor bets atau tanggal kedaluwarsa
antara fisik dengan faktur pembelian/ LPLPO dan/atau SPB harus dibuat koreksi dan dikonfirmasi
ketidaksesuaian dimaksud kepada pihak pemasok
CONTOH FORMAT SURAT PENDELEGASIAN KEWENANGAN
PENYIMPANAN
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 24 TAHUN 2021 TENTANG
PENGAWASAN PENGELOLAAN OBAT, BAHAN OBAT, NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN
PREKURSOR FARMASI DI FASILITAS PELAYANAN KEFARMASIAN

NARKOTIKA PSIKOTROPIKA

disimpan dalam lemari khusus penyimpanan disimpan dalam lemari khusus penyimpanan
Narkotika Psikotropika.
Lemari khusus penyimpanan Narkotika harus Lemari khusus penyimpanan Psikotropika harus
mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda, mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda,
satu kunci dipegang oleh Apoteker Penanggung satu kunci dipegang oleh Apoteker Penanggung
Jawab dan satu kunci lainnya dipegang oleh Jawab dan satu kunci lainnya dipegang oleh
pegawai lain yang dikuasakan. pegawai lain yang dikuasakan.
Stok opname minimal 1 kali sebulan Stok opname minimal 1 kali sebulan
PENYERAHAN
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 24 TAHUN 2024 TENTANG
PENGAWASAN PENGELOLAAN OBAT, BAHAN OBAT, NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN
PREKURSOR FARMASI DI FASILITAS PELAYANAN KEFARMASIAN
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian dilarang mengulangi penyerahan obat atas dasar resep yang diulang (iter) apabila
resep aslinya mengandung Narkotika.
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian dilarang menyerahkan Narkotika berdasarkan salinan resep yang baru dilayani
sebagian atau belum dilayani sama sekali apabila tidak menyimpan resep asli.
Resep Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi dengan permintaan iter dilarang diserahkan sekaligus
Apotek hanya dapat menyerahkan Narkotika berdasarkan resep yang ditulis oleh dokter yang berpraktek di
provinsi yang sama dengan Apotek tersebut, kecuali resep tersebut telah mendapat persetujuan dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota tempat Apotek yang akan melayani resep tersebut.
Dalam menyerahkan Narkotika, Psikotropika, atau Prekursor Farmasi berdasarkan resep, pada resep atau salinan
resep harus dicatat nama, alamat, dan nomor telepon yang bisa dihubungi dari pihak yang mengambil obat.
Pelayanan resep elektronik hanya dapat diselenggarakan oleh sarana yang mengeluarkan resep elektronik
tersebut; Tersedia sistem dokumentasi yang baik sehingga resep elektronik mampu telusur dan dapat ditunjukkan
pada saat diperlukan.
PENGEMBALIAN
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 24 TAHUN 2024 TENTANG
PENGAWASAN PENGELOLAAN OBAT, BAHAN OBAT, NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN
PREKURSOR FARMASI DI FASILITAS PELAYANAN KEFARMASIAN
Pengembalian Narkotika, Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi kepada pemasok harus dilengkapi
dengan dokumen serah terima pengembalian Narkotika, Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi
yang sah dan fotokopi arsip Faktur Pembelian.
Pengembalian Narkotika, Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi juga dapat dilakukan dari
depo/unit antara lain rawat inap, rawat jalan, kamar operasi, instalasi gawat darurat kepada
Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam hal :
a. rusak atau kedaluwarsa;
b. pengalihan penggunaan antar depo/unit; dan/atau
c. sisa penggunaan/pelayanan.
Setiap pengembalian Narkotika, Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi wajib dicatat dalam Kartu
Stok.
Dokumen pengembalian yang memuat Narkotika, Psikotropika dan Prekursor harus disimpan
terpisah dari dokumen pegembalian obat lainnya
PBPOM NO 24 TAHUN 2021

PASAL 1
Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan proses produksi industri
farmasi atau produk antara, produk ruahan, dan produk jadi yang mengandung:
a. Ephedrine
b. Pseudoephedrine
c. norephedrine/phenylpropanolamine
d. Ergotamin
e. Ergometrine
f. Potasium Permanganat.
PBPOM NO 10 TAHUN 2019

PASAL 1
Obat-Obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan yang selanjutnya disebut dengan Obat-Obat
Tertentu adalah obat yang bekerja di sistem susunan syaraf pusat selain narkotika dan
psikotropika, yang pada penggunaan di atas dosis terapi dapat menyebabkan ketergantungan
dan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku

PASAL 2
(1) Kriteria Obat-Obat Tertentu dalam Peraturan Badan ini terdiri atas obat atau Bahan Obat yang
mengandung:
a. Tramadol
b. Triheksifenidil
c. Klorpromazin
d. Amitriptilin
e. Haloperidol
f. dekstrometorfan
PENYERAHAN
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 10 TAHUN 2019 TENTANG PEDOMAN
PENGELOLAAN OBAT – OBAT TERTENTU YANG SERING DISALAHGUNAKAN

Fasilitas Pelayanan Kefarmasian dalam menyerahkan Obat-Obat Tertentu wajib berdasarkan resep
atau salinan resep
Resep sebagaimana dimaksud ditulis oleh dokter.
Salinan resep sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditulis dan disahkan oleh apoteker.
Tenaga kefarmasian harus mencatat nama, alamat, dan nomor telepon yang bisa dihubungi dari pihak
yang mengambil obat
SOAL

Obat ini berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan sertaa memiliki potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Obat tersebut adalah golongan …
a. Narkotika golongan II
b. Psikotropika golongan III
c. Psikotropika golongan IV
d. Psikotropika golongan II
e. Narkotika golongan III

Jawaban: D
SOAL

Tahapan rehabilitasi bagi pecandu narkoba terdiri dari beberapa tahapan. Tahapan
dimana pecandu narkoba dikembalikan ke masyarakat disebut dengan …
a. Program rawat medis
b. Program rawat inap awal
c. Program pasca rawat
d. Program rawat jalan
e. Program Lanjutan

Jawaban: C
SOAL

Obat-Obat Tertentu adalah obat yang bekerja di sistem susunan syaraf


pusat selain narkotika dan psikotropika, yang pada penggunaan di atas
dosis terapi dapat menyebabkan ketergantungan dan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku. Di bawah ini bukan termasuk obat-
obat tertentu adalah …
a.Triheksifenidil
b.Haloperidol
c.Efedrin
d.Amitriptilin
e.Tramadol

Jawaban: C

You might also like