You are on page 1of 9

AGRITECH, Vol. XXIII No.

2 Desember 2021 p-ISSN : 1411-1063, e-ISSN: 2580-5002


TERAKREDITASI PERINGKAT 4 No.21/E/KPT/2018

PENGARUH GIBERELIN TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH DAN


PERTUMBUHAN SEMAI KAWISTA (Feronia Limonia (L.) Swingle)

Endang Dewi Murrinie*, Untung Sudjianto, Khoirinnidha Ma’rufa


Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus, Indonesia
*)
Email: dewi.murinie@umk.ac.id

ABSTRACT
Wood-apple is a rare plant that is almost extinct, so efforts are needed to increase the population.
Wood-apple is generally propagated generatively. Wood-apple seeds need 2-3 weeks to germinate,
so when germinated many seeds are rotten before germination. Soaking in gibberellins is one way
that can be done to shorten germination. The study aimed to determine the effect of concentration
and duration of soaking in gibberellins on germination and growth of wood-apple seedlings. The
study consisted of two factors which were designed in a completely randomized design. The first
factor was the concentration of gibberellins, consisting of three levels, namely 25 ppm (k1), 50 ppm
(k2), and 75 ppm (k3). The second factor was soaking time, consisting of three levels, namely 6
hours (l1), 9 hours (12), and 12 hours (13), so there were 9 treatment combinations and one
treatment without gibberellins (control), each treatment was repeated three times. The results
showed that the gibberellin treatment increased the height of the seedlings compared to the control.
The concentration of gibberellins affects the length and diameter of the hypocotyl and the length of
the radicle. Concentrations of 50 and 75 ppm resulted in higher hypocotyl diameter and radicle
length than 25 ppm. The concentration of 75 ppm gave the highest hypocotyl length. Soaking time
affects the percentage of germination, germination rate, and growth rate of wood-apple seedings.
Soaking in gibberellins for 12 hours gave a faster growth rate of seedlings than 6 and 9 hours.

Keywords: Seed; Gibberellins; Wood-apple; Germination; Seeding


Diterima: 21 Agustus 2021 Diterbitkan: 1 Desember 2021

PENDAHULUAN membutuhkan waktu 2-3 minggu untuk


Kawista (Feronia limonia (L.) berkecambah (Murrinie, 2017), sehingga saat
Swingle adalah tanaman buah yang berasal dikecambahkan banyak benih yang busuk
dari India. Buah kawista disebut sebagai wood sebelum berkecambah, diduga hal ini yang
apple karena buahnya yang menyerupai apel menyebabkan permudaan tanaman kawista di
dengan cangkang buah yang keras (Rodrigues alam jarang dijumpai. Salah satu upaya yang
et al., 2018). Di Indonesia, kawista umumnya dapat dilakukan untuk mempercepat
digunakan sebagai bahan makanan dan perkecambahan adalah menggunakan zat
minuman. Tanaman ini tumbuh baik di daerah pengatur tumbuh (ZPT), yaitu senyawa
pesisir Indonesia yaitu Sumatera, Jawa, organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi
Madura, Bali, dan Nusa Tenggara Barat, rendah dapat mendorong, menghambat atau
tetapi populasinya saat ini semakin menurun. secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan
Populasi kawista di Kabupaten Rembang perkembangan tanaman.
sebagai daerah sentra penghasil minuman dan Giberelin merupakan salah satu zat
makanan olahan buah kawista hanya berkisar pengatur tumbuh yang berperan dalam
1000 pohon. Dengan demikian saat ini pembentangan dan pembelahan sel,
kawista termasuk dalam tanaman langka yang pemecahan dormansi benih, mobilisasi
terancam punah, sehingga dibutuhkan usaha cadangan makanan selama pertumbuhan awal
untuk memperbanyak populasi tanaman embrio, pemecahan dormansi tunas,
(Murrinie dkk., 2019). pertumbuhan dan perpanjangan batang,
Kawista selama ini umumnya perkembangan bunga dan buah, dan pada
diperbanyak secara generatif dengan tumbuhan roset dapat memperpanjang
menggunakan benih. Benih kawista internodus sehingga tumbuh memanjang

183
Murrinie, PENGARUH GIBERELIN TERHADAP …

(Hopkin, 1995). Dengan demikian giberelin Bahan yang digunakan adalah benih
dapat digunakan untuk mengatasi dormasi kawista yang berasal dari Desa Jatisari
benih. Dormansi terjadi karena perimbangan Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban Jawa
antara penghambat dan promoter, yaitu karena Timur, giberelin (GA3), pasir, dan aquades.
keberadaan penghambat dan ketiadaan
promoter. Pemberian giberelin ternyata Alat
menurunkan inhibitor pada benih Carilus sp., Alat-Alat yang digunakan meliputi
sehingga benih mampu berkecambah. petridish diameter 20 cm, bak perkecambahan
Perlakuan giberelin exogenus meningkatkan ukuran 35x27x10 cm3, gelas kimia 2 liter,
sintesis RNA, meningkatkan RNA dan DNA pengaduk, gelas ukur, pinset, plastik wrap,
pada isolasi inti sel dari benih pea, giberelin kapas, tisu, ayakan dengan diameter lubang
juga bersifat antagonis terhadap inhibitor ayakan 0,5 cm, timbangan digital Ohaus
ABA (Yudono, 2012). Giberelin mampu Pioner (0,0001-200 g), jangka sorong dan
mengendalikan sintesis enzim hidrolitik pada penggaris.
perkecambahan benih. Senyawa-senyawa gula
dan asam-asam amino, zat-zat yang dapat Metodologi Penelitian
larut yang dihasilkan oleh aktivitas amilase Penelitian merupakan percobaan
dan protease ditransfer ke embrio untuk faktorial dengan rancangan acak lengkap
mendukung perkembangan embrio dan (RAL) dua faktor. Faktor pertama adalah
munculnya kecambah (Pertiwi dkk., 2016). konsentrasi giberelin (K), terdiri dari tiga
Giberelin juga meningkatkan potensi tumbuh level, yaitu 25 ppm (k1), 50 ppm (k2) dan 75
dari embrio dan dapat mengatasi hambatan ppm (k3). Faktor kedua adalah lama
mekanik perkecambahan yang diakibatkan perendaman (L), terdiri tiga level, yaitu 6 jam
oleh lapisan penutup benih (Kucera et al., (l1), 9 jam (l2) dan 12 jam (l3), sehingga
2005). terdapat 9 kombinasi perlakuan dan ditambah
Meskipun tanaman menghasilkan satu perlakuan tanpa giberelin (kontrol) yang
giberelin endogen, namun jumlahnya tidak masing-masing diulang tiga kali.
mencukupi untuk merangsang perkecambahan Data hasil pengamatan dianalisis
terutama untuk biji berkulit keras. Dengan dengan analisis keragaman (Anova),
demikian dibutuhkan perlakuan perendaman kemudian untuk membandingkan kontrol dan
dengan giberelin untuk mempercepat kombinasi perlakuan faktorial dilakukan
perkecambahan. Perendaman dengan analisis kontras, sedangkan untuk menguji
konsentrasi yang lebih tinggi dan dengan antar perlakuan konsentrasi dan lama
durasi waktu lebih lama diharapkan dapat perendaman digunakan Uji Jarak Berganda
mempercepat perkecambahan. Salah satu Duncan (Duncan Multiple Range Test) pada
giberelin eksogen yang umum digunakan taraf 5%.
adalah GA3 (giberelin-3), yang dikenal juga Percobaan terdiri dari dua macam,
dengan nama asam giberelat. Berdasarkan hal yaitu (1) percobaan untuk mengetahui
di atas dilakukan penelitian yang bertujuan pengaruh konsentrasi dan lama perendaman
untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan dalam giberelin terhadap perkecambahan
lama perendalam dalam giberelin terhadap benih kawista, yang dilakukan dengan
perkecambahan benih dan pertumbuhan semai mengecambahkan 20 benih kawista dalam
kawista. Penelitian ini merupakan bagian dari petridish selama 21 hari dan diamati
serangkaian penelitian teknologi perbenihan persentase perkecambahan, laju
pada tanaman kawista. Diharapkan hasil perkecambahan, panjang hipokotil, diameter
penelitian dapat memperkaya informasi hipokotil, panjang radikula dan bobot kering
teknologi perbenihan kawista yang sampai kecambah; dan (2) percobaan untuk
saat ini masih terbatas. mengetahui pengaruh konsentrasi dan lama
perendaman dalam giberelin terhadap
METODE PENELITIAN pertumbuhan semai kawista, yang dilakukan
Bahan dengan menanam 40 benih dalam bak
perkecambahan selama 60 hari dan diamati

184
Murrinie, PENGARUH GIBERELIN TERHADAP …

persentase pertumbuhan semai, laju sedangkan antar lama perendaman


pertumbuhan semai, tinggi semai, panjang menunjukkan beda nyata.
akar dan bobot kering semai.
Persentase perkecambahan, persentase Tabel 1. Persentase dan laju perkecambahan benih
pertumbuhan semai, laju perkecambahan dan kawista akibat perlakuan konsentrasi
laju pertumbuhan semai dihitung dengan dan lama perendaman dalam giberelin
mengacu Sutopo (2002) sebagai berikut:
Persentase Laju
Perlakuan perkecambahan perkecambahan
Persentase perkecambahan (PK) (%) (hari)
Tanpa giberelin
98,33 a 12,67 a
(kontrol)
Dengan giberelin 99,07 a 13,39 b
Konsentrasi giberelin (ppm)
Laju perkecambahan (LK) 25 (k1) 99,44 c 13,35 c
50 (k2) 97,78 c 13,57 c
75 (k3) 100,00 c 13,25 c
Lama perendaman (jam)
N= jumlah benih yang berkecambah pada satuan 6 (l1) 100,00 f 13,47 g
waktu tertentu 9 (l2) 97,22 g 12,85 f
T= jumlah waktu antara awal pengujian sampai 12 (l3) 100,00 f 13,84 g
dengan akhir dari interval tertentu suatu
Interaksi antar
pengamatan perlakuan (-) (-)
Keterangan: angka yang diikuti huruf sama pada
Persentase pertumbuhan semai (PPS)
kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata dengan Uji Jarak
Berganda Duncan 5%
(-) menunjukkan tidak terdapat
interaksi antar perlakuan
Laju pertumbuhan semai (LPS)
Pengamatan terhadap persentase
perkecambahan menunjukkan antara
perlakuan kontrol (tanpa giberelin) dan
N= jumlah benih yang tumbuh pada satuan waktu giberelin menunjukkan tidak berbeda nyata.
tertentu Perendaman benih dalam zat pengatur tumbuh
T= jumlah waktu antara awal pengujian sampai termasuk giberelin menurut Santoso dkk.
dengan akhir dari interval tertentu suatu ditujukan sebagai perlakuan invigorasi untuk
pengamatan
meningkatkan mutu benih yang telah
mengalami kemunduran (Santoso dkk., 2014),
HASIL DAN PEMBAHASAN misal karena penyimpanan. Tidak terdapatnya
Pengaruh Konsentrasi dan Lama perendaman
beda nyata antara kontrol dengan perlakuan
terhadap perkecambahan benih kawista. Hasil giberelin disebabkan karena benih kawista
analisis terhadap persentase perkecambahan
yang digunakan memiliki viabilitas tinggi
benih kawista pada Tabel 1 menunjukkan yang ditunjukkan dengan persentase
tidak terdapat perbedaan antara perlakuan perkecambahan yang tinggi, yaitu sebesar
kontrol (tanpa giberelin) dengan perlakuan 98,33% (kontrol). Benih kawista yang
giberelin, demikian juga antar konsentrasi
digunakan sebagai bahan penelitian
giberelin, sedangkan antar lama perendaman merupakan benih yang baru dipanen dan
menunjukkan perbedaan nyata. Laju dipanen saat masak fisiologis sehingga
perkecambahan menunjukkan tanpa giberelin viabilitasnya tinggi dan belum mengalami
menghasilkan perkecambahan yang nyata
kemunduran. Menurut Murrinie benih kawista
lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan dengan viabilitas tinggi yang dicirikan dengan
giberelin, namun antar konsentrasi giberelin bobot maksimum dan kadar air minimum,
menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata,
mempunyai cadangan makanan optimum

185
Murrinie, PENGARUH GIBERELIN TERHADAP …

untuk mendukung perkecambahan (Murrinie, telah mencukupi kebutuhan pembentukan


2017). Dengan kondisi benih yang masih enzim α-amilase, sehingga lebih cepat
mempunyai viabilitas tinggi, maka pemberian digunakan dalam proses hidrolisis pati
giberelin tidak memberikan pengaruh menjadi glukosa yang selanjutnya
terhadap perkecambahan. Invigorasi adalah dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk
perlakuan secara fisik, fisiologis maupun perkecambahan, sedangkan dengan
biokimia untuk mengoptimalkan viabilitas penambahan giberelin dibutuhkan waktu yang
benih yang telah mengalami kemunduran lebih lama dalam pembentukan enzim α-
sehingga benih tumbuh lebih cepat dan amilase yang menyebabkan laju
serempak (Rusmin, 2007). Invigorasi dapat perkecambahan lebih lama.
dilakukan melalui perendaman benih dalam Antar perlakuan konsentrasi giberelin
air (hydropriming), priming dengan berbagai menunjukkan tidak terdapat beda nyata
larutan, atau menggunakan bahan padat terhadap persentase dan laju perkecambahan,
(matriconditioning). Lebih lanjut dikatakan hal ini diduga karena benih yang digunakan
bahwa priming merupakan teknik invigorasi mempunyai viabilitas tinggi, sehingga tidak
yang mengontrol proses hidrasi-dehidrasi mempengaruhi persentase dan laju
benih dalam berlangsungnya proses-proses perkecambahan. Antar lama perendaman
metabolik menjelang perkecambahan menunjukkan perbedaan nyata pada
(Sukowardojo, 2011). Teknologi priming ini persentase dan laju perkecambahan.
dapat dilakukan dengan perendaman benih Perendaman selama 9 jam menurunkan
menggunakan larutan yang mengandung zat persentase perkecambahan, namun
pengatur tumbuh seperti GA3, IAA, atonik, meningkatkan laju perkecambahan
dan bahan organik. Penelitian Sukowardojo dibandingkan perendaman 6 dan 12 jam.
menunjukkan invigorasi priming dengan GA3 Respon setiap tanaman terhadap perendaman
100 ppm + 50 ppm NAA pada benih kedelai dalam zat pengatur tumbuh berbeda-beda
yang telah disimpan enam bulan dan telah (Nirmala, 2019). Pada perkecambahan benih
mengalami penurunan mutu fisiologis, kawista yang masih mempunyai viabilitas
mampu memperbaiki daya tumbuh, kecepatan tinggi, setelah terjadi imbibisi proses
tumbuh, tinggi kecambah, berat kering perkecambahan meningkat karena kehadiran
kecambah, indeks vigor tanaman, dan berat air dan giberelin, karena giberelin merangsang
kering tanaman (Sukowardojo, 2011). Pada sintesis enzim-enzim yang berhubungan
benih kawista yang mempunyai viabilitas dengan hidrolisis seperti α- amilase. Enzim α-
tinggi, maka perendaman dalam giberelin amilase inilah yang akan merombak
tidak memberikan pengaruh terhadap karbohidrat menghasilkan energi (ATP) untuk
perkecambahan benih. perkecambahan (Copeland & McDonald,
Pengamatan laju perkecambahan 1985). Perendaman yang semakin lama
menunjukkan dengan giberelin menghasilkan menyebabkan akumulasi giberelin yang
laju perkecambahan yang lebih lama semakin banyak, sehingga memacu
dibandingkan dengan tanpa giberelin. Taiz pertumbuhan kecambah. Penelitian
and Zieger menyatakan bahwa pertumbuhan Kurniawan menunjukkan benih jati (Tectona
pada fase perkecambahan secara fisiologis grandis) yang direndam dalam larutan
ditentukan oleh mobilisasi pati sebagai giberelin minimal selama 12 jam akan
cadangan makanan berupa pati menjadi gula meningkatkan pertumbuhan bibit
sederhana (glukosa) yang kemudian dibandingkan perendaman 6 jam (Kurniawan,
ditranslokasikan menuju jaringan 2018).
meristematik sebagai sumber energi untuk Sejalan dengan persentase
pertumbuhan. Peran giberelin adalah perkecambahan, pertumbuhan kecambah
meningkatkan transkripsi gen koding untuk kawista yang terdapat pada Tabel 2
enzim α-amilase yang berfungsi menunjukkan tidak terdapat beda nyata antara
menghidrolisis pati menjadi glukosa (Taiz & perlakuan giberelin dengan kontrol. Hal ini
Zeiger, 2007). Diduga giberelin endogen yang diduga karena benih kawista yang digunakan
terdapat dalam benih pada perlakuan kontrol mempunyai viabilitas tinggi, sehingga fungsi

186
Murrinie, PENGARUH GIBERELIN TERHADAP …

giberelin untuk meningkatkan viabilitas benih sebagai zat pengatur tumbuh adalah
melalui invigorasi tidak memberikan meningkatkan pembelahan dan pembesaran
pengaruh nyata. sel dalam bentuk perpanjangan ruas tanaman,
memperbesar luas daun, memperbesar bunga,
Tabel 2. Panjang dan diameter hipokotil, panjang buah dan mempengaruhi panjang batang (Taiz
radikula dan bobot kering kecambah & Zeiger, 2007). Dengan demikian semakin
kawista akibat perlakuan konsentrasi meningkat konsentrasi giberelin akan semakin
dan lama perendaman dalam giberelin meningkatkan pertumbuhan kecambah. Antar
Bobot
lama perendaman tidak berpengaruh terhadap
Diameter Panjang
Perlakuan
Panjang
hipokotil radikula
kering pertumbuhan kecambah, kecuali pada
hipokotil (cm) kecambah
(cm) (cm)
(mg) diameter hipokotil.
Tanpa Pengamatan terhadap panjang radikula
giberelin 3,37 a1) 1,28 a 3,16 a 18,29 a menunjukkan terdapat interaksi antara
(kontrol)
Dengan konsentrasi dan lama perendaman
3,35 a 1,26 a 2,94 a 17,87 a sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.
giberelin
Konsentrasi giberelin (ppm) Nampak bahwa pada konsentrasi 25 ppm,
25 (k1) 3,06 d 1,23 d 2,46 d 17.37 c
lama perendaman cenderung tidak
berpengaruh terhadap panjang radikula. Pada
50 (k2) 3,29 d 1,29 c 3,24 c 18.61 c
konsentrasi 50 ppm, perendaman mula-mula
75 (k3) 3,71 c 1,28 c 3,11 c 17.63 c
meningkatkan panjang radikula, tetapi
Lama perendaman (jam) perendaman yang semakin lama akan
6 (l1) 3,37 f 1,27 f 2,93 f 18.09 f menurunkan panjang radikula. Pada
9 (l2) 3,44 f 1,25 g 2,97 f 17.56 f konsentrasi yang semakin tinggi (75 ppm)
12 (l3) 3,25 f 1,27 f 2,91 f 17.96 f menunjukkan kecenderungan dengan
Interaksi perendaman yang semakin lama akan
antar (-)2) (-) (+) (-) meningkatkan panjang radikula (Gambar 1).
perlakuan
Keterangan: angka yang diikuti huruf sama pada
kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata dengan Uji Jarak
Berganda Duncan 5%
(-) tidak terdapat interaksi antar
perlakuan; (+) terdapat interaksi antar
perlakuan

Namun demikian antar konsentrasi


menunjukkan dengan semakin tinggi
konsentrasi akan memberikan pertumbuhan
Gambar 1. Interaksi konsentrasi dan lama
kecambah yang semakin baik. Konsentrasi perendaman giberelin terhadap
giberelin 50 dan 75 ppm nyata memberikan panjang radikula
diameter hipokotil dan panjang radikula nyata
lebih tinggi dibandingkan dengan 25 ppm, Berdasarkan hasil penelitian diduga
sedangkan pada panjang hipokotil, bahwa perlakuan konsentrasi dan lama
konsentrasi 75 ppm nyata memberikan hasil perendaman dalam giberelin yang dicoba
paling tinggi dibandingkan 25 dan 50 ppm. masih kurang mencukupi untuk meningkatkan
Giberelin mempunyai efek fisiologis serupa pertumbuhan kecambah kawista.
dengan auksin, yaitu menstimulasi Agustiansyah dkk. menyatakan kandungan
pembelahan sel sama baiknya dengan giberelin pada benih kelapa sawit sebesar
pemanjangan sel, sehingga tanaman yang 25,52 ppm belum mencukupi kebutuhan
diberi perlakuan giberelin menunjukkan benih untuk berkecambah, hasil penelitiannya
peningkatan pembelahan sel pada jaringan menunjukkan kombinasi lama perendaman 9
meristematis, sehingga pertumbuhan tunas hari dan konsentrasi giberelin 100 ppm
yang diberi perlakuan giberelin lebih cepat menghasilkan daya berkecambah, potensi
dibandingkan kontrol. Fungsi giberelin

187
Murrinie, PENGARUH GIBERELIN TERHADAP …

tumbuh dan kecepatan tumbuh benih tertinggi berfungsi mengubah lemak menjadi energi
(Agustiansyah dkk., 2020). Sementara pada melalui proses respirasi (Sutopo, 2002).
jeruk (Citrus limonia Osbeck) kultivar
japansche citroen, konsentrasi giberelin 75 Tabel 3. Karakter Pertumbuhan kawista akibat
ppm memberikan daya kecambah tertinggi perlakuan konsentrasi dan lama
(Nirmala, 2019), sedangkan pada palem putri perendalam dalam giberelin
menunjukkan konsentrasi giberelin 450 ppm Panjang Bobot
Persentase Laju Tinggi
akar kering
memberikan kecepatan tumbuh tertinggi Perlakuan pertumbuhan pertumbuhan semai
semai semai
semai (%) semai (hari) (cm)
(Elfianis dkk., 2019). Pada Calopogonium (cm) (mg)
151,6
caeruleum, perlakuan yang terbaik dalam Kontrol 92,50 a1) 18,27 a 2,65 b 8,86 a
a
menghasilkan persentase perkecambahan Dengan
96,67 a 17,34 a 3,02 a 9,11 a
170,1
Giberelin a
tertinggi adalah 500 ppm dengan lama Konsentrasi Giberelin (ppm)
perendaman 24 jam (Asra, 2014). Berbagai 173,7
25 (k1) 97,50 c 17,36 c 3,02 c 8,46 c
penelitian perendaman giberelin pada gladiol c
164,7
menunjukkan perendaman benih dalam 50 (k2) 97,22 c 17,33 c 3,13 c 9,42 c
c
konsentrasi giberelin yang tepat dengan waktu 75 (k3) 95,28 c 17,34 c 2,92 c 9,44 c
171,9
c
perendaman yang lebih lama memungkinkan
Lama Perendaman (jam)
benih lebih cepat berkecambah dengan
6 (l1) 96,67 f 18,14 g 2,87 f 9,02 f 165,8 f
persentase perkecambahan yang meningkat
9 (l2) 95,00 f 17,30 fg 3,13 f 9,30 f 172,0 f
dan konsentrasi yang disarankan adalah 100
ppm dengan lama perendaman 24 jam 12 (l3) 98,33 f 16,59 f 3,07 f 8,99 f 172,4 f
Interaksi
(Bajafitri & Barunawati, 2018). Antar (-) (-) (-) (-) (-)
perlakuan
Pengaruh konsentrasi dan lama Keterangan: angka yang diikuti huruf sama pada
kolom yang sama menunjukkan tidak
perendaman terhadap pertumbuhan semai
berbeda nyata dengan Uji Jarak
benih kawista Berganda Duncan 5%
(-) tidak terdapat interaksi antar
Hasil analisis ragam terhadap perlakuan
pertumbuhan semai kawista menunjukkan
kecenderungan yang sama dengan Bersama dengan proses imbibisi
perkecambahan kawista (Tabel 3). Tanpa terjadi peningkatan laju respirasi yang
giberelin (kontrol) memberikan hasil yang mengaktifkan enzim yang terdapat di
sama dengan perlakuan pemberian giberelin, dalamnya. Giberelin endogen yang terdapat
kecuali pada tinggi semai. Sejalan dengan dalam benih maupun giberelin eksogen
perkecambahan, diduga fungsi giberelin ditranslokasikan ke lapisan aleuron dan
sebagai bahan untuk invigorasi benih tidak menghasilkan enzim α-amilase yang
berpengaruh nyata dikarenakan benih yang selanjutnya masuk ke dalam cadangan
digunakan mempunyai viabilitas tinggi makanan dan mendorong perubahan cadangan
sehingga tidak berpengaruh terhadap makanan berupa pati menjadi gula sehingga
persentase pertumbuhan dan laju menghasilkan energi yang berguna untuk
pertumbuhan semai. Tinggi semai aktivitas sel dan pertumbuhan (Bewley,
menunjukkan perbedaan nyata antara kontrol 1997). Aplikasi giberelin dapat memacu
dengan pemberian giberelin. Salah satu cara aktivitas enzim hidrolik khususnya α-amilase
aplikasi zat pengatur tumbuh pada benih pada benih yang berperan pada proses
adalah melalui perendaman (Kusumo, 1990). hidrolisis pati, sehingga energi yang tersedia
Perendaman menyebabkan benih berimbibisi mencukupi untuk pertumbuhan tunas yang
sehingga kadar air meningkat dan selanjutnya lebih tinggi (Bajafitri & Barunawati, 2018).
menstimulir perkecambahan. Setelah biji Antar perlakuan konsentrasi giberelin
menyerap air, kulit biji akan melunak dan menunjukkan tidak terdapat beda nyata
terjadi hidrasi protoplasma, kemudian enzim- terhadap persentase pertumbuhan, laju
enzim mulai aktif, antara lain enzim yang pertumbuhan, tinggi, panjang akar dan bobot
kering semai kawista. Demikian pula antar
lama perendaman menunjukkan tidak terdapat

188
Murrinie, PENGARUH GIBERELIN TERHADAP …

beda nyata terhadap pertumbuhan semai giberelin berpengaruh terhadap panjang dan
kawista, kecuali pada laju pertumbuhan semai diameter hipokotil serta panjang radikula.
yang menunjukkan dengan semakin lama Peningkatan konsentrasi giberelin akan
perendaman akan memberikan laju semakin meningkatkan pertumbuhan
pertumbuhan yang semakin cepat. Perbedaan kecambah kawista. Konsentrasi 50 dan 75
laju pertumbuhan dengan semakin lamanya ppm menghasilkan diameter hipokotil dan
perendaman menunjukkan bahwa akumulasi panjang radikula lebih tinggi dibanding
giberelin dalam benih semakin meningkat konsentrasi 25 ppm. Konsentrasi 75 ppm
dengan semakin lama perendaman. Hal ini memberikan panjang hipokotil kecambah
sejalan dengan penelitian Bajafitri dan tertinggi. Lama perendaman berpengaruh
Barunawati yang menunjukkan lama terhadap persentase perkecambahan, laju
perendaman dalam giberelin dapat perkecambahan, dan laju pertumbuhan semai
meningkatkan persentase perkecambahan, kawista. Perendaman dalam giberelin selama
potensi tumbuh maksimum, kecepatan 6 dan 12 jam memberikan persentase
tumbuh, dan waktu munculnya kecambah perkecambahan lebih tinggi dibanding 9 jam,
pada benih kelapa sawit. Perendaman namun perendaman selama 9 jam
sembilan hari menghasilkan pengamatan memberikan laju perkecambahan lebih cepat,
tertinggi untuk persentase berkecambah, sedangakan pada laju pertumbuhan semai
potensi tumbuh maksimum, dan kecepatan menunjukkan perendaman 12 jam
tumbuh (Bajafitri & Barunawati, 2018). memberikan laju pertumbuhan semai yang
Tidak terjadinya beda nyata antar lebih cepat dibandingkan 6 dan 9 jam.
konsentrasi dan antar lama perendaman Berdasarkan hasil penelitian perlu dilakukan
giberelin diduga karena konsentrasi yang penelitian lanjutan dengan menggunakan
diberikan masih di bawah kebutuhan benih benih kawista yang telah disimpan dan
untuk mendukung pertumbuhan semai dan mengalami kemunduran fisiologis dan dengan
karena lama perendaman yang singkat. Hal ini meningkatkan konsentrasi dan lama
didukung dengan pengamatan tinggi semai perendaman, karena konsentrasi dan lama
yang telah menunjukkan perbedaan nyata perendaman yang dicoba diduga masih
antara tanpa giberelin (kontrol) dan dengan kurang mencukupi untuk mendorong
giberelin, namun antar konsentrasi dan lama perkecambahan dan pertumbuhan semai
perendaman belum menunjukkan beda nyata. kawista.
Demikian pula pada pengamatan laju
pertumbuhan semai yang menunjukkan UCAPAN TERIMA KASIH
dengan semakin lama perendaman akan Ucapan terima kasih ditujukan kepada
mempercepat benih muncul ke permukaan Rektor Universitas Muria Kudus (UMK) dan
media. Dengan meningkatkan konsentrasi dan Dekan Fakultas Pertanian UMK yang telah
menambah waktu perendaman diduga akan memberikan dana dan fasilitas penelitian
meningkatkan pertumbuhan semai kawista. kepada peneliti.
Hal ini sejalan dengan penelitian Supardy
dkk. pada benih kakao yang menunjukkan DAFTAR PUSTAKA
lama perendaman dan konsentrasi giberelin Agustiansyah, A., Ardian, A., Setiawan, K., &
tidak berpengaruh nyata terhadap viabilitas Rosmala, D. (2020). Pengaruh Lama
benih kakao, diduga karena lama perendaman Perendaman dalam Berbagai Konsentrasi
yang singkat dan konsentrasi giberalin yang Giberelin (GA3) terhadap
sedikit sehingga tidak memberikan pengaruh Perkecambahan Benih Kelapa Sawit
nyata pada beberapa pengamatan (Supardy (Elaeis guineensis Jacq.). Agrovigor:
dkk., 2016). Jurnal Agroekoteknologi, 13(2), 94–99.
https://doi.org/10.21107/agrovigor.v13i2
KESIMPULAN .6693
Perlakuan giberelin memberikan
semai kawista yang lebih tinggi dibandingkan Asra, R. (2014). Pengaruh Hormon Giberelin
tanpa giberelin (kontrol). Konsentrasi (GA 3) terhadap Daya Kecambah dan

189
Murrinie, PENGARUH GIBERELIN TERHADAP …

Vigoritas Calopogonium caeruleum. & Sulistyaningsih, E. (2019). Effect of


Biospecies, 7(1), 29–33. https://online- fruit age and post-harvest maturation
journal.unja.ac.id/index.php/biospecies/a storage on germination and seedling
rticle/view/1507 vigor of wood apple (Feronia limonia L.
Swingle). Special Issue, 196–204.
Bajafitri, A. H., & Barunawati, N. (2018).
Pengaruh Konsentrasi Ga 3 dan Lama Nirmala, S. (2019). Pengaruh Konsentrasi
Perendaman terhadap Pemecahan Giberelin (GA3) dan Lama Perendaman
Dormasi dan Pertumbuhan Gladiol terhadap Viabilitas Jeruk (Citrus
(Gladiolus hybridus L .) Varietas limonia Osbeck) kultivar Japansche
Holland Merah. Jurnal Produksi citroen. Universitas Islam Negeri
Tanaman, 6(7), 1242–1249. Maulana Malik Ibrahim. Malang.

Bewley, J. D. (1997). Seed germination and Pertiwi, N. M., Tahrir, M., & Same, M.
dormancy. Plant Cell, 9(7), 1055–1066. (2016). Respon Pertumbuhan Benih
https://doi.org/10.1105/tpc.9.7.1055 Kopi Robusta terhadap Waktu
Perendaman dan Konsentrasi Giberelin
Copeland, L. O., & McDonald, M. B. (1985). (GA3). ). Jurnal Agro Industri
Principles of Seed Science and Perkebunan, 4(1), 1–11.
Technology. Burgess Publishing
Company. Rodrigues, S., Brito, E. S. de, & Silva, E. de
O. (2018). Wood Apple— Limonia
Elfianis, R., Hartina, S., Permanasari, I., & acidissima. In Exotic Fruits. Elsevier
Handoko, J. (2019). Pengaruh Skarifikasi Inc. https://doi.org/10.1016/b978-0-12-
dan Hormon Giberelin (Ga3) terhadap 803138-4.00060-5
Daya Kecambah dan Pertumbuhan Bibit
Palem Putri (Veitchia merillii). Jurnal Rusmin, D. (2007). Peningkatkan Viabilitas
Agroteknologi, 10(1), 41. Benih Jambu Mete (Anacardium
https://doi.org/10.24014/ja.v10i1.7306 occidentale L.) melalui Invigorasi.
Jurnal Perkembangan Teknologi
Hopkin, W. G. (1995). Introduction to Plant Tanaman Rempah dan Obat, 19(1), 56–
Physiology. Jhon Wiley & Sons, Inc. 63.

Kucera, B., Cohn, M. A., & Metzger, G. H. Santoso, I., Sulistyani, & Sudarsianto. (2014).
(2005). Plant hormone interactions Studi Perkecambahan Benih Kakao
during seed dormancy release and Melalui Metode Perendaman. Pusat
germination. Seed Science Research, 15, Penelitian Kopi Dan Kakao Indonesia,
281–307. Jember.
https://doi.org/10.1079/SSR2005218
Sukowardojo, B. (2011). Perendaman Benih
Kurniawan, A. (2018). Pengaruh Lama Kedelai dalam Urin Kambing dan Zat
Perendaman dan Konsentrasi Hormon Pengatur Tumbuh Sintetik untuk
Ga3 terhadap Pertumbuhan Benih Jati di Perbaikan Mutu Fisiologis setelah
Persemaian. Jurnal Hexagro, 2(2). Disimpan. Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu
Pertanian. 31–36.
Kusumo, S. (1990). Zat Pengatur Tumbuh
Tanaman. CV. Yasaguna. Supardy, Adelina, E., & Made, U. (2016).
Pengaruh lama perendaman dan
Murrinie, E. D. (2017). Kajian Morfologis konsentrasi Giberelin (GA 3) terhadap
dan Fisiologis Pertumbuhan dan viabilitas benih kakao (Theobroma cacao
Perkembangan Benih Kawista (Feronia L .). E-J. Agrotekbis, 2(3), 425–431.
limonia (L.) Swingle). Gadjah Mada. https://media.neliti.com/media/publicatio
ns/244882-none-26dae8a4.pdf
Murrinie, E. D., Yudono, P., Purwantoro, A.,

190
Murrinie, PENGARUH GIBERELIN TERHADAP …

Sutopo, L. (2002). Teknologi Benih. PT. Raja


Grafindo Persada.

Taiz, L., & Zeiger, E. (2007). Plant


Physiology (4th ed.). Sinauer Associates.

Yudono, P. (2012). Perbenihan Tanaman


Dasar Ilmu, Teknologi dan Pengelolaan.
Gadjah Mada University Press.

191

You might also like