Professional Documents
Culture Documents
Nuklir 2
Nuklir 2
Disusun oleh:
Pengertian Nuklir
Nuklir dari segi bahasa sebenarnya berarti inti, dan dalam hal ini inti itu diartikan inti
dari atom. BATAN mendefinisikan Pengertian tenaga nuklir adalah tenaga dalam bentuk apa pun
yang dibebaskan dalam proses transformasi inti, termasuk tenaga yang berasal dari sumber
radiasi pengion, misalnya tenaga dalam bentuk sinar-X.
Secara umum, energi nuklir dapat dihasilkan melalui dua macam mekanisme, yaitu
pembelahan inti atau reaksi fisi dan penggabungan beberapa inti melalui reaksi fusi. Salah satu
mekanisme produksi energi nuklir, yaitu reaksi fisi nuklir. Ini adalah sebuah inti berat yang
ditumbuk oleh partikel (misalnya neutron) dapat membelah menjadi dua inti yang lebih ringan
dan beberapa partikel lain. Mekanisme semacam ini disebut pembelahan inti atau fisi nuklir.
Contoh reaksi fisi adalah uranium.
Selain itu energi nuklir ini juga merupakan sumber energi yang ramah lingkungan karena tidak
menyebabkan emisi gas kaca yang menjadi penyebab atas meningkatnya suhu di bumi dan
berlubangnya lapisan ozon serta mencairnya lapisan es abadi di daerah kutub.Penggunaan energi
nuklir ini juga dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil yang jumlahnya
semakin menipis saja setiap harinya di setiap belahan bumi. Bila dibandingkan dengan batubara
dan minyak, energi nuklir adalah jauh terkonsentrasi sebagian besar bentuk energi.
A. Energi nuklir
Energi nuklir adalah suatu energi yang dihasilkan dari pengontrolan reaksi nuklir. Utilitas
listrik reaktor air panas yang berguna untuk menghasilkan uap, yang kemudian digunakan untuk
menghasilkan listrik. Pada tahun 2009, 15% dari listrik dunia diproduksi dari tenaga nuklir.
Logo IAEA
Terdapat setidaknya 439 reaktor nuklir yang beroperasi di dunia, yang tersebar di 31
negara. IAEA merupakan sebuah badan internasional yang berfungsi untuk mengawasi
penggunaan energi nuklir dan menghambat penggunaan energi nuklir untuk keperluan militer,
khususnya senjata nuklir. IAEA sendiri didirikan pada29 juli 1957, dan mempunyai setidaknya
151 negara anggota.
Tragedi obyChernl
Bencana Chernobyl merupakan sebuah tragedi yang disebabkan oleh kecelakaan kerja
yang terjadi pada 26 April 1986 di PLTN Chernobyl di Ukraina yang pada masa itu masih bagian
dari Uni Soviet dan merupakan bencana nuklir terburuk sepanjang sejarah.
C. Solar Sebagai Energi Alternatif
PLTS Di Arizona, Amerika Serikat
3
Enegi Solar adalah sebuah energi yang memanfaat panas matahari sebagai sumber
energinya. Pembangkit listrik tenaga surya sangat bergantung pada mesin pengolah panas dan
photovoltaic. Teknologi Solar secara luas dicirikan sebagai tenaga surya pasif atau bagaimana
mereka menangkap, mengubah dan mendistribusikan energi surya.
Reaktor Nuklir
Energi yang dihasilkan dalam reaksi fisi nuklir dapat dimanfaatkan untuk keperluan yang
berguna. Untuk itu, reaksi fisi harus berlangsung secara terkendali di dalam sebuah reaktor nuklir.
Sebuah reaktor nuklir paling tidak memiliki empat komponen dasar, yaitu elemen bahan bakar,
Pada periode pertama, penggunaan energi nuklir adalah untuk tujuan militer seperti
misalnya sebuah reaktor pendorong kapal selam (submarine) milik AS, yang dikenal dengan
nama Nautilus, dan senjata mematikan seperti bom atom yang pernah dijatuhkan di Hiroshima
dan Nagasaki pada akhir perang dunia kedua.
TERKAIT :
Ini Dia Syarat-syarat Membangun PLTN di Indonesia
Jumat, 25 Maret 2011 10:07 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Membangun reaktor nuklir ternyata punya banyak
sarat. Apalagi berkaca dari situasi di Fukushima Jepang. Ketika reaktor nuklirnya dihantam
gempa dan tsunami dahsyat.
Badan Tenaga Atom Nasional mengatakan minimal ada 15 syarat yang harus dipenuhi
untuk membangun reaktor nuklir. Demikian kata Kepala Biro Kerja sama Hukum dan Humas
Batan, Ferhat Aziz dihubungi, Jumat.
Ia jelaskan, pembangunan PLTN tidak dapat diwujudkan dalam jangka waktu pendek,
karena harus melihat berbagai sektor lainnya seperti lingkungan dan iklim. Karena ada 15 faktor
yang harus menjadi perhatian dalam membangun PLTN di suatu daerah.
Syarat-syarat ini seperti: lokasi yang jauh dari tsunami, lokasi pun tidak berada di patahan
gempa, jauh dari dampak bila terjadi gunung meletus, kondisi cuaca yang mendukung.
"Melihat peristiwa yang terjadi di Jepang, meski terjadi Tsunami namun bangunan PLTN
tetap kuat karena sudah diperhitungkan segi buruknya. Namun di Indonesia, peluang
membangun PLTN sangat luas karena banyak lahan yang dapat digunakan dan jauh dari dampak
faktor tersebut," katanya.
Untuk daerah yang dinilai tepat dibangun PLTN, ia menyebutkan seperti Kalimantan,
Bangka dan Laut Jawa Utara. "Lokasi tersebut, sangat jauh dari dampak seperti tsunami dan
gunung merapi serta gempa. Jadi, sangat tepat," katanya.
Kemudian Farhet juga mengatakan bila membangun PLTN memang membutuhkan biaya
yang sangat besar dibandingkan dengan PLTU. Karena, membangun PLTN harus memikirkan
keamanan dan keselamatan.
"Kalau dengan gempa 8 skala richter bangunan bisa hancur. Maka PLTN harus dibuat
untuk tahan gempa mencapai 9 skala richter. Jadi, itu yang mahal, karena keamanannya
diutamakan," katanya.
Namun, bila PLTN nantinya sudah berjalan, maka biaya produksi yang dikeluarkan lebih
murah dibanding dengan PLTU karena bahan bakar yang digunakan lebih murah harganya.
Hanya saja, membangun PLTN tidak semudah yang dibayangkan. Sebab, perencanaan yang
matang serta modal yang memadai merupakan faktor utama.
Diperkirakan, untuk membangun PLTN harus direncanakan saat ini dan baru dapat
direalisasikan sekitar 10 tahun kemudian. "Kalau saat ini semua setuju, maka 2025, Indonesia
sudah bisa memiliki PLTN," katanya.
Acara seminar PLTN di wilayah ASEAN ini sendiri akan berlangsung di Provinsi
Bangka Belitung. Direncanakan, acara seminar akan mengundang kehadiran Mitra Wicara, yaitu
negara-negara maju yang telah puluhan tahun menjalankan PLTN, untuk membagikan
pengalaman memanfaatkan teknologi nuklir dalam membangkitkan energi.
Sementara itu, pemilihan Bangka Belitung sebagai lokasi seminar PLTN ASEAN
bukannya tanpa alasan kuat. Proponen pemerintahan daerah ini sendiri menunjukkan semangat
untuk mendirikan PLTN di wilayahnya, karena melihat visi manfaat ekonomis pembangunan
infrastruktur energi bagi masyarakat setempat [lihat Berita Kegiatan Ristek “Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung Terus Mendesak Pembangunan PLTN”].
Teknologi nuklir dianggap sangat bermanfaat bagi perlindungan alam, karena tidak
memberikan polusi gas rumah kaca. Selain sebagai perangkat pembangkit listrik, PLTN dapat
digunakan sebagai infrastruktur penghilang kadar garam dalam air laut (desalinator), dan unit
pengumpul hidrogen yang kian populer di seluruh dunia karena sangat ramah lingkungan.
10
Pada Agustus 2008, Ristek pernah menyelenggarakan pertemuan kelompok kerja PLTN.
Viet Nam kemudian menyelenggarakan kegiatan lanjutannya di tahun 2009, sebelum ASEAN
kembali mempercayakan Indonesia menjadi tuan rumah.
TWG-NPP adalah suatu badan khusus ASEAN yang mengkomunikasikan seluruh aspek
iptek PLTN untuk menopang program nuklir. Lewat badan ini, sesama negara anggota saling
membagikan seluruh postur kemampuan iptek nuklir, yang dipergunakan dalam kebijakan publik
PLTN.
Pertemuan kelompok kerja PLTN akan didahului oleh acara seminar PLTN di Bangka
Belitung. Kegiatan seminar dan pertemuan kelompok kerja PLTN ASEAN akan diakomodir oleh
Asisten Deputi (AD) Jaringan Penyedia serta AD Jaringan Iptek Internasional, dan didukung
oleh Sekretariat ASEAN.
Studi Kelayakan Nuklir Babel Telan Rp 50 Miliar
BATAN juga akan mempertimbangkan kerja sama dengan Universitas Bangka Belitung
untuk menyiapkan tenaga teknis dan tenaga ahli PLTN di Babel. Dengan demikian, warga Babel
bisa terlibat dalam pengoperasian PLTN. “Semua itu komitmen BATAN untuk pengembangan
energi nuklir di Babel,” ujarnya.
Pemerintah Provinsi Kepulauan Babel berambisi membangun dua PLTN dalam 12 tahun
ke depan. Reaktor akan dibangun di Tanjung Kerasak, Bangka Selatan dan Muntok, Bangka
Barat. Uji tapak sudah dilakukan di lokasi yang direncanakan sebagai tempat pembangunan
PLTN.
Bangka dinilai layak untuk PLTN karena relatif bebas dari bencana alam yang
membahayakan PLTN seperti gempa, letusan gunung berapi, dan tsunami. Sampai saat ini, tiga
jenis bencana itu tidak pernah terjadi di Bangka.
“Reaktor thorium untuk masa depan. Reaktor itu sedang dalam tahap pengembangan
antara lain oleh India dan Amerika,” ujarnya di Pangkal Pinang, Senin (28/2/2011).
Sedangkan PLTN di Babel, akan memakai bahan bakar uranium. Pengadaan uranium
rencananya akan dibeli dari luar negeri. “Bisa pakai kontrak jangka panjang untuk keamanan
(pasokan). Ada mekanisme fuel bank bagi negara-negara yang mengoperasikan PLTN,”
tuturnya.
Bertempat di Hotel Bumi Asih Pangkal Pinang, selain walikota, FGD juga dihadiri oleh
para pengusaha dan pemangku kepentingan di Pangkal Pinang. FGD sendiri berlangsung dalam
suasana santai namun fokus membahas perlunya PLTN dibangun di Babel.
Selanjutnya Zulkarnain menyebutkan saat ini perjalanan PLTN di Babel sudah cukup jauh dan
memasuki tahap riset calon tapak, ia mempunyai usul untuk mengumpulkan 30.000 tanda tangan
masyarakat Babel untuk mendukung PLTN di Babel.
Menurutnya jangan sampai ada tirani minoritas dari segelintir orang yang
mengatasnamakan rakyat dan menolak PLTN padahal saat ini rakyat benar-benar sedang
mengalami krisis listrik yang parah. Kalangan media pun sangat mendukung rencana
pembangunan PLTN di Babel, bahkan memiliki semboyan tersendiri “Yok, kite punya PLTN”.
Kebutuhan Babel saat ini sekitar 600 MW, jika ada dua unit PLTN saja dengan masing-
masing kapasitas 1.300 MW maka sekitar 2.000 MW sisanya dapat diekspor keluar Babel seperti
ke Sumatera dan daerah-daerah lainnya.
Salah seorang putra daerah Babel yang baru saja menerima penghargaan kalpataru Johan
Riduan menyebutkan pada prinsipnya masyarakat Babel hidupnya bergantung dari timah,
bagaimana jika kemudian produksi timah habis? Johan menyebutkan perlu adanya diversifikasi
usaha di bidang lainnya seperti pariwisata, industri dll, yang penting menurutnya adalah
masyarakat memiliki modal kapital. Ketersediaan energi yang cukup dalam hal ini listrik sangat
dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, sehingga kebutuhan akan PLTN di Babel
adalah mutlak.
Sementara itu Deputi Bidang Pendayagunaan Hasil Litbang dan Pemasyarakatan Iptek
Nuklir (PHLPN) BATAN Taswanda Taryo menyatakan perlunya statemen tegas dari pemerintah
pusat untuk membangun PLTN. BATAN sendiri juga sudah melaksanakan amanat Inpres no.1
Tahun 2010 untuk melakukan sosialisasi iptek nuklir diantaranya melalui media campaign,
informasi dan edukasi publik serta pemberdayaan masyarakat. FGD sendiri berlangsung hangat
hingga larut malam. Antusiasme para peserta terlihat dengan saling bergantian secara aktif
memberi pendapat, serta saran terkait dengan PLTN.
Sampai saat ini Indonesia belum berhasil membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
(PLTN), sehingga belum ada sebuahpun PLTN yang dapat dioperasikan untuk mengurangi
beban kebutuhan energi listrik yang saat ini semakin meningkat di Indonesia. Padahal energi
nuklir saat ini di dunia sudah cukup berkembang dengan menguasai pangsa sekitar 16% listrik
dunia.
Hal ini menunjukkan bahwa energi nuklir adalah sumber energi potensial, berteknologi
tinggi, berkeselamatan handal, ekonomis, dan berwawasan lingkungan, serta merupakan sumber
energi alternatif yang layak untuk dipertimbangkan dalam Perencanaan Energi Jangka Panjang
bagi Indonesia guna mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
Berdasarkan statistik PLTN dunia tahun 2002 terdapat 439 PLTN yang beroperasi di
seluruh dunia dengan kapasitas total sekitar 360.064 GWe, 35 PLTN dengan kapasitas 28.087
MWe sedang dalam tahap pembangunan.
PLTN yang direncanakan untuk dibangun ada 25 dengan kapasitas 29.385 MWe.
Kebanyakan PLTN baru dan yang akan dibangun berada di beberapa negara Asia dan Eropa
Timur. Memang di negara maju tidak ada PLTN yang baru, tetapi ini tidak berarti proporsi listrik
dari PLTN akan berkurang. Di Amerika beberapa PLTN telah mendapatkan lisensi perpanjangan
untuk dapat beroperasi hingga 60 tahun, atau 20 tahun lebih lama daripada lisensi awalnya.
Di Indonesia, ide pertama untuk pembangunan dan pengoperasian PLTN sudah dimulai
pada tahun 1956 dalam bentuk pernyataan dalam seminar-seminar yang diselenggarakan di
beberapa universitas di Bandung dan Yogyakarta. Meskipun demikian ide yang sudah
mengkristal baru muncul pada tahun 1972 bersamaan dengan dibentuknya Komisi Persiapan
Pembangunan PLTN (KP2PLTN) oleh Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) dan
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (Departemen PUTL). Kemudian berlanjut
dengan diselenggarakannya sebuah seminar di Karangkates, Jawa Timur pada tahun 1975 oleh
BATAN dan Departemen PUTL, dimana salah satu hasilnya suatu keputusan bahwa PLTN akan
dikembangkan di Indonesia.
16
Pada saat itu juga sudah diusulkan 14 tempat yang memungkinkan di Pulau Jawa untuk
digunakan sebagai lokasi PLTN, dan kemudian hanya 5 tempat yang dinyatakan sebagai lokasi
yang potensial untuk pembangunan PLTN.
Pada perkembangan selanjutnya setelah dilakukan beberapa studi tentang beberapa lokasi
PLTN, maka diambil suatu keputusan bahwa Semenanjung Muria adalah lokasi yang paling
ideal dan diusulkan agar digunakan sebagai lokasi pembangunan PLTN yang pertama di
Indonesia. Disusul kemudian dengan pelaksanaan studi kelayakan tentang introduksi PLTN yang
pertama pada tahun 1978 dengan bantuan Pemerinatah Itali, meskipun demikian, rencana
pembangunan PLTN selanjutnya terpaksa ditunda, untuk menunggu penyelesaian pembangunan
dan pengoperasian reaktor riset serbaguna yang saat ini bernana “GA Siwabesy” berdaya 30
MWth di Puspiptek Serpong.
Pada tahun 1985 pekerjaan dimulai dengan melakukan reevaluasi dan pembaharuan studi
yang sudah dilakukan dengan bantuan International Atomic Energy Agency (IAEA), Pemerintah
Amerika Serikat melalui perusahaan Bechtel International, Perusahaan Perancis melalui
perusahaan SOFRATOME, dan Pemerintah Itali melalui perusahaan CESEN. Dokumen yang
dihasilkan dan kemampuan analitis yang dikembangkan dengan program bantuan kerjasama
tersebut sampai saat ini masih menjadi dasar pemikiran bagi perencanaan dan pengembangan
energi nuklir di Indonesia khususnya di Semenanjung Muria.
Pada tahun 1989, Pemerintah Indonesia melalui Badan Koordinasi Energi Nasional
(BAKOREN) memutuskan untuk melakukan studi kelayakan yang komprehensif termasuk
investigasi secara mendalam tentang calon tapak PLTN di Semenanjung Muria Jawa-Tengah.
Pelaksanaan studi itu sendiri dilaksanakan di bawah koordinasi BATAN, dengan arahan dari
Panitia Teknis Energi (PTE), Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, dan dilakukan
bersama-sama oleh beberapa instansi lain di Indonesia.
Pada bulan Agustus tahun 1991, sebuah perjanjian kerja tentang studi kelayakan telah
ditandatangani oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia dengan Perusahaan Konsultan
NEWJEC Inc. Perjanjian kerja ini berjangka waktu 4,5 tahun dan meliputi pelaksanaan pekerjaan
tentang pemilihan dan evaluasi tapak PLTN, serta suatu studi kelayakan yang komprehensif
tentang kemungkinan pembangunan berbagai jenis PLTN dengan daya total yang dapat
mencapai 7000 MWe. Sebagian besar kontrak kerja ini digunakan untuk melakukan pekerjaan
teknis tentang penelitian pemilihan dan evaluasi tapak PLTN di lokasi tapak di Semenanjung
Muria.
Pada 2 tahapan pekerjaan yang pertama (Step 1-2) sudah dilakukan dengan baik pada
tahun 1992 dan 1993. Pada fase ini 3 buah calon tapak yang spesifik sudah berhasil dilakukan
dengan studi perbandingan dan ditentukan rangkingnya. Sebagai kesimpulan didapatkan bahwa
calon tapak terbaik adalah tapak PLTN Ujung Lemahabang. Kemudian tahapan kegiatan
investigasi akhir (Step-3) dilakukan dengan mengevaluasi calon tapak terbaik tersebut untuk
melakukan konfirmasi apakah calon tapak tersebut betul dapat diterima dan memenuhi standar
internasional.
Studi tapak PLTN ini akhirnya dapat diselesaikan pada tahun 1995. Secara keseluruhan,
studi tapak PLTN di Semanjung Muria dapat diselesaikan pada bulai Mei tahun 1996. Selain
konfirmasi kelayakan calon tapak di Semanjung Muria, hasil lain yang penting adalah bahwa
PLTN jenis air ringan dengan kapasitas antara 600 s/d 900 MWe dapat dibangun di
Semenanjung Muria dan kemudian dioperasikan sekitar tahun 2004 sebagai solusi optimal untuk
mendukung sistem kelistrikan Jawa-Bali.
Pada tahun-tahun selanjutnya masih dilakukan lagi beberapa studi tambahan yang
mendukung studi kelayakan yang sudah dlakukan, antara lain studi penyiapan “Bid Invitation
Specification” (BIS), studi pengembangan dan evaluasi tapak PLTN, studi perencanaan energi
dan kelistrikan nasional dan studi pendanaan pembangunan PLTN. Selain itu juga dilakukan
beberapa kegiatan yang mendukung aktivitas desain dan pengoperasian PLTN dengan
mengembangkan penelitian di beberapa fasilitas penelitian BATAN, antara lain penelitian
teknologi dan keselamatan PLTN, proteksi radiasi, bahan bakar nuklir dan limbah radioaktif
serta menyelenggarakan kerjasama internasional dalam bentuk partisipasi desain PLTN.
Akibat krisis multidimensi yang terjadi pada tahun 1998, maka dipandang layak dan
perlu untuk melakukan evaluasi kembali tentang kebutuhan (demand) dan penyediaan (supply)
energi khususnya kelistrikan di Indonesia. Untuk itu suatu studi perancanaan energi dan
kelistrikan nasional jangka panjang “Comprehensive Assessment of Different Energy Resources
for Electricity Generation in Indonesia” (CADES) yang dilakukan dan diselesaikan pada tahun
2002 oleh sebuah Tim Nasional di bawah koordinasi BATAN dan BPPT (Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi) dengan dukungan IAEA.
BATAN sebagai Lembaga Pemerintah, berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 1997
tentang Ketenaganukliran, telah dan akan terus bekerjasama dengan Lembaga Pemerintah terkait,
Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga dan Masyarakat Internasional, dalam mempersiapkan
pengembangan energi nuklir di Indonesia, khususnya dalam rangka mempersiapkan
pengembangan energi nuklir tersebut adalah studi dan kajian aspek energi, teknologi,
keselamatan, ekonomi, lingkungan hidup, sosial-budaya, dan manajemen yang tertuang dalam
bentuk rencana stratejik 2006-2010 tentang persiapan pengembangan energi nuklir di Indonesia.
Listrik murah akan meng-enable industri. Negara dunia ke-3, seperti Pakistan, India
sudah punya PLTN. Isu kebocoran PLTN dapat dilihat dari contoh nyata di Serpong. Di
Serpong, Indonesia punya PLTN dengan kapasitas masih (sengaja) kecil: 30 MWatt. PLTN-nya
tidak ditutup rapat-rapat. Dengan cara ini, sudah puluhan tahun, belum ada laporan kebocoran
radiasi. Semoga dengan bukti bahwa PLTN kecil dapat dioperasikan di Indonesia, maka PLTN
tidak ditolak lagi (di Indonesia sudah ada 3 PLTN kecil seperti ini) .
Jadi secara teknologi dapat dikatakan, “PLTN: Indonesia sudah punya”.
Diposkan oleh Dedi Irawan di 08:41 0 komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Beranda
Langgan: Entri (Atom)
Pengikut
Arsip Blog
▼ 2012 (1)
o ▼ Februari (1)
NUKLIR
Mengenai Saya
Dedi Irawan
Lihat profil lengkapku