You are on page 1of 34
41 Pablawan Komarudin Raya N.S, Pengilngan-Cakong, Jakarta Timur Telp: (023) 4802182, 4803707, 8701488, 4803839, 4803036 Website: wu siarestimulya.com PANDUAN TRANSFER PASIEN :P.PKPO,PPI_PAB.KETKRS Isi disesuaikan dengan: STANDAR AKREDITASI RUMAH SAKIT KEMENKES REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2022 KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan Panduan Transfer Pasien Internal Di Rumah Sakit ini dapat terselesaikan. Transfer Pasien Internal Di Rumah Sakit terjadi apabila pasien harus dipindahkan dikarenakan suatu pertimbangan klinis.. Transfer Pasien bertujuan untuk menyelaraskan dan mengkoordinasikan pelayanan kepada pasien schingga dapat meningkatkan mutu asuhan pasien dan sebagai bentuk pemenuhan dari hak pasien. ‘Semoga dengan adanya panduan ini dapat meningkatkan pelayanan di Rumah Sakit Tbu dan Anak Resti Mulya dan sebagai bahan panduan untuk pasien yang akan di ‘transfer. Jakarta, 16 Juni 2022 Direktur R: dr. Fauzan Rahman, MARS DAFTAR ISI Halaman Judul .. Kata Pengantar ..... Daftar Isi .. ia Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Resti Mulya tentang Panduan Transfer Pasien Rumah Sakit Resti Mulya ‘ Lampiran Surat Keputusan Direktur RSIA esti. Mulya— 1 BABI PENDAHULUAN ... BABII = RUANG LINGKUP.. 4 BABII KEBIJAKAN .. 9 BABIV TATALAKSANA 16 BAB V DOKUMENTASI 27 DAFTAR PUSTAKA. LAMPIRAN @ RSIA RESTI MULYA Ne tee een Telp : (021) 4802192, 4803707, 48701488, 4803839, 4803036 RESTI MULYA Website: wwrw, KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK RESTI MULYA NOMOR 092/DIR.RSIARM/SK/V1/2022 TENTANG PANDUAN TRANSFER PASIEN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK RESTI MULYA Menimbang : a. Mengingat rs bahwa dalam rangka penyelenggaraan pelayanan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Resti Mulya perlu didukung dengan pelayanan medis yang berfokus pada pasien; . bahwa dalam melakukan transfer pasien harus sesuai dengan kebutuhan pasien: : bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam butir 1 dan 2, perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Resti Mulya, Undang-undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran; . Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja; Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan, RSIA RESTI MULYA Menetapkan KESATU KEDUA MEMUTUSKAN KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK RESTI MULYA TENTANG PANDUAN TRANSFER PASIEN. Kebijakan Transfer Pasien Rumah Sakit Ibu dan Anak Resti Mulya sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini, Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat hal-hal yang perlu penyempurmaan, akan diadakan perbaikan dan penyesuaian sebagaimana mestinya Ditetapkan di: Jakarta Pada tanggal 16 Juni 2022 Direktur RSIA Resti dr, Fauzan Rahman, Lampiran Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Resti Mulya Nomor : 092/DIR.RSIARM/SK/VI/2022 Tanggal : 16 Juni 2022 BABI PENDAHULUAN ‘A. Latar Belakang Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan di rumah sakit, tidak selamanya pasien bisa mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi pasien sehingga pasien harus dirujuk atau dipindahkan ke ruang perawatan Jain atau rumah sakit lain yang dapat memenuhi kebutuhan dan kondisi pasien tersebut. Pelaksanaan transfer pasien dapat dilakukan antar unit di dalam rumah sakit (intra rumah sakit) atau antar rumah sakit (inter rumah sakit). Transfer pasien ke rumah sakit lain dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk ditransfer/transportable. Prinsip dalam melakukan transfer pasien adalah memastikan keselamatan dan keamanan pasien saat menjalani transfer. Transfer pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi pra transportasi pasien, menentukan petugas yang akan mendampingi pasien, menyiapkan peralatan yang disertakan saat transfer dan monitoring pasien selama transfer. Transfer pasien hanya boleh dilakukan oleh staf medis dan staf keperawatan yang kompeten serta petugas professional lainnya yang sudah terlatih. Mengingat akan pentingnya mengenai transfer pasien tersebut maka perlu disusun Panduan Tatalaksana Transfer Pasien di Rumah Sakit, yang bertujuan agar setiap staf yang berwenang memahami dan mengaplikasikan secara objektif mengenai prosedur system transfer pasien. duan Tatalaksana Transter Pasien[ 2 B. Pengertian ‘Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu tempat ke tempat lain yang lebih baik untuk mendapatkan pemeriksaan atau tindakan medis lainnya. Sehingga pelayanan transfer pasien dapat dilaksanakan secara profesional dengan memperhatikan keselamatan pasien serta sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan 1. Transfer (pemindahan) pasien di dalam rumah sakit Sejak pasien datang ke rumah sakit, kemudian mendapat pelayanan baik di Instalasi Gawat Darurat maupun di Unit Rawat Jalan, pasien kemudian dipindahkan ke Unit Rawat Inap atau ke unit pelayanan lainnya untuk memperoleh pelayanan dan asuhan medis dan keperawatan yang dibutuhkan, Begitu juga selama dirawat inap, pasien dibawa ke unit pelayanan lainnya untuk memperoleh pemeriksaan penunjang: atau dipindahkan untuk mendapat perawatan yang lebih baik / intensif. 2. Transfer pasien keluar rumah sakit: + Apabila di Rumah Sakit Ibu dan Anak Resti Mulya tidak tersedia pelayanan yang dibutuhkan pasien, maka pasien dirujuk ke rumah sakit lain, + Pasien dengan kondisi membaik minta dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan perujuk yang lebih rendah dengan alasan biaya atau jarak + Alasan non-medis karena ruangan penuh, fasilitas kurang mendukung + Asuransi pasien tidak bekerja sama dengan Rumah Sakit Ibu dan ‘Anak Resti Mulya. + Setelah sembub atau pulang atas permintaan sendiri walaupun kondisi ‘memburuk 3. Ambulan adalah kendaraan transportasi untuk melakukan transfer pasien. Ambulan digunakan untuk membawa pasien ke Iuar rumah sakit atau me- mindahkan pasien ke rumah sakit lain untuk perawatan lebih lanjut. 4. Brancard | stretcher bed atau Kereta Dorong adalah suatu sarana transfer bagi pasien yang tidak bisa duduk atau berdiri Panduan Tatalaksana Transter Pasien|2 5. Kursi Roda adalah suatu sarana transfer bagi pasien yang tidak bisa berjalan 6. Transporter adalah tenaga pekarya/security yang membantu dalam proses transfer (pemindahan) pasien na Transter Pasien|3 BAB IL RUANG LINGKUP A. Sasaran Pasien yang mendapatkan pelayanan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Resti Mulya dan karena kebutuhan dan kondisinya membutuhkan perawatan di unit Jain atau bahkan rumah sakit lain. Panduan transfer pasien di Rumah Sakit Ibu dan Anak Resti Mulya, adalah panduan tatalaksana pelayanan transfer pasien yang seragam di lingkungan Rumah Sakit Ibu dan Anak Resti Mulya. Panduan transfer pasien ini harus dipatuhi oleh semua instalasi/unit pelayanan di lingkungan Rumah Sakit Ibu dan Anak Resti Mulya karena panduan ini bertujuan meningkatkan mutu pelayanan, meningkatkan keselamatan pasien serta melindungi pasien dari risiko yang mengancam jiwa selama proses transfer berlangsung Panduan transfer pasien ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa semua pasien yang berobat di lingkungan Rumah Sakit Ibu dan Anak Resti Mulya menerima standar pengelolaan transfer yang terbaik, bermutu dan terkoordinir sesuai peraturan yang berlaku. Kondisi pasien yang menjalani prosedur transfer berbeda ~ beda tergantung dari keadaan umum pasien itu sendiri B. Pelayanan 1, Transfer pasien antar unit: a. Transfer pasien dari IGD ke Unit Rawat Inap b. Transfer pasien dari IGD ke Unit Kebidanan Transfer pasien dari IGD ke Unit Perina Transfer pasien dari IGD ke Unit Rawat Intensif’ ‘Transfer pasien dari IGD ke Unit Radiologi ‘Transfer pasien dari Unit Rawat Jalan ke Unit Rawat Inap ‘Transfer pasien dari Unit Rawat Jalan ke Unit Kebidanan FRmn aoe ‘Transfer pasien dari Unit Rawat Jalan ke Unit Perina Panduan Tatalaksana Transter Pasien|4 i, Transfer pasien dari Unit Rawat Inap ke Unit Kamar Operasi (OK) j. Transfer pasien dari Unit Rawat Inap ke Unit Rawat Intensif’ k. Transfer pasien dari Unit Rawat Inap ke Unit Radiologi 1. Transfer pasien dari Unit Rawat Inap ke Unit Hemodialisa m. Transfer pasien dari Unit Kebidanan ke Unit Kamar Operasi (OK) n. Transfer pasien dari Unit Kebidanan ke Unit Rawat Intensif ©. Transfer pasien dari Unit Perina ke Unit Kamar Operasi (OK) p. Transfer pasien dari Unit Perina ke Unit Rawat Intensif q. Transfer pasien dari Unit Perina ke Unit Radiologi t, Transfer pasien dari Unit Rawat Intensif ke Unit Rawat Inap s. Transfer pasien dari Unit Rawat Intensif ke Unit Kebidanan t. Transfer pasien dari Unit Rawat Intensif ke Unit Perina u. Transfer pasien dari Unit Kamar Operasi (OK) ke Unit Rawat Inap v. Transfer pasien dari Unit Kamar Operasi (OK) ke Unit Kebidanan w. Transfer pasien dari Unit Kamar Operasi (OK) ke Unit Perina x. Transfer pasien dari Unit Kamar Operasi (OK) ke Rawat Intensif 2. Transfer Keluar Rumah Sakit a, Transfer pasien dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Resti Mulya ke rumah sakit lain. b. Transfer pasien dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Resti Mulya ke rumah C. Kondisi Yang Memerlukan Tindakan Transfer 1, Pasien darurat sangat mendesak, atau pasien yang membutuhkan pertolongan segera, setelah diidentifikasi menggunakan proses triase berbasis bukti, dilakukan pengkajian dan dinyatakan bahwa_pasien ‘membutuhkan pelayanan dengan kondisi darurat tersebut. Namun Rumah Sakit Ibu dan Anak Resti Mulya tidak mampu memenuhi kebutuhan pasien tersebut, maka pasien dirujuk ke rumah sakit lain yang fasilitas pelayanannya dapat memenuhi kebutuhan pasien. Pada saat proses rujuk maka terjadilah tatalaksana transfer pasien. dua Tatalaksana Transter Pasien | 2. Pasien gawat darurat yang sudah ditangani kondisi gawat daruratnya sehingga dinilai stabil, Namun membutuhkan observasi atau tatalaksana Janjutan di ruang perawatan, Sehingga dari IGD akan di transfer ke ruang, perawatan Keadaan ini juga berkaitan ketetapan Rumah Sakit Ibu dan Anak Resti Mulya tentang standar waktu berapa lama pasien di IGD, kemudian harus ditransfer ke unit rawat inap. Sehingga pengaturan alur pasien dapat berjalan dengan baik dan dapat mengatasi terjadinya penumpukan pasien di salah satu unit 3. Selama dirawat inap di rumah sakit, pasien mungkin dipindah dari satu pelayanan atau dari satu unit rawat inap ke berbagai unit pelayanan lain atau unit rawat inap lain, karena alasan yang berkaitan dengan pelayanan atas kebutuhan pasien, Jika profesional pemberi asuhan (PPA) berubah akibat perpindahan maka informasi penting terkait asuhan harus mengikuti pasien. 4, Selama dalam menjalani perawatan dan kemudian terdeteksi- melalui pengkajian bahwa Rumah Sakit Ibu dan Anak Resti Mulya tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan pasien, maka pasien dirujuk ke rumah sakit lain, 5. Pasien yang sedang menjalani tindakan sedasi dimonitor tingkat kesadarannya, ventilasi dan status oksigenasi, variabel hemodinamik berdasar atas jenis obat sedasi yang diberikan, jangka waktu sedasi, jenis kelamin, dan kondisi pasien. Dan perhatian khusus ditujukan pada kemampuan pasien mempertahankan reflex protektif, jalan napas yang teratur dan lancar, serta respons terhadap stimulasi fisik dan perintah verbal. Seorang yang kompeten bertanggung jawab melakukan monitoring status fisiologis pasien secara terus menerus dan membantu memberikan bantuan resusitasi sampai pasien pulih dengan selamat. Setelah tindakan selesai dikerjakan, pasien masih tetap berisiko terhadap komplikasi karena keterlambatan absorsi obat sedasi, terdapat depresi pernapasan, dan kekurangan stimulasi akibat tindakan. Ditetapkan kriteria pemulihan pasien yang siap untuk ditransfer. Panduan Tatalaksana Transfer Pasien|6 Jenis Transfer P: 1 ien. Transfer Intra Rumah Sakit, ‘Transfer intra rumah sakit adalah transfer antara univ/instalasi pelayanan yang ada di lingkungan Rumah Sakit Ibu dan Anak Resti Mulya. Transfer bisa dari unit rawat jalan ke unit rawat inap atau sebaliknya, bisa dari ICU ke kamar operasi, dari kamar operasi ke ruang ICU atau RR, dari ICU ke unit rawat inap, dari RR ke unit rawat inap, dari unit rawat inap ke penunjang, dari [GD ke penunjang, dari unit rawat jalan ke penunjang dan Jain sebagainya, Peralatan minimal transfer intra rumah sakit harus dapat dipenuhi. Diantaranya ketersediaan oksigen yang mobile. Alat dengan energi/tenaga baterai dengan kapasitas yang cukup. Selama transfer berlangsung, semua peralatan yang berhubungan dengan pasien letaknya harus berada sejajar atau di bawah pasien. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Transfer Intra Rumah Sakit adalah sebagai berikut: a. Standar: pemantauan minimal, pelatihan, dan petugas yang berpengalaman; diaplikasikan pada transfer intra dan antar rumahsakit b. Sebelum transfer, lakukan analisismengenai_risiko dan keuntungannya. c. Sediakan kapasitas cadangan oksigen dan daya baterai yang cukup untuk mengantisipasi kejadian emergensi 4. Peralatan listrik harus terpasang ke sumber daya (stop kontak) dan oksigen sentral digunakan selama perawatan di unit tujuan e Petugas yang mentransfer pasien ke ruang pemeriksaan radiologi harus paham akan bahaya potensial yang ada f Semua peralatan yang digunakan pada pasien tidak boleh melebihi level pasien Transfer Antar Rumah Sakit Transfer dari luar atau ke luar Rumah Sakit Ibu dan Anak Resti Mulya: bisa berupa transfer dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Resti Mulya ke Panduan Tatalaksana Transter Pasien|7 rumah sakit lain atau sebaliknya, transfer mungkin berasal dari kejadian kecelakaan lalu lintas, musibah masal/bencana dan sebagainya D. ALASAN TRANSFER 1. Transfer ke ruangan yang penanganannya lebih intensif Transfer ke ruangan untuk perawatan lebih lanjut dengan tindakan observative. 3. Transfer ke unit penunjang untuk kebutuhan penguatan diagnose kerja. 4. Transfer untuk penanganan dan perawatan spesialistik lebih lanjut sesuai dengan pengkajian kebutuhan pasien yang tidak dapat dipenuhi di Rumah Sakit Resti Mulya 5. Transfer antar rumah sakit untuk alasan non-medis karena ruangan penuh, fasilitas kurang mendukung dan asuransi pasien tidak bekerja sama dengan Rumah Sakit Ibu dan Anak Resti Mulya. Panduan Tatalaksana Transfer Pa BAB OIL KEBISAKAN Rumah sakit menjalankan tata kelola untuk manajemen etis dan etika pegawai agar menjamin bahwa asuhan pasien diberikan di delam norma-norma bisnis, finansial, etis, serta hukum yang melindungi pasien dan hak mereka. Kerangka kerja rumah sakit untuk manajemen etis tersebut meliputi pemasaran, admisi/penerimaan pasien rawat inap (admission), pemindahan pasien (transfer), pemulangan pasien (discharge), dan pemberitahuan (disclosure) tentang kepemilikan serta konflik bisnis ‘maupun profesional yang bukan kepentingan pasien. Untuk itu maka Rumah Sakit bud an Anak Resti Mulya menyediakan kebijakan yang jelas mengenai transfer pasien. Adapun kebijakan-kebijakan yang dimaksud diantaranya: ‘+ Informasi tentang pasien disertakan pada proses transfer internal antar unit di dalam rumah sakit. © Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk di transfer/transportable © Prinsip dalam melakukan transfer pasien adalah mengutamakan keselamatan dan keamanan pasien saat menjalani transfer serta memperhatikan hak pasien di antaranya hak privasi pasien ‘© Sebelum ditransfer atau dirujuk pasien harus dalam keadaan stabil dan dilengkapi dengan dokumen pencatatan. + Transfer pasien dimulai dengan a, melakukan koordinasi dan komunikasi pra transportasi pasien, b._menentukan SDM yang akan mendampingi pasien, ¢. menyiapkan peralatan yang disertakan saat transfer, dan d. monitoring pasien pasien selama transfer. ‘© Transfer pasien dilakukan oleh staf medis dan staf keperawatan yang kompeten serta petugas profesional lainnya yang sudah terlatih Panduan Tatalaksana Transter Pasien|9 Tabel 1. Transfer Intra Rumah Sakit RSIA REST MULYA ‘TRANSFER PASIEN INTRA RUMAH SAKIT [A moncast PASIEN MASUX RAWAT NAP, Novel ion 1. RIWAYAT KESEHATAN TRwaye Paya Sah. 2 menue 4 3. Raya Paya Kron “oak a> } ibeene ‘ 4 Rmemcotvorgsinon ie 5. mya | ® , PEMERMSAAN OAGNOSTIK user exe Pade uso. Clete A De 7P ng... I" ecenin ie mA | o. oeer no omennan |* See rowan Gedy & Hiner: Honalesrot etn tng Am £26 An Senate iW i rte ste tania Grae, San. Rowek Me, Meropinshan alt banks saan Ie. 1 Roemeerme ey yp pan nny 2. | Sten se. ha | Panduan Tatalaksana Transter Pasien [20 Tabel 2. Transfer Antar Rumah Sakit NO | PASIEN PETUGAS. KETERAMPILAN YANG PERALATAN PENDAMPING DIBUTUHKAN ‘UTAMA MINIMAL 1 | Derajat | T.Petugas Ambulan |» Petugas ambulans & TPP /Perawat. | » Kendaraan High 2TPP atau Perawat BLS Dependency Service (HDS)/ Ambulance 2 | DerajarT | 1. Petugas Ambulan | *Petugas ambulan: BLS *Kendaraan 2 TPPatau Perawat | *Perawat atau Dokter: BLS / PPGD HDS/Ambulance, *Oksigen Suction, *Tiang Infus ‘Infus Pump *Obat Emergency 3 | Dera *Petugas ambulan: BLS *Kendaraan 2 *Perawat & Dokter: BLS, PPGD HDS/ambulance Harus mengikut,plaihan ‘untukTransfer pasien dengan sit bert ritis as ||Eee emergensi | Deajat3 | TPatagas Ambulance | Dokters *Kendaraan 2Perawat & dokter | Minimal bulan pengalaman bekerja | HDS/ambulance yang berkompetensi | DITCU atau telah mengikatt *Oksigen, Penanganan pasien | 1) Keterampilan BLS & PPOD ‘Suction, Iris © Keterampilanmenangani ‘Tiang infuse, pemmasalahan jalannapas dan | *Pompainfus Pemapasan dengan Batra, O Telah mengikuti pelatihan untuk | *Pulse oximeter transfer pasien dengan sakit berat_| *Monitor EKG, I kritis: ‘*Tensimeter ‘Perawat : *Defibrillator, Keterampilan BLS & ALS tAmbubae, Telah mengikut pelatihan untuk | *Obat obat ‘transfer pasien d sakit berat_ ae ii * Ventilator portable, Bersama DPJP berwenang memutuskan metode transfer yang diperlukan sesuai dengan kondisi pasien. Sebelum ditransfer atau dirujuk pasien harus dalam keadaan stabil dan dilengkapi dengan dokumen pencatatan. Keinginan akan kebutuhan pasien untuk privasi dihormati saat wawancara klinis, pemeriksaan, prosedur, pengobatan, dan juga saat transfer pasien nduan Tatal sana Transfer Pasien| 42 Petugas yang mendampingi harus membawa telepon genggam selama transfer berlangsung yang berisi nomor telepon RS. Resti Mulya dan rumah sakit tujuan. Kendaraan transportasi untuk transfer milik rumah sakit harus tunduk pada peraturan perundangan yang mengatur tentang kegiatan operasionalnya, kondisi, dan perawatan kendaraan, Rumah sakit mengidentifikasi kegiatan transportasi yang berisiko terkena infeksi dan menentukan strategi mengurangi risiko infeksi Persediaan obat dan perbekalan medis yang harus tersedia dalam kendaraan bergantung pada pasien yang dibawa, Misalnya, membawa pasien geriatri dari unit rawat jalan pulang ke rumahnya sangat berbeda dengan jika harus transfer pasien dengan penyakit menular atau transpor pasien luka bakar ke rumah sakit lain, Jika rumah sakit membuat kontrak layanan transportasi maka rumah sakit harus dapat menjamin bahwa kontraktor harus memenuhi standar untuk mutu dan keselamatan pasien dan kendaraan. Jika layanan transpor diberikan oleh Kementerian Kesehatan atau Dinas Kesehatan, perusahaan asuransi, atau organisasi lain yang tidak berada dalam pengawasan rumah sakit maka masukan dari rumah sakit tentang keselamatan dan mutu transpor dapat memperbaiki kinerja penyedia pelayanan transpor. Ketentuan penempatan dan proses transfer pasien airborne diseases di dalam rumah sakit dan keluar rumah sakit diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. 1, Tentang Penempatan: a. Tempatkan pasien infeksius terpisah dengan pasien non infeksius. b. Penempatan pasien disesuaikan dengan pola transmisi infeksi penyakit pasien (kontak, droplet, airborne) sebaiknya ruangan tersendiri. ¢. Bila tidak tersedia ruang tersendiri, dibolehkan dirawat bersama pasien lain yang jenis infeksinya sama dengan menerapkan sistem cohorting. Jarak antara tempat tidur minimal 1 meter. Untuk Panduan Tatalahsana Transfer Pasien| 12 menentukan pasien yang dapat disatukan dalam satu ruangan, dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Komite atau Tim PPI d. Semua ruangan terkait cohorting harus diberi tanda kewaspadaan berdasarkan jenis transmisinya (Kontak, droplet, airborne), e. Pasien yang tidak dapat menjaga kebersihan diri atau lingkungannya seyogyanya dipisahkan tersendiri f. Mobilisasi pasien infeksius yang jenis transmisinya melalui udara (airborne) agar dibatasi di lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan untuk menghindari terjadinya transmisi penyakit yang tidak perlu kepada yang lain. g. Pasien HIV tidak diperkenankan dirawat bersama dengan pasien TB dalam satu ruangan tetapi pasien TB-HIV dapat dirawat dengan sesama pasien TB. 2, Langkah-langkah penerapan kewaspadaan transmisi melalui udara antara lain: a. Pengaturan penempatan posisi pemeriksa, pasien dan ventilasi mekanis di dalam suatu ruangan dengan memperhatikan arah suplai udara bersih yang masuk dan keluar. b. Penempatan pasien TB yang belum pernah mendapatkan terapi OAT, harus dipisahkan dari pasien lain, sedangkan pasien TB yang telah mendapat terapi OAT secara efektif berdasarkan analisis resiko tidak berpotensi menularkan TB baru dapat dikumpulkan dengan pasien lain ¢. Peringatan tentang cara transmisi infeksi dan penggunaan APD pada pasien, petugas dan pengunjung penting dicantumkan di pintu ruangan rawat pasien sesuai kewaspadaan transmisinya. d. Ruang rawat pasien TB/MDR TB sebaiknya menggunakan ruangan bertekanan negatif. 3. Alur pasien infeksius (transmisi udara/airborne) a, Kamar tersendiri jika tidak memungkinkan cohorting. b. Tekanan negative atau ventilasi alamiah. Panduan Tatalaksana Transfer Pasien| 23 4 Pintu kamar selalu tertutup ao Alur pasien tersendiri APD, pasien pakai masker bedah APD, Petugas menggunakan N9S jika menghasilkan tindakan menghasilkan aerosol, Kewaspadaan berbasis transmisi udara/airbome a. Tempatkan pasien: - Di ruang rawat terpisah, atau cohorting atau dipertimbangkan bersama tim PPI. - Tempat tidur dengan jarak > 1 meter. ~ Ruang bertekanan negative b. Batasi gerak; bila diperlukan jika keluar ruangan pasien diberi masker bedah ¢. Kebersihan tangan sebelum menggunakan APD. d. Masker bedah untuk pasien dan respirator particular untuk petugas saat masuk ke ruang pasien. e. Orang yang rentan tidak boleh masuk ruang pasien yang diketahui atau suspek campak, cacar, dll. f Bila masuk atau melakukan tindakan dengan kemungkinan timbul aerosol, maka petugas harus mengenakan respirator particular. g Terminal dekontaminasi dilakukan secara dekontaminasi permukaan menggunakan H,0; 0,5 — 1,4 % dengan lama kontak 30 detik ~ 1 menit (bakterial virusidal) atau lama kontak 5 menit bila dengan tujuan mikobakterisidal atau dry mist dengan HO; 5% dikombinasi dengan Ag dengan lama kontak 55 menit untuk luas ruangan 0,135 n? Panduan Tatalaks BAB IV TATALAKSANA Keputusan untuk mentransfer pasien intra unit / keluar rumah sakit dilakukan melalui tahapan pengkajian, komunikasi, dokumentasi/pencatatan, pemantauan, penatalaksana-an, serah terima pasien ke unit yang di tuju / rumah sakit rujukan / tujuan lainnya, Pengelolaan yang efektif terhadap alur pasien, termasuk salah satunya transfer pasien dapat mengurangi penundaan asuhan kepada pasien. A. Pengkajian Pasien Pasien yang datang ke IGD, Unit Rawat Jalan (URJ) Rumah Sakit Ibu dan Anak Resti Mulya akan dilakukan pengkajian/penilaian atas kondisi kesehatannya sehingga dapat teridentifikasi kebutuhannya akan pelayanan keschatan. Termasuk juga pasien yang sudah berada di ruang perawatan, akan dilakukan pengkajian/penilaian rutin perhari, per-shift dan/atau bila tiba-tiba kondisi pasien mengalami perubahan bermakna atas keluhan yang disampaikan baik dari pasien sendiri maupun dari keluarga yang mendampingi Bila pasien dalam pengelolaan MPP, maka kesinambungan proses tersebut diatas dipantau, diikuti dan transfernya disupervisi oleh MPP. B. Komunikasi 1. Keputusan untuk melakukan transfer melibatkan DPIP dengan pertimbangan yang matang karena transfer berpotensi untuk mengekspos pasien dan personil rumah sakit terhadap risiko bahaya tambahan, Berikut adalah komunikasi sesuai dengan tempat pasien dilayani terakhir. a. Pasien rawat jalan ~ Pasien yang datang ke Klinik Spesialis, setelah dilakukan pengkajian teridentifikasi bahwa membutuhkan perawatan, sehingga dokter spesialis selaku DPJP akan mengkomunikasikan kebutuhan tersebut kepada perawat pendamping dan mempersiapkan proses transfer. Panduan Tatalaksana Transter Pasien | 15 - Pasien yang datang ke Klinik Umum, setelah dilakukan pengkajian teridentifikasi bahwa membutuhkan perawatan. Kondisi pasien akan dilaporkan kepada dokter spesialis terkait (calon DPJP), untuk kemudian mengkonfirmasi keputusan tindakan transfer. b. Pasien IGD Dokter jaga IGD melakukan pengkajian terhadap pasien dan mengidentifikasi kebutuhan pasien. Dokter jaga IGD akan melaporkan kondisi pasien kepada dokter spesialis terkait (calon DPJP) untuk kemudian mengkonfirmasi keputusan tindakan transfer. Kemudian menginformasikan kepada perawat pendamping untuk mempersiapkan proses transfer, Kemudian pasien akan di antarkan oleh perawat IGD ke ruang perawatan, c. Pasien di ruang perawatan ‘Atas pengkajian yang dilakukan oleh dokter ruangan maka (kebutuhan pasien dapat diidentifikasi). Atas dasar tersebut maka dokter ruangan akan melaporkan kondisi pasien dan mengkonfirmasi keputusan tindakan transfer. Kemudian menginformasikan kepada perawat pendamping untuk mempersiapkan proses transfer. d. Pasien tindakan anestesi, sedasi dan intervensi bedah Merupakan proses yang kompleks dan sering dilaksanakan di rumah sakit. Pada keadaan ini pasien juga memerlukan tindakan transfer ke ruang perawatan atau bahkan pemulangan atas kriteria tertentu. Dokumentasi pengambilan keputusan harus mencantumkan nama dokter yang ‘mengambil keputusan, tanggal dan waktu pengambilan keputusan serta alasan. yang mendasari . Informed Consent Pasien (jika memungkinkan) dan keluarganya harus diajak terlibat dalam pengambilan keputusan dalam proses asuhan/tindakan, Pasien atau keluarganya diberikan penjelasan tentang faktor-faktor terkait dengan rencana asuhan/tindakan (informed) hingga kemudian memberikan persetujuan (consent). Panduan Tatalaksana Transfer Pasien| 16 Yang perlu dijelaskan kepada pasien dan keluarganya adalah: a. Kondisi kesehatan terakhir pasien. b. Alasan transfer ¢. Keuntungan dan kerugian dilakukan Transfer dd. Tatalaksana transfer e. Unit atau rumah sakit tujuan Kesiapan unit atau rumah sakit tujuan Sebelum menstransfer pasien, dokter anggota tim transfer menghubungi rumah sakit yang akan dituju untuk memastikan bahwa rumah sakit tersebut dapat memenuhi kebutuhan pasien. Konfirmasi dilakukan oleh dokter IGD/dokter ruangan untuk mendiskusikan ‘mengenai kebutuhan medis pasien dengan dokter di rumah sakit tujuan C. Stabilisasi sebelum transfer 1 Transfer hanya dapat dilakukan bila kondisi pasien stabil dan layak untuk ditransfer (transportable) Hal yang penting untuk dilakukan sebelum transfer: a. Pastikan bahwa pasien layak untuk ditransfer (hemodinamik stabil) b. Amankan patensi jalan nafas. c. Jika terpasang jalur atau akses vena, pastikan adekuat. e Jika terdapat Pneumothoraks, selang drainase dada (Water Sealed Drainage/WSD) harus terpasang dan tidak boleh diklem. ©. Pasang kateter urin dan Nasogastric tube (NGT) jika diperlukan, f Pemberian terapi atau tatalaksana tidak boleh ditunda saat menunggu pelaksanaan transfer, g. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh tim transfer h, Gunakan daftar persiapan transfer pasien untuk memastikan bahwa semua persiapan yang diperlukan telah lengkap dan tidak ada yang terlewat Panduan Tatalaksana Transfer Pas en | 17 D. Dokumentasi / Pencatatan Mendokumentasikan informasi tentang pasien pada form transfer pasien. Form memuat tentang: a. b. c. 4. e £ indikasi pasien masuk dirawat. riwayat keschatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik. setiap diagnosis yang dibuat. |. setiap prosedur yang dilakukan, bat yang diberikan dan tindakan lain yang dilakukan, keadaan pasien pada waktu dipindah (transfer) Dokumentasi juga memuat nama fasilitas pelayanan keschatan dan nama orang di fasilitas pelayanan kesehatan yang menyetujui menerima pasien, kondisi khusus untuk transfer (seperti kalau ruangan tersedia di unit atau di rumah sakit penerima atau tentang status pasien). E, Penentuan derajat kebutuhan pasien Penentuan derajat kebutuhan perawatan pasien kritis oleh DPJP. E. Krites shal 1 Transfer Pasien tersebut dapat dijabarkan dengan kriteria di bawah ini Pasien dengan kondisi derajat 0 Pasien dengan Airway, Breathing, Circulation (ABC)/ hemodinamik stabil yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan rawat inap biasa Pasien dengan kondisi derajat 1 Pasien dengan Airway, Breathing, Circulation (ABC)hemodinamik stabil, namun berpotensi menjadi tidak stabil, misalnya pada pasien yang baru menjalani perawatan di HCU/ ICU yang sudah memungkinkan untuk perawatan di ruangan rawat inap biasa Pasien dengan kondisi derajat 2 Pasien dengan Airway, Breathing, Circulation (ABC) yang tidak stabil dan membutuhkan observasi lebih ketat dan intervensi lebih mendalam Panduan Tatalaksana Transfer Pasien | 18 termasuk penanganan kegagalan satu sistem organ atau pasien yang habis menjalani operasi besar. 4. Pasien dengan kondisi derajat 3 Pasien dengan Airway, Breathing, Circulation (ABC) yang tidak stabil yang membutubkan bantuan pernapasan dan atau dengan kegagalan sistem organ lainnya, Sehingga dengan penetapan derajat kebutuhan perawatan tersebut akan dapat diputuskan pula petugas yang akan mendampingi pasien, penguasaan keterampilan petugas tersebut dan peralatan utama yang harus siap tersedia, ‘Transportasi Disiapkannya kendaraan transportasi yang dapat memenuhi kebutuhan pasien pada saat dilakukan transfer. Pada pasien dengan gangguan patensi jalan nafas yang memerlukan ventilator, transfer dilakukan dengan menggunakan ambulan gawat darurat 118 atau sejenisnya. Untuk itu maka tim transfer rumah sakit menghubungi pusat layanan ambulan tersebut untuk menginformasikan tentang jadwal transfer pasien Petugas Pendamping Petugas pendamping ditentukan sesuai dengan derajat kebutuhan pasien Peralatan Transfer Peralatan yang akan digunakan pada saat transfer disesuaikan pula dengan derajat kebutuhan pasien. Penilaian ulang kesiapan transfer Dilakukan penilaian ulang atas kesiapan transfer termasuk didalamnya segala sarana prasana, kondisi kestabilan pasien dan dokumentasinya, Salah satunya adalah peralatan pemantauan harus dipastikan tersedia dan berfungsi dengan baik sebelum transfer dilakukan, Panduan Tatalaksana Transfer Pasien | 49 Proses pengaturan transfer dicatat dalam status rekam medis pasien yang akan dirujuk, J. Informa: kesiapan tindakan transfer Tim menginformasikan kepada unit atau rumah sakit tujuan bahwa tindakan transfer akan dilakukan. Diharapkan bahwa unit atau rumah sakit tujuan sudah siap untuk menerima pasien dan menyiapkan pula segala sesuatunya yang berhubungan dengan kebutuhan pasien. K. Pemindahan ‘Atas dasar pengkajian dapat diidentifikasi pemindahan pasien dari tempatnya semula, 1. Dari tempat tidur ke kursi roda a. Bantu pasien ke posisi duduk di tepi tempat tidur. Buat posisi kursi pada sudut 45 derajat terhadap tempat tidur. Jika menggunakan kursi roda, yakinkan bahwa kursi ini dalam posisi terkunci Yakinkan bahwa pasien kakinya tidak basah atau licin, Petugas: Regangkan kedua kaki fleksikan panggul dan tutut, sejajarkan lutut dengan pasien, pegang sabuk pemindahan dari bawah atau gapai melalui aksila pasien dan tempatkan tangan pada skapula pasien. Petugas: angkat pasien sampai berdiri pada hitungan 3 sambil meluruskan panggul dan kaki, pertahankan lutut agak fleksi, pertahankan stabilitas kaki yang lemah atau sejajarkan dengan lutut, berporos pada kaki yang lebih jauh dari kursi, pindahkan pasien secara langsung ke depan kursi. Instruksikan pasien untuk menggunakan penyangga tangan pada kursi untuk menyokong. Petugas: Fleksikan panggul dan lutut saat menurunkan pasien ke kursi Kaji pasien untuk kesejajaran yang tepat, stabilkan tungkai dengan selimut mandi Panduan Tatalaksana Transfer Pasien| 20 2. Dari tempat tidur ke brancard a. Atur brancard dalam posisi terkunci dengan sudut 90 derajat tethadap ‘tempat tidur b. Dua atau tiga orang perawat menghadap ke tempat tidur/pasien Silangkan tangan pasien ke depan dada d. Salah satu perawat tekuk lututnya, kemudian masukkan tangannya ke bawah tubuh pasien. €. Perawat pertama meletakkan tangan dibawah leher/bahu dan bawah pinggang, perawat kedua meletakkan tangan di bawah pinggang dan panggul pasien, sedangkan perawat ketiga meletakkan tangan dibawah pinggul dan kaki. £ Pada hitungan ketiga, angkat pasien bersama-sama dan pindahkan ke brancard. g. Atur posisi pasien, dan pasang pengaman. 3. Dari kursi roda ke tempat tidur Seperti halnya tindakan lain, membantu pasien berjalan memerlukan persiapan. Perawat mengkaji toleransi terhadap aktivitas, kekuatan, adanya nyeri, koordinasi dan keseimbangan pasien untuk menentukan jumlah bantuan yang diperlukan pasien. Dan juga pada saat transfer pasien dari kursi roda atau cart, dapat dilakukan identifikasi_situasi kemungkinan pasien berisiko tinggi untuk jatuh Sehingga aktivitas ini mungkin memerlukan alat seperti kruk, tongkat dan walker. Namun pada prinsipnya perawat dapat melakukan aktivitas ini meskipun tanpa menggunakan alat a. Komunikasikan dengan pasien tindakan yang akan di lakukan dan prosedurnya. s bersihkan tempat tidur pasien. cuci tangan ae pasang handschoen dekatkan kursi roda pasien ke tempat tidur. kunei kursi roda pasien untuk memundahkan memindahkan pasien. duan Tatalaksana Transfer Pasien| 22. g. angkat kaki pasien secara perlahan h. suruh pasien memegang bahu perawat i, bantu pasien berdiri dan berjalan ke tempat tidur 4. pasien didudukkan di tempat tidur. k. perawat memegang kaki dan punggung pasien supaya pasien mudah tidur. 1. _setelah pasien nyaman di tempat tidur , m. perawat minta izin untuk mengakhiri pertemuannya dengan perawat. . Dari brancard ke tempat tidur. Memindahkan pasien yang mengalami ketidakmampuan, keterbatasan, tidak boleh atau tidak dapat melakukan sendiri a. Atur brancard dalam posisi terkunci dengan sudut 90 derajat terhadap tempat tidur b. Dua atau tiga orang perawat menghadap ke brancard pasien Silangkan tangan pasien ke depan dada d. Para perawat tekuk lutut kemudian masukkan tangan ke bawah tubuh pasien €. Perawat pertama meletakkan tangan dibawah leher/bahu dan bawah pinggang, perawat kedua meletakkan tangan di bawah pinggang dan panggul pasien, sedangkan perawat ketiga meletakkan tangan dibawah pinggul dan kaki f, Pada hitungan ketiga, angkat pasien bersama-sama dan pindahkan ke tempat tidur pasien. g. Lakukan gerakan mengangkat pasien dengan gerakan yang anatomis tidak membungkuk secara berlebihan, h. Posisikan pasien pada posisi yang nyaman. i. Rapikan pasien dan bereskan alat-alat Memindahkan pasien ke Ambulan Pada saat ambulan datang petugas harus mampu menjangkau pasien sakit atau cedera tanpa kesulitan, memeriksa kondisinya, melakukan prosedur penanganan emergensi di tempat dia terbaring, dan kemudian Panduan Tatatahsana Transfer Pasien| 22 memindahannya ke ambulan, Pada beberapa kasus tertentu, misalnya pada keadaan lokasi yang berbahaya atau pasien yang memerlukan prioritas tinggi maka proses pemindahan pasien harus didahulukan sebelum menyelesaikan proses pemeriksaan dan penanganan emergensi diselesaikan. Jika dicurigai adanya cedera spinal, kepala harus distabilkan secara manual dan penyangga Ieher (cervical collar) harus dipasang dan pasien harus diimobilisasi di atas spinal board. Pemindahan pasien ke ambulan dilakukan dalam 4 tahap berikut a. Pemilihan alat yang digunakan untuk mengusung pasien. b. Stabilisasi pasien untuk dipindahkan c. Memindahan pasien ke ambulan d. Memasukkan pasien ke dalam ambulan Usungan ambulan beroda (wheeled ambulance stretcher) adalah alat yang paling banyak digunakan untuk memindahkan pasien ke ambulans. Stabilisasi merujuk pada urutan tindakan yang dibutuhkan untuk mempersiapkan pasien sebelum dipindahkan, Pasien sakit atau cedera harus distabilkan agar kondisinya tidak memburuk. Perawatan luka dan cedera lain yang diperlukan harus segera diselesaikan, benda yang menusuk harus difiksasi, dan seluruh balut serta bidai harus diperiksa sebelum pasien diletakkan di alat pengangkut pasien. Jangan menghabiskan banyak waktu untuk merawat pasien dengan cedera yang sangat buruk atau korban yang telah meninggal. Pada prinsipnya, kapanpun seorang pasien dikategorikan dalam prioritas tinggi, segera transpor dengan cepat. Penyelimutan pasien membantu menjaga suhu tubuh, mencegah paparan cuaca, dan menjaga privasi. Alat angkut (carrying device) pasien harus memiliki tiga tali pengikat untuk menjaga posisi pasien tetap aman, Yang pertama diletakkan setinggi dada, yang kedua setinggi pinggang atau panggul, dan yang ketiga setinggi tungkai. Kadang-kadang digunakan empat tali pengikat di mana dua tali disilangkan di dada Panduan Tatalaksana Transfer Pasien| 23 Jika pasien tidak mungkin diangkut dengan tandu misalnya pada penggunaan spinal board dan hanya bisa diletakkan di atas tandwusungan ambulans (ambulance stretcher), maka disyaratkan untuk menggunakan tali kekang yang dapat mencegah pasien tergelineir ke depan jika ambulans berhenti mendadak. L. Selama Transfer Selama proses transfer pasien tetap dimonitor dengan standar pelayanan setidaknya harus sebaik pelayanan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Resti Mulya. Kondisi pasien atau kondisi perubahannya selama ditransfer (misalnya, pasien ‘meninggal atau membutuhkan resusitasi) seluruhnya terdokumentasikan, Dokumen lain yang diminta sesuai dengan kebijakan rumah sakit (misalnya, tanda tangan perawat atau dokter yang menerima serta nama orang yang memonitor pasien dalam perjalanan transfer) masuk dalam catatan, M. Serah terima pasien ke unit / rumah sakit yang di tuju ada saat proses transfer dilakukan komunikasi dan pertukaran informasi diantara staf Klinis selama bekerja dalam sift atau antar sift. Informasi penting dapat dikomunikasikan dengan cara lisan, tertulis, atau elektronik. Dokumen transfer diberikan kepada unit atau rumah sakit penerima bersama dengan pasien. Catatan setiap pasien yang ditransfer ke unit atau rumah sakit lainnya memuat ringkasan asuhan dan pelayanan yang telah diberikan pada proses transfer dan rujukan. Terdapat bukti dokumentasi pada proses serah terima (hand over). Untuk memastikan setiap tim asuhan menerima informasi yang diperlukan maka rekam medik pasien ikut pindah atau ringkasan informasi yang ada di rekam medik disertakan waktu pasien pindah dan menyerahkan kepada tim asuhan yang menerima pasien. Panduan Tatalaksana Transfer Pasien| 24 Formulir transfer pasien internal meliputi pegs Alasan admisi “Temuan signifikan Diagnosis Prosedur yang telah dilakukan Obat-obatan £ Perawatan lain yang diterima pasien g. Kondisi pasien saat transfer N. Tatalaksana lanjutan setelah transfer 1. Unit Pengirim Rumah sakit melakukan evaluasi terhadap mutu dan keamanan proses rujukan untuk memastikan pasien telah ditransfer dengan staf yang kompeten dan dengan peralatan medis yang tepat, Selain itu dilakukan pula evaluasi terhadap mutu dan keselamatan pelayanan transportasi. Hal ini termasuk penerimaan, evaluasi, dan tindak lanjut keluhan terkait pelayanan transportasi. 2. Unit Penerima / Rumah Sakit Penerima Setiap tim asuhan (PPA) akan menerima segala informasi tentang pasien dari rekam medik pasien yang terus mengikutinya. Dilakukan proses rekonsiliasi obat, yaitu proses membandingkan daftar obat yang dipergunakan oleh pasien sebelum dirawat inap dengan peresepan/ permintaan obat dan instruksi pengobatan yang dibuat periama kali sejak pasien masuk, saat pemindahan pasien antarunit pelayanan (transfer), dan sebelum pasien pulang. Dan proses rekonsiliasi obat ini didokumentasikan sebagai bukti_pelaksanaan. Dengan proses rekonsiliasai ini, pemberian obat dan tindakan lain dapat berlangsung tanpa halangan dan kondisi pasien dapat dimonitor. Dilaksanakan supervisi dan monitoring oleh IPCN terhadap penempatan dan proses transfer pasien airborne diseases sesuai dengan prinsip PPL Panduan Tatalaksana Transfer Pasien| 25 BABV DOKUMENTASI Seluruh proses terdokumentasi dengan baik dan lengkap dalam rekam medis pasien. Buatlah catatan yang jelas dan lengkap selama transfer: 1, Dokumentasi ini akan digunakan sebagai acuan data dasar dan sarana evaluasi mutu. 2. Rumah Sakit Ibu dan Anak Resti Mulya bertanggung jawab untuk menjaga berlangsungnya proses pelaporan insidens yang terjadi dalam transfer dengan menggunakan protokol standar Rumah Sakit Ibu dan Anak Resti Mulya 3. Data evaluasi mutu akan ditinjau ulang secara teratur oleh Rumah Sakit Ibu dan Anak Resti Mulya. Panduan Tatalaksama Transfer Pasien| 26 Heston om tana Jarra as rote 3. Riayat Pyot Keargs cor Heoroeta! emt ou Tiere: Ketan Jtng fone vote 4 Rm Oat YoB a pene tae oe Pema rm fe tlk OLS I6 Hee ‘PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC brat xo loan cabo use ions om Cite Wom Png dF amet Set PROSEOUR YANG DILAKUKAN Rowek Mt. ‘ear YANG BBERHAN aerate poem hee a ns Diet ~ 7 “Menggunakan a bar... ‘ao ah ‘eo ade a ee Shan ee KONDIS!PASIEN SAAT DI PDAH (pn tum beadean sal) SIA RESTI MULYA, ‘toterane nant ameracenae Ten Panduan Tatalaksana Transfer Pasien| 27 TA WOWAS!PASIEN MASUK RAWAT WAP, RSIA RESTI MULYA, joteracns ae wet eae ‘TRANSFER PASIEN INTRA RUMAH SAKIT Mena a aE, Sect Me IWAYAT KESERATAN POTENT inet et Hontcone ow etn Jrtrg ‘sm nko 3. Riayat Poyait Kaige Te aia? Hoonatesot mpi ow Kat darting ona Soke + Paysage 6 eel fie ove faites remerscnnrew meth. 08! £20. ate PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC aeraetn KG tanta i eso usc Gitete A. 2m 2F. gg. ae, Sat, PROSEDUR YANG DLAKUKAM ices (OBA YANG DIBERIKAN Det ee Dat sgt Ap ee &. ae = a a a a aes ono PABEN SAA PION an nen is) ee Panduan Tatalaksana Transter Pasien | 28 DAFTAR PUSTAKA Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 01.07/1128/2022 Tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit Panduan Tatalaksana Transfer Pasien | 29

You might also like