Professional Documents
Culture Documents
2 (2017) 150-157
Artikel Penelitian
INFORMASI ARTIKEL A B S T R A C T
Sejarah Artikel: PT. X organizes the office promotion every year, however it has not implemented the
Diterima Redaksi: 7 Juni 2017 performance appraisal concept. This study was conducted on junior analyst at Laboratory
Revisi Akhir: 12 September 2017 Department of Routine Test in PT.X which has the highest number of employees in PT. X. This
Diterbitkan Online: 27 September 2017 research aimed to find out the performance appraisal criteria and sub-criteria of the junior
analysts, provide the weighting for each criteria and sub-criteria using Analytic Hierarchy
KATA KUNCI Process (AHP) method, and recommend the planning framework of performance appraisal for
junior analyst using Rating-Scale method in order to conduct the office promotion. The main
Appraisal
criteria derived from this research were attendance, working target attainment, work
Performance
thoroughness, proactive, empathy, cooperation (team/organization), analytical thinking, and
Promotion
flexibility. The result showed the working target attainment as the most important of the
AHP criterion approximately 0.248. Moreover, the consistency ratio around 0.020. In addition, the
Rating-Scale result of this research is applicable and could be proposed for conducting performance appraisal
KORESPONDENSI of junior analysts at Laboratory Department of PT. X in order to perform the office promotion.
Telepon: +6281243628006
E-mail: dino.rimantho@univpancasila.ac.id
promosi jabatan dapat menimbulkan “efek samping”, yaitu [9], digunakan untuk membuat struktur hirarki prioritas masalah
adanya anggapan subjektif dari karyawan yang tidak pada kalibarasi peralatan di industri farmasi [10].
mendapatkan kesempatan promosi.
AHP merupakan metode yang efektif pengambilan keputusan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka ketika ada subjektivitas dalam masalah [11]. Lebih lanjut, AHP
tujuan penelitian ini difokuskan pada bagaimana merancang sangat tepat untuk memecahkan masalah di mana kriteria
penilaian kinerja karyawan yang spesifik dan objektif untuk keputusan tersebut diatur dalam hirarki menjadi sub-kriteria.
keperluan promosi jabatan serta bagaimana memilih alternatif Dengan menggunakan serangkaian perbandingan berpasangan
karyawan yang pantas untuk dipromosikan? elemen hirarki keputusan sederhana dapat mengurangi keputusan
yang kompleks. Studi yang dilakukan oleh CIFOR menekankan
2. TINJAUAN PUSTAKA bahwa sintesis hasil perbandingan ini mampu memberikan
keputusan terbaik dan memberikan alasan yang jelas untuk
2.1. Promosi pilihan yang dibuat [12].
Menurut Arun Manoppa dan Mirzas Saiyadim (dalam Manullang
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam penggunaan metode
[4]), promosi adalah kenaikan jabatan karyawan dalam hirarki
AHP [5]:
perusahaan yang disertai peningkatan tanggung jawab, kenaikan 1. Mendefenisikan persoalan dan merinci pemecahan yang
status, dan biasanya disertai peningkatan gaji, meskipun tidak
diinginkan.
selalu demikian [4]. Untuk menentukan calon pegawai yang akan
2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang menyeluruh.
dipromosikan perlu diadakan penilaian kecakapan pegawai-
3. Membuat matrik perbandingan berpasangan untuk kontribusi
pegawai tersebut. Dengan penilaian yang diadakan akan
atau pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria
diperoleh keterangan pegawai mana yang pantas dipromosikan.
yang berpengaruh yang berada setingkat diatasnya. Dalam
2.2. Analytic Hierarchy Process (AHP) matrik ini, pasangan-pasangan elemen dibandingkan
berkenaan dengan suatu kriteria di tingkat lebih tinggi.
Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah suatu metodologi yang 4. Mensintesa data dalam matriks perbandingan berpasangan
komprehensif, yang menyediakan kemampuan untuk sehingga didapatkan prioritas setiap elemen hirarki.
menggabungkan faktor kuantitatif dan kualitatif dalam 5. Menguji konsistensi dari prioritas yang telah diperoleh
pengambilan keputusan bagi individu maupun group [5]. Model 6. Melakukan langkah-langkah diatas untuk setiap level hirarki
ini dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli 7. Menggunakan komposisi hirarki untuk membobotkan vektor-
matematika di Universitas Pittsburgh, Amerika Serikat. Model ini vektor prioritas dengan bobot-bobot kriteria dan
dapat membantu kerangka berpikir manusia karena memasukkan menjumlahkan semua nilai prioritas yang sudah diberi bobot
persepsi manusia sebagai masukan kualitatif. Persepsi manusia tadi dengan nilai prioritas dari level bawah berikutnya dan
yang dimasukan disini adalah persepsi dari para ahli (expert), seterusnya. Hasilnya adalah vektor prioritas menyeluruh
yaitu orang yang mengerti benar permasalahan yang diajukan, untuk level hirarki paling bawah.
merasakan akibat suatu masalah, atau mempunyai kepentingan 8. Mengevaluasi konsistensi untuk seluruh hirarki dengan
terhadap masalah tersebut [6]. mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas kriteria
bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini
Pada dasarnya AHP adalah metode memecahkan suatu masalah kemudian dibagi dengan pernyataan sejenis menggunakan
yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam komponen- indeks konsistensi acak (random) yang sesuai dengan
komponennya, mengatur komponen-komponen tersebut dalam dimensi tiap matriks. Rasio konsistensi hirarki tersebut tidak
suatu hierarki, memasukkan nilai numerik sebagai pengganti boleh lebih dari 10%, jika lebih dari 10% maka proses harus
persepsi manusia dalam melakukan perbandingan relatif, dan diperbaiki.
akhirnya menghasilkan suatu sintesa yang menetapkan urutan
dan nilai prioritas dari komponen-komponen tersebut [5]. AHP 2.2.1. Penyusunan Struktur Hirarki
ditampilkan dalam bentuk model hirarki yang terdiri atas tujuan,
Hirarki merupakan cara yang efisien dalam penyelesaian sistem
kriteria, mungkin beberapa level sub kriteria dan alternatif untuk yang kompleks berupa struktur linier dimana pengaruh
tiap keputusan.
terditribusi dari atas ke bawah. Dikatakan efisien karena
permasalahan akan lebih terstruktur, terorganisir, dan fungsional
AHP adalah salah satu metode yang terstruktur yang terkait
dalam pengontrolan dan penurunan informasi ke dalam sistem.
dengan proses pengambilan keputusan pada masalah yang
Hirarki dimulai dengan merumuskan tujuan yang kemudian
kompleks, yang terdiri dari banyak alternatif seperti proyek, dijabarkan dengan penentuan elemen kriteria, dan mungkin sub
tindakan dan scenario. AHP dikembangkan sesuai dengan kriteria yang dipengaruhi atau dikontrol oleh elemen yang berada
struktur hirarkis beberapa kombinasi alternatif dalam
pada level diatasnya.
pengambilan keputusan. Misalnya, pengetahuan, pengalaman dan
intuisi. Sehingga, metode ini memberikan kesempatan bagi setiap 2.2.2. Penyusunan Prioritas
orang untuk membuat keputusan tentang berbagai jenis masalah.
Penyusunan prioritas dilakukan dengan mencari bobot relatif
Misalnya, pengelolaan limbah elektronika [7], mengaplikasikan
antar elemen sehingga diketahui tingkat kepentingan (preferensi)
metode AHP dalam rangka untuk memilih metode analisis zat
dari tiap elemen dalam permasalahan secara keseluruhan.
organic [8], sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan
Langkah pertama dalam menentukan susunan prioritas elemen
pencegahan kecelakaan kerja pada pekerja pengumpul sampah
adalah dengan menyusun perbandingan berpasangan, yaitu
membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh elemen
untuk setiap sub sistem hirarki dan kemudian ditransformasikan Tabel 2. Skala Nilai Perbandingan Berpasangan
dalam bentuk matriks untuk analisis numerik. Misalkan terdapat Tingkat Definisi Keterangan
suatu sub sistem hirarki dengan satu kriteria B dan sejumlah n Kepentingan
elemen di bawahnya, A1 sampai An, seperti terlihat pada Gambar 1 Sama Kedua elemen mempunyai
1. Perbandingan antar elemen tersebut dibuat dalam bentuk penting pengaruh yang sama
matriks n x n atau matriks perbandingan berpasangan. 3 Sedikit Pengalaman dan penilaian
lebih sedikit lebih memihak ke satu
Nilai aij adalah nilai perbandingan elemen Ai terhadap elemen Aj penting elemen dibandingkan dengan
yang menyatakan hubungan: seberapa jauh tingkat kepentingan pasangannya
Ai bila dibandingkan dengan Aj, seberapa banyak kontribusi Ai 5 Lebih Pengalaman dan penilaian
terhadap kriteria B dibandingkan dengan Aj, seberapa jauh penting sangat memihak ke satu
dominasi Ai dibandingkan dengan Aj, dan seberapa banyak sifat elemen dibandingkan dengan
kriteria B terdapat pada Ai dibandingkan dengan Aj. pasangannya
7 Sangat Satu elemen sangat disukai
penting dan secara praktis
dominasinya sangat nyata
B dibandingkan dengan elemen
pasangannya.
9 Mutlak Satu elemen terbukti mutlak
lebih lebih disukai dibandingkan
A1 A2 A3 ... An penting dengan pasangannya pada
tingkat keyakinan tertinggi
Gambar 1. Sub Sistem Hirarki [5] 2,4,6,8 Nilai Diberikan bila terdapat
tengah keraguan penilaian antara dua
Tabel 1 menunjukkan bentuk matriks perbandingan penilaian yang berdekatan
berpasangan. Kebalikan a ji 1/ aij
Tabel 1. Matriks Perbandingan Berpasangan
B A1 A2 A3 …. An 2.2.4. Pengujian Konsistensi
A1 a11 a12 a13 ….. a1n
A2 a21 a22 a23 ….. a2n Dalam persoalan pengambilan keputusan penting untuk
A3 a31 a32 a33 ….. a3n mengetahui betapa baiknya konsistensi pengambil keputusan.
…. ….. ….. ….. ….. …. Semakin banyak faktor yang harusdipertimbangkan, semakin
An an1 an2 an2 ….. anm sulit untuk mempertahankan konsistensi, ditambah lagi adanya
intuisi dan faktor-faktor lain yang membuat orang mungkin
Nilai numerik yang dikenakan untuk perbandingan di atas menyimpang dari kekonsistensian.
diperoleh dari skala perbandingan yang dibuat oleh Saaty [12]
ditunjukkan pada Tabel 2. Meskipun demikian sampai kadar tertentu perlu diperoleh hasil-
hasil yang valid dalam dunia nyata. Saaty mengajukan indeks
2.2.3. Penilaian Perbandingan Multi Partisipan konsistensi untuk mengukur seberapa besar konsistensi
pengambil keputusan dalam membandingkan elemen-elemen
Penilaian yang dilakukan oleh banyak partisipan akan
dalam matrik penilaian. Selanjutnya indeks konsisten ditransfer
menghasilkan pendapat yang berbeda satu sama lain. AHP hanya
sesuai dengan orde atau ukuran matrik menjadi suatu rasio
membutuhkan satu jawaban untuk satu matriks perbandingan.
konsistensi. Rasio konsistensi harus ≤ 10%, jika tidak
Oleh karena itu, Saaty memberikan metode perataan jawaban
pertimbangan yang telah dibuat mungkin akan acak dan perlu
partisipan dengan geometric mean. Geometric mean theory
diperbaiki.
menyatakan bahwa jika terdapat n partisipan melakukan
perbandingan berpasangan, maka terdapat n jawaban (nilai)
Pada matriks konsisten, secara praktis λmax=n, sedangkan pada
numerik untuk setiap pasangan.
matriks tak konsisten, setiap variasi dari aij akan membawa
perubahan pada nilai λmax. Deviasi λmax dari n merupakan suatu
Untuk mendapatkan satu nilai tertentu dari semua nilai tersebut,
parameter consistency index (CI), yang dinyatakan dengan:
masing-masing nilai harus dikalikan satu sama lain, kemudian
hasil perkalian dipangkatkan dengan 1/n. Secara matematis dapat
max n
dituliskan seperti persamaan berikut:
CI (2)
n 1
aij z1 z2 z3 ... zn
1/ n
(1)
Dari matriks random tersebut didapatkan juga nilai consistency
index, yang disebut dengan random index (RI). Nilai RI dapat
dilihat pada Tabel 3.
ini berdasarkan 20 kompetensi Spencer, yaitu kompetensi pendapat responden yang satu tidak akan mempengaruhi
mencapai target kerja; perhatian terhadap kejelasan tugas, pendapat responden yang lain.
kualitas, dan ketelitian kerja; proaktif; mencari informasi; 3. Menyusun hirarki penilaian kinerja
empati; berorientasi kepada pelanggan; dampak dan Kriteria dan sub kriteria yang telah diperoleh dari kuisioner I
pengaruh; kesadaran berorganisasi; membangun hubungan dan kuisioner II kemudian disusun menjadi sebuah hirarki
kerja; mengembangkan orang lain; kemampuan dengan 3 level. Level 0 adalah tujuan penelitian, level 1
mengarahkan atau memberikan perintah; kerja sama adalah kriteria, dan level 2 adalah sub kriteria.
kelompok; memimpin kelompok; berpikir analitis; berpikir 4. Pengolahan kuisioner perbandingan berpasangan
konseptual; keahlian teknikal/profesional/manajerial; Kuisioner perbandingan berpasangan antar kriteria maupun
pengendalian diri; percaya diri; fleksibilitas; dan komitmen antar sub kriteria diolah dengan menggunakan software
terhadap organisasi. Penyebaran kuisioner tahap 2, yaitu Expert Choice, sehingga diperoleh bobot dari setiap elemen
kuisioner terbuka untuk penentuan sub kriteria. Responden hirarki penilaian kinerja. Dengan adanya bobot tiap elemen
diberi kebebasan untuk menentukan sub kriteria penilaian hirarki penilaian kinerja, maka dapat diketahui kriteria dan
kinerja analis junior di Departemen Laboratorium sub kriteria apa yang sensitif terhadap penilaian [6].
Pengujian Rutin PT. X yang disesuaikan dengan kondisi di 5. Pengujian konsistensi matriks perbandingan
perusahaan. Kuisioner ini mengacu pada hasil kuisioner 6. Pengujian konsistensi hirarki
tahap 1. 7. Setelah diperoleh bobot kriteria dan sub kriteria penilaian
b. Data perbandingan berpasangan antar kriteria maupun antar kinerja analis junior di Departemen Laboratorium Pengujian
sub kriteria penilaian kinerja analis junior di Departemen Rutin PT.X dengan menggunakan metode AHP, selanjutnya
Laboratorium Pengujian Rutin PT. X berdasarkan kuisioner dilakukan simulasi penilaian kinerja analis junior 1 di
tahap 3, yaitu kuisioner perbandingan berpasangan. Departemen Laboratorium Pengujian Rutin PT.X
c. Data penilaian kinerja analis junior 1 di Departemen menggunakan metode rating scale, dengan tahapan sebagai
Laboratorium Pengujian Rutin PT. X dengan menerapkan berikut:
metode rating scale. a. Menentukan skala angka dan mendefinisikan skala
dengan mencari referensi melalui studi literatur dan
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan melakukan diskusi dengan pihak perusahaan. Skala ini akan
studi literatur dan hasil penelitian terdahulu guna mendukung digunakan sebagai deskriptor level kinerja untuk
pembahasan dan penyelesaian masalah, ataupun data tertulis masing-masing sub kriteria penilaian.
lainnya yang didapatkan langsung dari instansi terkait yang b. Mendesain formulir penilaian kinerja yang mencakup
berhubungan dengan penelitian. Data sekunder pada penelitian kriteria dan sub kriteria beserta masing-masing
ini berupa: bobotnya yang telah diperoleh dengan metode AHP,
a. Data jumlah karyawan PT. X pada tahun 2016. serta mencantumkan kolom skala angka yang telah
b. Formulir-formulir yang berlaku di PT. X yang berkaitan ditentukan sebagai deskriptor level kinerja untuk
dengan penelitian. masing-masing sub kriteria penilaian.
c. Dokumen-dokumen perusahaan yang berkaitan dengan c. Penilai melakukan observasi terhadap kinerja analis
penelitian. junior 1 di Departemen Laboratorium Pengujian Rutin
PT.X berdasarkan kriteria dan sub kriteria yang telah
Pengolahan data yang dilakukan bermula dari pengumpulan data diberikan pembobotan. Dalam melakukan penilaian,
yang diperoleh di lapangan, kemudian dilakukan tahapan penilai memberikan nilai berdasarkan skala yang telah
pengolahan data yaitu sebagai berikut: ditentukan. Penilai dalam hal ini adalah Penyelia
1. Pengolahan data kuisioner I untuk penentuan kriteria Laboratorium Pengujian Rutin PT.X yang berhubungan
Kuisioner I ini merupakan kuisioner tertutup dimana langsung dengan analis junior 1 yang dinilai.
responden harus menilai tingkat kesesuaian kompetensi d. Penilaian tiap sub kriteria adalah dengan mengalikan
Spencer dalam 5 skala, dari skala 1 sampai dengan skala 5. bobot sub kriteria dan kriteria yang bersangkutan,
Semakin tinggi skala menyatakan bahwa kompetensi tersebut kemudian dikalikan dengan skala pilihan responden.
makin sesuai dengan kriteria analis junior yang diharapkan. Penilaian kinerja keseluruhan adalah dengan
Hasil dari pengisian kuisioner I terhadap 3 responden adalah menjumlahkan seluruh nilai sub kriteria. Karyawan
diperoleh rata-rata nilai dari tiap kompetensi Spencer. dengan nilai tertinggi adalah karyawan yang layak
Kompetensi yang memiliki nilai lebih dari 4 akan dipilih untuk mendapatkan kesempatan promosi.
sebagai kriteria utama penilaian kinerja analis junior di 8. Menganalisis dan membahas hasil pengolahan data.
Departemen Laboratorium Pengujian Rutin PT.X. Kemudian
dilakukan diskusi dengan masing-masing responden untuk 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukannya kombinasi antara kriteria yang telah diperoleh
dari kuisioner I dengan kriteria penilaian kinerja karyawan 4.1. Penentuan Kriteria dan Sub kriteria
bulanan untuk pemberian insentif yang telah ada di PT.X.
2. Pengolahan data kuisioner II untuk penentuan sub kriteria Berdasarkan hasil pengolahan data kuisioner I disertai diskusi
Kuisioner II diolah dengan melakukan diskusi dan dengan responden, maka kriteria analis junior yang diperoleh
wawancara dengan masing-masing responden atas apa yang adalah sebagai berikut:
telah mereka tulis pada kuisioner tanpa mempertemukan
responden yang satu dengan responden yang lain, sehingga
Tabel 4. Kriteria Penilaian Kinerja Analis Junior Tabel 5. Hasil Perhitungan Bobot Prioritas
No. Kriteria Kriteria Bobot Sub kriteria Bobot Sub
1 Kehadiran kriteria Kriteria
2 Pencapaian Target Kerja Kehadiran 0.046 Ketepatan waktu 0.712
Jumlah kehadiran 0.288
3 Ketelitian Kerja
Pencapaian 0.248 Pemenuhan deadline 0.501
4 Proaktif
target Menerima tanggung jawab 0.179
5 Empati
Pengoptimalan 0.320
6 Kerja Sama penggunaan bahan kimia
7 Berpikir Analitis Ketelitian 0.198 Perhatian terhadap K3 0.261
8 Fleksibilitas kerja Perhatian terhadap 0.162
informasi
Setelah memperoleh kriteria penilaian kinerja analis junior, Perhatian terhadap 0.224
selanjutnya disebarkan kuisioner II. Hasil pengolahan kuisioner perawatan alat
II menghasilkan sub kriteria, sehingga dapat dibuat hirarki Perhatian terhadap 0.353
dengan 3 level sebagai berikut: dokumentasi data
Proaktif 0.086 Mengantisipasi masalah 0.533
Melakukan inovasi 0.152
Ketepatan waktu Mengembangkan 0.314
Kehadiran
Jumlah kehadiran ketrampilan dan
Pemenuhan deadline pengetahuan
Pencapaian Pengoptimalan penggunaan pereaksi/bahan kimia
Empati 0.086 Respon tehadap rekan 0.485
Target Kerja
Menerima tanggung jawab kerja
Perhatian terhadap kejelasan informasi Mengendalikan emosi 0.515
Perhatian terhadap K3 Kerjama 0.110 Manajemen tim yang baik 0.220
Ketelitian
Kerja Perhatian terhadap keterawatan instrumen / alat
kelompok Menjaga hubungan baik 0.202
penunjang kerja
Mematuhi peraturan 0.578
Penilaian Kinerja Perhatian terhadap dokumentasi data organisasi
Analis Junior Guna
Promosi Jabatan Melakukan inovasi demi kemajuan organisasi Berpikir 0.181 Menetapkan prioritas 0.500
Proaktif Mengantisipasi masalah
analitis pekerjaan
Mengembangkan keterampilan dan pengetahuan
Mengenali penyebab 0.500
kejadian
Respon terhadap rekan kerja
Empati Fleksibilitas 0.045 Beradaptasi terhadap 0.696
Mengendalikan emosi
perubahan
Manajemen tim yang baik
Fleksibilitas waktu 0.304
Kerja Sama
(Kelompok / Menjaga hubungan baik dengan tim terhadap organisasi
Organisasi)
Mematuhi peraturan organisasi
Gambar 2. Struktur Hirarki Penilaian Kinerja Analis Junior Setelah ditetapkan bobot global, selanjutnya dilakukan simulasi
Guna Promosi Jabatan penilaian kinerja analis junior 1 di Departemen Laboratorium
4.2. Perhitungan Bobot Prioritas dan Pengujian Pengujian Rutin PT.X dengan metode rating scale. Penilai dalam
hal ini memberikan penilaian pada kolom “Nilai” berdasarkan
Konsistensi Hirarki
skala penilaian yang telah ditentukan. Nilai tiap sub kriteria
Perhitungan bobot prioritas dan pengujian konsistensi hirarki adalah perkalian bobot global dan nilai yang diberikan oleh
dilakukan menggunakan bantuan software Expert Choice. Hasil penilai. Skala penilaian (rating scale) yang digunakan dapat
perhitungan bobot prioritas dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil dilihat pada Tabel 7, sedangkan contoh penilaian untuk kriteria
pengujian konsistensi hirarki adalah 0,02 (<0,1), maka hirarki kehadiran dapat dilihat pada Tabel 8.
pada penelitian ini konsisten.
Tabel 7. Skala Penilaian
4.3. Pengolahan Data Penilaian Kinerja Analis
Skala Keterangan
Junior 1 Penilaian
Setelah diperoleh bobot kriteria dan sub kriteria dengan metode 1 Unsatisfactory Performance (Tidak
AHP dan diperoleh data yang konsisten, maka didesain formulir Memuaskan)
penilaian kinerja. Bobot indikator kinerja yang digunakan adalah 2 Improvement Desired (Perlu Perbaikan)
bobot global, yaitu bobot sub kriteria yang telah dikalikan dengan 3 Meets Expectation (Memenuhi Harapan)
bobot kriterianya seperti contoh pada Tabel 6 untuk kriteria 4 Exceeds Expectation (Melebihi Harapan)
kehadiran. 5 Outstanding Performance (Luar Biasa)
Tabel 8. Contoh Penilaian memperoleh nilai terbesar, yaitu 3,473; diikuti oleh analis junior
Kriteria Sub Bobot Nilai Jumlah Nilai 1C dengan nilai 3,233; dan analis junior 1A dengan nilai 3,192.
Kriteria global Sesuai dengan skala penilaian yang telah ditentukan, ketiga analis
Kehadiran Ketepatan 0.034 4 0.034 x 4 = junior ini masuk ke dalam kategori memenuhi harapan (meets
waktu 0.137 expectation). Namun, jika harus dipilih satu diantara ketiga analis
Jumlah 0.014 3 0.014 x 3 = junior 1 ini, maka yang paling layak dipilih sebagai kandidat
kehadiran 0.041 karyawan untuk dipromosikan adalah analis junior 1B karena
memperoleh nilai terbesar yaitu sekitar 3,473.
Penentuan kriteria dan sub kriteria penilaian kinerja analis junior
di Departemen Laboratorium Pengujian Rutin PT.X dilakukan 5. KESIMPULAN DAN SARAN
dengan melakukan penyebaran kuisioner dan wawancara dengan
responden. Kriteria dan sub kriteria yang telah diperoleh Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan,
kemudian dibentuk menjadi sebuah hirarki yang selanjutnya maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Penilaian kinerja
dianalisis dengan menggunakan metode AHP. Metode AHP analis junior di Departemen Laboratorium Pengujian Rutin PT.X
menghasilkan bobot kriteria dan sub kriteria penilaian kinerja. mempertimbangkan 8 (delapan) hal, yaitu kehadiran yang terdiri
Berdasarkan pengolahan data, pencapaian target kerja merupakan dari ketepatan waktu (0,034) dan jumlah kehadiran (0,014);
kriteria yang memiliki bobot terbesar, yaitu 0,248. Kemudian pencapaian target kerja yang terdiri dari pemenuhan deadline
diikuti oleh kriteria ketelitian kerja dengan bobot 0,198; kriteria (0,124), menerima tanggung jawab (0,044), dan pengoptimalan
berpikir analitis dengan bobot 0,181; kriteria kerjasama dengan penggunaan pereaksi/bahan kimia (0,079); ketelitian kerja yang
bobot 0,110; kriteria proaktif dengan bobot 0,086; kriteria empati terdiri dari perhatian terhadap K3 (0,052), perhatian terhadap
dengan bobot 0,086; kriteria kehadiran dengan bobot 0,048; dan kejelasan informasi (0,032), perhatian terhadap keterawatan
kriteria fleksibilitas dengan bobot 0,045. instrumen/alat penunjang kerja (0,044), dan perhatian terhadap
dokumentasi data (0,070); proaktif yang terdiri dari
Berdasarkan analisa data pada sub kriteria yang diteliti, mengantisipasi masalah (0,046), melakukan inovasi demi
menunjukkan bobot global sub kriteria yang menjadi indikator kemajuan organisasi (0,013), dan mengembangkan keterampilan
untuk penilaian kinerja. Sub kriteria dengan bobot terbesar adalah dan pengetahuan (0,027); empati yang terdiri dari respon terhadap
sub kriteria pemenuhan deadline dengan bobot 0,124; diikuti rekan kerja (0,042) dan mengendalikan emosi (0,044); kerja sama
dengan sub kriteria menetapkan prioritas pekerjaan berdasarkan (kelompok/organisasi) yang terdiri dari manajemen tim yang baik
tingkat kepentingan dengan bobot 0,091; mengenali penyebab (0,024), menjaga hubungan baik dengan tim (0,022), dan
suatu kejadian dengan bobot 0,091; pengoptimalan penggunaan mematuhi peraturan organisasi (0,064); berpikir analitis yang
pereaksi/bahan kimia dengan bobot 0,079; perhatian terhadap terdiri dari menetapkan prioritas pekerjaan berdasarkan tingkat
dokumentasi data dengan bobot 0,070; mematuhi peraturan kepentingan (0,091) dan mengenali penyebab suatu kejadian
organisasi dengan bobot 0,064; perhatian terhadap K3 (0,091); fleksibilitas yang terdiri dari beradaptasi terhadap
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dengan bobot 0,052; perubahan (0,031) dan fleksibilitas waktu untuk organisasi
mengantisipasi masalah dengan bobot 0,046; menerima tanggung (0,014). Simulasi penilaian kinerja analis junior 1 di departemen
jawab dengan bobot 0,044; perhatian terhadap keterawatan laboratorium pengujian rutin menunjukkan bahwa analis junior
instrumen/alat penunjang kerja dengan bobot 0,044; 1B paling layak untuk dipromosikan jika dibandingkan dengan
mengendalikan emosi dengan bobot 0,044; respon terhadap rekan analis junior 1A dan 1C. Hal ini membuktikan bahwa hasil
kerja dengan bobot 0,042; ketepatan waktu dengan bobot 0,034; penelitian ini adalah aplikatif dan dapat diusulkan untuk menilai
perhatian terhadap kejelasan informasi dengan bobot 0,032; kinerja karyawan analis junior 1 di Departemen Laboratorium
beradaptasi terhadap perubahan dengan bobot 0,031; Pengujian Rutin PT.X guna promosi jabatan. Hasil analisis pada
mengembangkan keterampilan dan pengetahuan dengan bobot penelitian ini perlu dianalisis dan dikaji lebih detail dan
0,027; manajemen tim yang baik dengan bobot 0,024; menjaga mendalam lagi pada penelitian berikutnya terutama pada
hubungan baik dengan tim dengan bobot 0,022; jumlah kehadiran beberapa kriteria dan sub kriteria yang merupakan harapan dari
dengan bobot 0,014; fleksibilitas waktu untuk organisasi dengan para karyawan/responden. Sehingga, dapat dievaluasi dalam
bobot 0.014; dan melakukan inovasi demi kemajuan organisasi rangka perbaikan secara berkelanjutan.
dengan bobot 0.013.
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil pengolahan data sub kriteria global, dapat
diketahui bahwa dalam menilai kinerja analis junior 1, [1] Wirawan. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Jakarta:
pemenuhan deadline adalah indikator terpenting, sedangkan Salemba Empat, 2009.
melakukan inovasi demi kemajuan organisasi merupakan [2] L.P. Sinambela. Kinerja Pegawai. Jakarta: Graha Ilmu,
indikator kinerja dengan bobot terkecil. Pada penelitian ini, rasio 2012.
konsistensi seluruh matriks perbandingan berpasangan [3] G. Dessler. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi
menunjukkan nilai yang konsisten, begitu pula dengan rasio Kesepuluh Jilid 2. Jakarta: Index, 2010.
konsistensi hirarkinya, sehingga penelitian dapat dilanjutkan ke [4] M. Manullang. Manajemen Personalia. Yogyakarta: Gajah
tahap selanjutnya, yaitu membentuk formulir penilaian kinerja Mada University Press, 2015.
dan melakukan simulasi penilaian kinerja. [5] T.L. Saaty dan L.G. Vargas. Models, Methods,Concepts and
Applications of the Analytic Hierarchy Process (Second
Setelah melakukan simulasi penilaian kinerja terhadap analis Edition). New York: Springer, 2012.
junior 1A, 1B, dan 1C, diperoleh hasil bahwa analis junior 1B
Rizka Shoumil Ilhami dan Dino Rimantho https://doi.org/10.25077/josi.v16.n2.p150-157.2017 156
RIZKA SHOUMIL ILHAMI DAN DINO RIMANTHO / JURNAL OPTIMASI SISTEM INDUSTRI - VOL. 16 NO. 2 (2017) 150-157
NOMENKLATUR
Review Jurnal 5