You are on page 1of 32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dasar Pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan pemidanaan

terhadap Fidelis Arie terkait Pendayagunaan Ganja sebagai

Kepentingan Medis dalam Putusan Pengadilan Negeri Sanggau No.

111/Pid.Sus/2017/PN. SAG.

1. Posisi Kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Sanggau No.

111/Pid.Sus/2017/PN. SAG.

1.1 Pihak yang berperkara :

Mengenai perkara pendayagunaan ganja sebagai kepentingan

medis dalam Putusan Pengadilan Negeri Sanggau dengan No.

111/Pid.Sus//2017/PN. SAG pihak yang didakwa adalah bernama lengkap

Fidelis Arie Sudewarto alias Nduk Anak Fx Surajiyo; tempat, tanggal lahir

di Sanggau, 24 April 1981; berjenis kelamin laki-laki; beragama katholik;

kewarganegaraan Indonesia; bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS);

bertempat tinggal di Jalan Jenderal Sudirman No. 28 RT. 1, RW. 1,

Kelurahan Bunut, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau. 58

1.2 Duduk Perkara

Kejadian tersebut bermula,59 Fidelis Arie adalah seorang suami dari

Yeni Riawati. Pada sekitar tahun 2013, Sang Istri tengah mengandung 5

bulan dan jatuh sakit hingga mengalami lumpuh kaki sebelah kanan

58
Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN. Sag, hlm. 1
59
Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN. Sag, hlm. 6
35
36

kemudian dirawat dirumah sakit umum Kabupaten Sanggau, ia dirawat

sekitar 1 pekan perawatan.

Kemudian tahun 2014, Sang Istri kembali jatuh sakit dan kedua

kakinya mengalami lumpuh dan dirawat di rumah sakit Antonius

Pontianak selama 14 hari dirawat, dikarenakan tidak ada kemajuan, Fidelis

membawa istrinya ke pengobatan alternatif, dan selama kurang lebih 1

bulan istri Fidelis dapat beraktifitas kembali. Namun, kira-kira November

2015, istri Fidelis kembali sakit, kemudian Fidelis membawa istrinya ke

Rumah Sakit Vincensius Singkawang hampir satu pekan istri Fidelis

dirawat namun tidak ada kemajuan. Lalu, kemudian istri dirujuk di RSUD

Soedarso dan dirawat kurang lebih 2 pekan dan tidak ada kemajuan.

Demi kesembuhan istrinya, Fidelis Arie mencari pengobatan

alternatif lainnya sampai mencari informasi di internet. Menurut informasi

yang ia dapatkan di internet, pengobatan penyakit yang diidap oleh istrinya

dapat menggunakan ekstrak ganja sebagai obatnya. Karena keputus-asaan

dan tidak mempunyai opsi lain, pihak rumah sakit juga tidak bisa

mengatasi penyakit istrinya, maka Fidelis mencari informasi untuk

mendapatkan atau membeli ganja tersebut.

Sekitar tahun 2016, Fidelis Arie di salah satu warung kopi

Terminal Bis Kabupaten Sanggau, ia bertemu seseorang yang mengaku

dapat membantu Fidelis untuk menyediakan ganja. Dan selanjutnya Fidelis

meminta untuk disediakan ganjanya, dan orang tersebut menyediakan 1

ons ganja dan ia meminta uang terhadap Fidelis sebanyak Rp. 900.000,00.
37

Kemudian selang 3 hari, Fidelis telah mendapatkan ganja tersebut, dan ia

mulai menanam ganja dengan berpedoman buku-buku ganja yang ia beli.

Setelah Fidelis bisa untuk menanam ganja tersebut, dan ganja pun

sudap dapat digunakan, Fidelis mempergunakan ganja tersebut kepada

istrinya. Alhasil, istrinya mengalami kemajuan, nafsu makan istri

bertambah. Akan tetapi berawal 19 Februari 2017, pukul 10.00 WIB,

Sudijarto, SH mendapat laporan dan informasi oleh masyarakat, bahwa

Fidelis telah menanam ganja dirumahnya. Setelah itu Sudijarto beserta Eko

Wahyudi dan Salbani bersama-sama sebagai saksi manghampiri rumah

Fidelis dan membawa Fidelis ke BNN Kabupaten Sanggau untuk

diinterogasi.

Fidelis mengakui perbuataannya atas dasar mengobati istrinya yang

mengidap penyakit Syringomyelia. Selanjutnya ganja yang ada di dalam

rumah Fidelis itu disita untuk membantu proses peradilan perkara Fidelis

tersebut.

1.3 Dakwaan

Bahwa dengan saksi Sudjiarto, SH yang membawa Fidelis untuk

diperiksa dan diinterogerasi dan pada saat itu Fidelis mengakui sengaja

menanam ganja untuk pengobatan istrinya.60

Kemudian, berdasar dengan Laporan Hasil Pengujian Badan POM

Nomor : LP-17.098.99.20.06.0004.K tanggal 21 Februari 2017 yang dibuat

dan ditanda-tangani atas sumpah jabatan oleh Dra. Ketut Ayu Sarwetini,

Apt NIP. 196308031991032001 Kepala Bidang Pengujian Produk

60
Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN. Sag, hlm. 8
38

Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen

Balai Besar POM di Pontianak (selaku Manajer Teknis I), dengan hasil : 6

barang daun, bunga, biji berwarna hijau diduga Narkotika jenis ganja

(yang disihkan dari 39 batang pohon ganja yang disita berat Netto 6,2255

gram mengandung ganja, dan 1 botol cairan kental warna coklat diduga

Narkotika jenis ganja berat brutto 36,7520 gram mengandung ganja. 61

Kemudian, berdasarkan hasil tes urine oleh BNNK Sanggau

tertanggal 20 Februari 2017, yang ditanda tangani oleh Kepala BNNK

Sanggau Ngatiya, SH, MH, a.n Fidelis Arie Sudewarto, berjumlah 6 panel

dengan hasil Negatif. Dan kepada a.n Yeni Riawati selaku istri Fidelis

dinyatakan Positif THC (+) & MET (+).62 Oleh karena itu, Jaksa Penuntut

Umum mengeluarkan dakwaan alternatif terhadap Fidelis, dakwaan

tersebut yaitu sebagai berikut.

- Pertama

Fidelis Arie Sudewarto, di dakwa sebagaimana diatur dalam

Pasal 113 ayat (2) UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,

yang berbunyi :

“Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor,


mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan I
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk tanaman
beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima)
batang pohon dan menggunakannya di luar kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi tanpa
dilengkapi dengan surat ijin yang sah dari pejabat yang
berwenang.”

61
Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN. Sag, hlm. 9
62
Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN. Sag, hlm. 10
39

- Kedua

Fidelis Arie Sudewarto, di dakwa sebagaimana diatur dalam

Pasal 111 (2) UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,

yang berbunyi :

“Dalam hal telah melakukan perbuatan menanam,


memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau
menyediakan Narkotika Golongan 1 dalam bentuk tanaman
beratnya melebihi 1 kilogram atau melebihi 5 batang pohon
dan menggunakannya di luar kepentingan pengembangan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi tanpa dilengkapi dengan
surat ijin yang sah dari pejabat yang berwenang.”

- Ketiga

Fidelis Arie Sudewarto, di dakwa sebagaimana diatur dalam

Pasal 116 ayat (1) UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,

yang berbunyi :

“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum


menggunakan Narkotika Golongan I terhadap orang lain atau
memberikan Narkotika Golongan I untuk digunakan orang
lain dan menggunakannya di luar kepentingan pengembangan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi tanpa dilengkapi dengan
surat ijin yang sah dari pejabat yang berwenang.”

1.4 Keterangan Saksi

Jaksa Penuntut Umum untuk membuktikan dakwaannya, mereka

mengajukan saksi-saksi di persidangan perkara Fidelis Arie tersebut,

berikut adalah beberapa saksi yang telah diajukan :

1) Saksi Sudijarto, SH.63

63
Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN. Sag, hlm. 20-22
40

- Saksi menerangkan pada pokoknya dengan dibawah

sumpah, bahwa saksi mengerti jika ia diperiksa

sehubungan dengan penangkapan terhadap Fidelis yang

telah dilakukannya berkaitan dengan tindakan penanaman

ganja tersebut;

- Bahwa saksi mengetahui tindakan terdakwa Fidelis

berdasarkan informasi dari masyarakat;

- Bahwa saksi mengetahui jika berdasarkan tes urine yang

dilakukan di kantor Kesbangpol, yang terbukti positif

pengguna narkotika hanya dua dan terdakwa Fidelis

terbukti negatif;

- Bahwa saksi menemukan tanaman pohon ganja yang

telah ditanam oleh terdakwa Fidelis didalam rumahnya.

Selain itu saksi juga menemukan buku-buku mengenai

tanaman ganja tersebut;

- Bahwa saksi mendapatkan keterangan dari terdakwa jika

tanaman ganja tersebut digunakan untuk mengobati

istrinya dan saksi juga mengetahui jika istri terdakwa

sakit keras dengan terbaring disalah satu kamar rumah

terdakwa;

- Bahwa dalam menggunakan ganja untuk mengobati

istrinya, terdakwa mengoleskan ektrak ganja pada bagian

luka yang ada pada tubuh istrinya;


41

- Bahwa dalam hasil penyelidikan tidak ditemukan bahwa

ganja tersebut dijual kepada orang lain maupun dipakai

oleh terdakwa Fidelis, melainkan tanaman ganja tersebut

ditanam oleh terdakwa hanya semata-mata untuk

pengobatan istrinya yang sakit;

- Bahwa terdakwa mendapatkan bibit ganja tersebut dengan

cara membeli dari seseorang melalui internet;

- Bahwa terdakwa tidak melakukan izin kepada pihak yang

berwenang terkait penanaman ganja;

- Bahwa istri terdakwa meninggal setelah terdakwa Fidelis

telah ditahan selama sebulan.

2) Saksi Klara Arinta64

- Bahwa saksi merupakan adik kandung dari terdakwa

Fidelis;

- Bahwa saksi mengetahui terdakwa menanam ganja

dirumah setelah petugas BNN Sanggau datang kerumah

dan menjelaskan bahwa tanaman tersebut adalah ganja;

- Bahwa pada 19 Februari 2017, sebelum petugas dari

BNNK Sanggau datang ke rumah terdakwa saksi sudah

disuruh terdakwa melalui telepon untuk mencabut dan

membuang tanaman ganja tersebut.

- Bahwa saksi tidak pernah melihat ada orang asing yang

berkunjung ke rumah terdakwa;

64
Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN. Sag, hlm. 22-23
42

- Bahwa terdakwa tidak pernah cerita pada saksi bahwa

tanaman yang ditanamnya tersebut tanaman ganja hanya

dia pernah bilang bahwa tanaman yang ditanamnya

tersebut adalah tanaman obat.

Keterangan saksi-saksi tersebut dibenarkan oleh terdakwa Fidelis.

Kemudian, dalam proses persidangan terdakwa telah mengajukan

beberapa saksi-saksi yang meringankan yaitu sebagai berikut :

1) Saksi Antonius65

- Bahwa saksi adalah atasan dari terdakwa di Kesbangpol;

- Bahwa terdakwa selama bekerja tidak pernah punya

masalah dengan pegawai lain dan mempunyai pribadi

yang baik;

- Bahwa pada tahun 2016 kantor saksi pernah melakukan

tes urine atas inisiatif sendiri kemudian dalam tes urine

ada dua pegawai yang dinyatakan positif menggunakan

dan itu tidak termasuk dengan terdakwa;

- Bahwa dua orang yang dinyatakan positif sebagai

pengguna Narkotika tersebut tidak ada hubungannya

dengan terdakwa;

- Bahwa saksi mengetahui jika istri terdakwa mengalami

sakit keras dan menyarankan kepada terdakwa untuk

mencari obat alternatif;

65
Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN. Sag, hlm. 27
43

- Bahwa terdakwa Fidelis pernah menyampaikan kepada

saksi jika terdakwa menanam ganja sebagai pengobatan

istrinya.

2) Saksi Trizna Rizano 66

- Bahwa saksi merupakan ketua RT di lingkunngan rumah

terdakwa;

- Bahwa saksi mengetahui jika istri terdakwa Fidelis

mengalami sakit keras, dan saksi pernah menjenguknya.

Namun yang mengetahui persis luka dibagian belakang

tubuh istrinya terdakwa adalah istri saksi, karena istri

masuk dalam kamar istrinya;

- Bahwa saat penangkapan terdakwa saksi berada diluar

dan tidak menyaksikan;

- Bahwa saksi tidak tahu bahwa terdakwa menanam

tanaman ganja dan tidak ada tanda-tanda mencurigakan

dari terdakwa.

1.5 Tuntutan Penuntut Umum

Fidelis dituntut oleh Jaksa Penuntut Umum selama 5 bulan pidana

penjara dipotong tahanan dan denda Rp. 800.000.000,00 subsidair 1 bulan

penjara. Berdasar pasal 111 ayat (2) Undang-Undang No. 35 Tahun 2009

tentang Narkotika, yang menyatakan bahwa Fidelis Arie Sudewarto

bersalah dan meyakinkan melakukan tindak pidana “menanam

66
Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN. Sag, hlm. 27-28
44

Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman yang beratnya 1 kilogram

dan melebihi 5 buah batang tananam pohon. 67

Jaksa menuntut Fidelis dengan dasar, dengan uraian fakta-fakta

hukum dalam persidangan, perbuatan Fidelis dirasa memenuhi unsur dari

dalam rumusan pasal 111 (2) UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Dan selain itu, penuntut umum memberikan dakwaan alternatif kepada

Fidelis, yang pada penerapannya jika telah diketemukan dalam fakta-fakta

hukum dan berdasarkan bukti-bukti, maka penuntut umum hanya dapat

memilih satu diantara ketiga dakwaan tersebut. Karena dakwaan alternatif

diberlakukan jika terjadi keraguan oleh Jaksa Penuntut Umum.

1.6 Pembelaan Penasihat Hukum

Bahwa atas tuntutan penuntut umum tersebut, Penasihat hukum

Fidelis mengajukan pembelaan secara tertulis sebagai berikut. 68

- Menyatakan Fidelis Arie Sudewarto, tidak terbukti secara sah

terlibat sebagai penyalahguna, pengedar, dan perdagangan

narkoba sebagaimana dituntut oleh penuntut umum berdasarkan

pasal 111 ayat (2) UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika;

- Menyatakan bahwa perbuatan Fidelis Arie menanam ganja untuk

mengobati istrinya adalah suatu perbuatan yang tergolong sebagai

Overmacht sebagaimana diatur dalam Pasal 48 KUHP 69, agar

dapat menjatuhkan Putusan Bebas Murni kepada terdakwa Fidelis

Arie Sudewarto;

67
Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN. Sag, hlm. 2
68
Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN. Sag, hlm. 5
69
Pasal 48 KUHP berbunyi : “Barangsiapa yang melakukan perbuatan dengan pengaruh
daya paksa, maka tidak dipidana.”
45

- Memulihkan nama baik terdakwa dalam harkat dan martabat di

masyarakat;

- Meminta seluruh barang bukti :

 1 buah handphone warna hitam merk Lenovo Tab 2 A7

 1 buah Kartu Tanda Penduduk atas nama Fidelis Arie

Sudewarto.

Dikembalikan pada Terdakwa.

- Membebankan biaya perkara terhadap Negara.

Bahwa penuntut umum berdasarkan pembelaan penasihat hukum,

penuntut umum telah menanggapinya secara lisan dan penasihat hukum

terdakwa menyatakan tetap pada pembelaannya.70

1.7 Putusan Hakim

Berdasarkan tuntutan Jaksa Penuntut Umum, Majelis Hakim

berpendapat lain, Majelis Hakim memutuskan bahwa, tindakan Fidelis

terbukti secara sah melanggar pasal 116 ayat (1)71 Undang-Undang No. 35

Tahun 2009 tentang Narkotika sebagaimana telah didakwakan alternatif

oleh Jaksa Penuntut Umum berdasarkan fakta-fakta yang telah diuraikan.

Berikut adalah pertimbangan-pertimbangan hakim yang

memberatkan terdakwa Fidelis Arie untuk dipidana :

- Menimbang, bahwa Undang-Undang No. 35 Tahun 2009

tentang Narkotika tidak memberikan definisi yang jelas tentang

70
Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN. Sag, hlm. 6
71
Pasal 116 ayat (1) UU Narkotika berbunyi : “Setiap orang yang tanpa hak atau
melawan hukum menggunakan Narkotika Golongan I terhadap orang lain atau
memberikan Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
46

apa yang dimaksud dengan setiap orang, namun demikian

terminology setiap orang yang disini tidak lain merupakan

padanan kata dari barangsiapa yang biasa dipergunakan dalam

rumusan delik KUHP yang merupakan subyek hukum yaitu

orang atau manusia yang memiliki hak dan kewajiban dalam

lapangan hukum, subyek hukum mana yang dimintai

pertanggung jawaban dalam hal subyek hukum ter sebut

melakukan tindak pidana;72

- Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim memeriksa secara

seksama seluruh berkas perkara ini, ternyata terdakwa tersebut

merupakan orang yang dimaksud oleh Penuntut Umum dalam

surat dakwaannya, dengan demikian dalam surat dakwaannya

tidak terjadi Error Inpersona dalam perkara ini, selain itu pada

proses pemerikasaan, terdakwa Fidelis dapat menjawab dengan

tegas semua pertanyaan yang diajukan kepadanya baik dari

Majelis Hakim. Untuk itu, majelis hakim berpendapat unsur

setiap orang dapat terpenuhi;

- Menimbang, bahwa dalam uraian fakta-fakta dan bukti-bukti

perkara, didapati kesimpulan jika benar terdakwa telah

menggunakan Narkotika Golongan I jenis tanaman yaitu ganja

kepada istrinya dengan cara mengoleskan ekstrak dan minyak

ganja tersebut ke luka yang diderita istri terdakwa dan

mencampur ganja tersebut kedalam minuman istri terdakwa

72
Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN. Sag, hlm. 47
47

dengan demikian menurut Majelis Hakim unsur ini telah

terpenuhi;73

- Menimbang, bahwa dalam persidangan didapati fakta bahwa

Narkotika Golongan I yang digunakan terdakwa terhadap

istrinya tersebut bertujuan untuk mengobati istri terdakwa yang

menderita sakit Srynglomelia, namun walaupun demikian

perbuatan terdakwa tersebut tidak dapat dibenarkan karena

sebagaimana telah dijelaskan bahwa Narkotika Golongan I

dilarang untuk kepentingan pelayanan kesehatan, berdasarkan

fakta-fakta tersebut, Majelis Hakim menyimpulkan bahwa unsur

melakukan tanpa hak dan perbuatan melawan hukum telah

terpenuhi dan terbukti secara hukum; 74

- Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari pasal 116 ayat

(1) Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika telah

terpenuhi, maka terdakwa secara sah terbukti bersalah dan

melawan hukum dan harus mempertanggungjawabkannya;

- Menimbang, bahwa terhadap pembelaan penasihat hukum

terdakwa yang menyatakan perbuatan menanam ganja oleh

terdakwa dilakukan karena adanya Overmacht dan terhadap

pembelaannya penasihat hukum meminta untuk tidak dipidana,

Namun, majelis hakim berpendapat lain karena menurut Majelis

Hakim selama persidangan penasihat hukum terdakwa tidak

pernah mendatangkan Ahli dalam bidang medis sehingga tidak

73
Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN. Sag, hlm. 50-51
74
Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN. Sag, hlm. 52
48

dapat menguatkan pembelaannya tersebut, oleh karena itu,

majelis hakim menilai perbuatan terdakwa tidak masuk dalam

kategori Overmacht;75

Selain pertimbangan yang memberatkan, Majelis Hakim juga

mempertimbangkan unsur yang meringankan, yaitu sebagai berikut :

- Menimbang, bahwa terdakwa menggunakan ganja untuk

mengobati istrinya yang menderita sakit Syringmelia dan

terdakwa telah berupaya mengobati istrinya melalui tindakan

medis formal tetapi tidak kunjung membaik;

- Menimbang, bahwa terdakwa tidak pernah menjual,

mengedarkan, atau menggunakan ganja tersebut untuk dirinya

sendiri dengan bukti berdasarkan tes urine yang hasilnya negatif,

dan terdakwa mengakui perbuatannya, selain itu saat terdakwa

menjalani masa tahanan, istri terdakwa meninggal dunia. 76

Perkara Fidelis ini dalam proses musyawarah oleh Majelis Hakim

untuk memutuskan telah terjadi dissenting opinion. Yaitu perbedaan

pendapat antara lebih tepat mendahulukan unsur kepastian hukum atau

keadilan hukum. Kemudian, hakim sepakat untuk mendahulukan unsur

keadilan dengan hasil vonis terhadap terdakwa lebih tinggi dari tuntutan

Penuntut Umum, namun tetap di bawah minimum khusus, yakni pidana

penjara selama 8 bulan dan pidana denda sebanyak Rp. 1.000.000.000,-

jika tidak bisa dibayar diganti penjara selama 1 bulan.

75
Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN. Sag, hlm. 53-54
76
Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN. Sag, hlm. 55
49

2. Analisis Pertimbangan Hakim dalam Putusan Pengadilan Negeri

Sanggau No. 111/Pid.Sus/2017/PN. SAG berdasarkan Undang-

Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Berdasarkan uraian pertimbangan Majelis Hakim tersebut, perlu

kita analisa, apakah pertimbangan hakim tersebut telah sesuai dengan

sebagaimana mestinya. Majelis Hakim berpendapat jika perbuatan Fidelis

terbukti secara sah dan melawan hukum pada pasal 116 ayat (1) Undang-

Undang No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Dalam pasal tersebut hal-

hal atau unsur-unsur yang harus dibuktikan dan terpenuhi adalah :77

Unsur Subyektif :

- Setiap orang.
- Secara tanpa hak dan melawan hukum.

Unsur Obyektif :

- Menggunakan Narkotika Golongan I terhadap orang


lain dan/atau memberikan Narkotika Golongan I
terhadap orang lain.

Analisis poin pertama, bersesuaian dengan pertimbangan Majelis

Hakim yang mengatakan :

“Menimbang, bahwa UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika


tidak mendefinisikan terkait arti dari kata setiap orang, namun hal
tersebut dapat diartikan sebagaimana yang tertera dalam KUHP
yang berbunyi barangsiapa yang dapat merumuskan suatu delik dan
merupakan subjek hukum yang mempunyai definisi sebagai orang
yang memiliki hak dan kewajiban dalam lapangan hukum dan
dapat dimintai pertanggungjawaban pidana jika ia melakukan suatu
tindak pidana.”

Unsur setiap orang mempunyai makna bahwa manusia merupakan

subjek hukum pidana yang mampu bertanggung jawab dan dapat

77
Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN. Sag, hlm. 47
50

dipertanggung jawabkan secara hukum atas apa yang telah dilakukannya. 78

Kemudian, menurut MvT (Memorie van Toelichting) didalam buku

karangan Masruchin Ruba’I, unsur setiap orang dapat diartikan dan

dimaknai bahwa suatu tindak pidana hanya bisa dilakukan oleh manusia. 79

Dan menurut Masruchin Ruba’I, mengenai setiap orang adalah orang yang

melakukan perbuatan itu berdasarkan kesalahan. 80 Maka dari itu,

berdasarkan pendapat-pendapat ahli diatas, pengertian setiap orang adalah

semua orang yang secara sadar melakukan tindakan, dan tidak memandang

status atau unsur pembeda yang lainnya.

Jadi semua orang yang telah terbukti secara sah dan melanggar

peraturan yang berlaku, harus mempertanggungjawabkan perbuatannya

tersebut dan pertanggungjawabannya berupa sanksi. Dalam unsur setiap

orang ini, tentu harus memenuhi syarat agar dapat diberikan sanksi bagi

pelanggarnya, yaitu : 81

1) Kesalahan/ schuld;
2) Pertanggungjawaban pidana pada diri si pembuat.

Mengenai unsur tersebut jika memperhatikan unsur kesalahan,

Masruchin Ruba’I merumuskan syarat dari unsur kesalahan tersebut salah

satunya, tidak adanya alasan penghapus kesalahan berupa alasan

78
Mohammad Periansyah Arifin, Penjatuhan Pidana Penjara Bagi Korban
Penyalahgunaan Narkotika Golongan I (Analisa Putusan Pengadilan Negeri Kabupaten
Bangkalan No: 14/Pid. B/2014/PN. Bkl), Skripsi tidak diterbitkan, Malang, Fakultas Hukum,
Universitas Brawijaya, 2015, hlm. 55
79
Masruchin Ruba’i, Buku Ajar Hukum Pidana, Banyumedia Publishing, Malang,
2014, hlm. 52
80
Ibid, hlm. 88
81
Zuleha, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Deeppublish, Yogyakarta, 2017, hlm. 8
51

pembenar. Jika unsur dalam kesalahan tidak terpenuhi salah satu, maka

orang tersebut tidak dapat dikatakan bersalah dan tidak dapat dipidana. 82

Dalam perkara Fidelis Arie berdasarkan fakta persidangan, ia

merupakan pihak tunggal yang berperkara langsung atau pleger yang dapat

dikuatkan dalam pengakuan Fidelis saat menjalani proses persidangan.

Fidelis mengakui telah melakukan perbuatannya dan ia sadar jika

perbuatannya adalah salah dimata hukum, khususnya dalam Undang-

Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Akan tetapi, berdasarkan

unsur kesalahan perbuatan Fidelis ini, ia melakukan perbuatan tersebut

dengan maksud untuk mengobati dan dalam fakta persidangan perbuatan

Fidelis didasari dengan unsur keterpaksaan. Oleh sebab itu, unsur setiap

orang dalam perkara Fidelis menurut pendapat penulis berdasarkan uraian

diatas, tidak sepenuhnya terbukti, karena kemampuan bertanggungjawab

Fidelis terhadap perbuatan tersebut bertameng dengan alasan pemaaf,

walaupun Fidelis melakukan perbuatan tersebut dalam keadaan sadar dan

merupakan pelaku utama dalam penggunaan ganja sebagai kepentingan

kesehatan yang digunakan oleh istrinya.

Kemudian analisis poin kedua, dalam hal ini Majelis Hakim tidak

memasukkan pertimbangan terkait sisi melawan hukumnya, sedangkan

Ahli yang didatangkan dalam persidangan oleh Penasihat Hukum untuk

memperingan perbuatan Fidelis yang bernama DR. Sy. Asyim

Azizurrahman, SH, M. Hum yang pada intinya berpendapat :83

82
Masruchin Ruba’i, Op.Cit, hlm. 92
83
Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN. Sag, hlm. 35
52

“Bahwa perbuatan penyalahgunaan Narkotika harus didasari tujuan


dari si pelakunya, jika mempunyai niat untuk mengobati, maka hal
tersebut tidak adil jika dapat dipidana, dan perbuatan
penyalahgunaan Narkotika harus bersesuaian dengan Niat jahat
yang ada dalam tujuan perbuatannya dalam keadaan sadar maupun
tidak disadari.”

merujuk pada pendapat Simons didalam buku karangan Eddy O.S

Hiariej pengertian melawan hukum dapat dimaknai sebagai bahwa ada

perbuatan yang bertentangan dengan hukum. 84 Seperti yang penulis

kemukakan sebelumnya, unsur melawan hukum dibagi menjadi 2 sifat,

yaitu sifat melawan hukum formil dan sifat melawan hukum materiil.

Jika kita kembali kepada permasalahan Fidelis, menurut penulis

perbuatan Fidelis secara melawan hukum materiil tidak terbukti, karena

tujuan dari Fidelis untuk menanam ganja didasari oleh ingin mengobati

istrinya yang mengidap penyakit Srynglomelia. Istri Fidelis sudah

beberapa kali manjalani perawatan medis di rumah sakit, tetapi tidak ada

perkembangan atau kemajuan terkait penyakitnya. Perbuatan Fidelis

dinilai patut untuk dilakukan, karena Fidelis merupakan suami sah dari

Yeni Riawati, dan dilakukan demi keselamatan istrinya.

Akan tetapi, jika melihat dari sisi sifat melawan hukum formil,

perbuatan Fidelis telah memenuhi unsur dari rumusan delik dalam norma

yang terkait, karena ganja itu sendiri merupakan tumbuhan narkotika yang

bersifat illegal dan tidak diperbolehkan untuk pelayanan kesehatan.

Berdasarkan ketentuan yang tertuang didalam Undang-Undang Kesehatan,

pihak yang berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan

84
Eddy O.S Hiariej, Op.Cit, hlm. 190
53

adalah tenaga kesehatan. 85 Tentu saja Fidelis tidak berhak untuk

melakukan tindakan pengobatan terhadap istrinya. Tindakan pengobatan

merupakan tindakan yang dapat diselenggarakan oleh dokter, dan selain itu

tindakan pengobatan masuk dalam kategori pelayanan kesehatan yang

terdapat didalam Undang-Undang tentang Praktik Kedokteran.86

Pada fakta persidangan, Dokter yang merawat istri Fidelis

menyatakan bahwa upaya yang dapat dilakukan hanya operasi, namun

kondisi istri Fidelis tidak memungkinkan untuk dioperasi. Maka dari itu,

istri Fidelis tersebut tidak ditangani medis lagi dan dibawa pulang ke

rumah.87 Kondisi seperti ini yang membuat Fidelis terdesak, dan

berdasarkan informasi yang ia dapatkan di Internet, terdakwa Fidelis

mencoba mengkonsultasikan mengenai penggunaan ganja untuk

pengobatan kepada Dokter Puskesmas, namun Dokter menjawab bahwa ia

tidak mengerti mengenai kandungan ganja, dan akses untuk mendapatkan

ganja sebagai pengobatan.88

Kemudian, Ganja juga hanya diperbolehkan untuk pengembangan

ilmu pengetahuan, sesuai dengan pasal 8 UU No. 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika. Perbuatan Fidelis ini, tidak berdasarkan izin, walaupun sesuai

faktanya Fidelis mengakui perbuatannya secara sadar. Namun, perbuatan

Fidelis tersebut tidak serta merta dapat terbukti sifat melawan hukum

formilnya, karena didasari dengan alasan-alasan penghapus pidana. Jika

85
Lihat Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
86
Lihat Pasal 39 Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
87
Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN. Sag, hlm. 45
88
Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN. Sag, hlm. 39
54

demikian, maka sifat melawan hukum formil dapat dinyatakan tidak

terbukti.89

Oleh sebab itu, penulis tidak sependapat dengan pertimbangan

hakim yang menyatakan secara mutlak perbuatan Fidelis terbukti secara

sah dan melawan hukum dan penulis berpendapat jika perbuatan Fidelis

tidak terbukti terkait sisi melawan hukumnya, karena berdasarkan

keterangan diatas secara sifat melawan hukum formil dan materiil,

perbuatan Fidelis secara sifat melawan hukum materill tidak terbukti dan

dapat dibenarkan dengan didasari oleh pendapat Eddy O.S Hiariej, yang

menyatakan bahwa jika perbuatan yang dilakukan melanggar hukum

tertulis, tapi dalam nilai keadilan dan kepatutan dalam masyarakat

dibenarkan, maka perbuatan tersebut bukan merupakan tindak pidana dan

menjadi alasan pembenar.90 Kemudian berdasarkan sisi sifat melawan

hukum formil, perbuatan Fidelis tidak dapat dikatakan terbukti, karena

perbuatan Fidelis tersebut didasari dengan unsur daya paksa/overmacht

dan tidak ada unsur kejahatan didalamnya.

Analisis poin ketiga, bersesuaian dengan fakta persidangan,

perbuatan Fidelis terjadi karena adanya unsur daya paksa. Hal tersebut,

menjadi pokok pertimbangan oleh Majelis Hakim, karena pernyataan

overmacht telah disampaikan oleh Penasihat Hukum terdakwa Fidelis

dalam nota pembelaannya (pleidoi).91 Menurut Moeljatno, Perbuatan daya

paksa atau overmacht adalah perbuatan pidana yang dipengaruhi oleh

89
Masruchin Ruba’i, Op.Cit, hlm. 62
90
Admin Justitia Law Firm & Co., Ajaran Sifat Melawan Hukum,
justicialawfirm.or.id, 12 April 2017, http://www.justitialawfirm.or.id/index.php/81-ajaran-sifat-
melawan-hukum Diakses tanggal 19 Maret 2018
91
Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN. Sag, hlm. 53
55

dimana fungsi bathinnya tidak dapat bekerja secara normal karena dalam

tekanan dari luar, orang itu dapat dimaafkan kesalahannya. 92 Kemudian

perbuatan daya paksa atau overmacht dalam keadaan darurat menurut

Wirjono Prodjodikoro, merupakan perbuatan yang terjadi karena adanya

terbenturnya antara dua kepentingan, yaitu kepentingan dikorbankan dan

kepentingan diselamatkan.93 Daya paksa merupakan salah satu alasan

penghapus pidana dan dianggap alasan pembenar. Alasan pembenar adalah

perbuatan pelanggar tersebut telah hapus perbuatan melawan hukumnya,

namun telah memenuhi unsur delik.94 Dalam perkara Fidelis ini, penasihat

hukum menyinggung adanya perbuatan overmacht dalam perbuatan

penggunaan ganja terhadap istri Fidelis, tetapi Majelis Hakim berpendapat

jika dalam perkara ini tidak bersinggungan dengan perbuatan overmacht

karena penasihat hukum Fidelis dinilai tidak dapat membuktikan dengan

tidak mendatangkan ahli medis. Oleh karena itu, Majelis Hakim

menentang bahwa perbuatan Fidelis tersebut bukan merupakan overmacht.

Berkaitan dengan unsur daya paksa tersebut, penulis tidak

sependapat dengan pertimbangan hakim yang menyatakan Fidelis terbukti

secara sah dan melawan hukum tanpa mempertimbangkan keadaan

memaksa yang dialami Fidelis Arie tersebut. Karena merujuk kepada

pendapat, Moeljatno, jika perbuatannya dapat terbukti mengandung unsur

daya paksa, maka hakim tidak boleh untuk memidanakan atau

menjatuhkan pidana, selain itu pendapat Vos. Jonkes dan Langemeyer, jika

92
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta, 1987, hlm. 142
93
Wirjono Projodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, PT. Refika Aditama,
Bandung, 2003, hlm. 90
94
Ismu Gunadi dan Jonaedi Effendi, Cepat & Memahami Hukum Pidana “Edisi 1”,
Kencana, Jakarta, 2014, hlm. 87
56

dalam hal terbukti melakukan perbuatan dengan kondisi terpaksa, maka

terdakwa harus dilepas (Onstlag van recth-vervolging).95 Karena dalam

faktanya perbuatan Fidelis memang didasari motif untuk mengobati, dan

Fidelis merasa tidak ada alternatif lain untuk mengobati istrinya. Dan

melalui media ganja, menurut keterangan Fidelis sendiri, istri pun

mengalami kemajuan, nafsu makan istri mulai bertambah, dan itu senada

dengan kandungan yang ada didalam ganja itu sendiri.

Majelis Hakim menyatakan bahwa perbuatan Fidelis, bukan

termasuk perbuatan overmacht, karena tidak adanya bukti yang cukup

untuk menggambarkan secara fakta bahwa Fidelis adalah Overmacht dan

perbuatannya tersebut dinilai terbukti secara sah melawan hukum,

pernyataan Majelis Hakim dapat disalahkan, karena hakim berhak untuk

menggali fakta sehingga mendapatkan sebuah petunjuk/ keyakinan hakim.

Sesuai dengan pasal 5 ayat (1) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009

tentang Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi:

“Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan


memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam
masyarakat.”

Menurut pendapat penulis, Majelis Hakim yang menangani perkara

Fidelis ini, terbilang tidak sesuai dengan sebagaimana fungsi dan tugas

pokoknya. Dalam menggali suatu fakta, Majelis Hakim menafsirkan

sebuah norma hukum yang berkaitan dengan kasus Fidelis dirasa kurang

tepat, karena hakim diwajibkan menggali suatu norma hukum dengan

didasari rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Bersesuaian dengan

95
Moeljatno, Op.Cit, hlm. 134
57

pendapat Sadriyah Mansur, pengambilan suatu putusan dalam perkara,

disamping memperhatikan unsur legalitas, juga menitikberatkan pada

keadilan moral dan keadilan masyarakat sebab hakim bukanlah algojo

dalam penegakan hukum, dan keadilan bukan hanya hak masyarakat

apalagi hak pengamat atau LSM, namun keadilan juga hak mereka (para

terdakwa) dan hakim bukanlah terompet Undang-Undang. 96

Berdasarkan uraian-uraian diatas, penulis tidak sependapat dengan

pertimbangan hakim yang menyatakan Fidelis Arie tidak terbukti unsur

daya paksanya/overmacth. Karena unsur daya paksa dalam perbuatan

Fidelis dapat dilihat berdasarkan keterangan saksi maupun keterangan

terdakwa sendiri, yang menyatakan bahwa perbuatan tersebut terjadi

karena untuk mengobati dan Fidelis melakukan perbuatan tersebut didalam

tekanan bathin yang dimana penyakit istrinya tersebut tidak ada obatnya.

Seharusnya Majelis Hakim mempertimbangkan berdasarkan alasan-alasan

pembenaran dalam perbuatan Fidelis tersebut, sehingga Fidelis dapat

dinyatakan lepas dari segala tuntutan.

Kemudian analisis poin keempat, yaitu unsur menggunakan

Narkotika Golongan I terhadap orang lain dan/atau memberi Narkotika

Golongan I terhadap orang lain. Sesuai dengan fakta terjadinya perkara

penggunaan ganja sebagai media obat yang dilakukan Fidelis terhadap

istrinya yang mengidap penyakit Syringomyelia, perbuatan menggunakan

terhadap orang lain dapat dibenarkan, dengan bukti pernyataan/keterangan

Fidelis yang mengakui bahwa ia menggunakan ganja untuk mengobati

96
Sadriah Mansur, Penjatuhan Di Bawah Ancaman Pidana Minimum dari Ketentuan
Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Madani Legal Review, Vol. 1 No. 1, 1
Juni 2017, hlm. 100
58

istrinya dan berdasarkan hasil tes urine oleh BNNK Sanggau tertanggal 20

Februari 2017, yang ditanda tangani oleh Kepala BNNK Sanggau Ngatiya,

SH, MH, a.n Fidelis Arie Sudewarto, berjumlah 6 panel dengan hasil

Negatif. Dan kepada a.n Yeni Riawati selaku istri Fidelis dinyatakan

Positif THC (+) & MET (+).97 Kemudian, perbuatan Fidelis berdasarkan

fakta terjadinya tidak hanya melakukan perbuatan menggunakan Narkotika

Golongan I berupa ganja terhadap orang lain saja, namun perbuatan Fidelis

juga memenuhi unsur dari pasal 111 ayat (2) Undang-Undang No. 35

Tahun 2009 tentang Narkotika, yang berbunyi :

“Dalam hal perbuatan menanam, memelihara, memiliki,


menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I
dalam bentuk tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang
pohon.”

Berdasarkan laporan dan informasi oleh masyarakat, bahwa Fidelis

telah menanam ganja, dan hal tersebut dapat dibuktikan dengan laporan

hasil pengujian BPOM Nomor : LP-17.098.99.20.06.0004.K tanggal 21

Februari 2017 yang dibuat dan ditanda-tangani atas sumpah jabatan oleh

Dra. Ketut Ayu Sarwetini, Apt NIP. 196308031991032001 Kepala Bidang

Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik dan

Produk Komplemen Balai Besar POM di Pontianak (selaku Manajer

Teknis I), dengan hasil : 6 barang daun, bunga, biji berwarna hijau diduga

Narkotika jenis ganja (yang disihkan dari 39 batang pohon ganja yang

disita berat Netto 6,2255 gram mengandung ganja, dan 1 botol cairan

kental warna coklat diduga Narkotika jenis ganja berat brutto 36,7520

97
Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN. Sag, hlm. 10
59

gram mengandung ganja. 98 Akan tetapi, perbuatan Fidelis tersebut tidak

didasari oleh motif kejahatan didalamnya, melainkan perbuatan Fidelis

hanya mutlak dengan tujuan mengobati istrinya, seperti yang telah

diuraikan oleh penulis sebelumnya.

Berdasarkan fakta kejadian tersebut, Fidelis mengaku mendapat

bibit ganja tersebut dari pengedaran gelap yang ditemuinya di salah satu

warung kopi di terminal bis sekitar bulan April 2016 dan ia diberikan bibit

ganja seberat 1 ons dengan harga Rp. 900.000,- dan kemudian Fidelis

mendapatkan ganja dengan ditempatkan disebuah paket, hal tersebut

terjadi setelah selang 3 hari dari kejadian sebelumnya. 99 Maka dari itu,

selain pasal menanam dan menggunakan terhadap orang lain, Fidelis juga

terjerat dalam pasal membeli, yang berbunyi : 100

“Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli,


menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, atau
menerima Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) yang dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu)
kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk
bukan tanaman beratnya 5 (lima) gram.”

Berdasarkan uraian diatas, menurut penulis perbuatan Fidelis

tersebut tidak hanya menanam dan mempergunakan narkotika golongan I

terhadap orang lain, dan penulis menilai pasal 114 ayat (2) yaitu salah satu

dalam rumusan pasal tersebut adalah membeli narkotika golongan I. Jika

hanya pasal menanam dan pasal menggunakan terhadap orang lain saja,

banyak menimbulkan pertentangan terhadap unsur-unsurnya, karena sesuai

penjabaran diatas perbuatan Fidelis dapat dibenarkan. Akan tetapi,

98
Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN. Sag, hlm. 9
99
Putusan Pengadilan Negeri Sanggai Nomor 111/ Pid.Sus/2017/PN. Sag, hlm. 39
100
Lihat Pasal 114 ayat (2) Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
60

menurut penulis pasal membeli juga dapat diberlakukan, karena sifat

melawan hukum materiil maupun formil dari perbuatan Fidelis tidak dapat

dibenarkan karena perbuatan Fidelis tersebut tidak patut untuk dilakukan,

sehingga seharusnya Fidelis izin dan membeli kepada instansi yang terkait

terlebih dahulu.

Perbuatan Fidelis juga dapat dinilai sebagai tindakan yang tidak

mendukung program Pemerintah, yang pada dasarnya undang-undang

narkotika bertujuan untuk mencegah penyalahgunaan narkotika dan

memberantas rantai pengedaran narkotika. Perbuatan Fidelis ini dapat

mengakibatkan hal yang merugi terhadap masyarakat, karena masih

terancam dengan kegiatan pengedaran gelap narkotika. Dengan demikian,

penulis berpendapat penjatuhan sanksi pidana kepada Fidelis dapat

dilakukan lebih efisien jika bertujuan untuk menuntut pertanggung

jawaban dari perbuatannya tersebut, dan didukung oleh keterangan saksi,

keterangan terdakwa beserta bukti-bukti yang ada dalam perkara ini,

Fidelis pun mengakui tindakan tersebut.

Pertimbangan Majelis Hakim dalam memvonis perbuatan Fidelis

tersebut, juga tidak bisa disalahkan secara mutlak. Karena hakim dalam

memeriksa dan memutus sebuah perkara harus berdasarkan dengan surat

dakwaan yang dikeluarkan oleh Jaksa Penuntut Umum. 101 Pada kasus

Fidelis ini, Jaksa Penuntut Umum mendakwa Fidelis dengan dakwaan

jenis alternatif, menurut pendapat Van Bammelen dalam buku Andi

Hamzah, isi dalam pokok dakwaan alternatif adalah masing-masing

101
Lihat Pasal 182 ayat (3) dan (4) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
61

dakwaan tersebut saling mengecualikan satu sama lain. Hakim dapat

mengadakan pilihannya secara bebas untuk membuktikan tanpa

mengurutkan dakwaan tersebut.102 Namun, Majelis Hakim juga dapat

dikatakan salah, karena seharusnya hakim kurang cermat dalam

memeriksa dan menggali sebuah norma dalam perkara Fidelis ini.

Analisis poin kelima, dalam hal menggali sebuah norma untuk

diterapkan oleh Majelis Hakim perkara Fidelis, tentu Majelis Hakim perlu

untuk menggunakan metode interpretasi. Bersesuaian dengan pendapat

Andi Hamzah, yang menyatakan bahwa para yuris pidana dalam praktik

tidak dapat menerapkan hukum pidana tanpa interpretasi.103 Menurut

Sudikno Mertokusumo, metode interpretasi bukan hanya metode yang

digunakan oleh hakim untuk menemukan sebuah hukum, melainkan dalam

menjabarkan alasan-alasan pertimbangan dalam memutus perkara kerap

digunakan metode interpretasi seperti gramatikal, teleologis, dsb.104

Majelis Hakim dalam perkara Fidelis ini, menyatakan bahwa dalam

menegakkan hukum harus memperhatikan 3 unsur, yaitu kepastian hukum,

kemanfaatan dan keadilan, arti adil itu sendiri menurut hakim adalah

tengah dan tidak menimbulkan keresahan terhadap masyarakat dan dalam

menerapkannya majelis hakim berpendapat jika kepastian tidak dapat

didahulukan karena terkesan kaku dan unsur yang terpenting dalam hukum

adalah keadilan hukum. 105

102
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana “Edisi Revisi”, Op.Cit, hlm. 181
103
Andi Hamzah, Hukum Pidana Indonesia, Op.Cit, hlm. 79
104
Sudikno Mertokusumo, Op.Cit, hlm. 170
105
Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN. Sag, hlm.55-56
62

Kemudian bersesuaian dengan pendapat ahli DR. Sy. Asyim

Azizurrahman, SH, M. Hum, yang menyatakan bahwa perbuatan

penyalahgunaan dari sisi asas kepatutan dan kemanfaatan harus dilihat,

apakah perbuatannya secara konstan bertentangan hukum atau tidak, dan

perbuatan tersebut telah mengesampingkan nilai-nilai hukum, maka dari

itu hal tersebut juga dapat bersinggungan dengan kepastian hukum. 106

Perkara Fidelis jika dinilai dari asas kepatutan yang hidup dalam

masyarakat, perbuatan Fidelis dianggap sah dan tidak melawan hukum,

karena ia menyalahgunakan tidak berdasar untuk menyalahgunakan demi

kejahatan dan keuntungan yang menimbulkan keresahan terhadap

masyarakat. Pernyataan tersebut dapat dikuatkan dengan pendapat Taufik

Makarao dkk, bahwa jika Narkotika digunakan sebagai kebutuhan

kesehatan tidak termasuk dalam kualifikasi penyalahguna narkotika. 107

Oleh karena itu, menurut pendapat penulis perbuatan Fidelis ini

seharusnya menjadi penghapus tuntutan pidana, sehingga dapat menjadi

putusan lepas.

Kemudian berdasarkan nilai keadilan, Majelis Hakim dalam

memutus perkara wajib untuk adil dan berimbang. Sesuai dengan apa yang

ada didalam judul setiap putusan, yaitu,108 “DEMI KEADILAN

BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”. Frasa ini

menurut pendapat penulis, memiliki arti bahwa setiap putusan atau

kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh hakim haruslah berdasarkan

106
Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN. Sag, hlm. 32-33
107
Moh. Taufik Makarao. Loc. Cit, hlm. 43-44
108
Lihat Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman
63

keyakinan nurani dan tidak melawan nilai-nilai yang ada dalam agama dan

masyarakat.

Berbicara keadilan, ada 2 macam keadilan yaitu keadilan

prosedural dan keadilan subtantif. 109 Terkait dengan perkara Fidelis,

sebaiknya keadilan subtantif yang lebih diutamakan. Karena dalam perkara

ini, apakah secara subtansi perbuatan Fidelis terbukti secara sah atau tidak.

Perbuatan Fidelis secara prosedural dalam norma yang ada atau tertulis

adalah terbukti melawan hukum, akan tetapi perlu kita telaah dan pahami

kembali terkait makna dari suatu norma tersebut.

Berdasarkan putusan perkara Fidelis, Majelis Hakim dalam

pertimbangannya telah terjadi dissenting opinion dalam musyawarah

Majelis Hakim terkait mengutamakan nilai Keadilan atau Kepastian

Hukum. Akan tetapi, Majelis Hakim tidak mempertimbangkan untuk

mendahulukan nilai yang ada dalam asas kemanfaatan dalam

pertimbangannya, Namun, jika kita melihat perkara Fidelis berdasarkan

fakta, asas yang patut untuk didahulukan adalah asas kemanfaatan. Karena

asas kemanfaatan bertujuan untuk memberikan kebahagiaan dan

kemanfaatan bagi masyarakat.110 Jika merujuk dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pada pasal 28 H ayat (1)

dan ayat (2) yang berbunyi :

“(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

109
Achmad Ali, Loc.Cit
110
Sudikno Mertokusumo, Op.Cit, hlm. 80
64

(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan


khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama
guna mencapai persamaan dan keadilan.”

Bunyi pasal tersebut menurut penulis, memiliki makna bahwa

setiap orang mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan kehidupan

yang sejahtera dan mendapatkan pelayanan kesehatan sehingga kualitas

hidupnya dapat terjamin guna mendapatkan manfaat yang berdasarkan dari

norma keadilan dalam bermasyarakat di Negara Indonesia. Hal tersebut

seharusnya menjadi salah satu tolok ukur Majelis Hakim dalam

menimbang perkara Fidelis, yang mana Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan konstitusi Negara Indonesia.

Dan berdasarkan dalam pengaturan Undang-Undang No. 35 Tahun 2009

tentang Narkotika, dalam menegakkan hukum permasalahan narkotika,

tidak boleh keluar dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.111

Perkara Fidelis ini, tidak terbukti ada indikasi kejahatan, melainkan

untuk mengobati istrinya, maka dari itu unsur penyalahguna narkotika

tidak dapat terbukti secara utuh. Karena perbuatan tersebut diperuntukkan

menyelamatkan nyawa istrinya. Jika kita melihat sisi keadilan dari segi

kemanfaatan dan kemanusiaan, perbuatan Fidelis dirasa tidak adil jika ia

dikenakan sanksi pidana penjara. Dan bersesuaian dengan keadaan sosial

dalam masyarakat secara global untuk saat ini, Komite Ahli Obat

Ketergantungan WHO (ECDD) menyatakan, bahwa ganja canabidiol tidak

memiliki potensi untuk menyebabkan kerusakan melainkan dapat

111
Lihat Pasal 2 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
65

digunakan untuk medis. 112 Negara maju khususnya Negara Belanda, telah

melegalkan ganja secara medis, dan yang berwenang melakukan

pengelolaan dan menyediakan ganja medis tersebut adalah Bureau

Medicinale Cannabis (BMC) yang dibawahi oleh Kementerian Kesehatan

Belanda, tentunya dengan pengawasan yang ketat dan hanya

diperuntukkan terhadap pasien tertentu saja. Dengan didasari dengan

hukum opium yang berlaku di Negara Belanda. 113 Maka dari itu, Negara

Indonesia perlu meninjau apakah untuk saat ini kandungan ganja tersebut

terdapat manfaat dan dapat dijadikan sebagai media pengobatan. Dengan

ini, penulis berpendapat jika perbuatan Fidelis dapat dikatakan hapus sifat

melawan hukumnya dan dapat dikenakan putusan lepas.

Akan tetapi, dalam pertimbangan putusan pemidanaan perkara

terdakwa Fidelis Arie, Majelis Hakim memutus atau memvonis Fidelis

Arie dengan pidana penjara dan denda. Penentuan pidana penjara oleh

Majelis Hakim dengan berasaskan Keadilan dan melihat dari segi

kemanusiaan, Majelis Hakim memidanakan Fidelis bukan untuk membalas

apa yang ia perbuat, melainkan untuk memberikan sarana edukasi terhadap

terdakwa Fidelis agar tidak mengulangi perbuatannya tersebut dalam

bermasyarakat dan mampu bersikap lebih bijaksana. Kemudian Majelis

112
World Health Organization, “Canabidiol ‘Online Q&A’ ”, Desember 2017,
http://www.who.int/features/qa/cannabidiol/en/ Diakses pada tanggal 8 Maret 2018
113
Pasal 8 (1) huruf a dan b Opiumwet :
Pengecualian hanya dapat diberikan atau diperbarui jika pemohon telah menunjukkan
kepuasan Menteri kami:
a. Resep kepentingan kesehatan masyarakat, atau yang disajikan oleh kesehatan hewan;
b. Untuk kinerja penelitian kimia ilmiah atau analitik atau untuk tujuan instruksional,
sejauh kepentingan kesehatan masyarakat.
(Dikutip dari http://wetten.overheid.nl/BWBR0001941/2017-05-25 diakses pada tanggal
8 Maret 2018)
66

Hakim memberikan hal-hal yang meringankan Fidelis seperti ia hanya niat

untuk mengobati dan Fidelis merupakan tulang punggung keluarga. 114

Pertimbangan hakim menurut penulis tidak konsisten, karena jika

maksud Majelis Hakim dalam memidanakan bukan untuk membalas

melainkan memberikan pembelajaran, proses pembelajaran tersebut

didapatkan oleh Fidelis disaat ia ditahan, kemudian ia diinterogasi, cara-

cara alat bukti dikumpulkan dan dikemukakan dalam sidang pengadilan,

hal tersebut dapat mempengaruhi tingkah laku dari Fidelis itu sendiri.

Pendapat penulis didasari dengan pendapat Muladi dan Barda Namawi

yang pernyataannya :115

“Pengalamannya ditahan polisi, cara-cara ia diinterogasi, cara-cara


pengumpulan alat bukti dan dikemukakan di persidangan,
semuanya akan mempengaruhi tingkah laku dari pelaku tersebut
terhadap penguasa.”

Dalam hal ini, penulis tidak sependapat dengan pertimbangan

Majelis Hakim yang tidak konsisten dalam memperhatikan dari segi

keadilan kemanusiaan dan memidanakan bukan untuk tujuan pembalasan

melainkan untuk pembelajaran. Seharusnya, Fidelis tidak dipidana penjara

dan dapat lepas dalam segala tuntutan berdasarkan uraian-uraian diatas.

114
Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN. Sag, hlm. 59
115
Muladi dan Barda Namawi, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, PT. Alumni,
Bandung, 2010, hlm. 55

You might also like