You are on page 1of 19

MAKALAH HIMPUNAN DAN LOGIKA

PRINSIP KONJETUR, PRINSIP INDUKSI MATEMATIKA DAN


TEOREMA BINOMIAL

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
1. Aldea (4221111042)
2. Annisa Putri (4223111050)
3. Fauziah Azizah Batubara (4221111045)
4. Jonathan Unedo Sinambela (4223111039)
5. Rikha Malika Manik (4223111038)

DOSEN PENGAMPU:
Drs. Yasifati Hia, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Senantiasa kita ucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang hingga saat ini
masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Tak lupa kami juga mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada dosen mata
kuliah Himpunan dan Logika Bapak Yasifati Hia, M.Si dan teman-teman yang telah mendukung
serta membantu selama proses penyelesaian tugas ini hingga selesainya makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna serta
kesalahan yang kami yakini diluar batas kemampuan kami. Maka dari itu kami dengan senang hati
menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Rabu, 21 Oktober 2022

Tim Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Matematika sebagai ilmu pengetahuan dengan penalaran deduktif mengandalkan logika


dalam meyakinkan akan kebenaran suatu pernyataan. Faktor intuisi dan pola berpikir induktif
banyak berperan pada proses awal dalam merumuskan suatu konjektur (conjecture) yaitu dugaan
awal dalam matematika. Proses penemuan dalam matematika dimulai dengan pencarian pola dan
struktur, contoh kasus dan objek matematika lainnya. Selanjutnya, semua informasi dan fakta
yang terkumpul secara individual ini dibangun suatu koherensi untuk kemudian disusun suatu
konjektur. Setelah konjektur dapat dibuktikan kebenarannya atau ketidakbenaranya maka
selanjutnya ia menjadi suatu teorema.

Pernyataan-pernyataan matematika seperti definisi, teorema dan pernyataan lainnya pada


umumnya berbentuk kalimat logika, dapat berupa implikasi, biimplikasi, negasi, atau berupa
kalimat berkuantor. Operator logika seperti and, or, not, xor juga sering termuat dalam suatu
pernyataan matematika. Jadi membuktikan kebenaran suatu teorema tidak lain adalah
membuktikan kebenaran suatu kalimat logika.

Banyak kemajuan dalam matematika yang telah dilakukan oleh orang-orang yang
berusaha meniecahkan masalah yang belum terpecahkan. Dalam 20 tahun terakhir, banyak
masalah yang belum terpecahkan, akhirnya dapat dipecahkan, seperti pembuktian konjektor
dalam teori bilangan yang dibuat lebih dari 300 tahun yang lalu Konjektur adalah suatu
pernyataan yang kebenarannya belum diketahui atau belum dapat dibuktikan. Adanya korjektur
ini menunjukkan bahwa beberapa masalah matematika belum tuntas karena penyelesaiannya
belum diketemukan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Penjelasan tentang prinsip konjektur


2. Penjelasan tentang prinsip induksi matematika
3. Penjelasan tentang teorema binomial

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa itu prinsip konjektur


2. Mengetahui tentang pinsip induksi matematika
3. Mengetahui apa itu teorema binomial
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PRINSIP KONJEKTUR

Konjektur adalah sebuah proposisi yang dipradugakan sebagai hal yang nyata, benar, atau
asli, sebagian besarnya didasarkan pada landasan yang tidak konklusif (tanpa kesimpulan). Karl
Popper merintis penggunaan istilah "konjektur" di dalam filsafat ilmu. Konjektur bertentangan
dengan hipotesis (oleh karenanya bertentangan pula dengan teori, aksioma, ataupun prinsip),
yang merupakan pernyataan yang mengandung perjanjian menurut landasan yang dapat diterima.
Di dalam matematika, konjektur adalah proposisi yang tidak terbuktikan atau tidak memerlukan
bukti atau juga teorema yang dianggap pasti benar adanya.

Ada tiga cara untuk menyelesaikan konjektur:

 Bukti
 Sanggahan
 Konjektur independen

Ini berlaku untuk semua bidang matematika mulai dari geometri hingga kriptografi dan
setiap masalah yang disajikan akan perlu diselesaikan dengan salah satu dari tiga cara ini
sebelum dapat berhenti menjadi konjektur.

Cara Menunjukkan Apakah Konjektur Matematika Benar

Ini adalah bentuk matematika ketika Anda menggunakan hurut ketimbang angka untuk
mewakili nilai yang tidak diketahui. Sebagian dari kita pertama-tama akan mulai melihat
masalah aljabar setelah kita menjadi siswa sekolah menengah dan akan sering diberi persamaan
untuk diselesaikan. Dengan masalah atau konjektur, aljabar sering menjadi bagian penting dari
pembuktian matematis karena Anda perlu versi fiktif atau teoretis dari bukti Anda tanpa angka
spesifik. Inilah bagaimana Anda dapat membuktikan bahwa aljabar tersebut berlaku dalam
situasi apa pun. Aljabar adalah cara yang bagus untuk membuktikan sebuah konjektur dan untuk
membuktikannya, Anda perlu tiga contoh. Untuk menyanggahnya, Anda hanya perlu satu
contoh. Mari kita mulai dengan beberapa persamaan yang sangat sederhana dengan jawaban
yang sudah diketahui dan mengujinya sebagai konjektur.

“Pilih sebuah angka dan kurangi 3. Kalikan dua dan tambahkan 6.”

Katakanlah N=5.

5-3=2

2x2=4
4 + 6 = 10

Katakanlah bahwa N=7.

7-3=4

2x4=8

8 + 6 = 14

Misalnya, katakanlah N=30.

30 - 3 = 27

2 x 27 = 54

54 + 6 = 60

Di setiap contoh, hasil akhirnya adalah dua kali lipat dari aslinya. Ini adalah konjektur kita dan
untuk menyelesaikan masalah tersebut, kita perlu membuktikan bahwa hasil akhirnya selalu
berlaku demikian dan bukan hanya dengan angka yang kita pilih.

Karena aljabar dapat menggantikan angka dengan variabel, kita dapat menunjukkan bahwa
aljabar tersebut benar:

2(N-3) + 6

= 2N - 6 + 6

= 2N

Kita bisa membuat aturan matematika yang menyatakan “Ketika Anda memilih sebuah angka,
kurangi tiga, gandakan hasilnya, kemudian tambahkan 6, Anda akan mendapatkan dua kali lipat
angka awalnya.”

Ini karena masalahnya tidak hanya bekerja dengan angka-angka tertentu, tapi juga dapat bekerja
dengan angka yang tidak diketahui berkat pembuktian aljabar kita.

Semua matematikawan hebat harus membuktikan teorema mereka dan hal tersebut tidak selalu
mudah. Ini bisa memakan waktu mulai dari berjam-jam hingga bertahun-tahun!

Berikut adalah beberapa teorema matematika yang paling terkenal:

1) Teorema Gauss
2) Teorema Pythagoras
3) Teorema Terakhir Fermat
4) Teorema Thales
5) Teorema Ketaklengkapan Gödel

Pada dasarnya, konjektur menjadi teori setelah dapat dibuktikan. Tidak sejelas kelihatannya,
buktinya mungkin lebih sulit ditemukan.

Konjektur Matematika Terkenal

Mari mulai dengan bilangan sempurna Euclid. Ini adalah bilangan bulat positif yang sama
dengan jumlah pembagi positifnya. Euclid menemukan empat bilangan: 6, 28, 496, dan 8128.
Saat ini ada banyak beberapa contoh yang ditemukan. Namun ada dua pertanyaan yang belum
terjawab.

"Apakah ada bilangan sempurna genap yang tak terbatas?"

"Apakah ada bilangan sempurna ganjil?"

Tidak ada yang tahu, bahkan matematikawan terhebat di dunia pun. Ini adalah salah satu masalah
yang masih belum terpecahkan dan meski pun orang-orang telah menghabiskan banyak waktu
membuat persamaan dan rumus untuk membuktikannya, belum ada matematikawan yang
berhasil.

Konjektur Goldbach

Konjektur ini berasal dari tahun 1742. Ini adalah salah satu masalah yang paling terkenal dalam
teori bilangan dan masih belum terpecahkan. Konjektur ini memiliki kesamaan dengan hipotesis
Riemann dan konjektur kembar prima.

Konjektur Goldbach menyatakan:

“Setiap bilangan genap yang lebih besar dari 2 adalah jumlah dari dua bilangan prima”.

So 2N = p + q.

2N selalu bilangan genap serta p dan q adalah dua prima.

Sebagai pengingat, bilangan prima hanya habis dibagi oleh 1 dan dirinya sendiri. Bilangan prima
pertama adalah 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, dst.

Konjektur tersebut masih belum dibuktikan. Konjektur tersebut telah dibuktikan hingga 4 x 1018
untuk bilangan genap.
Teorema Terakhir Fermat

Teorema Terakhir Fermat, juga dikenal sebagai konjektur Fermat, didasarkan pada tripel
Pythagoras yang terkenal ini. Dengan menerima bahwa a2 + b2 = c2 (yang akan Anda lihat
untuk segitiga siku-siku), apakah masih bergungsi jika pangkatnya diubah menjadi sesuatu selain
nol?

Teorema ini menyimpulkan bahwa “Tidak mungkin memisahkan satu kubus menjadi dua kubus,
atau kekuatan keempat menjadi dua kekuatan keempat, atau umumnya, kekuatan apa pun di atas
yang kedua menjadi dua kekuatan dengan derajat yang sama.”

Teorema Terakhir Fermat dapat diekspresikan sebagai:

“Untuk semua bilangan bulat n>2, persamaan an + bn = cn tidak memiliki solusi bilangan bulat
positif”

Pierre de Fermat awalnya mengatakan bahwa dia tidak memiliki bukti untuk masalah tersebut,
tapi masalah tersebut tidak sesuai dengan margin. Banyak aspek masalah lain yang disarankan
Fermat kemudian terbukti, tetapi teorema terakhir tetap menjadi pertanyaan yang tidak terjawab
dalam matematika selama tiga setengah abad.

Akhirnya, Andrew Wiles mampu memberikan bukti untuk masalah tersebut dan dengan begitu
akan membuka pendekatan baru dalam cabang matematika terkait.

Konjektur Euler

Konjekturnya menyatakan:

“Untuk semua bilangan bulat n dan k yang lebih besar daripada 1, jika jumlah n pangkat k dari
bilangan bulat positif itu sendiri adalah a pangkat k, maka n lebih besar dari atau sama dengan
k.”

Ini mengikuti logika Teorema Terakhir Fermat. Konjektur ini dibantah pada tahun 1966 oleh
Lander dan Parkin.

Konjektur Poincaré

Konjektur ini berkaitan dengan topolohi geometris. Konjektur ini dibuktikan oleh Perelman pada
tahun 2003.

Konjektur Poincaré menyatakan:


“Setiap ruang terhubung, tertutup lipatan-3 adalah homeomorfik ke bola-3..”

Dengan begitu, ini adalah level matematika yang mungkin terlalu kompleks untuk dikerjakan
matematikawan amatir.

Hipotesis Riemann

Kalau soal masalah dalam matematika yang belum terpecahkan, Hipotesis Riemann mungkin
adalah yang paling terkenal. Konjektur tersebut menyatakan bahwa fungsi zeta Riemann
memiliki nol hanya pada bilangan bulat genap negatif dan bilangan kompleks dengan bagian real
1/2.

Alasan hipotesis ini begitu penting adalah para matematikawan, terutama mereka yang
mengerjakan teori bilangan, mampu mempelajari banyak hal tentang distribusi bilangan prima.

Namun, meskipun diusulkan oleh Bernhard Riemann pada tahun 1859, hipotesis ini tetap tidak
terpecahkan lebih dari satu setengah abad kemudian. Semoga, suatu hari, seorang
matematikawan yang luar biasa akan menemukan jawaban dari masalah penting ini.

2.2 PRINSIP INDUKSI MATEMATIKA

Induksi matematika merupakan salah satu argumentasi deduktif untuk pembuktian suatu
teorema atau pernyataan matematika yang semesta pembicaraannya himpunan bilangan bulat
atau lebih khusus himpunan bilangan asli. Karena semesta pembicaraan dalam teori bilangan
adalah himpunan bilangan bulat, induksi matematika merupakan salah satu metode pembuktian
yang banyak digunakan. Oleh karena itu, penguasaan kemampuan-kemampuan tersebut sangat
penting bagi mereka yang akan mempelajari matematika karena banyak bahasan dalam
matematika yang menggunakan prinsip-prinsip tersebut untuk menurunkan teorema atau untuk
pemecahan masalah. Hampir setiap bahasan berikutnya nanti menggunakan dua prinsip tersebut,
baik untuk membuktikan teorema maupun untuk memecahkan soal-soalnya.

Perhatikan contoh pernyataan-pernyataan matematika berikut ini.

Contoh 1.1

1 + 2 + 3 +…+ n = , untuk setiap bilangan asli n.

Benarkah pernyataan ini? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita dapat mencobanya dengan
menyubstitusikan n dalam pernyataan itu dengan sembarang bilangan asli.
Apabila n = 1, pernyataan itu menjadi 1 = , yaitu diperoleh suatu pernyataan yang
benar.

Apabila n = 2, pernyataan itu menjadi 1 + 2 = ), atau 3 = 3, yaitu diperoleh suatu


pernyataan yang benar.

Apabila n = 3, pernyataan itu menjadi 1 + 2 + 3 = . 3(3 + 1) atau 6 = 6, yaitu suatu pernyataan


yang benar pula.

Anda dapat melanjutkannya untuk n = 4; 5; atau bilangan asli lainnya dan akan selalu
memperoleh pernyataan yang bernilai benar. Apakah memberikan beberapa contoh dengan
substitusi n pada pernyataan semula dan diperoleh pernyataan-pernyataan yang benar sudah
memberikan bukti tentang kebenaran pernyataan tersebut? Dalam matematika, pemberian
beberapa contoh bukan merupakan bukti dari kebenaran suatu pernyataan yang berlaku dalam
himpunan semesta. Pada contoh di atas, himpunan semestanya adalah himpunan semua bilangan
asli. Apabila kita dapat memberikan contoh untuk setiap bilangan asli n pada pernyataan tersebut
dan masing-masing memperoleh pernyataan yang benar, hal tersebut dapat merupakan bukti
kebenaran dari pernyataan itu. Akan tetapi, hal ini tidak efisien dan tidak mungkin kita lakukan
karena banyaknya anggota himpunan bilangan asli adalah tak berhingga.

Lalu, bagaimana cara membuktikan pernyataan tersebut? Salah satu caranya adalah
memandang ruas pertama dari pernyataan itu sebagai deret aritmetika dengan suku pertama a =
1, bedanya b = 1, suku terakhirnya ialah Un = n dan memiliki n buah suku. Maka itu, jumlah
deret itu sebagai berikut.

Cara lain untuk membuktikan pernyataan itu dilakukan dengan induksi matematika.
Langkah-langkah pembuktian dengan induksi matematika sebagai berikut.

Misalkan, p(n) adalah suatu proposisi yang akan dibuktikan benar untuk setiap bilangan asli n.
Langkah-langkah pembuktian dengan induksi matematika sebagai berikut.

 Langkah (I) : ditunjukkan bahwa p(l) benar.


 Langkah (II) : diasumsikan bahwa p(k) benar untuk suatu bilangan asli k dan ditunjukkan
bahwa p(k+1) benar.
Jika langkah-langkah (I) dan (II) berhasil ditunjukkan kebenarannya, selanjutnya disimpulkan
bahwa p(n) benar untuk setiap bilangan asli n.

Mengapa hanya dua langkah tersebut membuktikan bahwa p(n) benar untuk setiap
bilangan asli? Jika langkah (I) berhasil, yaitu p(l) benar, dan jika langkah (II) berhasil, p(2)
benar. Selanjutnya, karena p(2) benar, menurut langkah (II), p(3) benar pula. Menurut langkah
(II) lagi, p(4) benar pula dan seterusnya sehingga p(n) benar untuk setiap bilangan asli n.
Langkah (I) di atas sering disebut basis (dasar) induksi dan langkah (II) disebut langkah induksi.

NOTASI (SIGMA)

Jumlahan untuk bilangan-bilangan yang teratur dapat ditulis lebih singkat dengan
menggunakan notasi (sigma). Berikut ini konsep, prinsip, dan contoh-contoh penggunaan
notasi

Contoh
2.3 TEOREMA BINOMIAL

Kita akan mengingat kembali pengertian kombinasi dari sejumlah r objek yang diambil
dari n objek yang telah dipelajari di SMA dan mata kuliah Himpunan dan Logika. Banyaknya
kombinasi dari r objek yang diambil dari n objek (r ≤ n) sebagai berikut.

Contoh 1.

1. Misalkan ada lima objek, yaitu a, b, c, d, dan e. Apabila dari lima objek ini diambil tiga
objek, banyaknya cara pengambilan tiga objek tersebut sebagai berikut!

Sepuluh cara pengambilan itu adalah abc, abd, abe, acd, ace, ade, bcd, bce, bde, dan cde.

2. Misalkan dalam suatu kotak terdapat tiga kelereng merah dan empat kelereng putih.
Apabila kita mengambil tiga kelereng merah dari dalam kotak yang hanya berisi tiga
kelereng merah, banyaknya cara pengambilan sebagai berikut!

Akan tetapi, apabila kita mengambil tiga kelereng dari dalam kotak itu, banyaknya cara
pengambilan sebagai berikut!

Jika kita mengambil empat kelereng dari dalam kotak tersebut, banyaknya cara
pengambilan sebagai berikut.

3. Misalkan ada tiga kotak yang masing-masing berisi satu bola merah dan satu bola putih.
Dari tiap-tiap kotak, diambil satu bola sehingga terambil tiga bola.
Banyaknya cara pengambilan tiga bola tersebut agar terambil bola merah semua ada

Banyaknya cara pengambilan tiga bola tersebut agar terambil dua bola merah ada
Banyaknya cara pengambilan tiga bola itu agar terambil satu bola merah ada

Banyaknya cara pengambilan tiga bola itu agar tak terambil bola merah ada

Contoh terakhir ini akan digunakan untuk menyatakan suku banyak yang merupakan penjabaran
dari (m + p)3 . Perpangkatan ini dapat dinyatakan sebagai perkalian berulang dengan tiga faktor
sama berikut.

(m + p)(m + p)(m + p) = mmm + mmp + mpm + pmm + ppm + pmp + mpp + ppp

Setiap suku dari ruas kanan kesamaan ini terdiri atas tiga faktor dan masing-masing faktor
berturut-turut diambil dari faktor pertama, factor kedua, dan faktor ketiga dari ruas pertama. Jika
diperhatikan Contoh 1., diperoleh

banyaknya suku dengan tiga m adalah

banyaknya suku dengan dua m ada

banyaknya suku dengan satu m ada

banyaknya suku tanpa m ada

Pada kesamaan terakhir itu, jika suku-suku sejenisnya dijumlahkan, akan diperoleh (m +
p) = m 3 + 3m 2 p + 3mp2 + p3 .
3

Koefisien-koefisien suku-suku dari ruas kanan dari kesamaan terakhir ini dapat
dinyatakan dengan kombinasi-kombinasi banyaknya m dalam tiap sukunya sehingga kesamaan
itu dapat ditulis sebagai berikut.
Dengan argumentasi yang mirip dengan ilustrasi di atas, kita dapat menuliskan kesamaan-
kesamaan berikut ini. Coba periksalah kebenarannya.

Kesamaan-kesamaan tersebut baru merupakan dugaan karena kesamaan-kesamaan itu,


khususnya kesamaan terakhir, diperoleh dengan penalaran induktif. Maka itu, kesamaan tersebut
perlu dibuktikan kebenarannya. Kita akan membuktikan kebenaran kesamaan tersebut, tetapi kita
perlu beberapa persiapan berikut ini.

Dari rumus kombinasi di atas, diperoleh berikut ini.

Kita dapat memahami bahwa

Teorema 1.1
Teorema ini sering disebut sifat simetrik dari koefisien binomial. Sifat ini membantu kita untuk
menghitung lebih mudah nilai suatu kombinasi.

Contoh

Teorema 1.2

Sekarang, kita siap untuk membuktikan kebenaran penjabaran suku dua berpangkat n di atas
dengan mengambil a = 1 dan x = a yang selanjutnya disebut teorema binomial.

Teorema 1.3 (teorema binomial)

untuk setiap bilangan asli n.


Bukti

Kita buktikan dengan induksi matematika.

Dari langkah-langkah (I) dan (II), dapat disimpulkan bahwa teorema terbukti benar untuk setiap
bilangan asli n.

Koefisien-koefisien a pada ruas kanan pada Teorema 1.3 disebut koefisien binomial.

Teorema 1.4
Teorema 1.5

Teorema 1.6

Koefisien-koefisien binomial pada teorema binomial di atas dapat kita susun secara rekursif,
seperti tampak pada Gambar 1.1, dan sering disebut segitiga Pascal sebagai berikut.

Bilangan-bilangan pada segitiga Pascal tersebut dapat dibangun tanpa proses rekursif dengan
notasi kombinatorik, seperti tampak pada Gambar 1.2.
Perhatikan anak panah 5 pada Gambar 1.1 dan Gambar 1.2. Anak panah 5 itu menunjukkan
berikut ini.

Anak panah 6 pada Gambar 1.1 dan Gambar 1.2 berturut-turut menunjukkan sebagai berikut.
BAB 3
KESIMPULAN
Induksi matematika merupakan salah satu metode/cara pembuktian yang absah dalam
matematika. Meskipun namanya induksi matematika, metode ini merupakan penalaran deduktif.
Pembuktian dengan induksi matematika berkenaan dengan pembuktian pada pernyataan-
pernyataan yang semestanya adalah himpunan bilangan bulat atau lebih khusus himpunan semua
bilangan asli.

Induksi matematika merupakan salah satu argumentasi deduktif untuk pembuktian suatu
teorema atau pernyataan matematika yang semesta pembicaraannya himpunan bilangan bulat
atau lebih khusus himpunan bilangan asli. Karena semesta pembicaraan dalam teori bilangan
adalah himpunan bilangan bulat, induksi matematika merupakan salah satu metode pembuktian
yang banyak digunakan.

You might also like