Professional Documents
Culture Documents
Laporan Desa Ssem
Laporan Desa Ssem
PENDAHULUAN
Pengalaman belajar lapangan (PBL) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang bertujuan
memberikan pengalaman pengetahuan dan teknologi kesehatan masyarakat yang diperoleh
mahasiswa melalui perkuliahan program studi D3 Kebidanan STIKes Santa Elisabeth Medan untuk
dipraktikkan baik di masyarakat maupun di institusi. PBL adalah aktivitas yang sangat penting
sebab memberikan wawasan tentang bidang pekerjaan yang sesungguhnya,memberikan kesempatan
untuk berinteraksi, dan mengembangkan jejaring.
Kesehatan adalahh akasasi manusia, merupakan investasi dan sekaligus merupakan kewajiban
bagi semua pihak. Masalah kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi dengan masalah
lain, seperti masalah pendidikan, ekonomi,sosial, agama, politik, keamanan, ketenagakerjaan,
pemerintahan,dansebagainya,Oleh karena itu, masalah kesehatan tidak dapat diatasi oleh sektor
kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga harus peduli terhadap masalah tersebut khususnya
kalangan dunia swasta. Dengan peduli pada masalah kesehatan, berbagai pihak khususnyakalangan
swasta diharapkan juga memperoleh manfaat, karena jika kesehatanmasyarakat baik, maka akan
meningkatkan kualitas SDM dan akhirnya akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
Kebidanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan bidan dalam memberikan
pelayanan kebidanan kepada perempuan selama masa sebelum hamil, masa kehamilan, persalinan,
4
pasca persalinan, masa nifas, bayi barulahir, bayi, balita dan anak prasekolah, termasuk kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Bidan
merupakan seorang perempuan yang telah lulus dari pendidikan kebidanan (dalam negeri
maupunluar negeri). Untuk memberikan pelayanan kebidanan kepada masyarakat secara mandiri
maupun di fasilitas kesehatan (RS, Puskesmas, dll) seorang bidan harus telah lulus uji kompetensi
atau memiliki Surat Tanda Registrasi. Berikut ini tugas dan wewenang seorang bidang dalam
memberikan pelayanan kebidanan berdasarkan UU No. 4 tahun 2019 (Gustinerz, 2021).
Pelayanan Kebidanan merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuai degan
kewenangan yang diberikannya dengan maksud meningkatkan kesehatan Ibu dan anak dalam
rangka tercapainya keluarga berkualitas, bahagia dan sejahtera. (Endang Purwoastut,2017)
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada kenyataan di lapangan, masih terdapat
penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan dilakukan di luar fasilitas pelayanan
kesehatan. Oleh karena itu secara bertahap seluruh persalinan akan ditolong oleh tenaga kesehatan
kompeten dan diarahkan kefasilitas pelayanan kesehatan (ElllyDwi, 2018).
Kebidanan Komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang ditujukan kepada
masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi dengan upaya mencapai derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kebidanan. Pelayanan Kebidanan Komunitas
adalah upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan balita
dalam keluarga di masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan diluar rumah sakit atau
institusi. Kebidanan komunitas dapat juga merupakan bagian atau kelanjutan dari pelayanan yang
diberikan dirumah sakit dalam upaya menyelamatkan ibu dan bayi dalam proses kelahiran. Bidan
komunitas mempunyai pengetahuan yang luas dalam segala aspek dalam kehamilan dan persalinan
karena tugasnya adalah bersama-sama perempuan sebagai partner untuk menerima secara positif
pengalaman proses kehamilan dan persalinan, serta mendukung keluarga agar dapat mengambil
keputusan atau pilihan secara individual berdasarkan informasi yang telahdiberikan.
5
mendekatkan akses pelayanan ksehatan untuk mencegah terjadinya keterlambatan pertolongan.
Kebidanan komunitas dilandasi oleh aspek-aspek manajemen asuhan kebidanan komunitas klinis
serta kesehatan masyarakat. Dalam melaksanakan praktik kebidanan komunitas dilakukan secara
sistematis mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan dan
pengendalian(Kemenkes, 2018).
Untuk menangani masalah-masalah kesehatan dalam bidang Komunitas maka Mahasiswa
STIKes Santa Elisabeth Medan melaksanakan praktek belajar lapangan di Desa STIKes Santa
Elisabeh Medan.
1.2 Tujuan
1.2.1Tujuan Umum
Mengetahui gambaran secara umum Desa stikes santa Elisabeth medan dan melaksanakan
manajemen pelayanan asuhan Kebidanan di Komunitas masyarakat dengan menerapkan ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki.
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan praktek belajar lapangan komunitas mahasiswa mampu:
1. Mengenali wilayah binaan terkait dengan sosial budaya yang berkembang di masyarakat.
2. Mengumpulkan data yang berkaitan dengan kesehatan ibu, bayi, anak serta sepanjang daur
kehidupan wanita.
3. Melakukan analisis situasi dan analisis sosial pengolahan data, merumuskan masalah,
interpretasi data, menerapkan prioritas masalah dengan terlebih dahulu dikoordinasikan
dengan kepala dusun, kepala desa, camat, dan dinas kesehatan.
4. Merumuskan permasalahan kesehatan khususnya pada ibu dan anak serta pendekatan kepada
masyarakat untuk mengenal permasalahan kesehatan yang ada di sekitarnya melalui
Musyawarah Masyarakat Desa.
5. Melaksanakan intervensi sesuai dengan prioritas masalah dengan mengikuti sertakan peran
serta masyarakat.
6. Melaksanakan evaluasi dan memantau pelaksanaan kegiatan intervensi bersama masyarakat.
7. Melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan Praktek Belajar Lapangan di komunitas
wilayah binaan.
8. Membuat laporan hasil Praktek Belajar Lapangan.
1.Promotive
6
2.Preventif
3.Rehabilitasi
4.Kuratif
5. Deteksi dini
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
1.Bagi Institusi
Sebagai bahan informasi bagi kepentingan pendidikan dan menambah sumber referensi di
perpustakaan STIKes Elisabeth Medan dalam pembangunan ilmu pengetahuan.
2. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang masalah kesehatan masyarakat di
Desa stikes santa elisabet medan
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Mahasiswa
Menambah pengalaman belajar selama Praktik belajar Lapangan di komunitas wilayah binaan
dan dapat mengaplikasikan ilmu kebidanan di komunitas.
2. Bagi Desa stikes santa elisabet medan
Dengan asuhan ini dapat meningkatkan pengetahuan dan derajat kesehatan masyarakat.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 KebidananKomunitas
2.1.1 Konsep Asuhan Kebidanan Komunitas
Kebidanan komunitas ialah suatu konsep dasar kebidanan ketika melayani keluarga dan
masyarat diluar lingkungan masyarakat. Dengan unsur-unsur antara lain bidan sebagai pelasana
7
pelayanan, pelayanan kebidanan dan komunitas sebagai saranan pelayanan, ilmu, tekonologi
kebidanan bahkan factor yang mempengaruhi seperti lingkungan (Rahmawati, 2020).Bidan bekerja
didesa sudah punya wilayah pelayanan kesehatan.Masyarakat yang berada tempat aktivitas bidan
ialah sasaran utama pelayanan. Kebidanan komunitas mendorong bidan bekerja efektif, efisien dan
tidak menunggu pasien dating ketempat kerjanya datang. Pemantauan kesehatan masyarakat
diwilayah kerjanya harus dilakukan oleh bidan komunitas (Rahmawati, 2020).
2.1.2 PelayananKebidananKomunitas
Kebidanan komunitas merupakan suatu konsep dasar bidan dalam melayani keluarga dan
masyarakat. Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan Konsep
adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu. Kebidanan berasal dari kata
“Bidan”. Kebidanan (midwifery) adalah mencakup pengetahuan yang dimiliki dan kegiatan
pelayanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi (Siti cholifah, 2019).
Ukuran keberhasilan tidak hanya mencakup hasil upaya pelayanan kebidanan, tetapi juga hasil
kerjasama dengan mitra kesehatan lainnya, masyarakat berdaya atau mandiri mengelola
kesehatannya. Pelayanan kebidanan komunitas dilaksanakan oleh bidan secara mandiri,
berkolaborasi dan/atau merujuk sesuai dengan kewenangannya (Lailaturohmah, 2022).
2.1.3 Tipe-Tipe Masyarakat
Menurut Prof. Kawashima, menganggap besar kemungkinan tiada masyarakat didunia ini
dimana litigasi alias penyelesaian melalui pengadilan dianggap sebagai cara yang normal untuk
menyelesaikan sengketa. Sangat jarang terjadi dimana kedua pihak yang bersengketa akan
memaksakan tuntutannya sedemikian jauh sehingga membutuhkan penyelesaian dengan cara datang
ke pengadilan; sebagai penggantinya, salah satu dari pihak yang bersengketa kemungkinan besar
akan menawarkan ganti rugi yang memuaskan atau akan mengusulkan penggunaan suatu prosedur
informal di luar pengadilan.
Diskusi hukum secara sosiologis dalam masyarakat umumnya didasarkan pada salah satu
dari dua pandangan konsepsi ideal tentang masyarakat, yaitu pandangan konsensus integrasi
(integration-consensus) dan pandangan konflik paksaan (conflict-coercion perspektif). Pandangan
konsensus integrasi (integration-consensus) menggambarkan masyarakat yang terintegrasi secara
fungsional dan relatif memiliki sistem yang stabil. Sistem tersebut diadakan dan dibuat secara
bersama dan didasarkan pada suatu kesepakatan atau konsensus dasar atas nilai-nilai.
8
Ketertiban sosial (social order) merupakan hal yang relatif permanen dan para individu
dapat meraih kepentingan-kepentingan mereka melalui kerjasama. Pandangan ini memandang
konflik sosial sebagai upaya perjuangan tidak diperlukan bagi para individu dan kelompok yang
belum memperoleh pemahaman yang cukup tentang kepentingan bersama dan saling
ketergantungan secara mendasar.
Pandangan ini justru menekankan pada rasa kepaduan (cohesion), rasa solidaritas, rasa
kesatuan (integration), sikap kerjasama (cooperation) dan stabilitas masyarakat, yang dilihat sebagai
budaya berbagi dan kesepakatan pada nilai-nilai dan norma-norma yang fundamental.
Dalam pandangan ini, ketertiban merupakan ketidakstabilan dan hanya bersifat sementara
(temporary). Hal ini disebabkan karena setiap individu-individu dan kelompok-kelompok berupaya
untuk memaksimalkan pencapaian kepentingannya masing-masing dalam dunia yang memiliki
keterbatasan sumber daya dan berbagai jenis barang.
Pandangan ini juga memandang konflik sosial (social conflict) sebagai tindakan intrinsik
terhadap interaksi antara para individu dan kelompok. Selanjutnya dalam pandangan ini, untuk
mempertahankan dan memelihara kekuasaan diperlukan dorongan (inducement) dan paksaan
(coersion). Oleh karenanya, hukum merupakan alat penekan / represif (instrument of repression)
sehingga kepentingan-kepentingan kekuasaan mampu dipertahankan sebagai alternative
kepentingan-kepentingan, norma-norma dan nilai-nilai.
Masyarakat didominasi oleh hukum dan kultur, adapun pengertian masyarakat hukum
adalah segala bidang diatur oleh hukum sedangkan kultur adalah menjungjung nilai-nilai yang
hidup dilingkungannya.
Suatu masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia, yang mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
9
a. Manusia yang hidup bersama sekurang-kurangnya terdiri dari dua orang. b. Bergaul dalam waktu
cukup lama, sebagai akibat hidup bersama itu, timbul sistem komunikasi dan peraturan-peraturan
yang mengatur hubungan antar manusia.
c. Adanya kesadaran bahwa setiap manusia merupakan bagian dari suatu kesatuan.
Indikator Pendekatan Program Indonesia Sehat Pendekatan program Indonesia sehat terdapat
indikator antara lain:
k) Keluarga mempunyai akses sarana air bersih Keluarga mempunyai akses atau menggunakan
jamban sehat (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016)
1. Kematian Ibu
Angka kematian ibu di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan kematian ibu di
ASEAN. Berdasarkan data SDKI (2007) 228/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian
bayi adalah 3/1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu di Thailand sebesar 129/100.000,
Malaysia sebesar 39/100.000 dan Singapura sebesar 6/100.000. Diharapkan pada tahun 2015 angka
10
kematian ibu bisa ditekan hingga 115/100.000 kelahiran hidup. Beberapa faktor yang dapat
menyebabkan kematian ibu antara lain adalah:
g.Faktor risiko tinggi ialah faktor yang merupakan penyebab langsung dari kematian ibu hamil
dan bersalin serta bayi
Factor-faktor yang menyebabkan angka kematian bayi BBLR, Asfiksia, dan sisanya adalah karena
infeksi, aspirasi, kelainan kongenital, diare, pnemonia dan lain-lain (Profil Kesehatan Jateng, 2018).
1. Stunting
Stunting adalah gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang,
dan stimulasi psikososial yang tidak memadai (World Health Organization, 2015). Faktor penyebab
stunting dapat dikelompokan menjadi penyebab langsung dan tidak langsung.
Praktik pemberian kolostrum dan ASI eksklusif, pola konsumsi anak, dan penyakit infeksi yang
diderita anak menjadi faktor penyebab langsung yang mempengaruhi status gizi anak dan bisa
berdampak pada stunting. Sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah akses dan ketersediaan
bahan makanan serta sanitasi dan kesehatan lingkungan (Rosha et al., 2020)
2. Kejadian PMS
PMS adalah singkatan dari Penyakit Menular Seksual, yang berarti suatu infeksi atau
penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual (oral, anal atau lewat vagina) PMS
juga diartikan sebagai penyakit kelamin, atau infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Harus diperhatikan bahwa PMS menyerang sekitar alat kelamin tapi gejalanya dapat muncul dan
menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan organ tubuh lainnya. Rantai penularan
PMS, virus, bakteri, protozoa, parasit, dan jamur, manusia, bahan lain yang tercemar kuman penis,
11
vaniga, lubang pantat, kulit yang terluka, darah, selaput lendir. Yang paling umum adalah hubungan
seks (penisvagina, penis-lubang pantat, mulut-lubang pantat, mulut-vagina, mulut-penis). Hubungan
seks, pemakaian jarum suntik secara bersama-sama dari orang yang terkena PMS ke orang lainnya
(obat suntik terlarang, transfusi darah yang tidak steril, jarum tato, dan sebagainya).
Istilah edukatif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia‖ mempunyai arti bersifat mendidik
atau berkenaan dengan pendidikan (Departement Pendidikan Nasional, 2008). Sedangkan menurut
istilah edukatif adalah suatu kegiatan yang bersifat mendidik, membina, memberikan latihan, dan
pengajaran (Sujarwati, 2005). Sedangkan menurut Hasbullah bahwa edukati merupakan usaha
manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilainilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan (Hasbullah, 2006).
Nilai-Nilai Edukatif Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa nilai adalah
sifat-sifat yang penting dan berguna bagi manusia sedangkan edukatif berarti bersifat mendidik dan
berkenaan dengan pendidikan (Depdiknas, 2005).Nilai adalah konsep, sikap dan keyakinan
seseorang terhadap sesuatuyang dipandang berharga olehnya (Buseri, 2004). Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia disebutkan bahwa nilai adalah sifat-sifat yang penting dan berguna bagi manusia
sedangkan edukatif berarti bersifat mendidik dan berkenaan dengan pendidikan (Depdiknas,
2005).Nilai adalah konsep, sikap dan keyakinan seseorang terhadap sesuatu yang dipandang
berharga olehnya (Buseri, 2004).
A. Pemberdayaan masyarakat
12
masalah sosial atau memenuhi kebutuhan sosial sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang
dimiliki (Gunawan, 2009: 102).
Robert Chambers (Alfitri, 2011: 22) seorang ahli yang pemikiran dan tulisannya banyak
dicurahkan untuk kepentingan upaya pemberdayaan masyarakat berpendapat bahwa, pemberdayaan
masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nila-nilai sosial.
Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni bersifat people centered (berpusat
pada manusia), Participatory (partisipatif), empowering (memberdayakan) and sustainable
(berkelanjutan).
B. Tujuan Pemberdayaan
a.Kelompok lemah secara stuktural, naik lemah secara kelas, gender, maupun etnis.
b.Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-anak, dan remaja penyandang cacat, gay dan
lesbian, masyarakat terasing.
c. Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami masalah pribadi atau keluarga.
Menurut Agus Syafi‟i, tujuan pemberdayaan masyarakat adalah mendirikan masyarakat atau
membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara
seimbang. Karena pemberdayaan masyarakat adalah upaya memperkuas horizon pilihan bagi
masyarakat. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang
bermanfaat bagi dirinya.
C. Prinsip Pemberdayaan
13
Prinsip pada umumnya dapat difahami sebagai ketentuan yang harus ada atau harus
dijalankan. Prinsip berfungsi sebagai dasar (pedoman) bertindak atau sebagai acuan dalam sebuah
proses dan sebagai target capaian. Menurut Mathew dalam Mardikanto (2014:105) “Prinsip adalah
suatu pernyataan tentang kebijakan yang dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan dan
melaksanakan kegiatan secara konsisten”. Oleh Karena itu, prinsip akan berlaku secara umum,
dapat diterima secara umum sehingga prinsip dapat dijadikan sebagai landasan pokok yang benar
bagi pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan. Menurut Mardikanto (2013:105) pemberdayaan
memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:
2) Akibat, artinya kegiatan pemberdayaan harus memberikan akibat atau pengaruh yang baik atau
bermanfaat. Karena perasan senang atau tidak senang akan mempengaruhi semangatnya untuk
mengikuti kegiatan belajar/pemberdayaan di masa mendatang.
3) Asosiasi, artinya setiap kegiatan pemberdayaan harus dikaitkan dengan kegiatan lainnya sebab
setiap orang cenderung untuk mengaitkan atau menghubungkan kegiatannya dalam
kegiatan/peristiwa yang lainnya.
Berikut ini adalah ciri-ciri, yang terdiri dari Materi publik: setiap daerah memiliki potensi
sendiri yang dapat digunakan untuk menyediakan layanan medis. Misalnya, sebuah desa tidak jauh
dari waktu pengashila pasir dapat memperkuat jalan untuk memfasilitasi akses ke peluncuran.
3) Tokoh Masyarakat: Penyedia layanan kesehatan pertama-tama beralih ke tokoh masyarakat atau
tokoh masyarakat. Misalnya, Kamat, Jura, pemimpin biasa, ustad dan sebagainya.
4) Organisasi publik: organisasi seperti PKK, organisasi pemuda, Majlis Taklim dan lainnya adalah
potensi yang dapat digunakan sebagai mitra kerja dalam upaya memberdayakan masyarakat.
14
5) Community Foundation: Yayasan Sehat atau Jaminan Kesehatan Masyarakat (JPKM),
dikembangkan dengan prinsip gotong royong sebagai salah satu prinsip pemberdayaan masyarakat.
E. Strategi
2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Dalam rangka
pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, dan derajat
kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi,
informasi, lapangan kerja, dan pasar. Masukan berupa pemberdayaan ini menyangkut pembangunan
prasarana dan sarana dasar fisik, seperti irigasi, jalan, listrik, maupun sosial seperti sekolah dan
fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau oleh masyarakat pada lapisan paling bawah,
serta ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di perdesaan, dimana
terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya amat kurang. Untuk itu, perlu ada program khusus
bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena program-program umum yang berlaku tidak selalu
dapat menyentuh lapisan masyarakat ini.
3. Memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah
yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang
kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya
dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari
interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan lemah melihat masyarakat sebagai
sistem sosial. Artinya masyarakat terdiri dari atas bagian-bagian yang saling kerjasama untuk
mewujudkan tujuan bersama. Gotong royong dipercaya bahwa perubahan-perubahan masyarakat,
dapat diwujudkan melalui partisipasi luas dari segenap komponen dalam masyarakat.
Prosedur dalam gotong royong bersifat demokratis, dilakukan diatas kekuatan sendiri dan
kesukarelaan. pembangunan Teknikal Profesional, dalam memecahkan berbagai masalah kelompok
masyarakat dengan cara mengembangkan norma, peranan, prosedur baru untuk menghadapi situasi
baru yang selalu berubah.Dalam strategi ini peranan agen-agen pembaharuan sangat penting.
F. Indikator
G. Tahapan pemberdayaan
1. Tahap Persiapan
Ada dua hal yang perlu dikerjakan dalam tahapan ini, yakni penyiapan petugas tenaga
pemberdayaan oleh community worker dan penyiapan lapangan. Persiapan ini dilakukan agar
pemberdayaan masyarakat dapat berlangsung dengan lancar.
2. Tahap Pengkajian
Tahap pengkajian atau assessment dapat dilakukan secara individual lewat kelompok-kelompok
masyarakat. Pada tahap ini, petugas mengidentifikasi masalah keputusan dan sumber daya yang
dimiliki klien. Ini dilakukanuntukmenentukansasaranpemberdayaan yang tepat.
Dalam tahapan ini, petugas akan berperan sebagai exchange agent atau agen perubahan. Masyarakat
diharapkan bisa memikirkan beberapa alternatif program berikut kelebihan dan kekurangannya.
Nantinya, alternatif tersebut dipakai untuk menentukan program yang paling efektif.
Pada tahap pemfomalisasi, agen perubahan membantu kelompok untuk menentukan program yang
bisa mengatasi permasalahan. Petugas juga memfomalisasi gagasan tersebut ke dalam tulisan,
apabila ada kaitannya dengan pembuatan proposal pada penyandang dana.
Dalam tahap implementasi, masyarakat harus memahami maksud, tujuan dan sasaran program
untuk menghindari kendala dalam implementasi program. Mereka juga harus bekerja sama dengan
petugas.
6. Tahap Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap pengawasan dari warga dan petugas program pemberdayaan. Program ini
sebaiknya melibatkan warga untuk membangun komunitas pengawasan internal dan komunikasi
masyarakat yang lebih mandiri.
7. Tahap Terminasi
16
Pada tahapan terakhir, proyek harus berhenti. Sebab, masyarakat yang diberdayakan sudah mampu
mengubah kondisi yang sebelumnya buruk menjadi lebih baik. Dengan kata lain, mereka sudah bisa
menjamin kehidupan layak bagi diri sendiri dan keluarga.
17
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 PENGKAJIAN
Jumlah KK : 61 KK
18
TABEL PENGOLAHAN DATA
70
60
50
40
30
20
10
0
Bayi (0-12 Balita ( 1- Anak – Remaja Remaja Dewasa Dewasa Lansia Lansia Manula ( >
bulan) 4 tahun) anak ( 5- awal ( 12- akhir ( 17- awal (26- akhir ( 36- awal ( 46- akhir ( 56- 65 tahun)
11 tahun) 16 tahun) 25 tahun) 35 tahun) 45 tahun 55 tahun) 65 tahun)
20
Jumlah penduduk berdasarkan agama
Magister
Sarjana
Diploma
SMA
SMP
SD
0 20 40 60 80 100 120
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
1
22
JUM LAH PENDUDUK BERDASARKAN PENGHASILAN
Rendah Menengah Tinggi
7%
18%
74%
1%
33%
66%
9. Distribusi anggota keluarga yang sakit berdasarkan jenis kelamin dan
umur
Frekuensi Persentase
No. Umur
Laki2 Perempuan Laki2 Perempuan
1. Bayi (0-12 bulan) 0% 0%
2. Balita ( 1-4 tahun) 3 33% 0%
3. Anak –anak ( 5-11 tahun) 2 1 22% 4%
23
4. Remaja awal ( 12-16 tahun) 3 1 33% 4%
5. Remaja akhir ( 17-25 tahun) 7 0% 30%
6. Dewasa awal (26-35 tahun) 6 0% 26%
7. Dewasa akhir ( 36-45 tahun 1 3 11% 13%
8. Lansia awal ( 46-55 tahun) 5 0% 22%
9. Lansia akhir ( 56-65 tahun) 0% 0%
10. Manula ( > 65 tahun) 0% 0%
Total 15 23 100% 100%
0
Balita ( 1-4 Anak –anak Remaja Remaja Dewasa Dewasa Lansia awal Lansia akhir Manula ( >
tahun) ( 5-11 awal ( 12- akhir ( 17- awal (26-35 akhir ( 36- ( 46-55 ( 56-65 65 tahun)
tahun) 16 tahun) 25 tahun) tahun) 45 tahun tahun) tahun)
Series1 Series2
24
JENIS PENYAKIT
Menular Tidak Menular Degenerative
3% 3%
95%
BERDASARKAN PENANGGULANGAN
40
35
30
25
20
15
10
0
Berobat Tidak berobat
Nucleus family Extended family Keluarga dyad Single family Single adult
26
tahap perkembangan keluarga
25
20
15
10
5
h
t
ah
i
ka
a
ka
l
h
ba
m
0
la
ra
ko
i
a
en
m
ko
ud
ya
rt
se
aj
ke
M
pe
se
as
m
m
a
ru
ua
m
pr
re
ak
a
i
Ba
as
rd
us
an
ke
ak
w
be
ha
n
ak
an
ak
n
de
ga
Ta
ira
n
an
an
n
an
p
a
ah
ng
ha
n
ng
s
s
pa
Pa
de
l
ta
ke
ng
de
e
/
ga
de
n
el
a
ga
a
m
ul
ur
ng
p
ar
m
ha
la
n
de
lu
Pe
ke
Ta
ng
ke
p
n
p
ha
de
p
ga
ha
ha
Ta
p
an
Ta
Ta
ha
s
Pa
Ta
Musyawarah
51% 49% Keputusan KK
27
aktivitas rekreasi
Ya Tidak
60
50
40
30
20
10
0
Baik Kurang
19. Distribusi frekuansi Pola makan keluarga berdasarkan penyajian makanan, pengolahan beras,
pengolahan sayur, penyimpanan makanan, pemilihan bahan makanan
No. Pola Makan Keluarga Frekuensi Persentase
28
Penyajian Makan
1. Baik 57 93%
2. Kurang 4 7%
Total 61 100%
Pengolahan beras
1. Baik 34 56%
2. Kurang 27 44%
Total 61 100%
Pengolahan sayur
1. Baik 47 77%
2. Kurang 14 23%
Total 61 100%
Penyimpanan makanan
1. Baik 58 95%
2. Kurang 3 5%
Total 61 100%
Pemilihan bahan makanan
1. Baik 61 100%
2. Kurang
Total 61 100%
20. Distribusi frekuensi kebiasaan sehari-hari keluarga berdasarkan pola istirahat dan tidur, aktivitas
keluarga, rekreasi
No. Kebiasaan Sehari-Hari Frekuensi Persentase
Pola istirahat dan tidur
1. Baik 53 87%
2. Kurang 8 13%
Total 61 100%
1. Baik 56 92%
2. Kurang 5 8%
Total 61 100%
Jenis Olahraga Yang Dilakukan
1 Lari Pagi 11 18%
2 Sepak Bola 3 5%
3 Tenis Meja 2 3%
4 Aktivitas rumah tangga 40 74%
Total 61 100%
Rekreasi Bersama
1. Baik 41 67%
2. Kurang 20 33%
Total 61 100%
29
penyajian makanan
Baik Kurang
pengolahan beras
Baik Kurang
pengolahan sayur
Baik Kurang
23%
77%
pENYIMPANAN MAKANAN
Baik Kurang
5%
95%
30
pemilihan bahan makanan
Baik
Kurang
100%
20. Distribusi frekuensi kebiasaan sehari-hari keluarga berdasarkan pola istirahat dan
tidur, aktivitas keluarga, rekreasi
No. Kebiasaan Sehari-Hari Frekuensi Persentase
Pola istirahat dan tidur
1. Baik 53 87%
2. Kurang 8 13%
Total 61 100%
1. Baik 56 92%
2. Kurang 5 8%
Total 61 100%
Jenis Olahraga Yang Dilakukan
1 Lari Pagi 11 18%
2 Sepak Bola 3 5%
3 Tenis Meja 2 3%
4 Dll…………….. 45 74%
Total 61 100%
Rekreasi Bersama
1. Baik 41 67%
2. Kurang 20 33%
Total 61 100%
50
40
30
20
10
0
Baik Kurang
31
Pola istirahat dan tidur
60
50
40
30
20
10
0
Baik Kurang
jenis olahraga
50
45
40
35
30
25
20
15
10
0
Lari Pagi Sepak Bola Tenis Meja Dll……………..
rekreasi bersama
45
40
35
30
25
20
15
10
0
Baik Kurang
32
Total 61 100%
Lantai rumah
1. Baik 60 98%
2. Kurang 1 2%
Total 61 100%
Luas rumah
1. Baik 61 100%
2. Kurang
Total 61 100%
Luas ventilasi rumah
1. Baik 61 100%
2. Kurang
Total 61 100%
Atap rumah
1. Baik 61 100%
2. Kurang
Total 61 100%
Penerangan rumah
1. Baik 61 100%
2. Kurang 0%
Total 61 100%
Kebersihan rumah
1. Baik 60 98%
2. Kurang 1 2%
Total 61 100%
lantai rumah
bentuk bangunan rumah
2%
2%
Baik
Kurang
98%
98%
Baik Kurang
luas rumah
Baik Kurang ventilasi rumah
33
100%
Baik Kurang
Baik
Kurang
100%
Baik Kurang
34
kebersihan rumah
Baik Kurang
61
60.8
60.6
60.4
60.2
60
59.8
59.6
59.4
R. tamu R. makan R. tidur R. dapur K. mandi
23. Distribusi frekuensi sumber air minum berdasarkan sumber air minum keluarga,
kecukupan persediaan air minum, kualitas air, pengolahan air minum, dan jarak sumber
air minum
No. Sumber air minum Frekuensi Persentase
Memperoleh Air Minum
1. Baik 60 98%
2. Kurang 1 2%
Total 61 100%
Persediaan air minum
1. Baik 61 100%
2. Kurang 0%
Total 61 100%
35
Usaha Keluarga Mencukupi Air Minum
1. Dibeli 43 70%
2. Mencari Mata Air 17 28%
3 Menampung air hujan 1 2%
Total 61 100%
Pengolahan air minum
1. Baik 61 100%
2. Kurang 0%
Total 61 1
Jarak sumber air minum
1. Baik 61 100%
2. Kurang 0%
Total 61 1
Kualitas air minum
1. Baik 61 100%
2. Kurang 0%
Total 61 100%
60
60
50
50
40
40
30
30
20
20
10
10
0
0 Baik Kurang
Baik Kurang
45
40
70
35
60
30
50
25
40
20
30 15
20 10
10 5
0
0 Dibeli Mencari Mata Air Menampung air hujan
Baik Kurang
36
pengolahan air minum jarak sumber air minum
70 70
60 60
50 50
40
40
30
30
20
20
10
10
0
0 Baik Kurang
Baik Kurang
60
50
40
30
20
10
0
Baik Kurang
Baik Kurang
7%
28%
Baik Baik
Kurang Kurang
72%
93%
38
26. Distribusi Frekuensi Ternak dan Pemanfaatan Pekarangan Rumah
Ternak dan Pemanfaatan Pekarangan
No. Frekuensi Persentase
Rumah
Cara Memelihara Ternak
1 Baik 35 97%
2 Kurang 1 3%
Total 36 100%
1 Baik 34 94%
2 Kurang 2 6%
Total 36 100%
Keadaan Kandang Ternak
1 Baik 34 94%
2 Kurang 2 6%
Total 36 100%
Keluarga Mempunyai Pekarangan
1 Baik 45 92%
2 Kurang 4 8%
Total 49 100%
Pemanfaatan Perkarangan
1 Baik 45 92%
2 Kurang 4 8%
Total 49 100%
6%
Baik
Kurang
94%
Kurang
3%
39
pemanfaatan pekarangan
Baik Kurang
16
14
12
10
0
Rumah sakit Puskesmas/ Praktek dokter Praktek bidan Polindes Poskesdes Posyandu
Pustu
40
28. Distribusi frekuensi pemanfaatan sarana kesehatan keluarga berdasarkan jarak
dengan rumah
35
30
25
20
15
10
0
1-2 km > 2 km
Total 61 100%
1. Ya 0%
2. Tidak 61 100%
Total 61 100%
Konsumsi minuman keras
1. Ya 0%
2. Tidak 61 100%
Total 61 100%
Perilaku seks menyimpang
1. Ya 0%
2. Tidak 61 100%
Total 61 100%
41
kebiasaan merokok konsumsi minuman keras
Ya Tidak
Ya Tidak
Ya Tidak
30. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan keluarga tentang DHF ,Diare ,TBC, ISPA, Dermatitis, Gizi
Buruk, Stroke, Hipertensi ,DM, Anemia, AIDS, Faktor Resiko kehamilan, persalinan, masa nifas, dan BBL
serta Neonatus dan cara penanganan rawan bencana serta pertolongan pertama kecelakaan
Total 61 100%
1. Baik 1 33%
2. Kurang 2 67%
Total 3 100%
1. Baik 1 33%
43
2. Kurang 2 67%
Total 3 100%
1. Baik 1 25%
2. Kurang 3 75%
Total 4 100%
1. Baik 1 33%
2. Kurang 2 67%
Total 3 100%
Cara Penanganan Rawan
Bencana
1. Baik 32 60%
2. Kurang 8 40%
Total 20 100%
Cara Penanganan
Pertolongan Pertama
Kecelakaan
1. Baik 28 68%
2. Kurang 13 32%
Total 41 100%
DHF Diare
60 60
50 50
40 40
30
30
20
20
10
10
0
1
0
1
Baik Kurang
Baik Kurang
TBC ISPA
70 50
45
60
40
50 35
30
40
25
30
44 20
15
20
10
10 5
0
0 1
1
dermatitis
Gizi buruk
50
50
45
45
40
40
35
35
30
30
25
25
20 20
15 15
10 10
5 5
0 0
1 1
stroke
50
Hipertensi
45 70
40
60
35
50
30
40
25
20 30
15 20
10 10
5
0
1
0
1
Baik Kurang
Baik Kurang
DM 45 Anemia
70 70
60 60
50 50
30
30
20
20
10
10
0
0 1
1
Baik Kurang
Baik Kurang
40
2
35
30 1.5
25
20 1
15
0.5
10
3 Baik Kurang
2
2.5
1.5
2
1
1.5
0.5
1
0.5 0
1
0 Baik Kurang
1
Baik Kurang
12
2
10
8
1.5
1
4
2
0.5
0
1
0
1 Baik Kurang
Baik Kurang
46
cara penanganan P3K
30
25
20
15
10
0
1
Baik Kurang
47
Total 72 100%
Pengetahuan NARKOBA
1. Ya 52 88%
2. Tidak 7 12%
Total 59 100%
Pendidikan SEKS
1. Ya 52 88%
2. Tidak 7 12%
Total 59 100%
INFORMASI PUBERTAS 20
Ya Tidak
15
2%
10
0
98% Media Massa (Koran, Tenaga Kesehatan Sekolah Lingkungan Orang tua
Radio, Majalah,dll)
pengetahuan pubertas
2%
Ya
Tidak
98%
48
sumber informasi tentang narkoba
25
20
15
10
5
0
pengetahuan narkoba
12%
Ya
Tidak
88%
49
pendidikan seks
Ya Tidak
12%
88%
50
usia kehamilan
2.5
1.5
0.5
0
0-12 minggu 13-27 minggu 28-40 minggu
< 2 tahun
50% 50% 2-3 tahun
> 3 tahun
33. Distribusi frekuensi jumlah kejadian ibu hamil berdasarkan tempat pemeriksaan
kehamilan
No. Tempat pemeriksaan kehamilan saat ini Frekuensi Persentase
1. Rumah sakit 0%
2. Puskesmas/ Posyandu 0%
3. Praktek Dokter/ Bidan 2 67%
4 Dukun 1 33%
5. Tidak periksa 0%
Total 3 100%
51
tempat pemeriksaan kehamilan
3. 28-40 minggu
4. Tidak periksa
Total 100%
1.5
0.5
0
0-12 minggu 13-27 minggu 28-40 minggu
52
35. Distribusi Frekuensi Tidak Melakukan Pemeriksaan Kehamilan
Alasan Tidak Melakukan pemeriksaan
No. Frekuensi Persentase
kehamilan
1. Tidak tahu 1 50%
2. Merasa tidak perlu
3. Tempat jauh
4. Tidak ada waktu 1 50%
5. Malas
6. Dll………………..
Total 2 100%
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Tidak tahu Merasa tidak perlu Tempat jauh Tidak ada waktu
53
alasan melakukan pemeriksaan
37. Distribusi frekuensi kejadian ibu hamil berdasarkan pelayanan pemeriksaan kehamilan yang
diperoleh
Pelayanan pemeriksaan kehamilan yg di
No. Frekuensi Persentase
peroleh
1. Timbang berat badan 2 11%
2. Ukur tinggi badan 2 11%
3. Ukur tekanan darah 2 11%
4. Pemeriksaan urine 2 11%
5. Pemeriksaan darah 2 11%
6. Palpasi abdomen 3 16%
7. Diberi KMS 2 11%
8. Diberitahu tanda Bahaya Kehamilan 2 11%
Diberitahu kemana Harus Pergi mendapat
9. 2 11%
Pertolongan jika mengalami komplikasi
Total 19 100%
39. Distribusi frekuensi ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT berdasarkan jumlah perolehan
imunisasi TT
No. Jumlah perolehan imunisasi TT Frekuensi Persentase
1. 1 kali 2 67%
54
2. 2 kali
3. > 2 kali
4. Tidak tahu 1 33%
Total 3 100%
40. Distribusi frekuensi kejadian ibu hamil berdasarkan perolehan tablet zat besi
No. Memperoleh tablet zat besi Frekuensi Persentase
1. Ya 3 100%
2. Tidak
Total 3 100%
42. Distribusi frekuensi jumlah keluarga yang Mengalami Faktor Resiko kehamilan
No. Faktor Resiko Kehamilan Frekuensi Persentase
1. Ya
2. Tidak 3 100%
Total 3 100%
44. Distribusi frekuensi ibu hamil yang mempunyai Keluhan Selama kehamilan saat ini
No. Keluhan Selama kehamilan saat ini Frekuensi Persentase
Keluhan
1. Ada 3
2. Tidak
Total 3
Keluhan Yang Dirasakan
1. Mual Muntah 2 25%
2. Mudah Lelah 1 13%
3 Susah BAB 1 13%
4 Pusing 2 25%
5 Sering Miksi 1 13%
6 Dll……………………………. 1 13%
55
Total 8 100%
1.5
0.5
0
Lengkap Cukup lengkap Kurang lengkap Ya Tidak
Hb Protein Urin
3
2
2.5
1.5
2
1
1.5
0.5 1
0.5
0
Mual Muntah Mudah Lelah Susah BAB Pusing Sering Miksi Dll…………………………….
0
Senam Hamil ASI Kebersihan Diri Gizi Ibu Hamil Persi
56
48. Distribusi frekuensi jumlah ibu bersalin berdasarkan jenis persalinan
No. Jenis persalinan Frekuensi Persentase
1. Normal
2. SC
Total
49. Distribusi frekuensi jumlah ibu bersalin berdasarkan usia kehamilan saat persalinan
No. Usia kehamilan saat persalinan Frekuensi Persentase
1. < 37 minggu (Persalinan premature)
2. 37- 40 minggu (Persalinan aterm)
3. > 40 minggu (Persalinan post matur)
Total
50. Distribusi frekuensi jumlah ibu bersalin berdasarkan orang yang menolong persalinan
No. Orang yang menolong persalinan Frekuensi Persentase
1. Dokter kandungan
2. Dokter umum
3. Bidan / perawat
4. Dukun
Total
54. Distribusi frekuensi ibu Menyusui berdasarkan Alasan Yang Tidak Menyusui
No. Alasan Yang Tidak Menyusui Frekuensi Persentase
1. Bekerja
2. ASI Tidak lancer
3. Ibu hamil lagi
4. Payudara lecet/ bengkak
58
5. Ibu sakitdan tidak mau memberikan ASI
6 Estetika
7 Dll……………………….
Total
56. Distribusi frekuensi jumlah ibu nifas yang mengalami komplikasi nifas berdasarkan penanganan
komplikasi
No. Penaganan Komplikasi nifas Frekuensi Persentase
1. Tidak melakukan apa-apa
2. Istirahat
3. Minum obat
4. Minum jamu
5. Ke dukun
6. Ke bidan
7. Ke dokter
8.
Total
57. Distribusi frekuensi jumlah ibu nifas berdasarkan Obat yang diperoleh
No. Obat Yang diperoleh Frekuensi Persentase
1. Vitamin A
2. Fe
Dll……………………………
Total
61. Distribusi frekuensi pasangan usia subur yang menggunakan alat/cara KB berdasarkan jenis
alat/cara KB
No. Jenis alat/cara KB Frekuensi Persentase
1. Sanggama terputus
2. Pantang berkala/kalender
3. MAL
4. Diafragma/intravag
5. Kondom
6. Suntikan
7. Pil
8. AKBK
9. AKDR 1 100%
10. Sterilisasi wanita
11. Sterilisasi pria
Total 1 100%
63. Distribusi frekuensi pasangan usia subur yang pernah menggunakan alat/cara KB berdasarkan
alasan utama tidak menggunakan KB/ Berhenti
No. Alasan utama Frekuensi Persentase
1. Tidak cocok
2. Efek samping
3. Ingin hamil lagi
4. Kurang informasi
5. Dll…………….
Total
64. Distribusi frekuensi pasangan usia subur yang tidak menggunakan alat/cara KB berdasarkan
alasan utama tidak menggunakan KB
No. Alasan utama Frekuensi Persentase
60
1. Social budaya
2. Kurang informasi
3. Ibu menyusui
4. Agama
5. Suami tidak setuju
6. Tidak ada uang
7. Takut efek samping
8. Ingin punya keturunan
9. Dll…………………………….
Total
65. Distribusi frekuensi jumlah anggota keluarga berdasarkan pemakaian alat kontrasepsi
Pemakaian alat kontrasepsi saat pertama kali
No. Frekuensi Persentase
berhubungan seksual
1. Kondom
2. Pil
3. Diafragma
4. Senggama terputus
5. Lainnya
6. Tidak menggunakan
Total
66. Distribusi frekuensi jumlah anggota keluarga berdasarkan pernah memperoleh penyuluhan
kesehatan reproduksi
No. Pernah memperoleh penyuluhan Kes-Pro Frekuensi Persentase
1. Ya 41 100%
2. Tidak
Total 41 100%
67. Distribusi frekuensi jumlah bayi 0-12 bulan berdasarkan kepemilikan KIA/KMS
No. Kepemilikan KIA/KMS Frekuensi Persentase
1. Ya 2 100%
2. Tidak
Total 2 100%
68. Distribusi frekuensi jumlah bayi 0-12 bulan berdasarkan status imunisasi
No. Status imunisasi Frekuensi Persentase
1. Lengkap 1 50%
2. Tidak lengkap 1 50%
3. Tidak memperoleh imunisasi
4. Tidak ada catatan imunisasi
61
Total 2 100%
69. Distribusi frekuensi jumlah bayi 1- < 5 tahun bulan berdasarkan kepemilikan KIA/KMS
No. Kepemilikan KIA/KMS Frekuensi Persentase
1. Ya 9 100%
2. Tidak
Total 9 100%
70. Distribusi frekuensi jumlah bayi 1-< 5 tahun berdasarkan status imunisasi
No. Status imunisasi Frekuensi Persentase
1. Lengkap 9 100%
2. Tidak lengkap
3. Tidak memperoleh imunisasi
4. Tidak ada catatan imunisasi
Total 9 100%
71. Distribusi frekuensi jumlah bayi yang tidak memperoleh imunisasi/imunisasi tidak lengkap
berdasarkan alasan
No. Alasan Frekuensi Persentase
1. Pelayanan kesehatan jauh
2. Biaya
3. Lupa
4. Dilarang keluarga
5. Kepercayaan
6. Vaksin tidak tersedia
7. lainnya
Total
72. Distribusi frekuensi jumlah bayi 0-12 bulan berdasarkan perolehan ASI Eksklusif
No. Memperoleh ASI Frekuensi Persentase
1. Ya 1 50%
2. Tidak 1 50%
Total 2 100%
73. Distribusi frekeunsi ibu yang menyusui bayi berdasarkan tindakan memberikan kolostrum
No. Kolostrum Frekuensi Persentase
1. Ya 2 100%
2. Tidak
Total 2 100%
62
1. Setiap menangis
2. Setiap 3 jam
3. Malam Hari saja
4 Setiap saat
Total
76. Distribudsi Frekuensi Ibu Menyusui Berdasrakan Alasan < 6 bulan Menyusui
No. Alasan < 6 bulan Menyusui Frekuensi Persentase
1 Ibu sakit
2 Ibu bekerja
3 Ibu hamil lagi
4 ASI tidak ada
5 Sudah waktunya
Total
78. Distribusi Frekuensi Anak Tidak Diberi ASI Berdasarkan ASI pengganti
No. ASI Pengganti Frekuensi Persentase
1 Susu Formula khusus bayi
2 Air Tajin
3 Teh manis
4 Susu Kental manis
5 Air putih
6 Bubur saring/ Milna
Total
80. Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Data Unit Kesehatan Masyarakat (UKBM)
No. UKBM Frekuensi Persentase
1. Ya 56 92%
2. Tidak 5 8%
Total 61 100%
1. Posyandu 38 60%
2. Polindes 12 19%
3 Poskesdes 10 16%
4 Dll…………………………… 3 5%
Total 63 100%
1. Ya
2. Tidak 61 100%
Total 61 100%
Ambulance Desa
1. Ya 32 53%
2. Tidak 28 47%
Total 60 100%
Kegiatan Sosial
1 Karang Taruna 2 3%
2 Muda/ Mudi 23 29%
3 Ibu PKK 10 13%
4 STM 20 25%
5 Perwiritan 1 1%
6 Doa Lingkungan 24 30%
Total 80 100%
64
bentuk fasilitas kesehatan kegiatan sosial
40 30
35
25
30
20
25
20 15
15
10
10
5
5
0 0
Posyandu Polindes Poskesdes Dll…………………………… Karang Taruna Muda/ Mudi Ibu PKK STM Perwiritan Doa Lingkungan
65
Apa Siapa yang Dimana Kapan Besarnya
Medan
ibu nifas
sebanyak 47%
66
keluarga Stikes April sebanyak 38%
Santa Tahun
Elisabeth 2023
Medan
Hernia Anggota Desa Bulan Jumlah
Stikes April
keluarga Santa Tahun sebanyak 5%
Elisabeth 2023
Medan
Sariawan dan Anggota Desa Bulan Jumlah
keluarga Stikes April sebanyak 4%
gigi berlubang Santa Tahun
Elisabeth 2023
Medan
Tipes Anggota Desa Bulan Jumlah
keluarga Stikes April sebanyak 47%
Santa Tahun
Elisabeth 2023
Medan
Resiko Anggota Desa Bulan Jumlah
keluarga Stikes April sebanyak 72%
persalinan Santa Tahun
Elisabeth 2023
Medan
Penanganan Anggota Desa Bulan Jumlah
keluarga Stikes April sebanyak 80%
bencana Santa Tahun
Elisabeth 2023
Medan
Gizi buruk Anggota Desa Bulan Jumlah
keluarga Stikes April sebanyak 72%
Santa Tahun
Elisabeth 2023
Medan
Asam urat Anggota Desa Bulan Jumlah
keluarga Stikes April sebanyak 50%
Santa Tahun
Elisabeth 2023
Medan
Kurangnya Anggota Desa Bulan Jumlah
keluarga Stikes April sebanyak 35%
pengetahuan Santa Tahun
Elisabeth 2023
tentang Medan
penyakit
67
Medan
Hipertermi Anggota Desa Bulan Jumlah
keluarga Stikes April sebanyak 56%
Santa Tahun
Elisabeth 2023
Medan
Hipertensi Anggota Desa Bulan Jumlah
keluarga Stikes April sebanyak 89%
Santa Tahun
Elisabeth 2023
Medan
Penyimpanan Anggota Desa Bulan Jumlah
keluarga Stikes April sebanyak 90%
dan penyajian Santa Tahun
Elisabeth 2023
makanan Medan
68
3.4 Diagnosa Kebidanan
04 April 2023
1 Masalah ibu menyusui
Tingkat pengetahuan dan 04 April 2023
2 masalah ibu nifas
04 April 2023
3 Penggunaan kb dan kespro
04 April 2023
4 Kehamilan resiko tinggi
04 April 2023
5 Pengelolahan beras dan sayur
04 April 2023
6 Asam lambung
04 April 2023
7 Diare
04 April 2023
8 TBC
04 April 2023
9 Hernia
04 April 2023
10 Sariawan dan gigi berlubang
04 April 2023
11 Tifus
04 April 2023
12 Resiko kehamilan
Pengetahuan penangann 04 April 2023
13 bencana
04 April 2023
14 Gizi buruk
04 April 2023
15 Asam urat
Kurangnya pengetahuan 04 April 2023
16 tentang penyakit
04 April 2023
17 Anemia
04 April 2023
18 Hipertermia
04 April 2023
19 Hipertensi
Penyimpanan dan penyajian 04 April 2023
20 makanan
04 April 2023
21 Stroke
04 April 2023
22 Kebersihan rumah
23 Kebiasaan merokok 04 April 2023
69
04 April 2023
24 Masalah pemeliharaan ternak
Pengetahuan pembuangan 04 April 2023
25 sampah
04 April 2023
26 Istirahat yang kurang
Prioritas
70
sampah
Keterangan :
Setelah selesai merumuskan masalah maka dilakukan prioritas masalah tersebut dengan
1. Tingkat bahaya
2. Perhatian masyarakat
3. Point prevalensi
5. Iklim politik
Tiap komponen tersebut diberikan nilai atau pembobotan dengan parameter sebagai berikut :
+++. 3 cukup
Berikut ini hasil dari prioritas masalah dengan mempergunakan nilai yang terbanyak yang diberikan
dari setiap masalah dengan cara mengalihkan setiap nilai kriteria.Proses kegiatan prioritas masalah
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan di komunitas Desa Stikes Santa Elisabeth
Medan dimulai tanggal 4 April 2023 sampai 20 April 2023. Maka penulis membahas dengan
membandingkan teori dari hasil pelaksanaan manajemen kebidanan yang telah dilaksanakan sesuai
masalah seluruh data-data sesuai yang terdapat antara teori dengan pelaksanaan di lapangan.
4.1 Pengkajian
Sudah terpenuhi dalam pengkajian dilakukan pengumpulan semua data lalu dilakukan
prioritas masalah untuk mendapatkan keluarga binaan.Pengkajian yang dilakukan yaitu identitas
Dalam mengumpulkan data dari desa Stikes Santa Elisabeth Medan tersebut petugas tidak
mengalami kesulitan karena kelaurga mau menerima petugas dengan senang hati dan mau memberi
jawaban kepada petugas mengenai data-data yang dikumpulkan petugas, terjadi beberapa
kesenjangan antara teori dan prektek karena dalam teori terdapat format pengkaian yang sejalan
73
Dan dalam pengkajian ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dengan
praktik yang dilakukan penulis di lapangan. Seperti tipe ketiga keluarga tersebut adalah tipe
keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari ayah dan ibu dan anak yang diperoleh dari
diagnose,masalah potensial dan kebutuhan,dimana diagnose tersebut adalah hal-hal yang terjadi
akibat dari permasalahan masyarakat tersebut.Permasalahan yang ada dalam keluarga dikaitkan
dengan tugas keluarga.Dalam interpretasi data dasart terlebih dahulu penulis membuat analisa
tertinggi.Adapun permasalahan yang ditemukan oleh pengkaji pada warga komunitas Desa Stikes
Dimana pada saat kunjungan dilakukan pengkajian kepada warga mengenai dampak dan
bahaya merokok dan keluaga mejawab tidak mengetahui dampak dan bahaya merokok. Terjadi
kesenjangan antara teori dan praktek dimana keluarga kurangnya mengetahui dampak dan bahaya
merokok.
Dimana pada saat kunjungan dilakukan pengkajian kepada warga mengenai cara pengolahan
beras yang baik, ibu/keluarga menjawab mencuci beras 3-4 kali. Terjadi kesenjangan antara teori
74
Dimana pada saat kunjungan dilakukan pengkajian kepada warga mengenai cara pengolahan sayur
yang baik, ibu/keluarga menjawab memasak sayur terlalu matang. Terjadi kesenjangan antara teori
dan praktek dimana seharusnya dicuci lebih dulu, dirajang lalu dimasak tidak terlalu matang.
Dimana pada saat kunjungan dilakukan pengkajian kepada warga mengenai penyakit DHF,
ISPA dan DERMATITIS keluarga menjawab tidak mengetahui tentang penyakit DHF, ISPA dan
DERMATITIS.
5. Keluhan Penggunaan KB
Dimana pada saat kunjungan dilakukan pengkajian kepada warga mengenai penggunaan KB
keluarga menjawab masih pasangan usia subur tetapi tidak menggunakan KB karena takut efek
6. Perawatan Payudara
Dimana pada saat kunjungan dilakukan pengkajian kepada warga mengenai cara perawatan
Antisipasi masalah potensial adalah masalah yang mungkin terjadi lebih berat dari masalah
yang sudah ada.Permasalahan pada warga Desa Stikes Santa Elisabeth Medan tidak sulit untuk
diatasi karena dalam mengumpulkan data – data masyarakat,penulis tidak mengalami kesulitan dan
keluarga menjawab apa yang dipertanyakan dan bahkan bersedia mendengarkan penjelasan dari
petugas sehingga masalah tidak menjadi lebih berat. Tetapi apanila permasalahn tersebut tidak
75
Masalah potensial: Ancaman kesehatan
Masalah potensial : Tidak dapat mendeteksi dini penyakit DHF, ISPA dan DERMATITIS
4. Keluhan penggunaan KB
Masalah Potensial :Dapat menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan dan tidak dapat
menjarakkan kehamilan.
5. Perawatan Payudara
Masalah potensial : Masalah yang akan timbul jika tidak mengetahui perawatan payudara secara
dini
Prioritas masalah atau tindakan segera adalah tindakan yang sesegera mungkin dilaksanakan
dan dapat dikerjakan.Dari permasalahan yang ada pada masyarakat petugas memberikan
penyuluhan. Penyuluhan tersebut diterima warga Desa Stikes Santa Elisabeth Medan mereka
4.5 Intervensi
Pada langkah ini belum tampak kesenjangan walaupun sudah direncanakannya asuhan yang
menyeluruh terhadap masalah yaitu diagnosa yang telah diidentifikasi titik pengkaji berikan penkes
mengenai metode alat perilaku hidup tidak sehat (merokok), teknik pengolahan bahan beras yang
badan benar, pengetahuan tentang penyakit DHF. Lakukan penyuluhan mengenai pijat bayi, senam
ibu hamil, pankes untuk ibu hamil, KPSP, pijat bayi pada bayi 0 sampai 12 bulan, mencuci tangan,
Pada langkah ini tanpa ada kesenjangan walaupun sudah direncanakannya asalnya
menyeluruh terhadap masalah itu diagnosa yang telah di identifikasi. Pengkajian memberikan
pancake mengenai metode penyuluhan mengenai. Melakukan penyuluhan mengenai pijat bayi
4.7 Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi secara efektif dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan yang terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
Sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosa. Terjadi kesenjangan antara teori
mengenai penggunaan alat kontrasepsi pada warga desa Stikes Santa Elisabeth Medan pada praktek
di lapangan karena pada teori hasil evolusi semua masalah yang ada pada keluarga seharusnya dapat
teratasi namun pada kenyataannya hanya sebagian masalah yang dapat teratasi, masalah lainnya
hanya sebagian teratas dan dilakukan kerjasama dengan tenaga kesehatan di Stikes Santa Elisabeth
Medan pada praktek di lapangan karena pada teori hasil evolusi semua masalah yang ada pada
keluarga seharusnya dapat teratasi namun pada kenyataannya hanya sebagian masalah yang dapat
teratasi, masalah lainnya hanya sebagian teratas dan dilakukan kerjasama dengan tenaga kesehatan
(Bidan desa).
BAB V
PENUTUP
77
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan umum dan tujuan khusus yang telah dilakukan pada Asuhan Kebidanan
Komunitas di Desa stikes santa Elisabeth medan dapat disimpulkan:
1. Dari hasil pengkajian yang penulis lakukan didapatkan sikap masyarakat sangatkooperatif saaat
dilakukan wawancara,begitu juga dengan lingkungan serta tingkat pengetahuan masyarakat yang
kurang mengenai bahaya merokok, pengolahan makanan yang baik, pentingnya olahraga, penyakit
DHF, ISPA dan DERMATITIS, keluhan pengguna KB dan perawatan payudara.
3. Tindakan segera yang harus dilakukan oleh mahasiswa adalah memberikan penyuluhan tentang
masalah kesehatan dan mengantisipasi yang mungkin terjadi di masyarakat.
5.2 SARAN
1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dalam mengikuti praktek belajar lapangan dengan penuh semangat dan
kreativitas tanpa batas. Belajar dengan sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan PBL.
3. Bagi institusi
78
Semoga kedepannya, institusi terus melaksanakan kegiatan PBL untuk menambah wawasan
mahasiswa/I dalam kerja lapanan nyata sebelum memasuki duni kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Eprints.ums.ac.id/43093/6/BAB I.pdf
Kemenkes RI. 2010. Pedoman pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak (PWKIA).
Jakarta
Pudiastuti. 2011. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Nuhamedika Retna, Ery dan Sriati. 2008.
Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komunitas. Numed: Jakarta
Walyani, S.2014. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS Yulifah, Rita.
2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.
79
80
81