You are on page 1of 78

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengalaman belajar lapangan (PBL) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang bertujuan
memberikan pengalaman pengetahuan dan teknologi kesehatan masyarakat yang diperoleh
mahasiswa melalui perkuliahan program studi D3 Kebidanan STIKes Santa Elisabeth Medan untuk
dipraktikkan baik di masyarakat maupun di institusi. PBL adalah aktivitas yang sangat penting
sebab memberikan wawasan tentang bidang pekerjaan yang sesungguhnya,memberikan kesempatan
untuk berinteraksi, dan mengembangkan jejaring.

Kesehatan adalahh akasasi manusia, merupakan investasi dan sekaligus merupakan kewajiban
bagi semua pihak. Masalah kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi dengan masalah
lain, seperti masalah pendidikan, ekonomi,sosial, agama, politik, keamanan, ketenagakerjaan,
pemerintahan,dansebagainya,Oleh karena itu, masalah kesehatan tidak dapat diatasi oleh sektor
kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga harus peduli terhadap masalah tersebut khususnya
kalangan dunia swasta. Dengan peduli pada masalah kesehatan, berbagai pihak khususnyakalangan
swasta diharapkan juga memperoleh manfaat, karena jika kesehatanmasyarakat baik, maka akan
meningkatkan kualitas SDM dan akhirnya akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

Kesehatan masyarakat adalah upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang


menganggu kesehatan, dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi.Upaya
untuk memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan merupakan kegiatan kesehatan
masyarakat.Tingkat derajat kesehatan masyarakat yang masih belum optimal pada hakikatnya
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan genetika,
diketahui bahwa rumah tangga yang telah mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
baru mencapai 38,7%. Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014 mencantumkan target 70% rumah
tangga sudah mempraktekkan (perilaku hidup bersih dan sehat) PHBS pada tahun 2014 (Zulaikhah
et al., 2019). Upaya – upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah belum sepenuhnya mencapai
target MDG’s baik secara general maupun khusus di bidang kesehatan. Menurut Survei Demografi
Kesehatan Indonesia, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2012 mencapai
359/100.000 kelahiran hidup menjadi 124/100.000 kelahiran hidup di tahun 2015, sedangkan Angka
Kematian Bayi (AKB) 32/1000 kelahiran hidup(Kemenkes PHBS, 2019).

Kebidanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan bidan dalam memberikan
pelayanan kebidanan kepada perempuan selama masa sebelum hamil, masa kehamilan, persalinan,

4
pasca persalinan, masa nifas, bayi barulahir, bayi, balita dan anak prasekolah, termasuk kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Bidan
merupakan seorang perempuan yang telah lulus dari pendidikan kebidanan (dalam negeri
maupunluar negeri). Untuk memberikan pelayanan kebidanan kepada masyarakat secara mandiri
maupun di fasilitas kesehatan (RS, Puskesmas, dll) seorang bidan harus telah lulus uji kompetensi
atau memiliki Surat Tanda Registrasi. Berikut ini tugas dan wewenang seorang bidang dalam
memberikan pelayanan kebidanan berdasarkan UU No. 4 tahun 2019 (Gustinerz, 2021).
Pelayanan Kebidanan merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuai degan
kewenangan yang diberikannya dengan maksud meningkatkan kesehatan Ibu dan anak dalam
rangka tercapainya keluarga berkualitas, bahagia dan sejahtera. (Endang Purwoastut,2017)
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada kenyataan di lapangan, masih terdapat
penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan dilakukan di luar fasilitas pelayanan
kesehatan. Oleh karena itu secara bertahap seluruh persalinan akan ditolong oleh tenaga kesehatan
kompeten dan diarahkan kefasilitas pelayanan kesehatan (ElllyDwi, 2018).
Kebidanan Komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang ditujukan kepada
masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi dengan upaya mencapai derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kebidanan. Pelayanan Kebidanan Komunitas
adalah upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan balita
dalam keluarga di masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan diluar rumah sakit atau
institusi. Kebidanan komunitas dapat juga merupakan bagian atau kelanjutan dari pelayanan yang
diberikan dirumah sakit dalam upaya menyelamatkan ibu dan bayi dalam proses kelahiran. Bidan
komunitas mempunyai pengetahuan yang luas dalam segala aspek dalam kehamilan dan persalinan
karena tugasnya adalah bersama-sama perempuan sebagai partner untuk menerima secara positif
pengalaman proses kehamilan dan persalinan, serta mendukung keluarga agar dapat mengambil
keputusan atau pilihan secara individual berdasarkan informasi yang telahdiberikan.

Asuhan kebidanan komunitas mempunyai karakteristik yang berbeda dengan asuhan


kebidanan yang diberikan pada institusi kesehatan. Manajemen asuhan kebidanan komunitas
dibutuhkan kemampuan analisa yang tinggi dan cermat terutama yang berkaitan dengan aspek
social budaya setempat(Kemenkes, 2018). Praktik kebidanan komunitas adalah pelaksanaan asuhan
kebidanan yang berorientasi pada masyarakat dengan menekankan upaya peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan reproduksi sesuai social budaya setempat. Dengan maksud untuk

5
mendekatkan akses pelayanan ksehatan untuk mencegah terjadinya keterlambatan pertolongan.
Kebidanan komunitas dilandasi oleh aspek-aspek manajemen asuhan kebidanan komunitas klinis
serta kesehatan masyarakat. Dalam melaksanakan praktik kebidanan komunitas dilakukan secara
sistematis mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan dan
pengendalian(Kemenkes, 2018).
Untuk menangani masalah-masalah kesehatan dalam bidang Komunitas maka Mahasiswa
STIKes Santa Elisabeth Medan melaksanakan praktek belajar lapangan di Desa STIKes Santa
Elisabeh Medan.

1.2 Tujuan
1.2.1Tujuan Umum
Mengetahui gambaran secara umum Desa stikes santa Elisabeth medan dan melaksanakan
manajemen pelayanan asuhan Kebidanan di Komunitas masyarakat dengan menerapkan ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki.
 Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan praktek belajar lapangan komunitas mahasiswa mampu:
1. Mengenali wilayah binaan terkait dengan sosial budaya yang berkembang di masyarakat.
2. Mengumpulkan data yang berkaitan dengan kesehatan ibu, bayi, anak serta sepanjang daur
kehidupan wanita.
3. Melakukan analisis situasi dan analisis sosial pengolahan data, merumuskan masalah,
interpretasi data, menerapkan prioritas masalah dengan terlebih dahulu dikoordinasikan
dengan kepala dusun, kepala desa, camat, dan dinas kesehatan.
4. Merumuskan permasalahan kesehatan khususnya pada ibu dan anak serta pendekatan kepada
masyarakat untuk mengenal permasalahan kesehatan yang ada di sekitarnya melalui
Musyawarah Masyarakat Desa.
5. Melaksanakan intervensi sesuai dengan prioritas masalah dengan mengikuti sertakan peran
serta masyarakat.
6. Melaksanakan evaluasi dan memantau pelaksanaan kegiatan intervensi bersama masyarakat.
7. Melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan Praktek Belajar Lapangan di komunitas
wilayah binaan.
8. Membuat laporan hasil Praktek Belajar Lapangan.

1.3 Ruang lingkup

1.Promotive
6
2.Preventif

3.Rehabilitasi

4.Kuratif

5. Deteksi dini

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
1.Bagi Institusi
Sebagai bahan informasi bagi kepentingan pendidikan dan menambah sumber referensi di
perpustakaan STIKes Elisabeth Medan dalam pembangunan ilmu pengetahuan.

2. Bagi Penulis
Menambah  pengetahuan  dan  wawasan  penulis  tentang  masalah kesehatan masyarakat di
Desa stikes santa elisabet medan
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Mahasiswa
Menambah pengalaman belajar selama Praktik belajar Lapangan di komunitas wilayah binaan
dan dapat mengaplikasikan ilmu kebidanan di komunitas.
2. Bagi Desa stikes santa elisabet medan
Dengan  asuhan  ini  dapat  meningkatkan pengetahuan dan derajat kesehatan masyarakat.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 KebidananKomunitas
2.1.1 Konsep Asuhan Kebidanan Komunitas
Kebidanan komunitas ialah suatu konsep dasar kebidanan ketika melayani keluarga dan
masyarat diluar lingkungan masyarakat. Dengan unsur-unsur antara lain bidan sebagai pelasana

7
pelayanan, pelayanan kebidanan dan komunitas sebagai saranan pelayanan, ilmu, tekonologi
kebidanan bahkan factor yang mempengaruhi seperti lingkungan (Rahmawati, 2020).Bidan bekerja
didesa sudah punya wilayah pelayanan kesehatan.Masyarakat yang berada tempat aktivitas bidan
ialah sasaran utama pelayanan. Kebidanan komunitas mendorong bidan bekerja efektif, efisien dan
tidak menunggu pasien dating ketempat kerjanya datang. Pemantauan kesehatan masyarakat
diwilayah kerjanya harus dilakukan oleh bidan komunitas (Rahmawati, 2020).

2.1.2 PelayananKebidananKomunitas
Kebidanan komunitas merupakan suatu konsep dasar bidan dalam melayani keluarga dan
masyarakat. Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan Konsep
adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu. Kebidanan berasal dari kata
“Bidan”. Kebidanan (midwifery) adalah mencakup pengetahuan yang dimiliki dan kegiatan
pelayanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi (Siti cholifah, 2019).
Ukuran keberhasilan tidak hanya mencakup hasil upaya pelayanan kebidanan, tetapi juga hasil
kerjasama dengan mitra kesehatan lainnya, masyarakat berdaya atau mandiri mengelola
kesehatannya. Pelayanan kebidanan komunitas dilaksanakan oleh bidan secara mandiri,
berkolaborasi dan/atau merujuk sesuai dengan kewenangannya (Lailaturohmah, 2022).
2.1.3 Tipe-Tipe Masyarakat

1. Masyarakat Antiligasi dan Masyarakat Litigasi

Menurut Prof. Kawashima, menganggap besar kemungkinan tiada masyarakat didunia ini
dimana litigasi alias penyelesaian melalui pengadilan dianggap sebagai cara yang normal untuk
menyelesaikan sengketa. Sangat jarang terjadi dimana kedua pihak yang bersengketa akan
memaksakan tuntutannya sedemikian jauh sehingga membutuhkan penyelesaian dengan cara datang
ke pengadilan; sebagai penggantinya, salah satu dari pihak yang bersengketa kemungkinan besar
akan menawarkan ganti rugi yang memuaskan atau akan mengusulkan penggunaan suatu prosedur
informal di luar pengadilan.

2. Masyarakat Konsensus dan Masyarakat Konflik

Diskusi hukum secara sosiologis dalam masyarakat umumnya didasarkan pada salah satu
dari dua pandangan konsepsi ideal tentang masyarakat, yaitu pandangan konsensus integrasi
(integration-consensus) dan pandangan konflik paksaan (conflict-coercion perspektif). Pandangan
konsensus integrasi (integration-consensus) menggambarkan masyarakat yang terintegrasi secara
fungsional dan relatif memiliki sistem yang stabil. Sistem tersebut diadakan dan dibuat secara
bersama dan didasarkan pada suatu kesepakatan atau konsensus dasar atas nilai-nilai.

8
Ketertiban sosial (social order) merupakan hal yang relatif permanen dan para individu
dapat meraih kepentingan-kepentingan mereka melalui kerjasama. Pandangan ini memandang
konflik sosial sebagai upaya perjuangan tidak diperlukan bagi para individu dan kelompok yang
belum memperoleh pemahaman yang cukup tentang kepentingan bersama dan saling
ketergantungan secara mendasar.

Pandangan ini justru menekankan pada rasa kepaduan (cohesion), rasa solidaritas, rasa
kesatuan (integration), sikap kerjasama (cooperation) dan stabilitas masyarakat, yang dilihat sebagai
budaya berbagi dan kesepakatan pada nilai-nilai dan norma-norma yang fundamental.

Sedangkan pandangan konflik paksaan (conflict-coercion perspektif) bertolak belakang dengan


pandangan konsensus integrasi (integration-consensus). Pandangan ini mencirikanmasyarakat yang
terdiridari para individu dan kelompok ini dengan munculnya konflik dan perbedaan yang diadakan
bersama secara paksaan.

Dalam pandangan ini, ketertiban merupakan ketidakstabilan dan hanya bersifat sementara
(temporary). Hal ini disebabkan karena setiap individu-individu dan kelompok-kelompok berupaya
untuk memaksimalkan pencapaian kepentingannya masing-masing dalam dunia yang memiliki
keterbatasan sumber daya dan berbagai jenis barang.

Pandangan ini juga memandang konflik sosial (social conflict) sebagai tindakan intrinsik
terhadap interaksi antara para individu dan kelompok. Selanjutnya dalam pandangan ini, untuk
mempertahankan dan memelihara kekuasaan diperlukan dorongan (inducement) dan paksaan
(coersion). Oleh karenanya, hukum merupakan alat penekan / represif (instrument of repression)
sehingga kepentingan-kepentingan kekuasaan mampu dipertahankan sebagai alternative
kepentingan-kepentingan, norma-norma dan nilai-nilai.

3. Masyarakat Didominasi oleh Hukum dan Masyarakat Didominasi oleh Kultur

Masyarakat didominasi oleh hukum dan kultur, adapun pengertian masyarakat hukum
adalah segala bidang diatur oleh hukum sedangkan kultur adalah menjungjung nilai-nilai yang
hidup dilingkungannya.

2.1.4 Ciri-Ciri Masyarakat

Suatu masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia, yang mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
9
a. Manusia yang hidup bersama sekurang-kurangnya terdiri dari dua orang. b. Bergaul dalam waktu
cukup lama, sebagai akibat hidup bersama itu, timbul sistem komunikasi dan peraturan-peraturan
yang mengatur hubungan antar manusia.

c. Adanya kesadaran bahwa setiap manusia merupakan bagian dari suatu kesatuan.

d. Menghasilkan kebudayaan yang mengembangkan kebudayaan Soekanto, 1983)

2.1.5 Indikator Masyarakat Sehat

Indikator Pendekatan Program Indonesia Sehat Pendekatan program Indonesia sehat terdapat
indikator antara lain:

a) Keluargamengikuti program keluarga berencana (KB)

b) Ibu melakukanpersalinan di fasilitas kesehatan

c) Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap

d) Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif

e) Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan

f) Penderita tuberculosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar

g) Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur

h) Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan

i) Anggota keluarga tidak ada yang merokok

j) Keluarga sudah menjadi anggota jaminan kesehatan nasional (JKN)

k) Keluarga mempunyai akses sarana air bersih Keluarga mempunyai akses atau menggunakan
jamban sehat (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016)

2.1.6 Masalah-Masalah Kesehatan Diindonesia Saat Ini

1. Kematian Ibu

Angka kematian ibu di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan kematian ibu di
ASEAN. Berdasarkan data SDKI (2007) 228/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian
bayi adalah 3/1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu di Thailand sebesar 129/100.000,
Malaysia sebesar 39/100.000 dan Singapura sebesar 6/100.000. Diharapkan pada tahun 2015 angka

10
kematian ibu bisa ditekan hingga 115/100.000 kelahiran hidup. Beberapa faktor yang dapat
menyebabkan kematian ibu antara lain adalah:

a. Terlambat mengenal tanda bahaya

b. Terlambat mencapai fasilitas

c. Terlambat mendapat pertolongan yang adekuat di fasilitas kesehatan

d. Seorang ibu terlalu muda punya anak yaitu di bawah 20 tahun

e. Lebih dari 3 kali melahirkan atau terlalu rapat jarak melahirkan

f. Terlalu tua, usia di atas 35 tahun juga berbahaya bagi ibu

g.Faktor risiko tinggi ialah faktor yang merupakan penyebab langsung dari kematian ibu hamil
dan bersalin serta bayi

2. Angka Kematian Bayi

Factor-faktor yang menyebabkan angka kematian bayi BBLR, Asfiksia, dan sisanya adalah karena
infeksi, aspirasi, kelainan kongenital, diare, pnemonia dan lain-lain (Profil Kesehatan Jateng, 2018).

1. Stunting

Stunting adalah gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang,
dan stimulasi psikososial yang tidak memadai (World Health Organization, 2015). Faktor penyebab
stunting dapat dikelompokan menjadi penyebab langsung dan tidak langsung.

Praktik pemberian kolostrum dan ASI eksklusif, pola konsumsi anak, dan penyakit infeksi yang
diderita anak menjadi faktor penyebab langsung yang mempengaruhi status gizi anak dan bisa
berdampak pada stunting. Sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah akses dan ketersediaan
bahan makanan serta sanitasi dan kesehatan lingkungan (Rosha et al., 2020)

2. Kejadian PMS

PMS adalah singkatan dari Penyakit Menular Seksual, yang berarti suatu infeksi atau
penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual (oral, anal atau lewat vagina) PMS
juga diartikan sebagai penyakit kelamin, atau infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Harus diperhatikan bahwa PMS menyerang sekitar alat kelamin tapi gejalanya dapat muncul dan
menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan organ tubuh lainnya. Rantai penularan
PMS, virus, bakteri, protozoa, parasit, dan jamur, manusia, bahan lain yang tercemar kuman penis,
11
vaniga, lubang pantat, kulit yang terluka, darah, selaput lendir. Yang paling umum adalah hubungan
seks (penisvagina, penis-lubang pantat, mulut-lubang pantat, mulut-vagina, mulut-penis). Hubungan
seks, pemakaian jarum suntik secara bersama-sama dari orang yang terkena PMS ke orang lainnya
(obat suntik terlarang, transfusi darah yang tidak steril, jarum tato, dan sebagainya).

2.2 Pendekatan Edukatif

Istilah edukatif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia‖ mempunyai arti bersifat mendidik
atau berkenaan dengan pendidikan (Departement Pendidikan Nasional, 2008). Sedangkan menurut
istilah edukatif adalah suatu kegiatan yang bersifat mendidik, membina, memberikan latihan, dan
pengajaran (Sujarwati, 2005). Sedangkan menurut Hasbullah bahwa edukati merupakan usaha
manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilainilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan (Hasbullah, 2006).

Dalam perkembangannya, istilah edukatif berarti bimbingan atau pertolongan yang


diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar dapat menjadi dewasa. Dari uraian di atas jelaslah
bahwa fungsi edukatif merupakan suatu kegiatan yang bersifat mendidik yang diberikan oleh orang
dewasa atau orangorang yang memiliki pengetahuan tertentu kemudian disampaikan kepada orang
lain melalui kegiatan guna memperbaiki kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai keagamaan.

Nilai-Nilai Edukatif Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa nilai adalah
sifat-sifat yang penting dan berguna bagi manusia sedangkan edukatif berarti bersifat mendidik dan
berkenaan dengan pendidikan (Depdiknas, 2005).Nilai adalah konsep, sikap dan keyakinan
seseorang terhadap sesuatuyang dipandang berharga olehnya (Buseri, 2004). Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia disebutkan bahwa nilai adalah sifat-sifat yang penting dan berguna bagi manusia
sedangkan edukatif berarti bersifat mendidik dan berkenaan dengan pendidikan (Depdiknas,
2005).Nilai adalah konsep, sikap dan keyakinan seseorang terhadap sesuatu yang dipandang
berharga olehnya (Buseri, 2004).

A. Pemberdayaan masyarakat

Pengertian pemberdayaan masyarakat Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang


mendapat awalan ber- menjadi kata”berdaya” artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya
kekuatan, berdaya memiliki arti kekuatan. Kata “berdaya” apabila diberi awalan pe- dengan
mendapat sisipan –m- dan akhiran –an manjadi pemberdayaan” Secara konseptual pemeberdayaan
(emperworment) berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan). Pemberdayaan
masyarakat, dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan sosial dimana penduduk sebuah komunitas
mengorganisasikan diri dalam membuat perencanaan dan tindakan kolektif, untuk memecahkan

12
masalah sosial atau memenuhi kebutuhan sosial sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang
dimiliki (Gunawan, 2009: 102).

Robert Chambers (Alfitri, 2011: 22) seorang ahli yang pemikiran dan tulisannya banyak
dicurahkan untuk kepentingan upaya pemberdayaan masyarakat berpendapat bahwa, pemberdayaan
masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nila-nilai sosial.
Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni bersifat people centered (berpusat
pada manusia), Participatory (partisipatif), empowering (memberdayakan) and sustainable
(berkelanjutan).

B. Tujuan Pemberdayaan

Tujuan utama pemberdayaaan adalah memperkuat kekuasaaan masyarakat khususnya


kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal (misalnya presepsi
mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak
adil). Ada beberapa kelompok yang dapat dikategorikan sebagai kelompok lemah atau tidak
berdaya meliputi:

a.Kelompok lemah secara stuktural, naik lemah secara kelas, gender, maupun etnis.

b.Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-anak, dan remaja penyandang cacat, gay dan
lesbian, masyarakat terasing.

c. Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami masalah pribadi atau keluarga.

Menurut Agus Syafi‟i, tujuan pemberdayaan masyarakat adalah mendirikan masyarakat atau
membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara
seimbang. Karena pemberdayaan masyarakat adalah upaya memperkuas horizon pilihan bagi
masyarakat. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang
bermanfaat bagi dirinya.

Payne mengemukakan bahwa suatu proses pemberdayaan (empowerment), pada intinya


bertujuan: membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menemukan
tindakan yang akan ia lakukan yang berkaitan dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek
hambatan peribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan
kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki, antara lain melalui
trasferdaya dari lingkungannya.

C. Prinsip Pemberdayaan

13
Prinsip pada umumnya dapat difahami sebagai ketentuan yang harus ada atau harus
dijalankan. Prinsip berfungsi sebagai dasar (pedoman) bertindak atau sebagai acuan dalam sebuah
proses dan sebagai target capaian. Menurut Mathew dalam Mardikanto (2014:105) “Prinsip adalah
suatu pernyataan tentang kebijakan yang dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan dan
melaksanakan kegiatan secara konsisten”. Oleh Karena itu, prinsip akan berlaku secara umum,
dapat diterima secara umum sehingga prinsip dapat dijadikan sebagai landasan pokok yang benar
bagi pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan. Menurut Mardikanto (2013:105) pemberdayaan
memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Mengerjakan, artinya kegiatan pemberdayaan harus sebanyak mungkin melibatkan masyarakat


untuk mengerjakan/menerapkan sesuatu. Karena melalui “mengerjakan” mereka akan mengalami
proses belajar (baik dengan menggunakan pikiran, perasaan, dan keterampilannya) yang akan terus
diingat untuk jangka waktu yang lama.

2) Akibat, artinya kegiatan pemberdayaan harus memberikan akibat atau pengaruh yang baik atau
bermanfaat. Karena perasan senang atau tidak senang akan mempengaruhi semangatnya untuk
mengikuti kegiatan belajar/pemberdayaan di masa mendatang.

3) Asosiasi, artinya setiap kegiatan pemberdayaan harus dikaitkan dengan kegiatan lainnya sebab
setiap orang cenderung untuk mengaitkan atau menghubungkan kegiatannya dalam
kegiatan/peristiwa yang lainnya.

D. Ciri-ciri Pemberdayaan Masyarakat

Berikut ini adalah ciri-ciri, yang terdiri dari Materi publik: setiap daerah memiliki potensi
sendiri yang dapat digunakan untuk menyediakan layanan medis. Misalnya, sebuah desa tidak jauh
dari waktu pengashila pasir dapat memperkuat jalan untuk memfasilitasi akses ke peluncuran.

1) Pengetahuan masyarakat: Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat


melalui pendidikan kesehatan yang beragam yang menggunakan pendekatan pendidikan kesehatan
berbasis masyarakat.

2) Teknologi komunitas: Teknologi sederhana di komunitas dapat digunakan untuk


mengembangkan program perawatan kesehatan, seperti menyaring air atau pasir.

3) Tokoh Masyarakat: Penyedia layanan kesehatan pertama-tama beralih ke tokoh masyarakat atau
tokoh masyarakat. Misalnya, Kamat, Jura, pemimpin biasa, ustad dan sebagainya.

4) Organisasi publik: organisasi seperti PKK, organisasi pemuda, Majlis Taklim dan lainnya adalah
potensi yang dapat digunakan sebagai mitra kerja dalam upaya memberdayakan masyarakat.

14
5) Community Foundation: Yayasan Sehat atau Jaminan Kesehatan Masyarakat (JPKM),
dikembangkan dengan prinsip gotong royong sebagai salah satu prinsip pemberdayaan masyarakat.

E. Strategi

1. Menciptakan iklim, memperkuat daya, dan melindungi. Dalam upaya memberdayakan


masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu; pertama, menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan
bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan.

2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Dalam rangka
pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, dan derajat
kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi,
informasi, lapangan kerja, dan pasar. Masukan berupa pemberdayaan ini menyangkut pembangunan
prasarana dan sarana dasar fisik, seperti irigasi, jalan, listrik, maupun sosial seperti sekolah dan
fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau oleh masyarakat pada lapisan paling bawah,
serta ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di perdesaan, dimana
terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya amat kurang. Untuk itu, perlu ada program khusus
bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena program-program umum yang berlaku tidak selalu
dapat menyentuh lapisan masyarakat ini.

3. Memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah
yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang
kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya
dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari
interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan lemah melihat masyarakat sebagai
sistem sosial. Artinya masyarakat terdiri dari atas bagian-bagian yang saling kerjasama untuk
mewujudkan tujuan bersama. Gotong royong dipercaya bahwa perubahan-perubahan masyarakat,
dapat diwujudkan melalui partisipasi luas dari segenap komponen dalam masyarakat.

Prosedur dalam gotong royong bersifat demokratis, dilakukan diatas kekuatan sendiri dan
kesukarelaan. pembangunan Teknikal Profesional, dalam memecahkan berbagai masalah kelompok
masyarakat dengan cara mengembangkan norma, peranan, prosedur baru untuk menghadapi situasi
baru yang selalu berubah.Dalam strategi ini peranan agen-agen pembaharuan sangat penting.

F. Indikator

Indikator pemberdayaan yaitu:

1. Kegiatan yang terencana dan kolektif.


15
2. Memperbaiki kehidupan masyarakat.

3. Prioritas bagi kelompok lemah atau kurang beruntung, dan

4. Dilakukan melalui program penigkatan kapasitas.

G. Tahapan pemberdayaan

1. Tahap Persiapan

Ada dua hal yang perlu dikerjakan dalam tahapan ini, yakni penyiapan petugas tenaga
pemberdayaan oleh community worker dan penyiapan lapangan. Persiapan ini dilakukan agar
pemberdayaan masyarakat dapat berlangsung dengan lancar.

2. Tahap Pengkajian

Tahap pengkajian atau assessment dapat dilakukan secara individual lewat kelompok-kelompok
masyarakat. Pada tahap ini, petugas mengidentifikasi masalah keputusan dan sumber daya yang
dimiliki klien. Ini dilakukanuntukmenentukansasaranpemberdayaan yang tepat.

3. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan

Dalam tahapan ini, petugas akan berperan sebagai exchange agent atau agen perubahan. Masyarakat
diharapkan bisa memikirkan beberapa alternatif program berikut kelebihan dan kekurangannya.
Nantinya, alternatif tersebut dipakai untuk menentukan program yang paling efektif.

4. Tahap Pemfomalisasi Rencana Aksi

Pada tahap pemfomalisasi, agen perubahan membantu kelompok untuk menentukan program yang
bisa mengatasi permasalahan. Petugas juga memfomalisasi gagasan tersebut ke dalam tulisan,
apabila ada kaitannya dengan pembuatan proposal pada penyandang dana.

5. Tahap Implementasi Program atau Kegiatan

Dalam tahap implementasi, masyarakat harus memahami maksud, tujuan dan sasaran program
untuk menghindari kendala dalam implementasi program. Mereka juga harus bekerja sama dengan
petugas.

6. Tahap Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap pengawasan dari warga dan petugas program pemberdayaan. Program ini
sebaiknya melibatkan warga untuk membangun komunitas pengawasan internal dan komunikasi
masyarakat yang lebih mandiri.

7. Tahap Terminasi
16
Pada tahapan terakhir, proyek harus berhenti. Sebab, masyarakat yang diberdayakan sudah mampu
mengubah kondisi yang sebelumnya buruk menjadi lebih baik. Dengan kata lain, mereka sudah bisa
menjamin kehidupan layak bagi diri sendiri dan keluarga.

17
BAB III

PEMBAHASAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DI DESA STIKES SANTA ELISABETH MEDAN


TAHUN 2023

3.1 PENGKAJIAN

3.1.1 Data Desa (Terlampir)

3.1.2 Data khusus tahun 2023

Jumlah KK : 61 KK

Jumlah Penduduk : 275 Jiwa

Jumlah penduduk laki-laki : 123 orang

Jumlah penduduk perempuan : 152 orang

18
TABEL PENGOLAHAN DATA

1.   Distribusi frekuensi jumlah penduduk berdasarkan umur


No. Umur Frekuensi Persentase
1. Bayi (0-12 bulan) 6 2%
2. Balita ( 1-4 tahun) 12 4%
3. Anak –anak ( 5-11 tahun) 17 6%
4. Remaja awal ( 12-16 tahun) 23 8%
5. Remaja akhir ( 17-25 tahun) 76 28%
6. Dewasa awal (26-35 tahun) 47 17%
7. Dewasa akhir ( 36-45 tahun 35 13%
8. Lansia awal ( 46-55 tahun) 40 15%
9. Lansia akhir ( 56-65 tahun) 17 6%
10. Manula ( > 65 tahun) 2 1%
Total 275 100%

Frekuensi jumlah penduduk berdasarkan umur


80

70

60

50

40

30

20

10

0
Bayi (0-12 Balita ( 1- Anak – Remaja Remaja Dewasa Dewasa Lansia Lansia Manula ( >
bulan) 4 tahun) anak ( 5- awal ( 12- akhir ( 17- awal (26- akhir ( 36- awal ( 46- akhir ( 56- 65 tahun)
11 tahun) 16 tahun) 25 tahun) 35 tahun) 45 tahun 55 tahun) 65 tahun)

2.   Distribusi frekuensi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin


Frekuensi Persentase
No. Umur
Laki2 Perempuan Laki2 Perempuan
1. Bayi (0-12 bulan) 4 2 3% 1%
2. Balita ( 1-4 tahun) 8 4 7% 3%
3. Anak –anak ( 5-11 tahun) 8 9 7% 6%
4. Remaja awal ( 12-16 tahun) 17 6 14% 4%
19
5. Remaja akhir ( 17-25 tahun) 22 45 18% 32%
6. Dewasa awal (26-35 tahun) 20 26 16% 18%
7. Dewasa akhir ( 36-45 tahun 13 23 11% 16%
8. Lansia awal ( 46-55 tahun) 21 20 17% 14%
9. Lansia akhir ( 56-65 tahun) 8 7 7% 5%
10. Manula ( > 65 tahun) 2 2% 0%
Total 123 152 100% 100%

jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin


50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Bayi (0-12 Balita ( 1- Anak – Remaja Remaja Dewasa Dewasa Lansia Lansia Manula ( >
bulan) 4 tahun) anak ( 5- awal ( 12- akhir ( 17- awal (26- akhir ( 36- awal ( 46- akhir ( 56- 65 tahun)
11 tahun) 16 tahun) 25 tahun) 35 tahun) 45 tahun 55 tahun) 65 tahun)

Frekuensi Laki2 Frekuensi Perempuan

3.   Distribusi frekuansi jumlah penduduk berdasarkan agama


No. Agama Frekuensi Persentase
1. Islam 23 8%
2. Kristen 161 59%
3. Katolik 91 33%
4. Hindu 0%
5. Budha 0%
6. Lainnya 0%
Total 275 100%

20
Jumlah penduduk berdasarkan agama

Islam Kristen Katolik Hindu Budha Lainnya

4.   Distribusi frekuansi jumlah penduduk berdasarkan pendidikan


No. Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase
1. SD 18 7%
2. SMP 32 13%
3. SMA 110 45%
4. Diploma 33 14%
5. Sarjana 49 20%
6. Magister 1 0%
7. Doktor 0%
8 0%
Total 243 100%

jumlah penduduk berdasarkan pendidikan

Magister

Sarjana

Diploma

SMA

SMP

SD

0 20 40 60 80 100 120

5.   Distribusi frekuansi jumlah penduduk berdasarkan suku bangsa


No. Suku Frekuensi Persentase
1. Jawa 4 7%
2. Batak 40 66%
3. Minang 1 2%
4. Melayu 0%
5. Dayak 1 2%
21
6. Nias 15 25%
Total 61 100%

jumlah penduduk berdasarkan suku bangsa

Jawa Batak Minang Melayu Dayak Nias

6.   Distribusi frekuansi jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan


No. Pekerjaan Frekuensi Persentase
1. PNS 15 11%
2. Honor 11 8%
3. Wiraswasta 46 34%
4. Pegawai swasta 20 15%
5. Petani 38 28%
6. Nelayan 2 1%
7. Buruh 4 3%
8 0%
Total 136 100%
jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan

50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
1

PNS Honor Wiraswasta Pegawai swasta


Petani Nelayan Buruh

7.   Distribusi frekuensi jumlah penduduk berdasarkan penghasilan


No. Penghasilan Frekuensi Persentase
1. Rendah 25 18%
2. Menengah 101 74%
3. Tinggi 10 7%
Total 136 100%

22
JUM LAH PENDUDUK BERDASARKAN PENGHASILAN
Rendah Menengah Tinggi

7%
18%

74%

8.   Distribusi frekuansi usia nikah ibu


No. Usia Nikah Ibu Frekuensi Persentase
1. < 20 tahun 6 33%
2. 20-35 tahun 52 66%
3. > 35 tahun 1 1%
Total 59 100%

USIA NIKAH IBU


< 20 tahun 20-35 tahun > 35 tahun

1%

33%

66%

9.   Distribusi anggota keluarga yang sakit berdasarkan jenis kelamin dan
umur
Frekuensi Persentase
No. Umur
Laki2 Perempuan Laki2 Perempuan
1. Bayi (0-12 bulan) 0% 0%
2. Balita ( 1-4 tahun) 3 33% 0%
3. Anak –anak ( 5-11 tahun) 2 1 22% 4%
23
4. Remaja awal ( 12-16 tahun) 3 1 33% 4%
5. Remaja akhir ( 17-25 tahun) 7 0% 30%
6. Dewasa awal (26-35 tahun) 6 0% 26%
7. Dewasa akhir ( 36-45 tahun 1 3 11% 13%
8. Lansia awal ( 46-55 tahun) 5 0% 22%
9. Lansia akhir ( 56-65 tahun) 0% 0%
10. Manula ( > 65 tahun) 0% 0%
Total 15 23 100% 100%

Anggota keluarga yang sakit


8

0
Balita ( 1-4 Anak –anak Remaja Remaja Dewasa Dewasa Lansia awal Lansia akhir Manula ( >
tahun) ( 5-11 awal ( 12- akhir ( 17- awal (26-35 akhir ( 36- ( 46-55 ( 56-65 65 tahun)
tahun) 16 tahun) 25 tahun) tahun) 45 tahun tahun) tahun)

Series1 Series2

10.     Distribusi anggota keluarga yang sakit berdasarkan jenis penyakit


No. Jenis Penyakit Frekuensi Persentase
1. Menular 1 3%
2. Tidak Menular 36 95%
3 Degenerative 1 3%
Total 38 100%

24
JENIS PENYAKIT
Menular Tidak Menular Degenerative

3% 3%

95%

11.     Distribusi anggota keluarga yang sakit berdasarkan penanggulangannya


No. Penanggulangan Frekuensi Persentase
1. Berobat 38 100%
2. Tidak berobat
Total 38 100%

BERDASARKAN PENANGGULANGAN
40

35

30

25

20

15

10

0
Berobat Tidak berobat

12.     Distribusi alasan anggota keluarga yang sakit tidak berobat


No. Alasan Tidak Berobat Frekuensi Persentase
1. Ekonomi
2. Jarak pelayanan kesehatan
25
3. Ketidaktersediaan petugas kesehatan
4. Kepercayaan
Total 0 0%

13.     Distribusi frekuansi jumlah KK berdasarkan Tipe keluarga


No. Tipe Keluarga Frekuensi Persentase
1. Nucleus family 47 77%
2. Extended family 2 3%
3. Keluarga dyad 2 3%
4. Single family 5 8%
5. Single adult 5 8%
6. Keluarga lansia 0%
7. Commune family 0%
8. Tanpa ikatan darah 0%
9. Homo seksual 0%
Total 61 100%

jumlah KK berdasarkan tipe keluarga


50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
1

Nucleus family Extended family Keluarga dyad Single family Single adult

14.     Distribusi frekuansi jumlah KK berdasarkan Tahap perkembangan keluarga


No. Tipe Keluarga Frekuensi Persentase
1. Pasangan Pemula/ Pasangan Baru Menikah 1 2%
2. Tahap dengan kelahiran anak pertama 4 7%
3. Tahap keluarga dengan anak pra sekolah 7 11%
4. Tahap dengan anak usia sekolah 7 11%
5. Tahap dengan melepas anak ke masyarakat 20 33%
6. Tahap kelaurga dengan berdua kembali 13 21%
7. Tahap remaja 7 11%
8. tahap dewasa muda 2 3%
61 100%

26
tahap perkembangan keluarga
25
20
15
10
5
h

t
ah

i
ka
a
ka

l
h

ba
m
0

la

ra
ko
i

a
en

m
ko

ud
ya
rt

se

aj
ke
M

pe

se

as

m
m
a
ru

ua
m
pr

re
ak

a
i
Ba

as
rd
us
an

ke
ak

w
be

ha
n

ak
an

ak
n

de
ga

Ta
ira

n
an

an
n
an

p
a
ah

ng

ha
n
ng

s
s

pa
Pa

de
l

ta
ke

ng
de

e
/

ga
de
n

el
a

ga
a

m
ul

ur
ng

p
ar
m

ha

la
n
de

lu
Pe

ke
Ta

ng
ke
p
n

p
ha

de
p
ga

ha
ha
Ta

p
an

Ta
Ta

ha
s
Pa

Ta

15.     Distribusi frekuansi jumlah KK berdasarkan cara penyelesaian masalah dalam


keluarga
No. Tipe Keluarga Frekuensi Persentase
1. Musyawarah 30 49%
2. Keputusan KK 31 51%
3. Bantuan orang lain 0%
4. Didiamkan 0%
Total 61 100%

cara penyelesaian masalah

Musyawarah
51% 49% Keputusan KK

16.     Distribusi Frekuensi Aktivitas Rekreasi


No. Jadwal Rekreasi Frekuensi Persentase
1. Ya 50 82%
2. Tidak 11 18%
Total 61 100%

27
aktivitas rekreasi

Ya Tidak

17.     Distribusi Frekuensi Tempat Rekreasi


No. Tempat Rekreasi Frekuensi Persentase
1. Mall 7 0%
2. Pantai 22 0%
3 Di rumah  21 0%
Total 50 0

18.     Distribusi frekuansi Pola makan keluarga berdasarkan frekuensi makan


No. Frekuensi Makan Frekuensi Persentase
1. Baik 60 98%
2. Kurang 1 2%
Total 61 100%

Pola makan berdasarkan frekuensi makan


70

60

50

40

30

20

10

0
Baik Kurang

19.     Distribusi frekuansi Pola makan keluarga berdasarkan penyajian makanan, pengolahan beras,
pengolahan sayur, penyimpanan makanan, pemilihan bahan makanan
No. Pola Makan Keluarga Frekuensi Persentase
28
Penyajian Makan
1. Baik 57 93%
2. Kurang 4 7%

Total 61 100%

Pengolahan beras
1. Baik 34 56%
2. Kurang 27 44%
Total 61 100%
Pengolahan sayur
1. Baik 47 77%
2. Kurang 14 23%
Total 61 100%
Penyimpanan makanan
1. Baik 58 95%
2. Kurang 3 5%
Total 61 100%
Pemilihan bahan makanan
1. Baik 61 100%
2. Kurang
Total 61 100%

20.     Distribusi frekuensi kebiasaan sehari-hari keluarga berdasarkan pola istirahat dan tidur, aktivitas
keluarga, rekreasi
No. Kebiasaan Sehari-Hari Frekuensi Persentase
Pola istirahat dan tidur
1. Baik 53 87%
2. Kurang 8 13%
Total 61 100%

Aktivitas keluarga (Keluarga Sering Melakukan Olahraga)

1. Baik 56 92%
2. Kurang 5 8%
Total 61 100%
Jenis Olahraga Yang Dilakukan
1 Lari Pagi 11 18%
2 Sepak Bola 3 5%
3 Tenis Meja 2 3%
4 Aktivitas rumah tangga 40 74%
Total 61 100%
Rekreasi Bersama
1. Baik 41 67%
2. Kurang 20 33%
Total 61 100%

29
penyajian makanan

Baik Kurang

pengolahan beras

Baik Kurang

pengolahan sayur
Baik Kurang

23%

77%

pENYIMPANAN MAKANAN
Baik Kurang

5%

95%

30
pemilihan bahan makanan

Baik
Kurang

100%

20.     Distribusi frekuensi kebiasaan sehari-hari keluarga berdasarkan pola istirahat dan
tidur, aktivitas keluarga, rekreasi
No. Kebiasaan Sehari-Hari Frekuensi Persentase
Pola istirahat dan tidur
1. Baik 53 87%
2. Kurang 8 13%
Total 61 100%

Aktivitas keluarga (Keluarga Sering Melakukan Olahraga)

1. Baik 56 92%
2. Kurang 5 8%
Total 61 100%
Jenis Olahraga Yang Dilakukan
1 Lari Pagi 11 18%
2 Sepak Bola 3 5%
3 Tenis Meja 2 3%
4 Dll…………….. 45 74%
Total 61 100%
Rekreasi Bersama
1. Baik 41 67%
2. Kurang 20 33%
Total 61 100%

Pola istirahat dan tidur


60

50

40

30

20

10

0
Baik Kurang

31
Pola istirahat dan tidur
60

50

40

30

20

10

0
Baik Kurang

jenis olahraga
50

45

40

35

30

25

20

15

10

0
Lari Pagi Sepak Bola Tenis Meja Dll……………..

rekreasi bersama
45

40

35

30

25

20

15

10

0
Baik Kurang

21.     Distribusi frekuensi perumahan dan karakteristik rumah berdasarkan bentuk


bangunan rumah, lantai rumah, luas rumah, luas ventilasi rumah, atap rumah, penerangan
dan kebersihan rumah
No. Perumahan Dan Karakteristik Rumah Frekuensi Persentase
Bentuk bangunan rumah
1. Baik 60 98%
2. Kurang 1 2%

32
Total 61 100%
Lantai rumah
1. Baik 60 98%
2. Kurang 1 2%
Total 61 100%
Luas rumah
1. Baik 61 100%
2. Kurang
Total 61 100%
Luas ventilasi rumah
1. Baik 61 100%
2. Kurang
Total 61 100%
Atap rumah
1. Baik 61 100%
2. Kurang
Total 61 100%
Penerangan rumah
1. Baik 61 100%
2. Kurang 0%
Total 61 100%
Kebersihan rumah
1. Baik 60 98%
2. Kurang 1 2%
Total 61 100%

lantai rumah
bentuk bangunan rumah
2%
2%

Baik
Kurang

98%
98%

Baik Kurang

luas rumah
Baik Kurang ventilasi rumah

33
100%

Baik Kurang

atap rumah penerangan rumah

Baik
Kurang

100%

Baik Kurang

34
kebersihan rumah

Baik Kurang

22.     Distribusi frekuensi perumahan dan karakteristik rumah berdasarkan komposisi


ruangan rumah
No. Komposisi ruangan rumah Frekuensi Persentase
1. R. tamu 60 20%
2. R. makan 60 20%
3. R. tidur 61 20%
4. R. dapur 60 20%
5. K. mandi 61 20%
Total 302 100%
komposisi rumah
61.2

61

60.8

60.6

60.4

60.2

60

59.8

59.6

59.4
R. tamu R. makan R. tidur R. dapur K. mandi

23.     Distribusi frekuensi sumber air minum berdasarkan sumber air minum keluarga,
kecukupan persediaan air minum, kualitas air, pengolahan air minum, dan jarak sumber
air minum
No. Sumber air minum Frekuensi Persentase
Memperoleh Air Minum
1. Baik 60 98%
2. Kurang 1 2%
Total 61 100%
Persediaan air minum
1. Baik 61 100%
2. Kurang 0%
Total 61 100%
35
Usaha Keluarga Mencukupi Air Minum

1. Dibeli 43 70%
2. Mencari Mata Air 17 28%
3 Menampung air hujan 1 2%
Total 61 100%
Pengolahan air minum
1. Baik 61 100%
2. Kurang 0%
Total 61 1
Jarak sumber air minum
1. Baik 61 100%
2. Kurang 0%
Total 61 1
Kualitas air minum
1. Baik 61 100%
2. Kurang 0%
Total 61 100%

memperoleh air minum memperoleh air minum


70
70

60
60

50
50

40
40

30
30

20
20

10
10

0
0 Baik Kurang
Baik Kurang

persediaan air minum usaha keluarga mencukupi air minum


50

45

40
70
35
60
30
50
25
40
20
30 15

20 10

10 5

0
0 Dibeli Mencari Mata Air Menampung air hujan
Baik Kurang

36
pengolahan air minum jarak sumber air minum
70 70

60 60

50 50

40
40

30
30

20
20

10
10

0
0 Baik Kurang
Baik Kurang

kualitas air minum


70

60

50

40

30

20

10

0
Baik Kurang

24.     Distribusi Frekuensi Sarana Pembuangan Tinja KK


No. Sarana Pembuangan Tinja Frekuensi Persentase
Jenis Pembuangan Tinja
1 Baik 61 100%
2 Kurang 0%
Total 61 100%
Kebiasaan Memelihara Jamban
1 Baik 61 100%
2 Kurang
Total 61 100%

kebiasaan memelihara jamban


jenis pembuangan tinja 37
Baik Kurang

Baik Kurang

25.     Distribusi Frekuensi Pembuangan Sampah dan Limbah


No. Sarana Pembuangan Tinja Frekuensi Persentase
Keluarga Membuang sampah
1 Baik 44 72%
2 Kurang 17 28%
Total 61 100%
Pengelolaan Limbah
1 Baik 57 93%
2 Kurang 4 7%
Total 61 100%

keluarga membuang sampah pengolahan limbah

7%
28%
Baik Baik
Kurang Kurang

72%
93%

38
26.     Distribusi Frekuensi Ternak dan Pemanfaatan Pekarangan Rumah
Ternak dan Pemanfaatan Pekarangan
No. Frekuensi Persentase
Rumah
Cara Memelihara Ternak
1 Baik 35 97%
2 Kurang 1 3%
Total 36 100%

Jarak Rumah Dengan Kandang Ternak

1 Baik 34 94%
2 Kurang 2 6%
Total 36 100%
Keadaan Kandang Ternak
1 Baik 34 94%
2 Kurang 2 6%
Total 36 100%
Keluarga Mempunyai Pekarangan
1 Baik 45 92%
2 Kurang 4 8%
Total 49 100%
Pemanfaatan Perkarangan
1 Baik 45 92%
2 Kurang 4 8%
Total 49 100%

jarak rumah dengan kandang ternak


keadaan kandang ternak

6%

Baik
Kurang

94%

keluarga mempunyai pekarangan CARA MEMELIHARA TERNAK


Baik Kurang

Kurang
3%

Baik Kurang Baik


97%

39
pemanfaatan pekarangan

Baik Kurang

27.     Distribusi frekuensi pemanfaatan sarana kesehatan keluarga berdasarkan fasilitas


pelayanan kesehatan
No. Pemanfaatan sarana kesehatan keluarga Frekuensi Persentase
1. Rumah sakit 17 25%
2. Puskesmas/ Pustu 12 18%
3. Praktek dokter 1 1%
4. Praktek bidan 11 16%
5. Polindes 11 16%
6. Poskesdes 2 3%
7. Posyandu 14 21%
8. Tidak menggunakan 0%
Total 68 100%

pemanfaatan sarana kesehatan keluarga


18

16

14

12

10

0
Rumah sakit Puskesmas/ Praktek dokter Praktek bidan Polindes Poskesdes Posyandu
Pustu

40
28.     Distribusi frekuensi pemanfaatan sarana kesehatan keluarga berdasarkan jarak
dengan rumah

No. Jarak dengan rumah Frekuensi Persentase


1. 1-2 km 37 61%
2. > 2 km 24 39%
Total 61 100%

jarak dengan rumah


40

35

30

25

20

15

10

0
1-2 km > 2 km

29.     Distribusi frekuensi perilaku yang merugikan kesehatan berdasarkan perilaku


merokok, penggunaan obat terlarang, konsumsi minuman keras, perilaku seks
menyimpang

No. Perilaku Frekuensi Persentase


Kebiasaan Merokok
1. Ya 41 49%
2. Tidak 20 51%

Total 61 100%

Penggunaan obat terlarang

1. Ya 0%
2. Tidak 61 100%
Total 61 100%
Konsumsi minuman keras
1. Ya 0%
2. Tidak 61 100%
Total 61 100%
Perilaku seks menyimpang
1. Ya 0%
2. Tidak 61 100%
Total 61 100%

41
kebiasaan merokok konsumsi minuman keras

Ya Tidak
Ya Tidak

perilaku seks menyimpang

Ya Tidak

30.     Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan keluarga tentang DHF ,Diare ,TBC, ISPA, Dermatitis, Gizi
Buruk, Stroke, Hipertensi ,DM, Anemia, AIDS, Faktor Resiko kehamilan, persalinan, masa nifas, dan BBL
serta Neonatus dan cara penanganan rawan bencana serta pertolongan pertama kecelakaan

No. Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase


DHF
1. Baik 58 95%
2. Kurang 3 5%
Total 61 100%
Diare
1. Baik 59 97%
2. Kurang 2 3%
Total 61 100%
42
TBC
1. Baik 58 95%
2. Kurang 3 5%
Total 61 100%
ISPA
1. Baik 43 70%
2. Kurang 18 30%
Total 61 100%
Dermatitis
1. Baik 47 77%
2. Kurang 14 23%
Total 61 100%
Gizi Buruk
1. Baik 47 77%
2. Kurang 14 23%
Total 61 100%
Stroke
1. Baik 45 74%
2. Kurang 16 26%
Total 61 100%
Hipertensi
1. Baik 59 97%
2. Kurang 2 3%
Total 61 100%
DM
1. Baik 58 95%
2. Kurang 3 5%
Total 61 100%
Anemia
1. Baik 59 97%
2. Kurang 2 3%
Total 61 100%
AIDS
1. Baik 42 69%
2. Kurang 19 31%

Total 61 100%

No. Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase

Faktor Resiko Kehamilan

1. Baik 1 33%
2. Kurang 2 67%
Total 3 100%

Faktor Resiko Persalinan

1. Baik 1 33%
43
2. Kurang 2 67%
Total 3 100%

Faktor Resiko Masa Nifas

1. Baik 1 25%
2. Kurang 3 75%
Total 4 100%

Faktor Resiko BBL Serta


Neonatus

1. Baik 1 33%
2. Kurang 2 67%
Total 3 100%
Cara Penanganan Rawan
Bencana
1. Baik 32 60%
2. Kurang 8 40%
Total 20 100%

Cara Penanganan
Pertolongan Pertama
Kecelakaan

1. Baik 28 68%
2. Kurang 13 32%
Total 41 100%

DHF Diare

60 60

50 50

40 40

30
30

20
20
10
10
0
1
0
1
Baik Kurang
Baik Kurang

TBC ISPA
70 50
45
60
40
50 35
30
40
25
30
44 20
15
20
10
10 5
0
0 1
1
dermatitis
Gizi buruk
50
50
45
45
40
40
35
35
30
30
25
25
20 20
15 15
10 10
5 5
0 0
1 1

Baik Kurang Baik Kurang

stroke
50
Hipertensi
45 70
40
60
35
50
30
40
25
20 30

15 20

10 10
5
0
1
0
1
Baik Kurang

Baik Kurang

DM 45 Anemia
70 70

60 60

50 50
30
30
20
20
10
10
0
0 1
1
Baik Kurang
Baik Kurang

AIDS faktor resiko kehamilan


45 2.5

40
2
35

30 1.5
25

20 1

15
0.5
10

5 faktor resiko masa nifas 0


1 faktor resiko persalinan
3.5 0 2.5
1 Baik Kurang

3 Baik Kurang
2

2.5
1.5

2
1
1.5

0.5
1

0.5 0
1

0 Baik Kurang
1

Baik Kurang

faktor resiko BBL serta Neonatus cara penanganan rawan bencana


2.5 14

12
2
10

8
1.5

1
4

2
0.5
0
1
0
1 Baik Kurang

Baik Kurang
46
cara penanganan P3K

30

25

20

15

10

0
1

Baik Kurang

31.     Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kesehatan Remaja


No. Kesehatan Remaja Frekuensi Persentase
Informasi Pubertas
1. Ya 58 98%
2. Tidak 1 2%
Total 59 100%
Sumber Informasi Pubertas
1. Media Massa (Koran, Radio, Majalah,dll) 8 10%
2. Tenaga Kesehatan 22 26%
3 Sekolah 23 27%
4 Lingkungan 11 13%
5 Orang tua 20 24%
Total 84 100%
Pengetahuan Pubertas
1. Ya 48 98%
2. Tidak 1 2%
Total 49 100%

Sumber Informasi Tentang NARKOBA

1. Media Massa (Koran, Radio, Majalah,dll) 21 29%


2. Tenaga Kesehatan 15 21%
3 Sekolah 10 14%
4 Lingkungan 10 14%
5 Orang tua 16 22%

47
Total 72 100%

Pengetahuan NARKOBA
1. Ya 52 88%
2. Tidak 7 12%

Total 59 100%

Pendidikan SEKS
1. Ya 52 88%
2. Tidak 7 12%

Total 59 100%

Informasi Tentang Pendidikan


1. Media Massa (Koran, Radio, Majalah,dll) 2 3%
2. Tenaga Kesehatan 40 60%
3 Sekolah 18 27%
4 Lingkungan 1 1%
5 Orang tua 6 9%
Total 67 100%

Sumber informasi pubertas


25

INFORMASI PUBERTAS 20

Ya Tidak
15

2%
10

0
98% Media Massa (Koran, Tenaga Kesehatan Sekolah Lingkungan Orang tua
Radio, Majalah,dll)

pengetahuan pubertas

2%
Ya
Tidak

98%

48
sumber informasi tentang narkoba
25
20
15
10
5
0

pengetahuan narkoba

12%
Ya
Tidak

88%

49
pendidikan seks
Ya Tidak

12%

88%

informasi tentang pendidikan


40
30
20
10
0

32.     Distribusi frekuensi jumlah KK berdasarkan ibu hamil


No. Ibu Hamil Frekuensi Persentase
Usia Kehamilan
1 0-12 minggu 1 33%
2 13-27 minggu 2 67%
3 28-40 minggu
Total 3 100%

Jarak kelahiran anak sebelumnya dengan kehamilan saat ini

1. < 2 tahun 1 50%


2. 2-3 tahun 1 50%
3. > 3 tahun
Total 2 100%

50
usia kehamilan
2.5

1.5

0.5

0
0-12 minggu 13-27 minggu 28-40 minggu

jarak kelahiran anak

< 2 tahun
50% 50% 2-3 tahun
> 3 tahun

33.     Distribusi frekuensi jumlah kejadian ibu hamil berdasarkan tempat pemeriksaan
kehamilan
No. Tempat pemeriksaan kehamilan saat ini Frekuensi Persentase
1. Rumah sakit 0%
2. Puskesmas/ Posyandu 0%
3. Praktek Dokter/ Bidan 2 67%
4 Dukun 1 33%
5. Tidak periksa 0%
Total 3 100%

51
tempat pemeriksaan kehamilan

Rumah sakit Puskesmas/ Posyandu Praktek Dokter/ Bidan


Dukun Tidak periksa

34.     Distribusi frekuensi usia kehamilan


berdasarkan jumlah pemeriksaan kehamilan
Jumlah pemeriksaan Total
Total
No. Usia kehamilan Persentas
Frekuensi
1 2 3 >4 e

1. 0-12 minggu 1 1 2 50%

2. 13-27 minggu 2 2 50%

3. 28-40 minggu

4. Tidak periksa

Total 100%

jumlah pemeriksaan kehamilan


2.5

1.5

0.5

0
0-12 minggu 13-27 minggu 28-40 minggu

52
35.     Distribusi Frekuensi Tidak Melakukan Pemeriksaan Kehamilan
Alasan Tidak Melakukan pemeriksaan
No. Frekuensi Persentase
kehamilan
1. Tidak tahu 1 50%
2. Merasa tidak perlu
3. Tempat jauh
4. Tidak ada waktu 1 50%
5. Malas
6. Dll………………..
Total 2 100%

alasan tidak melakukan pemeriksaan


1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
Tidak tahu Merasa tidak perlu Tempat jauh Tidak ada waktu

36.     Distribusi frekuensi kejadian ibu hamil berdasarkan Melakukan pemeriksaan


kehamilan
Alasan Melakukan pemeriksaan
No. Frekuensi Persentase
kehamilan
1. Kesadaran Sendiri 3 100%
2. Rutinitas
3. Anjuran Keluarga
4. Ada Keluhan
5. Dll………………..
Total 3 100%

53
alasan melakukan pemeriksaan

Kesadaran Sendiri Rutinitas Anjuran Keluarga

37.     Distribusi frekuensi kejadian ibu hamil berdasarkan pelayanan pemeriksaan kehamilan yang
diperoleh
Pelayanan pemeriksaan kehamilan yg di
No. Frekuensi Persentase
peroleh
1. Timbang berat badan 2 11%
2. Ukur tinggi badan 2 11%
3. Ukur tekanan darah 2 11%
4. Pemeriksaan urine 2 11%
5. Pemeriksaan darah 2 11%
6. Palpasi abdomen 3 16%
7. Diberi KMS 2 11%
8. Diberitahu tanda Bahaya Kehamilan 2 11%
Diberitahu kemana Harus Pergi mendapat
9. 2 11%
Pertolongan jika mengalami komplikasi
Total 19 100%

Pelayanan pemeriksaan kehamilan yg di


No. Frekuensi Persentase
peroleh
1. Lengkap 2 67%
2. Cukup lengkap
3. Kurang lengkap 1 33%

38.     Distribusi frekuensi kejadian ibu hamil berdasarkan perolehan imunisasi TT


No. Memperoleh imunisasi TT Frekuensi Persentase
1. Ya 2 67%
2. Tidak 1 33%
Total 3 100%

39.     Distribusi frekuensi ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT berdasarkan jumlah perolehan
imunisasi TT
No. Jumlah perolehan imunisasi TT Frekuensi Persentase
1. 1 kali 2 67%

54
2. 2 kali
3. > 2 kali
4. Tidak tahu 1 33%
Total 3 100%

40.     Distribusi frekuensi kejadian ibu hamil berdasarkan perolehan tablet zat besi
No. Memperoleh tablet zat besi Frekuensi Persentase
1. Ya 3 100%
2. Tidak
Total 3 100%

41.     Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Berdasarkan Pemeriksaan Penunjang


No. Pemeriksaan Penunjang Kehamilan Frekuensi Persentase
1. Hb 2 50%
2. Protein Urin 2 50%
Total 4 100%

42.     Distribusi frekuensi jumlah keluarga yang Mengalami Faktor Resiko kehamilan
No. Faktor Resiko Kehamilan Frekuensi Persentase
1. Ya
2. Tidak 3 100%
Total 3 100%

43.     Distribusi frekuensi jumlah keluarga berdasarkan Rencana Penolong Persalinan


No. Rencana Penolong Persalinan Frekuensi Persentase
1. Dokter
2. Bidan 3 100%
3. Perawat
4. Dukun
5. Dlll……………………
Total 3 100%

44.     Distribusi frekuensi ibu hamil yang mempunyai Keluhan Selama kehamilan saat ini
No. Keluhan Selama kehamilan saat ini Frekuensi Persentase
Keluhan
1. Ada 3
2. Tidak
Total 3
Keluhan Yang Dirasakan
1. Mual Muntah 2 25%
2. Mudah Lelah 1 13%
3 Susah BAB 1 13%
4 Pusing 2 25%
5 Sering Miksi 1 13%
6 Dll……………………………. 1 13%
55
Total 8 100%

Pelayanan pemeriksaan kehamilan yang di peroleh memperoleh imunisasi TT


2.5

1.5

0.5

0
Lengkap Cukup lengkap Kurang lengkap Ya Tidak

pemeriksaan penunjang kehamilan

Hb Protein Urin

keluhan yang dirasakan penkes yang didapat


2.5 3.5

3
2

2.5
1.5
2

1
1.5

0.5 1

0.5
0
Mual Muntah Mudah Lelah Susah BAB Pusing Sering Miksi Dll…………………………….
0
Senam Hamil ASI Kebersihan Diri Gizi Ibu Hamil Persi

56
48.     Distribusi frekuensi jumlah ibu bersalin berdasarkan jenis persalinan
No. Jenis persalinan Frekuensi Persentase
1. Normal
2. SC
Total

49.     Distribusi frekuensi jumlah ibu bersalin berdasarkan usia kehamilan saat persalinan
No. Usia kehamilan saat persalinan Frekuensi Persentase
1. < 37 minggu (Persalinan premature)
2. 37- 40 minggu (Persalinan aterm)
3. > 40 minggu (Persalinan post matur)
Total

50.     Distribusi frekuensi jumlah ibu bersalin berdasarkan orang yang menolong persalinan
No. Orang yang menolong persalinan Frekuensi Persentase
1. Dokter kandungan
2. Dokter umum
3. Bidan / perawat
4. Dukun
Total

51.     Distribusi frekuensi jumlah KK berdasarkan kejadian nifas 40 hari

No. Ibu nifas Frekuensi Persentase


Nifas Hari/ Minggu Ke
1. 0-10 hari 0%
2. 11-20 hari 0%
3 20-30 hari 0%
4 >31 hari 0%
Total 0 0%
Kunjungan Ulang
1 Ya
2 Tidak
Total 0 0%
Waktu Kunjungan Ulang
1 6 jam 0%
2 6 hari 0%
3 2 minggu 0%
4 6 minggu 0%
Total 0 0%
Frekuensi Kunjungan
1 1-2 Kali
2 3-4 kali
57
3 5-6 kali
4 >6 kali
Total
Alasan Tidak Kunjungan Ulang
1 Tidak tahu
2 Tidak perlu
3 Tidak Ada biaya
4 Tempat Yan-Kes jauh
Total

52.     Distribusi Frekuensi Berdasarkan Cara Perawatan


No. Cara Perawatan Frekuensi Persentase
Perawatan Tali Pusat
1. Tahu
2. Tidak tahu
Total
Cara Memandikan Bayi
1. Tahu
2. Tidak tahu
Total
Perawatan Perenium
1. Tahu
2. Tidak tahu
Total
Keluhan Selama Masa Nifas
1. Ada
2. Tidak ada
Total

53.     Distribusi Frekuensi jumlah ibu menyusui


No. Ibu Menyusui Frekuensi Persentase
1. Ya
2. Tidak
Total

54.     Distribusi frekuensi ibu Menyusui berdasarkan Alasan Yang Tidak Menyusui
No. Alasan Yang Tidak Menyusui Frekuensi Persentase
1. Bekerja
2. ASI Tidak lancer
3. Ibu hamil lagi
4. Payudara lecet/ bengkak
58
5. Ibu sakitdan tidak mau memberikan ASI
6 Estetika
7 Dll……………………….
Total

55.     Distribusi frekuensi jumlah ibu nifas berdasarkan komplikasi nifas


No. Komplikasi nifas Frekuensi Persentase
1. Perdarahan
2. Pingsan
3. Kejang-kejang
4. Demam tinggi
5. Nyeri payudara
6. Tasa sedih dan tertekan
7. Tidak mengalami
Total

56.     Distribusi frekuensi jumlah ibu nifas yang mengalami komplikasi nifas berdasarkan penanganan
komplikasi
No. Penaganan Komplikasi nifas Frekuensi Persentase
1. Tidak melakukan apa-apa
2. Istirahat
3. Minum obat
4. Minum jamu
5. Ke dukun
6. Ke bidan
7. Ke dokter
8.
Total

57.     Distribusi frekuensi jumlah ibu nifas berdasarkan Obat yang diperoleh
No. Obat Yang diperoleh Frekuensi Persentase
1. Vitamin A
2. Fe
Dll……………………………
Total

58.     Distribusi frekuensi berdasarkan Wanita Usia Subur


No. Pasangan Usia Subur Frekuensi Persentase
1. Ya 71 100%
2. Tidak
Total 71 100%

59.     Distribusi frekuensi berdasarkan Pasangan Usia Subur


No. Pasangan Usia Subur Frekuensi Persentase
1. Ya 34 94%
59
2. Tidak 2 6%
Total 36 100%

60.     Distribusi frekuensi berdasarkan Informasi Alat/ Cara KB


No. Informasi Pemakaian alat/cara KB Frekuensi Persentase
1. Dokter/ Bidan/Perawat 1 50%
2. Tetangga 1 50%
3 Radio/TV/Buku/Majalah
4 Dll………………………….
Total 2 100%

61.     Distribusi frekuensi pasangan usia subur yang menggunakan alat/cara KB berdasarkan jenis
alat/cara KB
No. Jenis alat/cara KB Frekuensi Persentase
1. Sanggama terputus
2. Pantang berkala/kalender
3. MAL
4. Diafragma/intravag
5. Kondom
6. Suntikan
7. Pil
8. AKBK
9. AKDR 1 100%
10. Sterilisasi wanita
11. Sterilisasi pria
Total 1 100%

62.     Distribusi Frekuensi Pasangan Usia Subur Berdasarkan Keluhan Penggunaan KB


No. Keluhan Penggunaan KB Frekuensi Persentase
1. Ya 1 100%
2. Tidak
Total 1 100%

63.     Distribusi frekuensi pasangan usia subur yang pernah menggunakan alat/cara KB berdasarkan
alasan utama tidak menggunakan KB/ Berhenti
No. Alasan utama Frekuensi Persentase
1. Tidak cocok
2. Efek samping
3. Ingin hamil lagi
4. Kurang informasi
5. Dll…………….
Total

64.     Distribusi frekuensi pasangan usia subur yang tidak menggunakan alat/cara KB berdasarkan
alasan utama tidak menggunakan KB
No. Alasan utama Frekuensi Persentase

60
1. Social budaya
2. Kurang informasi
3. Ibu menyusui
4. Agama
5. Suami tidak setuju
6. Tidak ada uang
7. Takut efek samping
8. Ingin punya keturunan
9. Dll…………………………….
Total

65.     Distribusi frekuensi jumlah anggota keluarga berdasarkan pemakaian alat kontrasepsi
Pemakaian alat kontrasepsi saat pertama kali
No. Frekuensi Persentase
berhubungan seksual
1. Kondom
2. Pil
3. Diafragma
4. Senggama terputus
5. Lainnya
6. Tidak menggunakan
Total

66.     Distribusi frekuensi jumlah anggota keluarga berdasarkan pernah memperoleh penyuluhan
kesehatan reproduksi
No. Pernah memperoleh penyuluhan Kes-Pro Frekuensi Persentase

1. Ya 41 100%
2. Tidak
Total 41 100%

67.     Distribusi frekuensi jumlah bayi 0-12 bulan berdasarkan kepemilikan KIA/KMS
No. Kepemilikan KIA/KMS Frekuensi Persentase
1. Ya 2 100%
2. Tidak
Total 2 100%

68.     Distribusi frekuensi jumlah bayi 0-12 bulan berdasarkan status imunisasi
No. Status imunisasi Frekuensi Persentase
1. Lengkap 1 50%
2. Tidak lengkap 1 50%
3. Tidak memperoleh imunisasi
4. Tidak ada catatan imunisasi

61
Total 2 100%

69.     Distribusi frekuensi jumlah bayi 1- < 5 tahun bulan berdasarkan kepemilikan KIA/KMS
No. Kepemilikan KIA/KMS Frekuensi Persentase
1. Ya 9 100%
2. Tidak
Total 9 100%

70.     Distribusi frekuensi jumlah bayi 1-< 5 tahun berdasarkan status imunisasi
No. Status imunisasi Frekuensi Persentase
1. Lengkap 9 100%
2. Tidak lengkap
3. Tidak memperoleh imunisasi
4. Tidak ada catatan imunisasi
Total 9 100%

71.     Distribusi frekuensi jumlah bayi yang tidak memperoleh imunisasi/imunisasi tidak lengkap
berdasarkan alasan
No. Alasan Frekuensi Persentase
1. Pelayanan kesehatan jauh
2. Biaya
3. Lupa
4. Dilarang keluarga
5. Kepercayaan
6. Vaksin tidak tersedia
7. lainnya
Total

72.     Distribusi frekuensi jumlah bayi 0-12 bulan berdasarkan perolehan ASI Eksklusif
No. Memperoleh ASI Frekuensi Persentase
1. Ya 1 50%
2. Tidak 1 50%
Total 2 100%

73.     Distribusi frekeunsi ibu yang menyusui bayi berdasarkan tindakan memberikan kolostrum
No. Kolostrum Frekuensi Persentase
1. Ya 2 100%
2. Tidak
Total 2 100%

74.     Distribusi frekuensi ibu menyusui berdasarkan Waktu Pemberian Menyusui


No. Waktu Pemberian ASI Frekuensi Persentase

62
1. Setiap menangis
2. Setiap 3 jam
3. Malam Hari saja
4 Setiap saat
Total

75.     Distribusi frekuensi Ibu menyusui berdasarkan rencana lama menyusui


No. Rencana Lama Menyusui Frekuensi Persentase
1. 6 Bulan
2. > 6 bulan
Total

76.     Distribudsi Frekuensi Ibu Menyusui Berdasrakan Alasan < 6 bulan Menyusui
No. Alasan < 6 bulan Menyusui Frekuensi Persentase
1 Ibu sakit
2 Ibu bekerja
3 Ibu hamil lagi
4 ASI tidak ada
5 Sudah waktunya
Total

77.     Distribusi Frekuensi Ibu Menyusui Berdasarkan Perawatan Payudara


No. Perawatan Payudara Frekuensi Persentase
1 Ya
2 Tidak
Total

78.     Distribusi Frekuensi Anak Tidak Diberi ASI Berdasarkan ASI pengganti
No. ASI Pengganti Frekuensi Persentase
1 Susu Formula khusus bayi
2 Air Tajin
3 Teh manis
4 Susu Kental manis
5 Air putih
6 Bubur saring/ Milna
Total

79.     Distribusi frekuensi Keluarga berdasarkan Aspek Lansia


No. Aspek Lansia Frekuensi Persentase
Anggota Keluarga Yang Lansia
1. Ya 24 100%
2. Tidak
Total 24 100%
Aktifitas Lansia
1. Mandiri 22 92%
2. Dibantu 2 8%
63
Total 24 100%
Pelayanan Kesehatan Lansia
1. Baik 24 100%
2. Kurang
Total 24 100%
Jenis Penyakit Lansia
1. DM
2. Hipertensi 3 38%
3 Stroke 2 25%
4 Jantung 2 25%
5 Osteoporosis 0%
6 Dll………………………………….. 1 13%
Total 8 100%

80.  Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Data Unit Kesehatan Masyarakat (UKBM)
No. UKBM Frekuensi Persentase

Keluarga Anggota JPKM/ BPJS/ Dana Sehat/ Asuransi

1. Ya 56 92%
2. Tidak 5 8%
Total 61 100%

Bentuk Fasilitas Kesehatan Berbasis Masyarakat

1. Posyandu 38 60%
2. Polindes 12 19%
3 Poskesdes 10 16%
4 Dll…………………………… 3 5%
Total 63 100%

Anggota Keluarga Yang Menjadi Donor darah Berjalan

1. Ya
2. Tidak 61 100%
Total 61 100%
Ambulance Desa
1. Ya 32 53%
2. Tidak 28 47%
Total 60 100%
Kegiatan Sosial
1 Karang Taruna 2 3%
2 Muda/ Mudi 23 29%
3 Ibu PKK 10 13%
4 STM 20 25%
5 Perwiritan 1 1%
6 Doa Lingkungan 24 30%
Total 80 100%

64
bentuk fasilitas kesehatan kegiatan sosial
40 30

35
25
30
20
25

20 15

15
10

10
5
5

0 0
Posyandu Polindes Poskesdes Dll…………………………… Karang Taruna Muda/ Mudi Ibu PKK STM Perwiritan Doa Lingkungan

3.3 Perumusan Masalah

What Who Where When How

65
Apa Siapa yang Dimana Kapan Besarnya

Masalahnya Bermasalah Terjadinya Terjadinya Masalah

Masalah ibu Anggota Desa Bulan Jumlah alasan

menyusui keluarga Stikes April yang tidak

Santa Tahun menyusui

Elisabeth 2023 sebanyak 60%

Medan

Tingkat Anggota Desa Bulan Jumlah


Stikes April
pengetahuan keluarga Santa Tahun sebanyak 54 %
Elisabeth 2023
dan masalah Medan

ibu nifas

Pengunaan KB Anggota Desa Bulan Jumlah


Stikes April
dan KESPRO keluarga Santa Tahun sebanyak 52 %
Elisabeth 2023
Medan
Kehamilan Anggota Desa Bulan Jumlah
Stikes April
resiko tinggi keluarga Santa Tahun sebanyak 52 %
Elisabeth 2023
Medan
Pengolahan Anggota Desa Bulan Jumlah
Stikes April
beras dan keluarga Santa Tahun Kurangnya
Elisabeth 2023
sayur Medan pengetahuan

sebanyak 47%

Asam lambung Anggota Desa Bulan Jumlah


Stikes April
keluarga Santa Tahun sebanyak 45%
Elisabeth 2023
Medan
Diare Anggota Desa Bulan Jumlah
Stikes April
keluarga Santa Tahun sebanyak 42%
Elisabeth 2023
Medan
TBC Anggota Desa Bulan Jumlah

66
keluarga Stikes April sebanyak 38%
Santa Tahun
Elisabeth 2023
Medan
Hernia Anggota Desa Bulan Jumlah
Stikes April
keluarga Santa Tahun sebanyak 5%
Elisabeth 2023
Medan
Sariawan dan Anggota Desa Bulan Jumlah
keluarga Stikes April sebanyak 4%
gigi berlubang Santa Tahun
Elisabeth 2023
Medan
Tipes Anggota Desa Bulan Jumlah
keluarga Stikes April sebanyak 47%
Santa Tahun
Elisabeth 2023
Medan
Resiko Anggota Desa Bulan Jumlah
keluarga Stikes April sebanyak 72%
persalinan Santa Tahun
Elisabeth 2023
Medan
Penanganan Anggota Desa Bulan Jumlah
keluarga Stikes April sebanyak 80%
bencana Santa Tahun
Elisabeth 2023
Medan
Gizi buruk Anggota Desa Bulan Jumlah
keluarga Stikes April sebanyak 72%
Santa Tahun
Elisabeth 2023
Medan
Asam urat Anggota Desa Bulan Jumlah
keluarga Stikes April sebanyak 50%
Santa Tahun
Elisabeth 2023
Medan
Kurangnya Anggota Desa Bulan Jumlah
keluarga Stikes April sebanyak 35%
pengetahuan Santa Tahun
Elisabeth 2023
tentang Medan

penyakit

Anemia Anggota Desa Bulan Jumlah


keluarga Stikes April sebanyak 46%
Santa Tahun
Elisabeth 2023

67
Medan
Hipertermi Anggota Desa Bulan Jumlah
keluarga Stikes April sebanyak 56%
Santa Tahun
Elisabeth 2023
Medan
Hipertensi Anggota Desa Bulan Jumlah
keluarga Stikes April sebanyak 89%
Santa Tahun
Elisabeth 2023
Medan
Penyimpanan Anggota Desa Bulan Jumlah
keluarga Stikes April sebanyak 90%
dan penyajian Santa Tahun
Elisabeth 2023
makanan Medan

Stroke Anggota Desa Bulan Jumlah


keluarga Stikes April sebanyak 36%
Santa Tahun
Elisabeth 2023
Medan
Kebersihan Anggota Desa Bulan Jumlah
keluarga Stikes April sebanyak 89%
rumah Santa Tahun
Elisabeth 2023
Medan
Kebiasaan Anggota Desa Bulan Jumlah
keluarga Stikes April sebanyak 79%
merokok Santa Tahun
Elisabeth 2023
Medan
Masalah Anggota Desa Bulan Jumlah
keluarga Stikes April sebanyak 92%
pemeliharaan Santa Tahun
Elisabeth 2023
ternak Medan

Pengetahuan Anggota Desa Bulan Jumlah


keluarga Stikes April sebanyak 72%
pembuangan Santa Tahun
Elisabeth 2023
sampah Medan

Istirahat Anggota Desa Bulan Jumlah


keluarga Stikes April sebanyak 89%
kurang Santa Tahun
Elisabeth 2023
Medan

68
3.4 Diagnosa Kebidanan

No Diagnosa Kebidanan Tanggal Ditemukan

04 April 2023
1 Masalah ibu menyusui
 Tingkat pengetahuan dan 04 April 2023
2 masalah ibu nifas
04 April 2023
3  Penggunaan kb dan kespro
04 April 2023
4  Kehamilan resiko tinggi
04 April 2023
5  Pengelolahan beras dan sayur
04 April 2023
6  Asam lambung
04 April 2023
7  Diare
04 April 2023
8  TBC
04 April 2023
9  Hernia
04 April 2023
10  Sariawan dan gigi berlubang
04 April 2023
11 Tifus
04 April 2023
12  Resiko kehamilan
 Pengetahuan penangann 04 April 2023
13 bencana
04 April 2023
14  Gizi buruk
04 April 2023
15  Asam urat
 Kurangnya pengetahuan 04 April 2023
16 tentang penyakit
04 April 2023
17  Anemia
04 April 2023
18  Hipertermia
04 April 2023
19  Hipertensi
 Penyimpanan dan penyajian 04 April 2023
20 makanan
04 April 2023
21  Stroke
04 April 2023
22  Kebersihan rumah
23  Kebiasaan merokok 04 April 2023

69
04 April 2023
24  Masalah pemeliharaan ternak
 Pengetahuan pembuangan 04 April 2023
25 sampah
04 April 2023
26  Istirahat yang kurang

Prioritas

No Masalah A B C D E F G H I J K Total Prioritas


Pengolahan beras dan
1 4 3 5 5 5 3 5 5 5 5 5 50 5
sayur
Penderita asam lambung 6
2 3 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 50
3 Kebiasaaan merokok 5 4 5 1 1 5 3 3 3 3 5 38 23
4 Kehamilan resiko tinggi 3 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 51 4
5 Risiko persalinan 3 5 4 4 3 5 5 3 5 4 5 46 12
Tingkat pengetahuan dan
6 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 52 2
masalah pada ibu nifas
7 Masalah ibu menyusui 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 53 1
Kurangnya pengetahuan
8 3 3 3 4 5 5 4 4 4 4 5 44 16
tentang penyakit
Masalah pemeliharaan
9 2 2 5 1 2 3 3 4 4 4 5 35 24
ternak
10 Hipertensi 1 4 4 3 5 5 5 4 3 4 5 43 19
Penggunaan KB dan
11 1 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 51 3
KESPRO
12 Stroke 1 5 4 4 1 5 4 4 3 4 5 40 21
13 Gizi buruk 1 5 5 4 3 5 5 4 3 5 5 45 14
14 Anemia 1 5 5 4 4 5 4 4 4 3 5 44 17
15 Istirahat kurang 1 2 5 3 3 2 2 1 4 2 1 26 26
Penyimpanan dan
16 1 1 5 3 5 4 5 5 5 3 5 42 20
penyajian makanan
Pengetahuan penanganan
17 1 1 5 5 5 5 3 5 5 5 5 45 23
bencana
18 Hipertermi 1 3 5 4 4 5 5 5 5 5 5 43 18
19 Asam urat 1 4 5 3 4 5 4 4 5 5 5 45 15
20 Diare 1 3 5 4 5 5 5 5 5 5 5 48 7
21 TBC 1 5 5 4 5 5 5 5 3 5 5 48 8
22 Hernia 1 5 5 4 5 3 5 5 5 5 5 48 9
Gigi berlubang dan
23 1 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 48 10
sariawan
24 Tipes 1 5 5 5 5 5 5 3 4 5 5 48 11
25 Kebersihan rumah 1 1 3 3 5 5 5 3 4 4 5 39 22
26 Kurangnya pengetahuan 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 5 32 25
tentang pembuangan

70
sampah

Keterangan :

Setelah selesai merumuskan masalah maka dilakukan prioritas masalah tersebut dengan

metode scoring.Adapun kriteria scoring adalah :

1. Tingkat bahaya

2. Perhatian masyarakat

3. Point prevalensi

4. Kemungkinan untuk dikelola

5. Iklim politik

Tiap komponen tersebut diberikan nilai atau pembobotan dengan parameter sebagai berikut :

+++++, 5 banyak sekali

++++, 4 banyak atau besar,lebih dari cukup

+++. 3 cukup

++, 2 sedikit atau kecil

+, 1 sedikit sekali atau kecil sekali

Berikut ini hasil dari prioritas masalah dengan mempergunakan nilai yang terbanyak yang diberikan

dari setiap masalah dengan cara mengalihkan setiap nilai kriteria.Proses kegiatan prioritas masalah

terdapat pada tabel diatas.

3.5 Intervensi Kebidanan sesuai dengan masalah

No Masalah PIC Waktu


Masalah ibu menyusui 1. lakukan penyuluhan atau penkes
08/05/2023
1 2. ajari posisi dan teknik menyusui yang
Pukul :08.30
benar
71
 Tingkat pengetahuan dan 1. lakukan penyuluhan atau penkes 08/05/2023
2
masalah ibu nifas 2. ajari ibu teknik perawatan payudara Pukul :09.00
 Penggunaan kb dan 1.mengenalkan alat kontrasepsi 08/05/2023
3
kespro 2.bantu aksepsor memilih kb Pukul :10.00
 Kehamilan resiko tinggi  1.menjelaskan kepada ibu resiko kehamilan
2.meganjurkan pemeriksaan rutin 08/05/2023
4
3.menjelaskan nutrisi yang baik untuk ibu Pukul :11.30
hamil
 Pengelolahan beras dan 1.melakukan penyuluhan tentang 09/05/2023
5
sayur pengelolahan makanan yang benar Pukul :08.00
 Asam lambung  1.menganjurkan keluarga ola makan
2.menganjurkan istirahat yang cukup 09/05/2023
6
3.menganjurkan ibu untuk mengatur pola Pukul :09.00
hidur hidup sehat .
 Diare  1. ajari keluaga member oralit sebagai
09/05/2023
7 penganan pertama
Pukul :09.50
2.menjaga kbersihan makanan
 TBC  1.menganjurkan melakukan pengobatan 09/05/2023
8
segera Pukul :10.30
 Hernia 09/05/2023
9
 1.menganjurkan dilakukan operasi Pukul :11.00
 Sariawan dan gigi  1.ajari perawatan gigi 09/05/2023
10
berlubang 2.memberikan obat anti nyeri Pukul :13.00
Tifus  1.menganjurkan mengontrl makanan 09/05/2023
11
2.menganjurkan istirahat yang cukup Pukul :13.30
 Resiko kehamilan  1.emberikan tentang tanda –tanda resiko 09/05/2023
12
persalinan Pukul :14.00
 Pengetahuan penangann 09/05/2023
13
bencana  1.penyuluhan tentang tanda-tanda bencana Pukul :14.30
 Gizi buruk  1.berikan penyuluhan tentang makanan
09/05/2023
14 seimbang
Pukul :15.00
2.menjelaskan bagaimana bahaya gizi buruk
 Asam urat  1.memberikan penkes tentang makanan
10/05/2023
15 rendah purirn
Pukul :07.30
2.istirahat yan cukup
 Kurangnya pengetahuan  1.penkes jenis penakit dan cara 10/05/2023
16
tentang penyakit penanganannya Pukul :08.00
 Anemia  1.anjurkan mengatur pola makan yang tinggi 10/05/2023
17
zat besi dan asam folat Pukul :08.30
 Hipertermia 10/05/2023
18
 1.menganjurkan pasien banyak minum Pukul :09.00
 Hipertensi  1.anjurkan mengatur pola makan 10/05/2023
19
2.menganjurkan olahraga Pukul :09.30
 Penyimpanan dan  1.ajari cara penyimpanan makanan yang
penyajian makanan baik 10/05/2023
20
2.menjelaskan waktu atau masa lama Pukul :10.00
pertahanan makanan
 Stroke 10/05/2023
21
 1.menganjurkan terapi Pukul :11.30
 Kebersihan rumah 10/05/2023
22
 Menjelaskan efek jika rumah tidak bersih Pukul :12.30
72
 Kebiasaan merokok  1. menjelaskan bahaya rokok (aktif dan 10/05/2023
23
pasif) Pukul :13.20
 Masalah pemeliharaan  1.menganjurkan rutin membersihkan kadang 10/05/2023
24
ternak dan ternak. Pukul :14.10
 Pengetahuan pembuangan  1.memberikan penkes akibatbbuang limbah 10/05/2023
25
sampah sembarangan. Pukul :15.00
 Istirahat yang kurang  1. menganjurkan keluarga menjaga pola 10/05/2023
26
istirahat. Pukul :15.30

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan di komunitas Desa Stikes Santa Elisabeth

Medan dimulai tanggal 4 April 2023 sampai 20 April 2023. Maka penulis membahas dengan

membandingkan teori dari hasil pelaksanaan manajemen kebidanan yang telah dilaksanakan sesuai

dengan 7 langkah manajemen yaitu pengkajian,identifikasi data dasar,antisipasi masalah

potensial,tindakan segera,intervensi,implementasi dan evaluasi.Penulis akan mengemukakan

masalah seluruh data-data sesuai yang terdapat antara teori dengan pelaksanaan di lapangan.

4.1 Pengkajian

Sudah terpenuhi dalam pengkajian dilakukan pengumpulan semua data lalu dilakukan

prioritas masalah untuk mendapatkan keluarga binaan.Pengkajian yang dilakukan yaitu identitas

keluarga,riwayat kehidupan keluarga,pola kebiasaan sehari-hari,aspek kesehatan

lingkungan,pengkajian pelayanan kesehatan keluarga.

Dalam mengumpulkan data dari desa Stikes Santa Elisabeth Medan tersebut petugas tidak

mengalami kesulitan karena kelaurga mau menerima petugas dengan senang hati dan mau memberi

jawaban kepada petugas mengenai data-data yang dikumpulkan petugas, terjadi beberapa

kesenjangan antara teori dan prektek karena dalam teori terdapat format pengkaian yang sejalan

dengan praktek yang dilakukan.

73
Dan dalam pengkajian ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dengan

praktik yang dilakukan penulis di lapangan. Seperti tipe ketiga keluarga tersebut adalah tipe

keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari ayah dan ibu dan anak yang diperoleh dari

keturunannya atau adopsi atau keduanya.

4.2 Interpretasi Data Dasar

Setelah melakukan pengumpulan data maka langkah berikutnya adalah penentuan

diagnose,masalah potensial dan kebutuhan,dimana diagnose tersebut adalah hal-hal yang terjadi

akibat dari permasalahan masyarakat tersebut.Permasalahan yang ada dalam keluarga dikaitkan

dengan tugas keluarga.Dalam interpretasi data dasart terlebih dahulu penulis membuat analisa

data,melakukan penskoringan,lalu membuat diagnosa berdasarkan scoring masalah yang

tertinggi.Adapun permasalahan yang ditemukan oleh pengkaji pada warga komunitas Desa Stikes

Santa Elisabeth Medan adalah :

1. Resiko kesehatan akibat kecanduan merokok

Dimana pada saat kunjungan dilakukan pengkajian kepada warga mengenai dampak dan

bahaya merokok dan keluaga mejawab tidak mengetahui dampak dan bahaya merokok. Terjadi

kesenjangan antara teori dan praktek dimana keluarga kurangnya mengetahui dampak dan bahaya

merokok.

2. Kurangnya pengetahuan pengolahan bahan makanan

Dimana pada saat kunjungan dilakukan pengkajian kepada warga mengenai cara pengolahan

beras yang baik, ibu/keluarga menjawab mencuci beras 3-4 kali. Terjadi kesenjangan antara teori

dan praktek dimana seharusnya mencuci beras 2 kali saja.

3. Kurangnya pengetahuan pengolahan bahan makanan

74
Dimana pada saat kunjungan dilakukan pengkajian kepada warga mengenai cara pengolahan sayur

yang baik, ibu/keluarga menjawab memasak sayur terlalu matang. Terjadi kesenjangan antara teori

dan praktek dimana seharusnya dicuci lebih dulu, dirajang lalu dimasak tidak terlalu matang.

4. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit

Dimana pada saat kunjungan dilakukan pengkajian kepada warga mengenai penyakit DHF,

ISPA dan DERMATITIS keluarga menjawab tidak mengetahui tentang penyakit DHF, ISPA dan

DERMATITIS.

5. Keluhan Penggunaan KB

Dimana pada saat kunjungan dilakukan pengkajian kepada warga mengenai penggunaan KB

keluarga menjawab masih pasangan usia subur tetapi tidak menggunakan KB karena takut efek

samping dan takut pemasangan alat kontasepsi KB.

6. Perawatan Payudara

Dimana pada saat kunjungan dilakukan pengkajian kepada warga mengenai cara perawatan

payudara keluarga menjawab tidak mengetahui cara perawatan payudara.

4.3 Identifikasi Diagnosa Masalah Potensial

Antisipasi masalah potensial adalah masalah yang mungkin terjadi lebih berat dari masalah

yang sudah ada.Permasalahan pada warga Desa Stikes Santa Elisabeth Medan tidak sulit untuk

diatasi karena dalam mengumpulkan data – data masyarakat,penulis tidak mengalami kesulitan dan

keluarga menjawab apa yang dipertanyakan dan bahkan bersedia mendengarkan penjelasan dari

petugas sehingga masalah tidak menjadi lebih berat. Tetapi apanila permasalahn tersebut tidak

segara diatasi akan berakibat khususnya bagi keluarga itu sendiri.

1. Resiko kecanduan merokok

75
Masalah potensial: Ancaman kesehatan

2. Potensial pengolahan makanan

Masalah potensial: Berkurangnya gizi pada beras dan sayur

3. Potensial kurangnya pengetahuan penyakit DHF, ISPA dan DERMATITIS

Masalah potensial : Tidak dapat mendeteksi dini penyakit DHF, ISPA dan DERMATITIS

4. Keluhan penggunaan KB

Masalah Potensial :Dapat menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan dan tidak dapat

menjarakkan kehamilan.

5. Perawatan Payudara

Masalah potensial : Masalah yang akan timbul jika tidak mengetahui perawatan payudara secara

dini

4.4 Tindakan segera

Prioritas masalah atau tindakan segera adalah tindakan yang sesegera mungkin dilaksanakan

dan dapat dikerjakan.Dari permasalahan yang ada pada masyarakat petugas memberikan

penyuluhan. Penyuluhan tersebut diterima warga Desa Stikes Santa Elisabeth Medan mereka

berjanji/bersedia akan melaksanakan apa yang telah dijelaskan oleh penulis.

4.5 Intervensi

Pada langkah ini belum tampak kesenjangan walaupun sudah direncanakannya asuhan yang

menyeluruh terhadap masalah yaitu diagnosa yang telah diidentifikasi titik pengkaji berikan penkes

mengenai metode alat perilaku hidup tidak sehat (merokok), teknik pengolahan bahan beras yang

badan benar, pengetahuan tentang penyakit DHF. Lakukan penyuluhan mengenai pijat bayi, senam

ibu hamil, pankes untuk ibu hamil, KPSP, pijat bayi pada bayi 0 sampai 12 bulan, mencuci tangan,

cara menyikat gigi dan breast care.


76
4.6 Implementasi

Pada langkah ini tanpa ada kesenjangan walaupun sudah direncanakannya asalnya

menyeluruh terhadap masalah itu diagnosa yang telah di identifikasi. Pengkajian memberikan

pancake mengenai metode penyuluhan mengenai. Melakukan penyuluhan mengenai pijat bayi

KPSP cara mencuci tangan menyikat gigi dan breast care.

4.7 Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi secara efektif dari asuhan yang sudah diberikan

meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan yang terpenuhi sesuai dengan kebutuhan

Sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosa. Terjadi kesenjangan antara teori

mengenai penggunaan alat kontrasepsi pada warga desa Stikes Santa Elisabeth Medan pada praktek

di lapangan karena pada teori hasil evolusi semua masalah yang ada pada keluarga seharusnya dapat

teratasi namun pada kenyataannya hanya sebagian masalah yang dapat teratasi, masalah lainnya

hanya sebagian teratas dan dilakukan kerjasama dengan tenaga kesehatan di Stikes Santa Elisabeth

Medan pada praktek di lapangan karena pada teori hasil evolusi semua masalah yang ada pada

keluarga seharusnya dapat teratasi namun pada kenyataannya hanya sebagian masalah yang dapat

teratasi, masalah lainnya hanya sebagian teratas dan dilakukan kerjasama dengan tenaga kesehatan

(Bidan desa).

BAB V

PENUTUP
77
5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan umum dan tujuan khusus yang telah dilakukan pada Asuhan Kebidanan
Komunitas di Desa stikes santa Elisabeth medan dapat disimpulkan:

1. Dari hasil pengkajian yang penulis lakukan didapatkan sikap masyarakat sangatkooperatif saaat
dilakukan wawancara,begitu juga dengan lingkungan serta tingkat pengetahuan masyarakat yang
kurang mengenai bahaya merokok, pengolahan makanan yang baik, pentingnya olahraga, penyakit
DHF, ISPA dan DERMATITIS, keluhan pengguna KB dan perawatan payudara.

2. Mahasiswa merencanakan Asuhan Kebidanan Komunitas dengan diberikan penyuluhan yang


berhubungan dengan masalah yang ada dimasyarakat.

3. Tindakan segera yang harus dilakukan oleh mahasiswa adalah memberikan penyuluhan tentang
masalah kesehatan dan mengantisipasi yang mungkin terjadi di masyarakat.

5.2 SARAN

1. Bagi mahasiswa

Mahasiswa dalam mengikuti praktek belajar lapangan dengan penuh semangat dan
kreativitas tanpa batas. Belajar dengan sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan PBL.

2. Masyarakat Desa stikes santa Elisabeth medan

Masyarakat agar ikut berpartisipasi dalam mengembangkan kSSSesehatan lingkungannya


dan lebih meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan.

3. Bagi institusi

78
Semoga kedepannya, institusi terus melaksanakan kegiatan PBL untuk menambah wawasan
mahasiswa/I dalam kerja lapanan nyata sebelum memasuki duni kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Eprints.ums.ac.id/43093/6/BAB I.pdf

El sinta Lusiana.2017 Buku Ajar Kebidanan Komunitas Padang: Erka

ICM. 2014. “Philosophy and Model of Midwifery Care” www.internationalmidwives.org

Kemenkes RI. 2010. Pedoman pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak (PWKIA).
Jakarta

Pudiastuti. 2011. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Nuhamedika Retna, Ery dan Sriati. 2008.
Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komunitas. Numed: Jakarta

Walyani, S.2014. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS Yulifah, Rita.
2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.

79
80
81

You might also like