You are on page 1of 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KANKER VULVA

Disusun oleh:

AULA RAHMAWATI
NIM. 1711123067

PRAKTIK PROFESI NERS KEPERAWATAN MATERNITAS


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2022
KANKER VULVA
A. Definisi
Kanker vulva adalah keganasan yang menyerang vulva atau labia. Kanker vulva
merupakan kanker ginekologi terbanyak nomor 4 setelah kanker rahim, indung telur, dan
serviks dengan angka kejadian 5% dari seluruh keganasan ginekologi. Di Amerika Serikat
insiden kanker vulva adalah 2,5 per 100.000 wanita. Kanker ini sering ditemui pada wanita
pasca menopause, dengan usia rata-rata 65 tahun (Mulhawardhana & Hartono, 2020)
B. Anatomi Fisiologi
Vulva membentang dari mons pubis sampai ke tepi perineum. Gambar skematik vulva
dapat dilihat pada Gambar 1. Bagian-bagian dari vulva adalah sebagai berikut:

1. Mons pubis merupakan bagian yang menonjol di bagian depan simfisis terdiri dari jaringan
lemak dan sedikit jaringan ikat.
2. Labia mayor adalah kelanjutan mons pubis ke arah kaudal dan posterior, berupa lapisan
lemak dan banyak mengandung pleksus vena. Bagian luar tertutup rambut yang merupakan
kelanjutan rambut pada mons pubis, sedangkan bagian dalam tanpa rambut, dilapisi dengan
mukosa yang tipis serta mengandung kelenjar sebasea. Panjang labia mayor sekitar 7-8 cm,
lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada kaudalnya.
3. Labia minor merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak di bagian dalam labia
mayor dan tanpa rambut. Labia minor bersatu di anterior pada clitoris dan di posterior pada
frenulum. Labia minor banyak mengandung pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut
saraf sensorik.
4. Clitoris merupakan bagian alat reproduksi luar pada wanita yang bersifat erektil. Terletak
di anterior dari labia minor. Terdiri atas dua bagian, yaitu glans clitoris dan corpus clitoris.
Organ ini mengandung banyak mengandung pembuluh darah dan serabut saraf sensorik.
5. Vestibulum adalah daerah dengan batas anterior adalah clitoris, batas posterior adalah
frenulum dan batas lateralnya adalah labia minor. Terdapat 6 saluran yang bermuara pada
vestibulum, yaitu orificium uretra externum, introitus vagina, muara ductus bartholin
kanan-kiri dan muara ductus skene kanan-kiri.
6. Kelenjar Bartholin adalah kelenjar yang terletak pada vulva kanan dan kiri. Kelenjar ini
berfungsi menghasilkan cairan pelumas/ lubrikan ke mukosa vagina, terutama pada saat
hubungan seksual.
7. Frenulum merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada
pertemuan ujung bawah labia mayor dan labia minor. Frenulum clitoris terletak di anterior,
sedangkan frenulum labia minor terletak di posterior dari introitus vagina.
C. Etiologi
Etiologi kanker vulva masih belum diketahui secara pasti, namun diketahui bahwa faktor
risiko kanker vulva adalah multifaktorial. Faktor risiko kanker vulva adalah sebagai berikut:
1. Usia lanjut. Median usia pasien yang terdiagnosis kanker vulva adalah 70 tahun. Namun
demikian, terdapat sebagian pasien yang menderita kanker vulva pada usia yang lebih
muda. Hal ini dikaitkan dengan adanya faktor risiko lainnya, yaitu infeksi human
papilloma virus (HPV) dan adanya vulvar intraepithelial neoplasia (VIN).
2. Infeksi HPV subtipe 16, 18 dan 31.
3. Lesi Prekanker/Preinvasive Lessions, dapat berupa vulvar intraepithelial neoplasia (VIN),
Bowen disease dan Paget disease.
4. Merokok.
Merokok meningkatkan risiko seseorang terkena kanker vulva. Vaccarella et al.,
melaporkan analisis data panel dari 13 survey HPV oleh International Agency for Research
on Cancer (IARC) di 11 negara pada 1993–2005. Mereka menyimpulkan bahwa riwayat
konsumsi rokok berhubungan dengan peningkatan signifikan risiko prevalensi infeksi
HPV. Pada current smoker, risiko untuk menjadi HPV positif meningkat bersamaan
dengan meningkatnya jumlah rokok yang dikonsumsi per hari. Wanita yang dilaporkan
mengkonsumsi rokok sebanyak 15 batang atau lebih per hari memiliki risiko HPV positif
sebanyak dua kali lipat dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah merokok.
5. Imunodefisiensi. Penurunan fungsi imunitas pada pasien akan berdampak pada proses-
proses infeksi HPV yang lebih agresif.
6. Lichen Sclerosis
Lichen sclerosis adalah kondisi di mana kulit vulva menjadi lebih tipis dan gatal,
biasanya diikuti dengan adanya macula. Penyebab lichen sclerosis belum diketahui secara
pasti. Sekitar 4% wanita dengan lichen sclerosis akan berkembang menjadi kanker vulva.
7. Kanker Genitalia Lainnya
Wanita dengan kanker serviks memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena kanker
vulva. Hal ini mungkin dikarenakan kedua jenis kanker tersebut memiliki beberapa faktor
risiko serupa. Tipe HPV yang dihubungkan pada kanker serviks juga dihubungkan dengan
kejadian kanker vulva. Merokok juga merupakan faktor risiko bagi kedua jenis kanker
diatas.
D. Patofisiologi
Faktor penyebab kanker
1. Usia lanjut
2. Infeksi HPV KANKER VULVA Pentalaksanaan
3. Merokok
4. Genetik
5. Imunodefisiensi
6. Lichen Sclerosis
7. Kanker genitalia lainnya

Vaskularisasi Tindakan Pembedahan


jaringan Pembesaran massa Kemoterapi
Pruritus
menurun CCV

Menekan Penurunan Mual & Muntah


Digaruk metabolisme Intra Op Post Op
Peradangan jaringan Pre Op
jaringan sekitarnya
vulva
Nafsu makan
Gangguan Suplai O2 menurun Terdapat
Kurang Suhu
rasa nyaman Penekanan saraf dan nutrisi terpapar luka akibat
kejaringan ruangan
Nekrosis informasi pembedahan
menurun dingin
Berat badan
Nyeri Kronis menurun
Bau Busuk Defisit Gangguan
Kelelahan Risiko
Pengetahuan Hipotermi integritas
Defisit Nutrisi kulit/jaringan
Gangguan Citra Tubuh
Intoleransi Ansietas
aktivitas Risiko Efek Obat
Perdarahan anastesi

Risiko bersihan
Resiko Infeksi jalan napas Hipersaliva
tidak efektif
E. Manifestasi Klinis
Menurut Jong (2005) dalam bukunya menyebutkan manifestasi klinis kanker vulva
adalah sebagai berikut:
1. Pruritus yang lama sembuhnya merupakan gejala-gejala yang paling umum.
2. Perdarahan, rabas yang berbau tidak sedap, dan nyeri merupakan tanda-tanda penyakit
tahap lanjut.
3. Lesi dini tampak sebagai dermatitis, kemudian benjolan yang terus tumbuh dan menjadi
keras.
F. Stadium Ca Vulva

Stadium Penjelasan
I Tumor hanya terbatas pada vulva atau pada vulva dan perineum, dan belum menyebar.
IA Tumor hanya terbatas pada vulva atau vulva dan perineum, berukuran 2 cm atau
kurang, belum menyebar dan tidak lebih dalam dari 1 mm
IB Tumor berukuran lebih besar dari 2 cm atau lebih dalam dari 1mm, tapi hanya terbatas
pada vulva atau vulva dan perineum
II Tumor ukuran berapapun yang sudah menyebar ke struktur terdekat sekitarnya,
termasuk bagian terbawah uretra, vagina, atau anus. Belum ada penyebaran ke KGB
atau bagian lain dari tubuh.
III Kanker telah menyebar ke jaringan sekitarnya, seperti vagina, anus, atau uretra, dan
ke KGB lipat paha. Tidak terdapat metastasis jauh.
IIIA Kanker telah menyebar ke jaringan sekitarnya (vagina, anus, atau uretra). Terdapat 1
atau 2 metastasis ke KGB, tapi berukuran kurang dari 5 mm, atau terdapat 1 metastasis
berukuran 5 mm. Tidak terdapat metastasis jauh.
IIIB Kanker telah menyebar ke jaringan sekitarnya (vagina, anus, atau uretra). Terdapat 3
atau lebih metastasis ke KGB, namun berukuran kurang dari 5 mm, atau terdapat 2
atau lebih metastasis berukuran 5 mm. Tidak terdapat metastasis jauh.
IIIC Kanker telah menyebar ke jaringan sekitar (vagina, anus, atau uretra) dan ke 1 atau
lebih KGB dan kapsul KGB sekitarnya, atau menyelimutinya. Tidak terdapat
metastasis jauh.
IV Kanker telah menyebar ke bagian atas vagina atau bagian bawah uretra, atau telah
menyebar ke bagian yang jauh di tubuh.
IVA Tumor telah menyebar ke bagian atas uretra, vagina, atau anus; kanker telah menyebar
ke KGB regional dan menyebabkan ulserasi; atau telah melekatkan KGB ke jaringan
di bawahnya. Tidak terdapat metastasis jauh.
IVB Kanker telah menyebar ke bagian yang jauh di tubuh.

G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada kanker vulva berupa:
1. FNAB: pemeriksaan jarum halus untuk mendapatkan aspirat sampel yang diperiksa untuk
mengetahui jenis sel kanker. FNAB dapat diperiksa pada massa yang dicurigai sebagai
kanker vulva maupun pada KGB, terutama inguinal yang mengalami pembesaran.
2. Pap smear dapat diperiksa untuk mengetahui adanya keterlibatan serviks pada pasien
dengan kanker vulva. Selain itu, pada kanker vulva dengan stadium lanjut lokal, dapat
dilakukan pemeriksaan sistoskopi dan rektoskopi sesuai dengan indikasi kecurigaan
keterlibatan pada organ tersebut.
3. CT scan dan MRI pelvis dilakukan untuk mengetahui ukuran tumor dan ekstensinya ke
organ sekitarnya. MRI lebih unggul dalam memberikan gambaran yang lebih tepat pada
jaringan lunak dari pada CT scan. Selain itu, pemeriksaan CT scan dan MRI pelvis juga
dapat memberikan data mengenai keterlibatan KGB regional pada kanker vulva.
H. Penatalaksanaan
Pilihan modalitas terapi utama kanker vulva adalah:
1. Pembedahan
Tindakan pembedahan pada kanker vulva berupa vulvektomi atau wide eksisi
dengan limfadenektomi KGB inguinofemoral. Indikasinya adalah kanker vulva dengan
stadium T1-T2 (operable). Pada kanker vulva stadium lebih lanjut atau yang inoperable
dapat diberikan kemoradiasi terlebih dahulu. Bila respon tumor terhadap kemoradiasi baik
dan tumor menjadi operable, dapat dipertimbangkan tindakan pembedahan.
Minimal margin tumor pada tindakan pembedahan adalah 8 mm berdasarkan hasil
pemeriksaan patologi anatomi. Margin minimal 8 mm dari tumor lokal dapat
meminimalisir kekambuhan lokal. Pada kanker vulva yang invasi terdalamnya >1 mm,
dianjurkan dilakukan diseksi KGB inguinal superfisial dan profunda.
2. Kemoterapi
Kemoterapi bersama dengan radiasi (kemoradiasi) berperan sebagai terapi adjuvan
paska operasi. Namun pada kanker vulva yang inoperable, kemoradiasi dapat berperan
sebagai terapi induksi atau sebagai terapi definitif. Sedangkan pada stadium lanjut dengan
metastasis jauh, kemoterapi menjadi terapi pilihan utama. Regimen kemoterapi pilihan
pada kanker vulva adalah 5FU dan Mitomycin C, atau cisplatin dan 5FU.
3. Radiasi
Radiasi dapat berperan sebagai terapi ajuvan paska operasi, atau sebagai menjadi
pilihan terapi induksi bersama dengan kemoterapi (kemoradiasi). Radiasi juga dapat
berperan dalam terapi paliatif pada kanker vulva stadium lanjut, terutama untuk mengatasi
keluhan nyeri dan perdarahan. Radiasi dapat diberikan dengan teknik 2D, 3D atau IMRT,
tergantung dari stadium dan ekstensi tumor. Brakiterapi interstisial dapat menjadi pilihan
teknik radiasi bila tumor inoperable dengan invasi tumor yang dalam.
I. Prognosis
Prognosis pasien dengan kanker vulva dapat dilihat pada Tabel 4. Terlihat bahwa pada
kanker vulva dengan stadium I-II memiliki angka kesintasan 30% lebih baik dibandingkan
pada stadium III.
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, usia, status perkawinan, pekerjaan,
jumlah anak, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan terakhir, asal suku bangsa,
tanggal masuk rumah sakit, nomor rekam medik, nama orangtua dan pekerjaan
orangtua.
b. Keluhan utama
Biasanya pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan seperti nyeri pada vulva,
terdapat benjolan, dan pada pasien kanker vulva post kemoterapi biasanya datang
dengan keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji apakah pasien memiliki riwayat penyakit IMS, apakah pernah memiliki
riwayat kanker pada vagina.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling mempengaruhi
karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan genetika. Keluarga yang memiliki
riwayat kanker didalam keluarganya lebih berisiko tinggi terkena kanker dari pada
keluarga yang tidak ada riwayat di dalam keluarganya (Diananda, 2008).
e. Keadaan psikososial
Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta harapan
terhadap pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan suami/keluarga terhadap
pasien dari sumber keuangan. Konsep diri pasien meliputi gambaran diri peran dan
identitas. Kaji juga ekspresi wajah pasien yang murung atau sedih serta keluhan pasien
yang merasa tidak berguna atau menyusahkan orang lain (Reeder, 2013).
f. Data khusus
1) Riwayat Obstetri dan Ginekologi
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker vulva yang perlu
diketahui adalah:
a) Riwayat haid
Apakah pasien sudah menopause atau belum karena kanker vulva sering terjadi
pada seseorang dengan usia > 65 tahun yang telah mengalami menpouse.
b) Riwayat kehamilan dan persalinan
Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker serviks terbanyak pada
wanita yang sering partus, semakin sering partus semakin besar resiko
mendapatkan karsinoma serviks (Aspiani, 2017).
g. Aktivitas dan Istirahat
1) Kelemahan atau keletihan.
2) Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari.
3) Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas dan
h. Integritas ego
Gejala: faktor stress, menolak diri atau menunda mencari pengobatan, keyakinan
religious atau spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan, menyangkal atau tidak
mempercayai diagnosis dan perasaan putus asa (Mitayani, 2009).
i. Eliminasi
Perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi, urinalis, misalnya karena nyeri
(Mitayani, 2009).
j. Makan dan minum
Kebiasaan diet yang buruk, misalnya rendah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan
pengawet (Mitayani, 2009).
k. Neurosensori
Gejala: pusing, sinkope (Mitayani, 2009).
l. Nyeri dan kenyamanan
Gejala: adanya nyeri dengan derajat bervariasi, misalnya ketidaknyamanan ringan
sampai nyeri hebat sesuai dengan proses penyakit (Mitayani, 2009).
m. Keamanan
Gejala: pemajanan zat kimia toksik, karsinogen.
Tanda: demam, ruam kulit, ulserasi. (Mitayani, 2009).
n. Integritas sosial
Ketidaknyamanan dalam bersosialisasi, perasaan malu dengan lingkungan, perasaan
acuh (Mitayani, 2009).
o. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Biasanya pada pasien kanker vulva post kemoterapi mengalami rambut rontok dan
mudah tercabut.
2) Mata
Periksa apakah konjungtiva anemis, adakah gangguan penglihatan.
3) Hidung
Adakah secret, gangguan penciuman, adakah pernapasan cuping hidung.
4) Telinga
Apakah terdapat gangguan pendengaran, nyeri, pengeluaran cairan telinga, dll.
5) Leher
Adanya pembesaran kelenjar getah bening pada stadium lanjut.
6) Dada
Kaji apakah dada simetris, pengembangan dada maksimal, penggunaan otot bantu
pernapasan, suara napas, teraba massa atau tidak.
7) Abdomen
Adakah nyeri abdomen, bising usus, dan asites.
8) Ekstremitas
Adakah keluhan nyeri, kelemahan otot, edema, dll.
9) Genitalia
Biasanya pada pasien kanker vulva akan ditemukan benjolan pada area vulva, dan
ukuran dapat bervariasi, lokasi juga dapat bervariasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul menurut SDKI (PPNI, 2016) adalah
sebagai berikut:
a. Diagnosa keperawatan pre operasi:
1) Nyeri kronis berhubungan dengan penekanan saraf
2) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
3) Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan
b. Diagnosa keperawatan intra operasi:
1) Risiko hipotermi perioperative berhubungan dengan tindakan pembedahan
2) Risiko Perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
3) Risiko hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan intra operasi.
c. Diagnosa keperawatan post operasi:
1) Resiko bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi.
2) Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi.
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka post op.
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan
No Diagnosa Keperawatan Intervensi keperawatan
Kriteria Hasil
1 Nyeri kronis berhubungan Setelah dilakukan Manajemen nyeri I.08238
a. Observasi
dengan penekanan saraf tindakan keperawatan
- Identifikasi lokasi,
selama 1 x 8 jam karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan
diharapkan tingkat
intensitas nyeri
nyeri menurun. - Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri
Dengan kriteria hasil:
nonverbal
- Keluhan nyeri b. Terapeutik
- Kontrol lingkungan yang
menurun
memperberat rasa nyeri
- Meringis - Fasilitasi istirahat dan tidur
c. Edukasi
menurun
- Jelaskan penyebab, periode,
- Gelisah menurun pemicu nyeri
- Ajarkan teknik
- Kesulitan tidur
nonfarmakologis untuk
menurun mengurangi nyeri
d. Kolaborasi
- Sikap protektif
- Kolaborasi pemberian
menurun analgetik, jika perlu
- Frekuensi nadi
membaik
2 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan
berhubungan dengan kurang tindakan keperawatan a. Observasi
terpapar informasi selama 1 x 8 jam - Identifikasi kesiapan dan
diharapkan tingkat kemampuan menerima
tingkat pengetahuan informasi
meningkat. Dengan b. Terapeutik
kriteria hasil: - Sediakan materi dan media
- Perilaku sesuai pendidikan kesehatan
anjuran - Jadwalkan pendidikan
meningkat kesehatan sesuai
kesepakatan
- Kemampuan - Berikan kesempatan untuk
menjelaskan bertanya
tentang suatu c. Edukasi
topik meningkat - Jelaskan faktor risiko yang
- Perilaku sesuai mempengaruhi kesehatan
dengan - Ajarkan perilaku hidup
pengetahuan bersih dan sehat
meningkat - Ajarkan strategi yang dapat
- Pertanyaan digunakan untuk
tentang masalah meningkatkan perilaku
yang dihadapi hidup bersih dan sehat.
menurun
- Persepsi yang
keliru terhadap
masalah
menurun
3 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Reduksi Ansietas (I.09314)
dengan tindakan pembedahan
tindakan keperawatan a. Observasi
selama 1 x 8 jam - Identifikasi saat tingkat
diharapkan tingkat ansietas berubah
ansietas menurun. - Identifikasi kemampuan
Dengan kriteria hasil: mengambil keputusan
- Verbalisasi - Monitor tanda-tanda ansietas
kebingungan (verbal dan non verbal)
menurun b. Terapeutik
- Verbalisasi - Ciptakan suasana terapeutik
khawatir akibat untuk menumbuhkan
kondisi yang kepercayaan
dihadapi - Temani pasien untuk
menurun mengurangi kecemasan
- Perilaku gelisah - Pahami situasi yang
menurun membuat ansietas
- Perilaku tegang - Dengarkan dengan penuh
menurun perhatian
- Frekuensi - Gunakan pendekatan yang
pernapasan tenang dan meyakinkan
menurun - Diskusikan perencanaan
- Frekuensi nadi realistis tentang peristiwa
menurun yang akan datang
- Tekanan darah c. Edukasi
menurun - Jelaskan prosedur, termasuk
- Pucat menurun sensasi yang mungkin
- Konsentrasi dialami
membaik - Informasikan secara actual
- Pola tidur mengenai diagnosis,
membaik pengobatan, dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
- Latihan teknik relaksasi
mengatasi kecemasan
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antiansietas, jika perlu
4 Risiko hipotermi perioperatif Setelah dilakukan Manajemen hipotermia (I. 14507)
berhubungan dengan tindakan keperawatan a. Observasi
tindakan pembedahan selama 1 x 8 jam - Monitor suhu tubuh
diharapkan - Identifikasi penyebab
termoregulasi hipotermia
membaik. Dengan - Monitor tanda dan gejala
kriteria hasil: akibat hipotermia
- Menggigil b. Terapeutik
menurun - Sediakan lingkungan yang
- Pucat menurun hangat
- Takikardia - Ganti pakaian dan, atau linen
menurun yang basah
- Bradikardi - Lakukan penghangatan pasif
menurun - Lakukan penghangatan aktif
- Hipoksia - Lakukan penghangatan aktif
menurun internal
- Akrosianosis c. Edukasi
menurun - Anjurkan makan/minum
- Suhu tubuh hangat.
membaik
- Suhu kulit
membaik
- Pengisian kapiler
membaik
- Tekanan darah
membaik

5 Risiko Perdarahan Setelah dilakukan Pencegahan Perdarahan (I.02067)


berhubungan dengan tindakan keperawatan a. Observasi
tindakan pembedahan selama 1 x 8 jam - Monitor tanda dan gejala
diharapkan tingkat perdarahan
perdarahan menurun. - Monitor nilai
Dengan kriteria hasil: hematocrit/hemoglobin
- Kelembaban sebelum dan setelah
membrane kehilangan darah
mukosa - Monitor tanda-tanda vital
meningkat b. Terapeutik
- Kelembaban - Pertahankan bed rest selama
kulit meningkat perdarahan
- Hemoptysis - Batasi tindakan invasive
menurun - Gunakan Kasur pencegah
- Hematemesis decubitus
menurun c. Edukasi
- Hematuria - Jelaskan tanda dan gejala
menurun perdarahan
- Perdarahan - Anjurkan menggunakan
vagina menurun kaus kaki saat ambulasi
- Perdarahan pasca - Anjurkan meningkatkan
operasi menurun asupan cairan untuk
- Hemoglobin mnghindari konstipasi
membaik - Anjurkan menghindari
- Hematocrit aspirin atau antikoagulan
membaik - Anjurkan segera melapor
- Tekanan darah jika terjadi perdarahan
membaik d. Kolaborasi
- Suhu tubuh - Kolaborasi pemberian obat
membaik pengontrol perdarahan
- Frekuensi Nadi - Kolaborasi pemberian
membaik produk darah
- Kolaborasi pemberian
pelunak tinja
6 Risiko hypovolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia (I.03116)
berhubungan dengan tindakan keperawatan a. Observasi
selama 1 x 8 jam
kehilangan cairan intra diharapkan status - Periksa tanda dan gejala
operasi. cairan membaik. hypovolemia
Dengan kriteria hasil: - Monitor intake dan output
- Kekuatan nadi cairan
meningkat b. Terapeutik
- Turgor kulit - Hitung kebutuhan cairan
meningkat - Berikan asupan cairan oral
- Output urine c. Edukasi
meningkat - Anjurkan memperbanyak
- Dyspnea asupan cairan oral
menurun d. Kolaborasi
- Frekuensi nadi - Kolaborasi pemberian cairan
membaik IV isotonis
- Tekanan darah - Kolaborasi pemberian cairan
membaik iv hipotonis
- Tekanan nadi - Kolaborasi pemberian cairan
membaik koloid
- Berat badan - Kolaborasi pemberian
membaik produk darah

7 Resiko bersihan jalan napas Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas (I.01011)
tidak efektif berhubungan tindakan keperawatan a. Observasi
dengan efek anestesi. selama 1 x 8 jam - Monitor pola napas
diharapkan bersihan - Monitor bunyi napas
jalan napas - Monitor sputum
meningkat. Dengan b. Terapeutik
kriteria hasil: - Pertahankan kepatenan jalan
- Batuk efektif napas dengan head tilt dan
meningkat chin lift
- Produksi sputum - Posisikan semi fowler
menurun - Berikan minum hangat
- Mengi menurun - Lakukan penghisapan lender
- Wheezing - Berikan oksigen
menurun c. Edukasi
- Dyspnea - Anjurkan asupan cairan 2000
menurun ml/hari
- Sianosis - Ajarkan teknik batuk efektif
menurun d. Kolaborasi
- Frekuensi napas - Kolaborasi pemberian
membaik bronkodilator, ekspektoran,
- Pola napas mukolitik, jika perlu
membaik

8 Resiko pola napas tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas


efektif berhubungan dengan tindakan keperawatan Pemantauan Respirasi (I.01014)
efek anestesi. selama 1 x 8 jam a. Observasi
diharapkan pola - Monitor frekuensi, irama,
napas membaik. kedalaman, dan upaya napas.
Dengan kriteria hasil: - Monitor kemampuan batuk
- Dyspnea efektif
menurun - Monitor adanya produksi
- Penggunaan otot sputum
bantu pernapasan - Monitor adanya sumbatan
menurun jalan napas
- Pemanjangan - Palpasi kesimetrisan
fase ekspirasi ekspansi paru
menurun - Auskultasi bunyi napas
- Frekuensi napas - Monitor saturasi oksigen
membaik - Monitor nilai AGD
- Kedalaman b. Terapeutik
napas membaik
- Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
c. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan
d. Kolaborasi

9 Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan Perawatan integritas kulit (I.11353)


berhubungan dengan luka tindakan keperawatan Perawatan Luka (I.14564)
post op. selama 1 x 8 jam a. Observasi
diharapkan integritas - Monitor karakteristik luka
kulit dan jaringan - Monitor tanda-tanda infeksi
meningkat. Dengan b. Terapeutik
kriteria hasil: - Lepaskan balutan dan plester
- Kerusakan secara perlahan
jaringan - Bersihkan luka dengan
menurun cairan NaCl
- Kerusakan - Pertahankan teknik steril saat
lapisan kulit melakukan perawatan luka
menurun - Ganti balutan sesuai jumlah
- Nyeri menurun eksudat dan drainase
- Perdarahan c. Edukasi
menurun - Jelaskan tanda dan gejala
- Kemerahan infeksi
menurun
- Suhu kulit - Anjurkan konsumsi
membaik makanan tinggi kalori dan
- Sensasi membaik protein
- Ajarkan prosedur perawatan
luka secara mandiri
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antibiotic, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M. I. A., Tjokroprawiro, B. A., Hendarto, H. (2020). Ginekologi Praktis Komprehensif.


Surabaya: Airlangga University Press
Jong, W. D. (2005). Kanker, Apakah Itu? Pengobatan, Harapan Hidup, dan Dukungan
keluarga. Jakarta: Arcan
Nurhidayat, W & Ramli, I. (2017). Laporan Kasus Kanker Vulva. Journal of The Indonesian
Radiation Oncology Society, 8(1):1-12
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

You might also like