Professional Documents
Culture Documents
Laporan Emulsi
Laporan Emulsi
PENDAHULUAN
Emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamik yang mengandung
paling sedikit dua fase cair yang tidak saling bercampur, dimana satu diantaranya sebagai
bola-bola dalam fase cair lain. Sistem dibuat stabil dengan adanya suatu zat pengemulsi.
Emulsifikasi banyak digunakan dalam pembuatan produk obat dan kosmetik untuk
penggunaan luar, khususnya pada losion dan krim dermatologik dan kosmetik karena produk
yang diinginkan adalah produk yang mudah menyebar dan benar-benar menutupi area yang
dioleskan. Dalam produk aerosol, emulsifikasi digunakan untuk menghasilkan busa. Propelan
yang merupakan fase cair terdispersi didalam wadah akan menguap jika emulsi dikeluarkan
dari wadah. Hal ini menghasilkan pembentukan busa dengan cepat (Sinko, 2015: 642).
Emulgator adalah bahan aktif permukaan yang menurunkan tegangan antarmuka antara
minyak dan air dan mengelilingi tetesan terdispersi dengan membentuk lapisan yang kuat
untuk mencegah koalesensi dan pemisahan fase terdispersi (Parrot 1970: 313).
beberapa senyawa yang larut dalam dalam lemak, seperti vitami, diabsorbsi sempurna jika
2
diemulsikan daripada jika diberi per olarl dalam suatu larutan berminyak. Penggunaan emulsi
intravena telah diteliti sebagai suatu cara untuk merawat pasien lemah yang tidak bisa
Oleh karena itu sebagai calon farmasis, perlunya kita mempelajari tentang emulsifikasi
agar dapat mempermudah kita dalam membuat suatu produk yang terdiri dari dua zat yang
phenolphthalein , sirup simplex, PGA, dan aquades. . phenolpthalein digerus hingga halus,
masukkan PGA dan digerus hingga homogen. Kemudian masukkan sirup simplex sampai
homogen. Tambahkan aquades dan simpan di dalam botol. Evaluasi kembali dilakukan
TINJAUAN PUSTAKA
Emulsi adalah suatu dispersi ketika fase terdispersi tersusun atas globul kecil suatu
cairan yang terdistribusi di seluruh pembawa yang satu sama lain tidak saling campur. Dalam
istilah emulsi fase terdispersi adalah fase internal dan medium dispersi adalah fase eksternal
atau kontinyu. Emulsi adalah suatu dispersi ketika fase terdispersi tersusun atas globul kecil
suatu cairan yang terdistribusi di seluruh pembawa yang satu sama lain tidak saling campur.
Dalam istilah emulsi fase terdispersi adalah fase internal dan medium dispersi adalah fase
Suatu emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamik yang
mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak bercampur, dimana satu di antaranya
didispersi sebagai bola-bola dalam fase cair lain (Martin,A. 2008 : 1143).
Emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak
dalam air dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi “m/a”.Sebaliknya emulsi yang
mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi air dalam minyak dan dikenal
sebagai emulsi “a/m”. Karena fase luar dari suatu emulsi bersifat kontinyu, suatu emulsi
minyak dalam air bisa diencerkan atau ditambah dengan air atau suatu preparat dalam air
Adapun teori emulsifikasi dalam semua cairan terdapat tekanan yang menyebabkan
tetesan dari cairan yang mempunyai bentuk pada permukaan paling bawah dengan
hubungannya dengan ukuran yaitu bentuk bola. Karena itu, jika dua tetesan dalam kontak
satu sama lain, mereka berkoalesen membentuk saru tetesan yang lebih besar karena hasil ini
3
dalam penurunan total permukaan ditunjukkan oleh massa cairan yang dihadirkan kembali.
d. Inversi fase
Pada umumnya, setiap bahan pengemulsi memiliki bagian hidrofilik dan lipofilik,
dengan satu atau lain lebih atau kurang dominan. Sebuah metode yang dirancang untuk
pengemulsi atau bahan permukaan aktif dapat dikategorikan berdasarkan pada penyusun
umumnya, bahan permukaan aktif yang memiliki nilai HLB 3 sampai 6 lebih lipofil dan
menghasilkan emulsi m/a, dan bahan dengan nilai HLB 8 sampai 18 menghasilkan emulsi
Manfaat atau kegunaan HLB yaitu nilai HLB dari fase minyak suatu emulsi, misalnya
minyak, lilin dan lain-lain harus dipertimbangkan pertama adalah penentuan HLB apa yang
cocok dari emulgator atau campuran emulgator yang dibutuhkan untuk menghasilkan emulsi
yang stabil (Lachman 2012 : 1055). Secara farmasetik, proses emulsifikasi memungkinkan
5
ahli farmasi dapat membuat suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran dua cairan
yang saling tidak bisa bercampur. Dalam hal ini obat diberikan dalam bentuk bola-bola kecil
Salah satu fase cair dalam suatu emulsi terutama bersifat polar (contoh:air/a),
sedangkan lainnya relatif nonpolar (contoh: minyak/m). Berdasarkan jenisnya, emulsi dibagi
dalam empat golongan, yaitu emulsi minyak dalam air (m/a), emulsi air dalam minyak (a/m),
emulsi minyak dalam air dalam minyak (m/a/m) dan emulsi air dalam minyak dalam air
(a/m/a) (Lachman 2012: 1030). Adapun jenis jenis emulsi (Lachman, 2012 : 1030):
a. Emulsi jenis minyak dalam air (m/a). Bila fase minyak didispersikan sebagai bola-bolake
seluruh fase kontinu air, sistem tersebut sebagai suatu emulsi minyakdalam air (m/a)
b. Emulsi jenis air dalam minyak (a/m). Bila fase minyak bertindak sebagai fase kontinu,
c. Emulsi jenis minyak dalam air dalam minyak (m/a/m). Emulsi minyak dalam air dalam
minyak (m/a/m), juga dikenal sebagai emulsi ganda, dapat dibuat dengan mencampurkan
suatu pengemulsi m/a dengan suatu fase air dalam suatu mikser dan perlahan-lahan
menambahkan fase minyak untuk membentuk suatu emulsi minyak dalam air.
d. Emulsi jenis air dalam minyak dalam air (a/m/a). Emulsi a/m/a juga dikenal sebagai
emulsi ganda, dapat dibuat dengan mancampurkan suatu pengemulsi a/m dengan suatu
fase minyak dalam suatu mikser dan perlahan-lahan menambahkan fase air untuk
membentuk suatu emulsi air dalam minyak. Emulsi a/m tersebut kemudian didispersikan
dalam suatu larutan air dari suatu zat pengemulsi m/a, seperti polisorbat 80 (Tween 80),
6
sehinggga membentuk emulsi air dalam minyak dalam air. Pembuatan emulsi m/a ini
untuk obat yang ditempatkan dalam tubuh serta untuk memperpanjang kerja obat untuk
a. Emulgator alam. Emulgator alam yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses
Pada umumnya termasuk karbohidrat dan merupakan emulgator tipe o/w, sangat
peka terhadap elektrolit dan alkohol kadar tinggim juga dapat dirusak bakteri. Oleh
sebab itu, pada pembuatan emulsi dengan emulgator ini harus selalu ditambah bahan
pengawet.
a) Kuning telur
tipe o/w. Tetapi kemampuan lecitin lebih besar dari kolesterol sehingga secara total
kuning telur merupakan emulgator tipe o/w. Zat ini mempu mengemulsikan minyak
lemak empat kali beratnya dan minyak menguap dua kali beratnya.
b) Adeps Lanae
Zat ini banyak mengandung kolesterol merupakan emulgator tipe w/o dan
menambah kemampuan minyak untuk menyerap air. Dalam keadaan kering dapat
7
menyerap dua kali beratnya.
aluminium. Dengan emulgator ini, emulsi yang terbentuk adalah emulsi tipe o/w,
sedangkan pemakaian yang lazim adalah sebanyak 1%. Emulsi ini khusus untuk
pemakaian luar.
2. Bentonit
Tanah liat yang terdiri dari senyawa aluminium silikat yang dapat
mengabsorbsikan sejumlah besar air sehingga membentuk massa seperti gel sebagai
Disamping emulsifier alami telah dilakukan sintesis buatan seperti ester dari
polioksietilena sorbitan dengan asam lemak yang dikenal sebagai tween yang dapat
membentuk emulsi m/a. Sabun juga merupakan emulsifier buatan yang terdiri dari garam
natrium dengan asam lemak. Sabun juga dapat menurunkan tegangan permukaan air dan
1. Paraffin Liquid
Pemerian : cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna,
hamper tidak berbau, hampir tidak mempunyai rasa
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol ( 95% ) P, larut dalam
kloroform dan dalam eter P.
Khasiat : Laksativum
2. Phenolpthalein
Pemerian : larutan tidak berwarna dalam suasana asam dan alkali tanah
Kelarutan : larut dalam air, larut dalam etanol ( 90% )
3. PGA
Pemerian : Pemerian : serpihan tipis, granul, atau serbuk yang tidak berwarna /
kekuningan, tidak berbau, dan tidak berasa.
Kelarutan : larut hampir sempurna dalam 2 bagian bobot air, tetapi sangat lambat
tidak larut dalam air dan eter.
Khasiat : emulgator
4. Sirup simplex
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna
Khasiat : zat tambahan
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Praktikum pembuatan emulsi ini berlangsung pada hari Rabu tanggal 16 Januari
3.2.1 Alat :
Timbangan
Kertas perkamen
Erlenmeyer
Gelas ukur
Sudip
3.2.2 Bahan :
Paraffin liquid
Phenolphthalein
PGA
Sirup simplex
Aquadest
3.3 Formulasi (Formula E)
R/ Paraffin Liq 10
Phenolpthalein 0,150
PGA qs
Sirup Simplex 20
Aqua ad 60
m.f emulsi
S 2 .dd. C
1. Paraffin Liquid 10 / 15 ml x 60 = 40 ml
3. PGA qs
4. Sirup simplex 20 ml
5. Aquades ad 60ml
Pertama siapkan alat dan bahan, timbang bahan dengan jumlah yang telah
kemudian masukkan PGA dan digerus lagi hingga homogen. Setelah phenolpthalein dan
PGA homogen, masukkan sirup simplex ke dalam mortar dan di gerus tanpa henti hingga
habis. Masukkan sirup simplex , Pastikan semua bahan tercampur dengan baik. Kemudian
pindahkan bahan tersebut ke dalam botol yang telah disediakan, setelah itu bersihkan mortar
tersebut dengan aquades dan sisa tersebut dimasukkan ke dalam botol. Masukkan semua
aquades yang tersisa, dan kocok hingga homogen dan larutan emulsi tidak mengalami
kerusakan.
BAB IV
1. Organoleptis
Warna : putih
Rasa : -
2. Homogenitas : homogen
4.2 Pembahasan
Emulsi adalah suatu dispersi ketika fase terdispersi tersusun atas globul kecil
suatu cairan yang terdistribusi di seluruh pembawa yang satu sama lain tidak saling campur.
Dalam istilah emulsi fase terdispersi adalah fase internal dan medium dispersi adalah fase
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Adapun saran dari praktikum ini seharusnya praktikan harus lebih berhati-hati dan
agar tidak terjadi kesalahan sekecil apapun itu. Dan juga sebaiknya alat-alat yang dipakai
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi lV. UI Press : Jakarta
Allen, Loyd. Et all. 2013. Bentuk Sediaan Farmaseutik dan Sistem Penghantaran Obat.
EGC: Jakarta.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI: Jakarta
Lachman, Leon dkk. 2012,Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi III. UI-Press : Jakarta.
Sinko, Patrick J. 2015. Martin Farmasi Fisika dan ilmu Farmasetika. EGC: Jakarta
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta