You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semakin berkembangnya teknologi di masa kini memberikan dampak baik
bagi perkembangan transportasi di Indonesia. Salah satunya kendaraan motor
listrik yang ramai di promosikan oleh pemerintah sebagai solusi dari mulai
menipisnya cadangan miyak bumi saat ini. Apalagi jumlah kendaraan bermotor
yang menggunakan bahan bakar minyak terus meningkat dari tahun ke tahun,
terlihat pada tahun 2017 terdapat 100.200.245 unit dan 106.657.952 pada tahun 2018 .
Kendaraan motor listrik adalah kendaraan yang komponen utamanya memakai baterai
sebagai penyimpan sumber energi listriknya. Sumber listrik dalam baterai tersebut akan
habis jika terus menerus dipakai untuk menjalankan (menyuplai) kendaraan
tersebut. Oleh karena itu kendaraan motor listrik dilengkapi dengan sistem
pengisian (charging system). Sistem pengisian baterai pabrikan rata-rata
membutuhkan waktu 1.5 sampai 3 jam untuk pengisian penuh, sementara di
zaman sekarang pemakaian kendaraan bermotor sering digunakan setiap saat
untuk kebutuhan bekerja, berdagang dan aktifitas lainnya, dengan demikian
mengefisiensikan waktu dalam pengisian baterai menjadi penting untuk
kelancaran aktifitas pengendara.
Perancangan dengan menggunakan boost converter dengan menggunakan
metode fast charging dapat menjadi solusi dalam mempersingkat waktu pengisian
dengan keamanan otomatisasi aliran arus terputus saat baterai terisi penuh
menggunakan volt ampere meter. Untuk itu penulis membuat judul “Perancang
Pengisian Baterai Kendaraan Motor Listrik Secara Cepat (fast charging)
Menggunakan Boost Converter”.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan dibahas
pada skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara merancang pengisian baterai kendaraan motor listrik
secara cepat (fast charging) menggunakan boost converter ?
2. Bagaimana cara merancang pengisian baterai tetap aman dengan cara fast
charging ?
3. Berapa waktu yang dibutuhkan untuk pengisian baterai kendaraan motor
listrik dengan fast charging ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Membuat alat pengisian secara cepat (fast charging) untuk baterai
kendaraan motor listrik menggunakan boost converter.
2. Menghasilkan alat pengisian baterai secara cepat (fast charging) dengan
tidak merusak kwalitas baterai.
3. Mengefisiensi waktu dalam pengisian baterai kendaraan motor listrik.

1.4 Batasan Masalah


Batasan masalah dari skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Hanya digunakan untuk kendaraan motor listrik Gesith.
2. Menggunakan boost converter dengan IC konvarator UC3843.

2
1.5 Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan untuk merealisasikan Skripsi ini adalah sebagai
berikut:
2.5.1 Studi literatur
Tahap ini ialah tahap paling awal melakuakan suatu penelitian dimana
penulis melakukan pengenalan masalah dan pemahaman secara teoritis
sistem yang akan direalisasikan dengan mengumpulkan bahan dari buku,
jurrnal ilmiah dan internet guna mencari topik pembahasan masalah
mengenai penelitian yang akan dibuat. Studi literatur ini digunakan untuk
mengenali masalah dan menyelesaikan masalah dengan metode yang
berkaitan.

2.5.2 Perancangan dan Realisasi


Perancangan dan realisasi pada skipsi ini menggunakan metodologi
protoryping, dimana menurut Raymond McLeod memiliki tahapan
sebagai berikut :
1. Pengumpulan Kebutuhan
Mendefinisikan format dan kebutuhan seluruh perangkat keras,
mengidenifisikan semua kebutuhan, dan garis besar sistem yang akan
dibuat.
2. Membangun Protoryping
Membuat perancangan sementara yang berpusat pada penyajian,
misalnya dengan membuat input dan contoh output nya.
3. Evaluasi Prototyping
Untuk mengetahui apakah prototyping yang telah dibangun sesuai
keinginan, jika tidak maka diperbaiki dengan mengulang langkah
sebelumnya.

3
4. Menguji Sistem
Setelah sistem sudah menjadi suatu perangkat yang diinginkan,
harus di uji coba dahulu sebelum digunakan.
5. Evaluasi Sistem
Mengevaluasi apakah sistem yang sudah jadi sesuai dengan yang
diharapkan.
6. Menggunakan system
Perangkat yang telah di uji dan sesuai dengan yang diinginkan siap
untuk digunakan.

2.5.3 Pengukuran dan Pengujian


Pada tahap ini mencoba melakukan pengukuran dan pengujian
terhadap sistem yang telah dibuat. Parameter parameter penting dicoba
untuk didata. Bila terjadi kesalahan maka parameter tersebut segera di
perbaiki.

2.5.4 Analisa dan Evaluasi


Tahap ini mencoba melalukan untuk mengevaluasi kinerja dan
kehandalan alat pada pengisian baterai motor listrik. Pada tahap ini
melakukan pengukuran pada parameter-parameter yang penting.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 State Of The Art
Penyusunan skripsi ini mengambil beberapa referensi sebelumnya termasuk
jurnal-jurnal yang berhubungan dengan penelitian ini.

Tabel 2.1 State Of The Art


Judul Jurnal Pembahasan
STUDI PERANCANGAN Hasil Penelitian : Dalam Jurnal ini penelitian
DAN ANALISIS SISTEM menggunakan beberapa perangkat penting untuk
PENGISIAN CERDAS pengisian charger baterai :
(SMART CHARGE) 1. Trafo 10 A
BATERAI 2. Rangkaian penyearah tegangan
3. Sensor arus
Peneliti : Reko Rivani, Dari baterai yang digunakan dalam penelitian ini
Ayong Hiendro dan dimana baterai tersebut memiliki tegangan maksimum
Syaifurrahman (penuh) sebesar 2,2 Volt per-sel dan tegangan
minimumnya (kosong) 1,8 volt. Maka dari itu alat ini
Lokasi : Universitas dirancang saat memutuskan arus ketika tegangan sudah
Tanjungpura, Fakultas sampai ke titik 13,4 Volt dan akan mengisi kembali
Teknik, Program Studi ketika baterai sudah sampai ketitik minimumnya
Teknik Elektro, Jurusan sebesar 11 Volt.
Teknik Elektro.
Persamaan : Perancangan diperuntukan
Tahun : 2019 meminimalisir kerusakan pada baterai yang sering
terjadi akibat overcharger maka pengisian baterai akan
terputus otomatis ketika baterai sudah terisi penuh.
Perbedaan : Pengaplikasian pengisian baterai yang

5
berbeda kapasitas tegangan dan arusnya.
PERANCANGAN Hasil Penelitian : Charger Battery dengan rangkaian
SISTEM CHARGER Non-Synchronous Buck Converter mampu men-
BATTERY BERBASIS Charger Power Bank 5 Volt dengan tegangan
MIKROKONTROLLER pengisian 6,25 Volt, arus 0,15A, suhu Battery 28°C
DENGAN RANGKAIAN dengan waktu pengisian 3 jam 21 menit serta mampu
BUCK CONVERTER mencharger Battery 12 Volt dengan tegangan
pengisian 13,5 V, arus 0,68, suhu Battery 34°C dengan
Peneliti : Ariel Firmansyah, I waktu pengisian 4 jam 37 menit. Sedangkan Charger
Nyoman Wahyu Satiawan, Battery dengan rangkaian Synchronous Buck Converter
Syafarudin C.H mampu mencharger Power Bank 5 Volt dengan
tegangan pengisian 6,25 Volt, arus 0,2A, suhu Battery
Lokasi : Nusa Tenggara
28°C dengan waktu 3 jam serta mampu mencharger
Barat, Universitas Mataram,
Battery 12 Volt dengan tegangan pengisian 13,5 V,
Fakultas Teknik, Jurusan
arus 0,7A, suhu battery 31°C dengan waktu pengisian
Teknik Elektro.
4 jam 20 menit.

Tahun : 2019
Persamaan : Komponen utamanya sama
menggunakan buck converter dalam pengisian baterai.

Perbedaan : Penelitian ini tidak menggunakan


mikrokontroler karena hasil output tegangan dan arus
nya kecil untuk pengisian baterai kendaraan motor
listrik.

2.2 Baterai
Baterai adalah perangkat penyimpanan energi elektrokimia. Energi kimia
yang terkandung dalam baterai dapat diubah menjadi energi listrik DC. Pada

6
baterai isi ulang, proses tersebut dapat dibalik yaitu mengubah energi listrik DC
menjadi energi kimia [2].
Baterai isi ulang diklasifikasikan oleh bahan kimia yang digunakan, bahan
reaktan dan reaksi kimia merupakan dasar dari pembentukan mekanisme
penyimpanan energi. Empat bahan kimia yang umum digunakan dalam aplikasi
konsumen: lead-acid, nickel-cadmium (NiCd), nickel-metal hydride (NiMH), dan
lithium ion (Li-Ion). Baterai kimia yang dinilai sesuai dengan beberapa kriteria
seperti: biaya, self-discharge (tingkat dimana baterai secara alami kehilangan
energi sementara tanpa digunakan), energy density (energi baterai dapat
menyimpan, dibagi dengan volume), specific energy (energi baterai dapat
menyimpan, dibagi dengan berat), dan cycle life (jumlah pengisian baterai dapat
diisi ulang sebelum pemakaian habis) [2]. Pada penggunaannya kendaraan motor
listrik memakai baterai lithium ion (Li-Ion). Tabel 2.1 memberikan gambaran
singkat mengenai karakteristik berbagai baterai kimia yang sering digunakan
dalam produk konsumen.
Tabel 2.1 Karakteristik macam-macam baterai kimia [3]
Tipe Baterai Lead Acid Ni-Cd Ni-MH Lithium-ion
Energy Density 30-50 45-80 60-120 110-160
(W/kg)
Power Density 180 150 250 – 1000 18000
Nominal Voltage 2V 1.25 V 1.25V 3.6V
Overcharge Toleran High Moderat Low Verry Low
Self-discharge Low Moderate High Verry Low
Operating -20 - 60 oC -40 - 60 oC -20 - 60 oC -20 - 60 oC
Temperature
Cycle Life 200 – 300 1500 300 – 500 500 – 1000

2.2.1 Baterai Lithium Ion (Li –Ion)

7
Baterai lithium Ion merupakan salah satu jenis baterai sekunder
(rechargeable battery) yang dapat diisi ulang dan merupakan baterai
yang ramah lingkungan karena tidak mengandung bahan yang
berbahaya seperti baterai-baterai yang berkembang sebelumnya seperti
baterai NI-Cd dan Ni-MH. Baterai ini memiliki kelebihan
dibandingkan baterai sekunder jenis lainnya, yaitu memiliki stabilitas
penyimpanan energi yang sangat baik (daya tahan sampai 10 tahun
atau lebih), energi densitas tinggi, tidak ada memory effect dan berat
yang relative lebih ringan dibandingkan dengan jenis baterai lainnya.
Sehingga dengan berat yang sama energi yang dihasilkan baterai
lithium dua kali lipat dari baterai jenis lainnya [3].
Baterai lithium-ion memiliki 3 lapisan yang strukturnya
bergulung di dalam tempatnya. Tiga lapisan ini terdiri dari:
 Elektroda positif yang terbuat dari: lithium cobalt oxide
sebagai bahan utama.
 Elektroda negatif terbuat dari karbon khusus.
 Lapisan pemisah.

Gambar 2.1 Struktur Baterai Li-Ion

8
2.3 Switching Power Supply
Power Supply adalah perangkat atau sistem yang memasok listrik atau
jenis energi ke output beban atau kelompok beban disebut power supply unit
atau PSU [4]. Dalam penelitian ini penulis menggunakan switching power
supply sebagai penyuplai kepada perangkat lain.
Switching power supply atau yang lebih dikenal dengan switched-
mode power supply (SMPS) adalah catu daya elektronik yang terdiri dari
sebuah regulasi switching yang disediakan sesuai kebutuhan pada tegangan
keluaran. Sebuah SPMS adalah daya pengubah yang meneruskan daya dari
sebuah sumber untuk beban yang ideal tanpa rugi-rugi. Fungsi dari
pengubahan adalah untuk menyediakan tegangan keluaran pada level yang
berbeda di bandingkan tegangan masukan [4].

2.4 Boost Converter


Boost Converter adalah sebuah rangkaian elektronik untuk keperluan power
supply. Boost Converter dikenal juga sebagai converter penaik tegangan DC ke
DC, sama halnya dengan buck-converter, Boost Converter menggunakan sistem
SMPS (switched-mode power supply) yang mempunyai setidaknya dua buah
komponen semi konduktor sebagai switch sehingga dengan menggunakan sistem
seperti ini diharapkan dapat lebih efisien dalam mengkonversi tegangan DC [5].

Gambar 2.2 Rangkaian Back Converter


2.5 IC Komparator UC3843

9
Dalam back converter Ic komparator UC3843 sebagai rangkaian pengontrol
PWM dengan umpan balik arus dan tegangan untuk mengendalikan tahap kunci
pada transistor MOS n-channel, yang menyediakan pelepasan kapasitansi
inputnya dengan arus paksa hingga 0,7A.
PWM (Pulse Width Modulation) adalah sebuah cara membangkitkan sinyal
keluaran pada periode berulang antara high dan low, dimana pengaturan durasi
dapat diatur sesuai yang dibutuhkan. Lebar pulsa PWM berbanding lurus
dengan amplitudo sinyal asli yang belum termodulasi.
Pada PWM tedapat duty cycle yang bekerja mengendalikan kecepatan
(frekuensi) kerja switch. Sedangkan duty cycle adalah representasi ketika kondisi
high dalam periode sinyal yang dinyatakan dalam persen (%) dengan range 0-
100% [6].

Gambar 2.3 Ic Komparator UC3843

2.6 Dioda SBR20100 CT


Dioda SBR20100 CT dalam buck converter digunakan untuk mengalirkan
arus yang dihasilkan induktor dikala MOSFET off.

10
Fitur dari dioda SBR20100 CT sebagai berikut :
 Penurunan Tegangan Maju Rendah
 Stabilitas Suhu Tinggi Yang Sangat Baik
 Teknologi Penyearah Penghalang Super yang Dipatenkan
 Kemampuan Beralih yang Lembut dan Cepat

Gambar 2.4 Dioda SBR20100 CT

2.7 Mosfet SUP85N10


MOSFET merupakan salah satu jenis FET (field effect transistor) atau
transistor efek medan yang hampir sama dengan JFET (junction field effect
transistor) dan IGBT (insulated gate bipolar transistor) yaitu tersusun dari bahan
semikonduktor N dan semikonduktor P.
MOSFET dikendalikan oleh tegangan dan memiliki impedansi masukkan
yang sangat tinggi. Gerbang akan mengalirkan arus bocor yang sangat kecil pada
orde nano ampere. Walaupun mosfet memiliki impedansi yang sangat tinggi
tetapi masih bisa mengalirkan arus dengan memberikan tegangan gerbang ke
sumber. Hal ini akan mempengaruhi sifat konduktivitas substrat yang ada didalam
MOSFET [8].

11
Mosfet SUP85N10 dalam buck converter digunakan sebagai pencacah arus
sesuai dengan setting duty cycle sehingga keluaran DC Chopper sesuai dengan

nilai yang atur.


Gambar 2.5 Mosfet SUP85N10

2.8 Volt Ampere Meter


Volt ampere meter berfungsi untuk mengukur tegangan dan kuat arus
sekaligus. Dengan tingkat akurasi yang tinggi (< 1%). Dalam perancangan alat ini
digunakan untuk menampilkan tegangan dan arus yang masuk pada baterai secara
real time melalui LED display, dengan keterangan warna biru untuk ampere dan
warna merah untuk volt.

Gambar 2.3 Volt Ampermeter

12
BAB III
PERANCANGAN
3.1 Pengumpulan Kebutuhan
Dalam memulai perancangan dibutuhkan pengumpulan perangkat yang
berkaitan dengan penelitian. Perangkat yang digunakan adalah switching power
supply untuk mengubah tegangan AC ke DC, back converter untuk menaikan
tegangan dari power supply dengan dioda sbr20100 ct dan mosfet SUP85N10.
Sedangkan volt ampere meter untuk monitoring tegangan dan arus yang masuk
dalam baterai dan juga sebagai pengamanan baterai.

3.1.1 Switching Power Supply


Pada penelitian ini swiching power supply mempunyai output DC 24V
20A karena penggunaannya untuk pengisian baterai dengan daya besar,
digunakan sebagai penyuplai sumber daya untuk perangkat back converter
dan volt ampere meter. Perangkat ini dilengkapi perlindungan tegangan dan
arus yang berlebihan, dilengkapi pula kipas sebagai pendingin untuk
rangkaian didalamnya apabila terjadi pemakaian berlebihan yang
menyebabkan rangkaian didalamnya menjadi panas.
Spesifikasi Switching Power Supply
Input Power 110VAC – 220VAC 1 PH
Output Voltage 24V
Rated Current 20A

Gambar 3.1 Switching Power Supply

13
3.1.2 Buck Converter
Back converter berfungsi untuk mengubah level tegangan DC dari satu
tingkat tegangan ke tegangan lainnya. Dalam penelitian ini buck converter
menaikan level lebih tinggi (step up) untuk memenuhi kebutuhan charger
baterai. Prinsip kerja buck converter adalah dengan menggunakan switch
yang bekerja secara terus-menerus (ON-OFF). Adapun dikenal dengan istilah
Pulse Width Modulation (PWM) dan duty cycle dalam mengendalikan
kecepatan (frekuensi) kerja switch tersebut.
Spesifikasi Buck Converter
Tegangan input 12V – 60V
Arus Input Arus Maksimum 15A
Tegangan output 12V-80V
Arus Output 10A
Gambar 3.2 Buck Converter

3.1.3 Dioda SBR20100 CT


Dioda yang digunakan dalam back converter adalah dioda SBR20100
CT, dioda ini dipilih karena mempunyai rata-rata arus keluaran 20A,
sehingga lebih aman penggunaannya untuk proses pengsian baterai dengan
daya besar. Berbeda dengan dioda bawaan back converter dengan tipe
SBR100-10J yang mempunyai rata-rata arus keluaran 10A.

14
Spesifikasi Dioda SBR20100 CT
Tegangan Balik Berulang Puncak 100V
Rata-rata Arus Keluaran yang Diperbaiki 20A
@ TC = 150ºC

Gambar 3.3 Dioda SBR20100 CT

3.1.4 Mosfet SUP85N10


Mosfet dalam buck converter berfungsi sebagai saklar dengan
frekuensi tinggi dan digunakan pula untuk menaikan tegangan. Oleh sebab itu
mosfet bawaan dari buck converter dengan tipe SUP85N06-05 di ganti
dengan mosfet SUP85N10 karena terlihat dalam datasheet tipe SUP85N06-
05 mempunyai sumber tegangan 60V sedangkan mosfet SUP85N10 100V.
Penggantian mosfet bermaksud untuk keamanan back converter saat
menaikan tegangan untuk menyesuaikan saat pengisian daya baterai.

15
Spesifikasi Mosfet SUP85N10
Sumber tegangan 100V
Tegangan sumber tegangan ± 20V
Arus Drain Kontinu (TJ = 175 °C) 83A

Gambar 3.4 Mosfet SUP85N10

3.1.5 Volt Ampere Meter


Volt ampere meter berfungsi sebagai tampilan untuk memonitoring
tegangan dan arus yang masuk saat pengisian baterai. Dengan menggunakan
volt ampere meter sisa dari tegangan dalam baterai sebelum pengisian dapat
diketahui. Saat pengisian tampilan ampere akan bernilai nol, dengan
demikian arus yang masuk sudah tidak ada sehingga menggunakan volt
ampere meter dapat berfungsi juga sebagai pengaman baterai agar tidak
mengalami over charger.

16
Spesifikasi Volt Ampere Meter
Tegangan masukan 4 - 30V
Arus kerja meter 20mA
Rentang pengukuran tegangan 0 – 100VDC
Rentang pengukuran saat ini 0 – 10ADC
Tampilan tabung digital 0.56” Merah (V) Biru (A)

Gambar 3.5 Volt Ampere Meter

3.2 Perancangan Alat


Alat ini dirancang untuk pengisian baterai kendaraan motor listrik, cara kerja
alat ini yaitu dari sumber PLN 220V masuk ke switching power supply untuk
mengubah AC ke DC dengan output 24V 20A, kemudian masuk buck converter
step up untuk menaikan tegangan menjadi 75V menyesuaikan dengan baterai
yang akan di charger, selanjutnya volt ampere meter akan memonitoring
tegangan dan arus yang masuk pada baterai.

3.2.1 Diagram Blok

17
Berikut diagram blok dalam perancangan yang akan di buat :

SUMBER
220V AC

SWITCHING
POWER SUPPLY

STEP UP BUCK
CONVERTER

VOLT AMPER
METER CUT OFF
CHARGER

BATERAI

Gambar 3.6 Diagram Blok

Pada gambar 3.6 terlihat diagram blok dalam perancangan alat dimulai dari
sumber AC 220V masuk ke switching power supply untuk menyuplai tegangan DC
ke buck converter dan volt ampere meter, selanjutnya proses masuk ke baterai untuk
memulai pengisian. Volt ampere meter akan memutus arus saat baterai terisi penuh
sehingga baterai akan aman tidak terjadi over charger.

18
3.2.2 Skematik Perancangan

Gambar 3.7 Skematik Perancangan

 Kabel warna merah dan hitam : Sumber AC 220V  Switching power


Supply.
 Kabel warna merah (+) Hitam (-) : Switching power supply  Buck
Converter.
 Kabel warna merah (+) Hitam (-) : Switching power supply  Volt
Ampere Meter.
 Kabel warna merah (+) : Output Buck Converter  Baterai
 Kabel warna hitam (-) : Output Buck Converter  Volt
Ampere Meter.
 Kabel warna hitam (-) : Volt Ampere Meter  Baterai.
 Kabel warna kuning (-) : Volt Ampere Meter  Baterai.

19
3.2.3 Flow Chart

Gambar 3.7 Flow Chart

20
21
Mulai

Tegangan AC 220V

Switching Power Supply

Input untuk
buck converter
dan volt ampere
meter

tidak

Mendeteksi
kapasitas
tegangan batereai

Pengisian Baterai

22
tidak

Daptar pustaka
[2] Sidiq, R. K. (2015). Rancang Bangun Sistem Pengisi Baterai Mobil Listrik
Berbasis Mikrokontroller Atmega16. Universitas Jember: Jember.
[3] Oetomo, S.T., M.T. dan Levin Halim, S.T., M.T. (2017) Perancangan dan
Implementasi Sistem Charging & Monitoring Baterai Lithium. Universitas Katolik
Parahyangan
[4] Friendolin Hasian Tampubolon (2010)Perancangan Switching Power Supply
Untuk Mencatu Sistem pensaklaran IGBT Pada Inverter. Universitas Indonesia :
Depok
[5] Eko Prianto, Nurhening Yuniarti, Dika Cahyo Nugroho (2020) BOOST
CONVERTER SEBAGAI ALAT PENGISIAN BATERAI PADA SEPEDA LISTRIK
SECARA OTOMATIS Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Yogyakarta
[6] Asnil. (2015). Kendali Tegangan Keluaran Buck Converter Menggunakan
Kontroller LQR/LTR. Jurnal Teknik Elektro dan Vokasional, Vol. 1, No. 1, April
2015.
[8] Ariel Firmansyah, I Nyoman Wahyu Satiawan, Syafarudin C.H
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat,
Indonesia

23
SUMBER
220VAC

POWER SUPPLY

STEP UP BUCK
CONVERTER

VOLT
AMPERMETER CUT
OFF CHARGER

BATEAI

24

You might also like