You are on page 1of 3

LUTFI HUSNI TAUFIK

FILSAFAT ILMU

Aplikasi filsafat ilmu


Dalam perjalanan sejarah manusia, pemikiran filosofis senantiasa berkembang. Hal itu
dikarenakan pemikiran merupakan hal yang paling mendasar dalam kehidupan manusia,
bahkan merupakan ciri khas manusia. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari anugerah akal
yang dimiliki oleh manusia. Pemikiran filosofis meniscayakan kelahiran filsafat sebagai
induk dari semua ilmu. Di antara corak pemikiran manusia adalah pengetahuan tentang
wujud, awal bermulanya hingga akhirnya. Oleh karena itu, buah pemikiran dari manusia
melahirkan berbagai macam aliran dalam filsafat yakni, aliran empirisme, rasionalisme,
idealisme, pragmatisme, eksistensialisme, positivisme, vitalisme, strukturalisme, post-
strukturalisme dan lain-lain.
Selain itu, permasalahan yang menjadi objek kajian (pembahasan) dalam filsafat mengalami
perkembangan yang signifikan. Filsafat tidak hanya berhenti pada permasalahan wujud, tetapi
juga merambah pada pembahasan berkenaan dengan ilmu. Selain itu, filsafat juga menyentuh
tataran praktis, terutama berkaitan dengan moral. Perkembangan tersebut merupakan
implikasi logis dari perkembangan pola pikir manusia itu sendiri. Hal tersebut tidak lain
merupakan upaya untuk menemukan “kebenaran”.
Filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan
mengenai hakikat ilmu seperti: Objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki
dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia
(seperti berpikir, merasa dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan? Bagaimana
proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana
prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang
benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya? Cara atau sarana apa
yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? Untuk apa
pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan
tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan
pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan
operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral atau profesional?
Jika disimpulkan berbagai macam pertanyaan di atas maka yang pertama adalah persoalan-
persoalan yang berkaitan dengan masalah ontologis. Kedua, masuk dalam wilayah kajian
epistemologis. Sedangkan yang ketiga adalah problem aksiologis. Semua disiplin ilmu pasti
mempunyai tiga landasan ini. Di bawah ini penulis akan memaparkan sekilas pembahasan
mengenai Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi.
1. Ontologi
“Secara terminologi, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu on atau ontos yang berarti
“ada” dan logos yang berarti “ilmu”. Sedangkan secara terminologi ontologi adalah ilmu
tentang hakekat yang ada sebagai yang ada (The theory of being qua being). Sementara itu,
Mulyadi Kartanegara menyatakan bahwa ontology diartikan sebagai ilmu tentang wujud
sebagai wujud, terkadang disebut sebagai ilmu metafisiska. Metafisika disebut sebagai “induk
semua ilmu” karena ia merupakan kunci untuk menelaah pertanyaan paling penting yang
dihadapi oleh manusia dalam kehidupan, yakni berkenaan dengan hakikat wujud.
Mulla Shadra berpendapat ‘Tuhan sebagai wujud murni’. Hal ini dibenarkan oleh
Suhrawardi bahwa alam merupakan emanasi. Alam merupakan manifestasi (tajalli). Sedang
Plato berpendapat bahwa cunia yang sebenarnya adalah dunia ide. Dunia ide adalah sebuah
dunia atau pikiran univewrsal (the universal mind). Aristoteles tidak menyangsikan pendapat
gurunya (Plato), hanya saja dia lebih percaya bahwa yang kita lihat adalah riil. Sedangkan
LUTFI HUSNI TAUFIK
FILSAFAT ILMU

Thales beranggapan bahwa sumber dari segala sesuatu adalah air. Kita tidak tahu pasti apa
yang dimaksudkannya dengan itu, dia mungkin percaya bahwa seluruh kehidupan berasal
dari air dan seluruh kehidupan kembali ke air lagi ketika sudah berakhir.
Yang termasuk dalam pembahasan ontologi adalah fisika, matematika dan Metafisika.
Fisika sebagai tingkatan yang paling rendah, matematika sebagai tingkatan tengah-tengah
sedangkan teologi sebagai tingkatan yang paling tinggi. Alasan pembagian tersebut adalah
karena ilmu itu ada kalanya berhubungan dengan sesuatu yang dapat diindera, yaitu sesuatu
yang berbenda, yaitu fisika. Ada kalanya berhubungan dengan benda tetapi mempunyai
wujud tersendiri, yaitu matematika. Dan ada yang tidak berhubungan dengan suatu benda
yaitu metafisika.
Ontologi juga sering diidentikkan dengan metafisika, yang juga disebut dengan proto-filsafat
atau filsafat yang pertama atau filsafat ketuhanan. Pembahasannya meliputi hakikat sesuatu,
keesaan, persekutuan, sebab dan akibat, substansi dan aksiden, yang tetap dan yang berubah,
eksistensi dan esensi, keniscayaan dan kerelatifan, kemungkinan dan ketidakmungkinan,
realita, malaikat, pahala, surga, neraka dan dosa.
Dengan kata lain, pembahasan ontologi biasanya diarahkan pada pendeskripsian tentang
sifat dasar dari wujud, sebagai kategori paling umum yang meliputi bukan hanya wujud
Tuhan, tetapi juga pembagian wujud. Wujud dibagi ke dalam beberapa kategori, yakni wajib
(wajib al-wujud), yaitu wujud yang niscaya ada dan selalu aktual, mustahil (mumtani’al
wujud) yaitu wujud yang mustahil akan ada baik dalam potensi maupun aktualitas, dan
mungkin (mumkin al-wujud), yaitu wujud yang mungkin ada, baik dalam potensi maupun
aktualitas ketika diaktualkan ke dalam realitas nyata.
2. Epistemologi
Jika kita berbicara tentang ilmu pengetahuan, apakah anda pernah memikirkan apa itu
pengetahuan? Pastinya anda menganggap bahwa saya orang yang aneh. Kalau saya bertanya,
apakah kita tahu? Pastinya kita semua tahu. Tentang nama kita sendiri, Jakarta sebagai ibu
kota Indonesia, Manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan, dan bahwa 2+2 = 4. Sebuah
lompatan drastis yang dilakukan Socrates pada zamannya, dan mungkin sampai sekarang ini
masih, dengan pernyataannya “apa yang saya ketahui adalah apa yang tidak saya ketahui”
bagaimana akal kita bisa menerima pernyataan yang kontradiksi ini?
Akar permasalahan adalah pengetahuan yang rupanya menuntutut sejenis kepastian tertentu
yang tidak dimiliki oleh kepercayaan yang biasa. Tetapi sekali saja anda bertanya, apa yang
akan membenarkan kepastian ini, anda mulai merasakan sangatlah sulit menemukan
jawabannya.
Mudah mengetahui mengapa begitu banyak pemikir memperdebatkan pengetahuan yang
menuntut adanya sebuah kepastian. “Mengetahui” bisa kita sebut dengan kata yang sukses.
Demikian dengan kata “belajar”. Untuk mengetahui seseorang telah mempelajari sesuatu,
sama denga mengatakan mereka telah mempelajari sesuatu dengan sukses dan kini telah
menyerap apa saja yang telah mereka pelajari. (mengatakan mereka sedang belajar jelas tidak
menunjukkan bahwa mereka telah menguasai secara sempurna, hanya sedang mengejar
kesempurnaan itu. Misal; anda sedang mempelajari aritmatika, apakah bisa dikatakan anda
menguasai aritmatika?). kita bisa mengatakan bahwa seseorang telah sukses dengan apa yang
telah mereka pelajari apabila mereka dapat menyatakan kembali apa yang telah mereka
peroleh di masa lalu.
Epistemologi merupakan tahapan berikutnya setelah pembahasan ontologi dalam filsafat.
“Istilah epistemologi dipakai pertama kali oleh J.F. Feriere yang maksudnya untuk
LUTFI HUSNI TAUFIK
FILSAFAT ILMU

membedakan antara dua cabang filsafat, yaitu epistemologi dan ontologi (metafisika umum).
Kalau dalam metafisika pertanyaannya adalah apa yang ada itu? Maka pertanyaan dasar
dalam epistemologi adalah apa yang dapat saya ketahui?”
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, episteme dan logos. Episteme biasa diartikan
pengetahuan atau kebenaran, dan logos diartikan pikiran, kata, atau teori. Epistemologi secara
etimologi dapat diartikan teori pengetahuan yang benar dan lazimnya hanya disebut teori
pengetahuan yang dalam bahasa Inggrisnya menjadi theory of knowledge.
Dengan kata lain, epistemologi adalah bidang ilmu yang membahas pengetahuan manusia,
dalam berbagai jenis dan ukuran kebenarannya. Isu-isu yang akan muncul berkaitan dengan
masalah epistemologi adalah bagaimana pengetahuan itu bisa diperoleh? Jika keberadaan itu
mempunyai gradasi (tingkatan), mulai dari yang metafisik hingga fisik maka dengan
menggunakan apakah kita bisa mengetahuinya? Apakah dengan menggunakan indera
sebagaimana kaum empiris, akal sebagaimana kaum rasionalis atau bahkan dengan
menggunakan intuisi sebagaimana urafa’ (para sufi)? Oleh sebab itu yang perlu dibahas
berkaitan dengan masalah ini adalah tentang teori pengetahuan dan metode ilmiah serta tema-
tema yang berkaitan dengan masalah epistemologi.
Berbicara tentang asal-usul pengetahuan maka ilmu pengetahuan ada yang berasal dari
manusia dan dari luar manusia. Pengetahuan yang berasal dari manusia meliputi pengetahuan
indera, ilmu (akal) dan filsafat. Sedangkan pengetahuan yang berasal dari luar manusia
(berasal dari Tuhan) adalah wahyu. Pembahasan epistemologi meliputi sumber-sumber atau
teori pengetahuan, kebenaran pengetahuan, batasan dan kemungkinan pengetahuan, serta
klasifikasi ilmu pengetahuan.
3. Aksiologi
Jika ontologi berbicara tentang hakikat yang ada (objek ilmu) dan epistemologi berbicara
tentang bagaimana yang ada itu bisa diperoleh (cara memperoleh ilmu) maka aksiologi
berkaitan dengan manfaat dari pada ilmu itu sendiri atau kaitan penerapan ilmu itu dengan
kaidah-kaidah moral.
Dalam Wikipedia aksiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu axion yang berarti “nilai” dan
logos yang berarti “ilmu” atau “teori”. Jadi, aksiologi adalah ilmu tentang nilai. Adapun Jujun
S. Suriasumantri dalam bukunya Filsafat Ilmu mengatakan bahwa aksiologi adalah cabang
filsafat yang mempelajari tentang nalai secara umum. Sebagai landasan ilmu, aksiologi
mempertanyakan untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana
kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan
objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik
prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral atau
profesional?
Menurut Brameld, ada tiga bagian yang membedakan di dalam aksiologi. Pertama, moral
conduct, tindakan moral. Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika. Kedua, esthetic
expression, ekspresi keindahan yang melahirkan estetika. Ketiga, socio-political life,
kehidupan sosio-politik. Bidang ini melahirkan ilmu filsafat sosio-politik.

You might also like