You are on page 1of 15

TUGAS UTS

Mata kuliah:
SEJARAH PERADABAN ISLAM
Dosen pengampu:
Dra. Nurhasanah Leni, M.Hum

Disusun oleh:
Nama: Setia Walhikmah
Npm: 2211080100
Prodi/Kelas: BKPI E
Nomor Absen: 23

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN RADEN INTAN
PENDAHULUAN
KEHANCURAN DINASTI ABBASIYAH
Dinasti Abbasiyah, yang memerintah selama lebih dari 500 tahun di wilayah yang sekarang
menjadi Irak, Suriah, dan Mesir, dianggap sebagai salah satu periode paling penting dalam
sejarah Islam. Namun, kehancuran Dinasti Abbasiyah juga merupakan salah satu peristiwa
terpenting dalam sejarah dunia Islam. Dinasti Abbasiyah adalah salah satu dinasti yang
memerintah di Timur Tengah pada abad ke-8 hingga ke-13. Dinasti Abbasiyah muncul
setelah Dinasti Umayyah yang telah berkuasa sebelumnya dijatuhkan oleh gerakan
revolusioner yang dipimpin oleh kelompok-kelompok yang tidak puas dengan pemerintahan
Umayyah. Dinasti Abbasiyah memiliki kekayaan budaya dan intelektual yang sangat besar,
dan dianggap sebagai masa kejayaan Islam. Namun, Dinasti Abbasiyah juga mengalami masa
kehancuran pada akhir pemerintahannya. Faktor-faktor seperti perang saudara, perseteruan
keluarga, kelemahan ekonomi, korupsi, dan serangan dari luar seperti serangan Mongol,
semakin melemahkan Dinasti Abbasiyah hingga pada akhirnya kehilangan kekuasaan dan
mengalami kehancuran. Meskipun Dinasti Abbasiyah telah runtuh, pengaruh kebudayaan dan
ilmu pengetahuan pada masa kejayaannya tetap berlanjut dan memberi pengaruh besar pada
perkembangan selanjutnya dalam sejarah Islam dan dunia.
(Dedi Supriyadi, M. Ag 2019. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia)

Kelemahan Kekuasaan
Pada awal pemerintahan Dinasti Abbasiyah, kekuasaannya cukup kuat dan stabil. Namun,
pada abad ke-9, Dinasti Abbasiyah mulai mengalami pelemahan kekuasaan. Hal ini
disebabkan oleh konflik internal antara keluarga kerajaan yang saling berebut kekuasaan.
Kelemahan ini juga disebabkan oleh adanya gerakan otonomi dari provinsi-provinsi di bawah
kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Kekuatan militer juga mengalami pelemahan, sehingga Dinasti
Abbasiyah tidak mampu mempertahankan wilayah kekuasaannya dengan baik. Dinasti
Abbasiyah awalnya berkuasa dengan legitimasi sebagai keluarga kerajaan Islam yang dipilih
untuk memerintah atas persetujuan masyarakat Islam. Namun, seiring berjalannya waktu,
kekuasaan mereka mulai terkikis karena beberapa kelemahan dalam sistem pemerintahan
mereka. Dinasti Abbasiyah kehilangan dukungan dan legitimasi masyarakat Islam.
(Dedi Supriyadi, M. Ag 2019. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia)

2
Serangan dari Luar
Dinasti Abbasiyah sering diserang oleh kekuatan asing seperti bangsa Mongol pada abad ke-
13 M. Serangan ini mengakibatkan kota Baghdad dihancurkan dan Khalifah Abbasiyah
terakhir, Al-Musta'sim, dihukum mati oleh pemimpin bangsa Mongol, Hulagu Khan.
Serangan-serangan ini mengakibatkan kerusakan yang besar pada infrastruktur dan
perekonomian wilayah kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Serangan yang terjadi selama Dinasti
Abbasiyah berkuasa salah satunya adalah Serangan Bangsa Mongol, Pada awal abad ke-13,
bangsa Mongol yang dipimpin oleh Genghis Khan menyerang dan menaklukkan banyak
wilayah di Asia Tengah dan Timur Tengah. Serangan ini mencapai puncaknya pada 1258
ketika pasukan Mongol menyerbu Baghdad dan membunuh khalifah Abbasiyah terakhir, Al-
Mustasim. Serangan Mongol merusak infrastruktur dan kestabilan politik di wilayah-wilayah
yang ditaklukkan, termasuk wilayah Dinasti Abbasiyah. Selain itu, pasukan Mongol juga
membawa penyakit yang menyebar dengan cepat dan mematikan, menyebabkan banyak
kematian dan kehancuran di seluruh wilayah yang mereka serang. Serangan Mongol
merupakan salah satu serangan paling mematikan terhadap Dinasti Abbasiyah dan umat
Islam pada masa itu. Serangan ini menyebabkan kerugian besar dalam hal ekonomi,
infrastruktur, kebudayaan, dan masyarakat. Kota-kota di seluruh wilayah Abbasiyah hancur,
termasuk kota Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan Dinasti Abbasiyah.
(Dedi Supriyadi, M. Ag 2019. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia)

Perpustakaan terkenal di Baghdad, yang memuat banyak pengetahuan dan karya sastra klasik,
juga hancur dalam serangan ini. Banyak ulama, cendekiawan, dan masyarakat umum tewas
dalam serangan ini, termasuk Khalifah Al-Mustasim yang terakhir. Dampak dari serangan
Mongol terhadap Dinasti Abbasiyah adalah penurunan kemampuan militer dan kekuasaan
Abbasiyah. Meskipun ada usaha untuk membangun kembali kekuatan Abbasiyah setelah
serangan ini, namun dinasti tidak pernah memulihkan kekuasaannya sepenuhnya dan seiring
waktu kehilangan pengaruhnya. Selain itu, serangan Mongol juga mempengaruhi
perkembangan Islam dan dunia Muslim pada masa itu, termasuk mengubah arah sejarah dan
membuka jalan bagi kekuasaan Muslim lainnya di wilayah itu. Meskipun serangan Mongol
merupakan salah satu penyebab kehancuran Dinasti Abbasiyah, namun ada faktor lain yang
juga turut memperlemah dan menghancurkan kekuatan Abbasiyah, seperti perang saudara,
perseteruan keluarga, korupsi, dan konflik agama. (Dedi Supriyadi, M. Ag 2019. Sejarah
Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia)
3
Selain itu dinasti abbasiyah juga mendapatkan Serangan Bangsa Crusader, Selama abad ke-
11 hingga abad ke-13, bangsa Crusader dari Eropa menyerang wilayah Timur Tengah untuk
merebut kembali Tanah Suci yang telah dikuasai oleh bangsa Muslim. Serangan ini juga
merugikan wilayah Dinasti Abbasiyah karena banyak wilayah yang mereka kuasai di wilayah
Timur Tengah yang menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Abbasiyah. Serangan bangsa
Crusader menyebabkan kerusakan pada infrastruktur, menyebabkan kerugian ekonomi, dan
mengganggu perdagangan. Selain itu, mereka juga membawa ideologi Kristen yang
menantang kekuasaan Islam di wilayah tersebut. Kombinasi serangan dari luar dan faktor
internal seperti perseteruan keluarga, korupsi, dan kelemahan ekonomi menyebabkan
kehancuran Dinasti Abbasiyah. Meskipun serangan dari luar tidak selalu menjadi penyebab
utama kehancuran, namun faktor ini turut memperlemah kekuatan Abbasiyah dalam
melindungi wilayah kekuasaan mereka dan masyarakat Islam.
(Dedi Supriyadi, M. Ag 2019. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia)

Selama periode ini, wilayah Timur Tengah mengalami perang salib yang terjadi antara
tentara Kristen Eropa dan tentara Muslim. Kebijakan invasi yang dilakukan oleh bangsa
Crusader ini mengakibatkan kerugian besar bagi wilayah kekuasaan Abbasiyah. Serangan
Bangsa Crusader telah merusak infrastruktur dan membuat kerugian ekonomi, karena sering
kali terjadi pembantaian dan perusakan pada kota-kota dan wilayah yang diambil alih oleh
bangsa Crusader. Selain itu, penaklukan wilayah-wilayah penting di Timur Tengah oleh
bangsa Crusader juga mempengaruhi perdagangan dan kegiatan ekonomi yang sebelumnya
berjalan lancar. Serangan bangsa Crusader juga membawa ideologi Kristen ke wilayah Timur
Tengah yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Hal ini menimbulkan ketegangan dan
tantangan bagi kekuasaan Islam di wilayah tersebut. Kekerasan yang terjadi selama periode
ini mengakibatkan kerusakan pada infrastruktur, hilangnya sumber daya, dan penurunan
kemampuan militer, sehingga menyebabkan penurunan kekuatan Dinasti Abbasiyah. Namun
demikian, penting untuk dicatat bahwa Serangan Bangsa Crusader tidak menjadi penyebab
utama kehancuran Dinasti Abbasiyah. Masalah internal seperti perseteruan keluarga, korupsi,
dan kelemahan ekonomi juga turut memperburuk situasi dan melemahkan kekuatan dinasti.
Perang salib hanya menjadi faktor eksternal tambahan yang memperburuk keadaan Dinasti
Abbasiyah. (Dedi Supriyadi, M. Ag 2019. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia)

4
Korupsi dan Ketidakstabilan Ekonomi
Dinasti Abbasiyah merupakan sebuah dinasti yang berkuasa di dunia Islam selama lebih dari
500 tahun, dari tahun 750 hingga 1258. Dinasti ini mampu menciptakan kemajuan besar
dalam bidang-bidang seperti sains, filsafat, sastra, dan seni. Namun, Dinasti Abbasiyah juga
mengalami masalah korupsi dan ketidakstabilan ekonomi yang dapat berdampak pada
kestabilan pemerintahannya. Korupsi dalam pemerintahan Abbasiyah mengakibatkan
ketidakstabilan ekonomi di wilayah kekuasaannya. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas
hidup dan keberlangsungan rakyat di bawah kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Selain itu, Dinasti
Abbasiyah juga mengalami kesulitan dalam mengelola sumber daya alam dan infrastruktur
yang dimilikinya. Korupsi dan ketidakstabilan ekonomi pada Dinasti Abbasiyah
mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas hidup dan kemiskinan. Masyarakat tidak dapat
memenuhi kebutuhan dasar mereka seperti makanan, air bersih, dan perumahan.
(Hanum, N., & Hidayatullah, M. A. (2020). Sejarah Keruntuhan Dinasti Abbasiyah: Analisis
Faktor Penyebabnya. Jurnal Ilmiah al-Hikmah: Media Dakwah, Pendidikan, dan Penelitian
Islam, 12(2), 140-155)

Hal ini mengakibatkan peningkatan angka kemiskinan dan merusak kestabilan sosial di
wilayah kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Korupsi dan ketidakstabilan ekonomi juga
menyebabkan ketidakmampuan Dinasti Abbasiyah untuk mempertahankan wilayah
kekuasaannya dengan baik. Kekuatan militer yang tidak stabil membuat Dinasti Abbasiyah
tidak dapat menghadapi serangan musuh yang datang dari luar. Akibatnya, Dinasti Abbasiyah
akhirnya jatuh setelah diserang oleh Mongol pada tahun 1258. Dalam jangka panjang,
korupsi dan ketidakstabilan ekonomi dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintahan dan mengakibatkan kerugian besar bagi negara. Masyarakat menjadi tidak
percaya pada pemerintah karena mereka melihat bahwa pemerintah tidak mampu mengelola
keuangan negara dengan baik dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Hal ini dapat
memicu terjadinya protes dan pemberontakan yang dapat mengancam kestabilan
pemerintahan. Selain itu, korupsi juga dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan di suatu negara. Korupsi mengakibatkan pengeluaran negara menjadi tidak
efektif dan efisien. (Hanum, N., & Hidayatullah, M. A. (2020). Sejarah Keruntuhan Dinasti
Abbasiyah: Analisis Faktor Penyebabnya. Jurnal Ilmiah al-Hikmah: Media Dakwah,
Pendidikan, dan Penelitian Islam, 12(2), 140-155)

5
Teknologi dan Persenjataan yang Ketinggalan
Pemerintahan Abbasiyah pernah menjadi masa kejayaan bagi peradaban Islam dan dunia,
terutama dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. Namun, di bidang teknologi dan
persenjataan, pemerintahan Abbasiyah cenderung tertinggal dan kurang berkembang
dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain pada saat itu. Dinasti Abbasiyah kalah dalam
persaingan teknologi dan persenjataan dari kekuatan-kekuatan asing yang menyerangnya. Ini
mengakibatkan ketidakmampuan Dinasti Abbasiyah untuk mempertahankan wilayah
kekuasaannya. Selain itu, kekuatan asing tersebut juga mampu mengambil alih teknologi dan
persenjataan yang dimiliki oleh Dinasti Abbasiyah. Dinasti Abbasiyah merupakan periode
penting dalam sejarah dunia Islam yang berlangsung dari tahun 750 hingga 1258 Masehi.
Selama masa ini, kekuasaan Abbasiyah meluas dari Afrika Utara hingga Asia Tengah dan
Asia Selatan. Saat itu, teknologi dan persenjataan memainkan peran penting dalam perang
dan kekaisaran Abbasiyah. Namun, terdapat beberapa teknologi dan persenjataan yang
ketinggalan zaman. Berikut adalah beberapa diantaranya, Baju besi, Meskipun baju besi telah
digunakan dalam perang selama berabad-abad, tetapi pada masa Abbasiyah, baju besi yang
digunakan masih sangat sederhana dan kurang efektif. (Hanum, N., & Hidayatullah, M. A.
(2020). Sejarah Keruntuhan Dinasti Abbasiyah: Analisis Faktor Penyebabnya. Jurnal Ilmiah
al-Hikmah: Media Dakwah, Pendidikan, dan Penelitian Islam, 12(2), 140-155)

Kapal perang, Kekuasaan Abbasiyah memiliki wilayah yang luas dan banyak pantai di
sepanjang Laut Tengah dan Samudra Hindia. Namun, pada masa itu, kapal perang yang
digunakan masih sangat sederhana dan kurang efektif. Kapal perang tersebut biasanya terbuat
dari kayu dan tidak memiliki perlengkapan navigasi modern, sehingga mereka sering tersesat
di laut. Kuda Perang, Kuda perang menjadi salah satu senjata yang paling penting dalam
perang pada masa Abbasiyah. Namun, pada masa itu, teknik pelatihan kuda perang masih
sangat sederhana dan tidak efektif. Kuda perang yang tidak terlatih dapat dengan mudah
terkejut dan melarikan diri dari medan perang, sehingga membuat tentara Abbasiyah
kehilangan kekuatan. Dalam keseluruhan, teknologi dan persenjataan pada masa Abbasiyah
masih ketinggalan dan tidak seefektif seperti teknologi dan persenjataan modern yang kita
kenal saat ini. (Hanum, N., & Hidayatullah, M. A. (2020). Sejarah Keruntuhan Dinasti
Abbasiyah: Analisis Faktor Penyebabnya. Jurnal Ilmiah al-Hikmah: Media Dakwah,
Pendidikan, dan Penelitian Islam, 12(2), 140-155)

6
Konflik Agama
Konflik agama juga merupakan faktor yang berperan dalam kehancuran Dinasti Abbasiyah.
Pada abad ke-9, sebuah gerakan keagamaan yang disebut Syiah muncul di Persia dan mulai
mengancam pemerintahan Abbasiyah. Konflik antara kelompok Syiah dan Sunni terus
meningkat, dan sering kali dipicu oleh ketidakpuasan atas kebijakan pemerintah yang
dianggap tidak adil. Konflik agama memainkan peran penting dalam kehancuran Dinasti
Abbasiyah. Pada awalnya, Dinasti Abbasiyah didukung oleh kelompok Sunni, tetapi pada
abad ke-9, sebuah gerakan keagamaan yang disebut Syiah muncul di Persia dan mulai
mengancam pemerintahan Abbasiyah. Konflik antara kelompok Syiah dan Sunni terus
meningkat, dan sering kali dipicu oleh ketidakpuasan atas kebijakan pemerintah yang
dianggap tidak adil. Perpecahan antara kelompok Sunni dan Syiah bermula sejak kematian
Nabi Muhammad, ketika para pemimpin Muslim tidak sepakat mengenai siapa yang berhak
menjadi pemimpin berikutnya. (Hanum, N., & Hidayatullah, M. A. (2020). Sejarah
Keruntuhan Dinasti Abbasiyah: Analisis Faktor Penyebabnya. Jurnal Ilmiah al-Hikmah:
Media Dakwah, Pendidikan, dan Penelitian Islam, 12(2), 140-155)

Kelompok Sunni memilih Abu Bakar, teman dan penasehat terdekat Nabi Muhammad,
sementara kelompok Syiah menganggap Ali bin Abi Thalib, kemenakan Nabi Muhammad
dan suami putri Nabi Muhammad, yang berhak menjadi pemimpin. Konflik antara Sunni dan
Syiah terus berlanjut selama beberapa abad, dan dalam beberapa kasus, menyebabkan perang
saudara. Pada masa pemerintahan Khalifah Al-Ma'mun, putra Khalifah Harun al-Rashid,
pemerintah Abbasiyah memberikan dukungan kepada kelompok Syiah dan membuka
lembaga-lembaga ilmiah, termasuk rumah-rumah kebijaksanaan, tempat para cendekiawan
dapat berkumpul dan belajar. Hal ini menimbulkan ketidakpuasan di kalangan kelompok
Sunni, yang merasa bahwa kebijakan pemerintah tidak adil dan tidak sesuai dengan tradisi
Sunni. Konflik antara Sunni dan Syiah mencapai puncaknya selama masa pemerintahan
Khalifah Al-Mutawakkil, yang memerintah dari tahun 847 hingga 861 Masehi. Al-
Mutawakkil dikenal sebagai penguasa yang sangat pro-Sunni dan mengambil tindakan keras
terhadap kelompok Syiah. (Hanum, N., & Hidayatullah, M. A. (2020). Sejarah Keruntuhan
Dinasti Abbasiyah: Analisis Faktor Penyebabnya. Jurnal Ilmiah al-Hikmah: Media Dakwah,
Pendidikan, dan Penelitian Islam, 12(2), 140-155)

7
Tindakan ini memicu protes dan pemberontakan dari kelompok Syiah, yang akhirnya berhasil
merebut kekuasaan di beberapa wilayah, termasuk Persia. Perang saudara antara kelompok
Sunni dan Syiah terus berlanjut selama beberapa abad, dan menjadi semakin brutal selama
masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Konflik antara kelompok-kelompok ini memperlemah
dinasti dan membuatnya menjadi lebih rentan terhadap serangan musuh. Pada abad ke-10,
para panglima perang Turkmen berhasil merebut kekuasaan di beberapa wilayah Abbasiyah
dan membuat pemerintahan Abbasiyah semakin lemah. Dalam kesimpulannya, konflik
agama antara Sunni dan Syiah memainkan peran penting dalam kehancuran Dinasti
Abbasiyah. Konflik ini menyebabkan perang saudara, ketidakstabilan politik, dan kekerasan
yang menyebabkan penurunan ekonomi, penurunan kemampuan militer, dan akhirnya
kehancuran Dinasti Abbasiyah. Selain itu, kebijakan yang tidak adil dari pemerintah
Abbasiyah dan korupsi di dalam pemerintahan juga memperburuk situasi dan melemahkan
kekuatan dinasti.
(Hanum, N., & Hidayatullah, M. A. (2020). Sejarah Keruntuhan Dinasti Abbasiyah: Analisis
Faktor Penyebabnya. Jurnal Ilmiah al-Hikmah: Media Dakwah, Pendidikan, dan Penelitian
Islam, 12(2), 140-155)

Situasi ini semakin memburuk dengan adanya faktor eksternal seperti serangan tentara asing
dan serangan dari bangsa Viking dan Mongol. Serangan-serangan ini menyebabkan
kerusakan besar pada infrastruktur dan ekonomi di wilayah dinasti Abbasiyah, membuatnya
semakin lemah dan rentan terhadap serangan musuh. Dalam hal ini, faktor eksternal
memperburuk keadaan yang sebelumnya sudah buruk akibat faktor internal. Terlebih lagi,
kebijakan dinasti Abbasiyah yang terlalu mengandalkan kekuatan asing dalam mengatasi
pemberontakan juga menambah masalah baru yang semakin memperlemah pemerintahan
mereka. Kehancuran Dinasti Abbasiyah tidak hanya berdampak pada wilayah yang
dikuasainya, tetapi juga berdampak pada seluruh dunia Islam. Dinasti Abbasiyah merupakan
simbol dari kekuasaan dan kemakmuran dunia Islam pada masa itu. Namun, dengan
runtuhnya dinasti ini, kekuatan dunia Islam semakin terpecah-belah dan kehilangan
kemampuan untuk bersatu dan melindungi kepentingannya. (Hanum, N., & Hidayatullah, M.
A. (2020). Sejarah Keruntuhan Dinasti Abbasiyah: Analisis Faktor Penyebabnya. Jurnal
Ilmiah al-Hikmah: Media Dakwah, Pendidikan, dan Penelitian Islam, 12(2), 140-155)

8
Sebab-sebab Kehancuran Dinasti Abbasiyah
Faktor Internal
a. Lemahnya semangat patriotisme negara, menyebabkan jiwa jihad yang diajarkan
Islam tidak berdaya lagi menahan segala amukan yang datang, baik dari dalam
maupun dari luar. Pada masa pemerintahan Abbasiyah, terjadi banyak perseteruan
internal di antara keluarga kekuasaan yang saling berkompetisi untuk mendapatkan
kekuasaan dan kekayaan. Akibat perseteruan tersebut, semangat patriotisme yang
seharusnya menjadi perekat dan kekuatan dalam mempertahankan negara menjadi
lemah. Padahal, semangat patriotisme yang kuat dan jiwa jihad yang ditanamkan
dalam ajaran Islam seharusnya menjadi dorongan bagi masyarakat dan penguasa
untuk bersatu dan melindungi negara dari segala amukan yang datang baik dari dalam
maupun dari luar. Kekuasaan Abbasiyah juga tidak mampu mempertahankan wilayah-
wilayah kekuasaannya dari serangan dari luar, seperti serangan bangsa Mongol dan
bangsa Turk. Hal ini disebabkan karena masyarakat yang tidak memiliki semangat
patriotisme yang kuat, sehingga kekuatan dalam menjaga negara menjadi lemah.
Selain itu, serangan dari luar juga memperburuk keadaan ekonomi dan menyebabkan
kerusakan infrastruktur. (Hanum, N., & Hidayatullah, M. A. (2020). Sejarah
Keruntuhan Dinasti Abbasiyah: Analisis Faktor Penyebabnya. Jurnal Ilmiah al-
Hikmah: Media Dakwah, Pendidikan, dan Penelitian Islam, 12(2), 140-155)

b. Hilangnya sifat amanah dalam segala perjanjian yang dibuatsehingga kerusakan


moral dan kerendahan budi menghancurkan sifat-sifat baik yang mendukung negara
selama ini. banyak tindakan korupsi yang dilakukan oleh para pejabat pemerintahan
yang merampas kekayaan negara dan memperkaya diri sendiri. Tindakan korupsi ini
menyebabkan hilangnya sifat amanah dalam segala perjanjian yang dibuat oleh
pemerintah, sehingga kerusakan moral dan kerendahan budi mulai terlihat dan
menghancurkan sifat-sifat baik yang mendukung negara selama ini. Hal ini
menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan merusak
sistem kepercayaan yang sudah berjalan selama ini. (Hanum, N., & Hidayatullah, M.
A. (2020). Sejarah Keruntuhan Dinasti Abbasiyah: Analisis Faktor Penyebabnya.
Jurnal Ilmiah al-Hikmah: Media Dakwah, Pendidikan, dan Penelitian Islam, 12(2),
140-155)

9
c. Kerusakan moral dan kerendahan budi yang terjadi di dalam pemerintahan
Abbasiyah menyebabkan kelemahan dalam memimpin dan memerintah negara.
Kepercayaan masyarakat dan rakyat kepada pemerintah menjadi lemah, dan semangat
patriotisme dalam mempertahankan negara pun menjadi surut. Akibatnya, negara
menjadi lemah dan tidak mampu mempertahankan diri dari serangan dari luar dan
dalam. Hilangnya sifat amanah dalam segala perjanjian yang dibuat oleh pemerintah
Abbasiyah menyebabkan kehancuran moral dan kerendahan budi yang menyebabkan
hilangnya sifat-sifat baik yang mendukung negara selama ini. (Hanum, N., &
Hidayatullah, M. A. (2020). Sejarah Keruntuhan Dinasti Abbasiyah: Analisis Faktor
Penyebabnya. Jurnal Ilmiah al-Hikmah: Media Dakwah, Pendidikan, dan Penelitian
Islam, 12(2), 140-155)

d. Tidak percaya pada kekuatan sendiri. Dalam mengatasi berbagai pemberontakan,


khalifah mengundang kekuatan asing. Akibatnya, kekuatan asing tersebut
memanfaatkan kelemahan khalifah. Salah satu contoh nyata dari faktor ini adalah
ketika khalifah al-Ma'mun meminta bantuan kekaisaran Persia dalam melawan
pemberontakan Bani Abbas yang dipimpin oleh saudaranya sendiri, Ibrahim. Dalam
perjanjian tersebut, khalifah al-Ma'mun memberikan wilayah Khurasan kepada
kekaisaran Persia sebagai imbalan atas bantuan mereka. Akibatnya, kekaisaran Persia
memanfaatkan kelemahan dinasti Abbasiyah dan akhirnya memperluas pengaruhnya
di wilayah tersebut. Selain itu, dinasti Abbasiyah juga sering kali mempekerjakan
pasukan tentara bayaran dari luar negeri untuk melindungi kekuasaan mereka.
Namun, ketidakmampuan mereka dalam membayar gaji tentara bayaran ini sering kali
menyebabkan pemberontakan atau memperlemah kekuatan militer dinasti Abbasiyah.
Contohnya, pasukan Turkmen yang diperkerjakan oleh dinasti Abbasiyah akhirnya
memberontak dan memperoleh kekuasaan atas wilayah Baghdad pada abad ke-10.
(Hanum, N., & Hidayatullah, M. A. (2020). Sejarah Keruntuhan Dinasti Abbasiyah:
Analisis Faktor Penyebabnya. Jurnal Ilmiah al-Hikmah: Media Dakwah, Pendidikan,
dan Penelitian Islam, 12(2), 140-155)

10
e. Fanatik madzhab persaingan dan perebutan yang tiada henti antara Abbasiyah dan
Alawiyah menyebabkan kekuatan umat Islam menjadi lemah, bahkan hancur
berkeping-keping. Persaingan dan perebutan kekuasaan antara dua kelompok ini telah
membuat kekuatan umat Islam menjadi lemah, bahkan hancur berkeping-keping.
Sejak awal pemerintahan Dinasti Abbasiyah, persaingan dan perebutan kekuasaan
antara kelompok Abbasiyah dan Alawiyah terus berlangsung. Persaingan ini tidak
hanya terjadi di dalam pemerintahan, tetapi juga di luar pemerintahan dalam bentuk
revolusi dan pemberontakan. Persaingan ini semakin memuncak ketika Abbasiyah
memindahkan pusat kekuasaan dari Kufah ke Baghdad pada tahun 762 Masehi.
Pemindahan ini memicu perlawanan dari kelompok Alawiyah, yang kemudian
memproklamirkan kepemimpinan mereka sendiri di wilayah Maroko dan Andalusia
di Spanyol. Perebutan kekuasaan antara Abbasiyah dan Alawiyah juga menyebabkan
perpecahan di antara umat Islam. (Hanum, N., & Hidayatullah, M. A. (2020). Sejarah
Keruntuhan Dinasti Abbasiyah: Analisis Faktor Penyebabnya. Jurnal Ilmiah al-
Hikmah: Media Dakwah, Pendidikan, dan Penelitian Islam, 12(2), 140-155)

f. Perang ideologi antara Syi'ah dari Fatimiah melawan Ahlu Sunnah dari Abbasiyah,
banyak menimbulkan korban. Aliran Qaramithah yang sangat ektrem dalam tindakan-
tindakannya yang dapat menimbulkan bentrokan di masyarakat. Kelompok
Hashshashin yang dipimpin oleh Hasan bin Shabah yang berasal dari Thus di Parsi
merupakan aliran Ismailiyah, salah satu sekte Syi'ah adalah kelompok yang sangat
dikenal kekejamannya, yang sering melakukan pembunuhan terhadap penguasa Bani
Abbasiyah yang beraliran Sunni. Pada saat terakhir dari hayatnya Abbasiyah, Tentara
Tartar yang datang dari luar dibantu dari dalam dan dibukakan jalannya oleh golongan
Awaliyin yang dipimpin oleh Alqamiy. Perselisihan antara kedua kelompok ini
memicu perang saudara yang berkepanjangan dan menyebabkan banyak korban jiwa
dan kerusakan. Aliran Qaramithah dan kelompok Hashshashin adalah kelompok-
kelompok yang berasal dari aliran Syiah dan menjadi ancaman bagi dinasti
Abbasiyah. Qaramithah, yang berasal dari wilayah Hijaz dan Bahrain, menjadi sangat
ekstrem dalam tindakan mereka dan memicu bentrokan di masyarakat.
(https://onesearch.id/Record/IOS12997.article-340?widget=1&repository_id=12997)

11
Kelompok Hashshashin yang dipimpin oleh Hasan bin Shabah, berasal dari wilayah
Parsi dan merupakan sekte Syiah Ismailiyah, juga dikenal dengan kekejamannya dan
sering melakukan pembunuhan terhadap penguasa Bani Abbasiyah yang beraliran
Sunni. Pada akhirnya, dinasti Abbasiyah juga menghadapi serangan dari luar, yaitu
tentara Tartar yang datang dari Asia Tengah. Tentara Tartar dibantu oleh golongan
Awaliyin yang dipimpin oleh Alqamiy, yang merupakan kelompok Syiah yang
membantu Tentara Tartar membuka jalan ke kota Baghdad. Hal ini menunjukkan
adanya perselisihan di antara kelompok-kelompok di dalam dinasti Abbasiyah dan
memperlemah persatuan mereka dalam menghadapi ancaman dari luar. Perang
ideologi dan perselisihan antara kelompok-kelompok ini memperburuk situasi politik
dan sosial di bawah kekuasaan dinasti Abbasiyah dan mempengaruhi stabilitas negara
secara keseluruhan. Tidak hanya menyebabkan perang saudara dan korban jiwa yang
banyak, tetapi juga melemahkan dinasti Abbasiyah dalam menghadapi ancaman dari
luar. (Hanum, N., & Hidayatullah, M. A. (2020). Sejarah Keruntuhan Dinasti
Abbasiyah: Analisis Faktor Penyebabnya. Jurnal Ilmiah al-Hikmah: Media Dakwah,
Pendidikan, dan Penelitian Islam, 12(2), 140-155)

g. Kemorosotan ekonomi terjadi karena banyaknya biaya yang digunakan untuk


anggaran tentara, banyaknya pemberontakan dan kebiasaan para penguasa untuk
berfoya-foya, kehidupan para khalifah dan keluarganya serta pejabat-pejabat negara
yang hidup mewah, jenis pengeluaran yang makin beragam, serta pejabat yang
korupsi, dan semakin sempitnya wilayah kekuasaan khalifah karena telah banyak
provinsi yang telah memisahkan diri. Selain itu, kebiasaan para penguasa untuk
berfoya-foya dan hidup mewah menyebabkan pengeluaran negara semakin
meningkat. Para penguasa dan pejabat negara sering kali menggunakan uang negara
untuk membangun istana megah, taman-taman, dan hiburan lainnya. Peningkatan
pengeluaran negara ini tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan, sehingga
anggaran negara semakin defisit.
(Susanto, D. (2015). Dinasti Abbasiyah: Kajian tentang Perkembangan dan
Kehancurannya. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 13(1), 72-82)

12
Di samping itu, korupsi juga menjadi faktor penting dalam kemorosotan ekonomi
Abbasiyah. Pejabat negara yang korup seringkali memperkaya diri dengan cara
memeras rakyat dan menggelapkan dana negara. Hal ini menyebabkan anggaran
negara semakin merosot dan memperburuk keadaan ekonomi. Wilayah kekuasaan
Abbasiyah yang semakin sempit juga mempengaruhi ekonomi negara. Kekhilafahan
Abbasiyah awalnya memiliki wilayah yang luas, tetapi selama periode Abbasiyah,
banyak provinsi yang memisahkan diri dan membentuk negara-negara kecil yang
independen. Hal ini mengurangi sumber daya dan pendapatan negara. Dampak dari
kemorosotan ekonomi ini sangat terasa pada rakyat jelata, terutama petani dan
pedagang yang menjadi korban dari penguasa yang semakin rakus dan korup.
Kemerosotan ekonomi juga memperburuk krisis sosial, seperti kelaparan dan
kemiskinan, yang akhirnya berujung pada ketidakstabilan politik dan sosial. Semua
faktor ini memainkan peran penting dalam kejatuhan dinasti Abbasiyah dan
kebangkitan kekaisaran lainnya di wilayah Timur Tengah. (Susanto, D. (2015).
Dinasti Abbasiyah: Kajian tentang Perkembangan dan Kehancurannya. Jurnal
Cendekia: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 13(1), 72-82)

Faktor Eksternal
Disintegrasi, akibat kebijakan untuk lebih mengutamakan pembinaan peradaban dan
kebudayaan Islam daripada politik, provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai melepaskan
dari genggaman penguasa Bani Abbasiyah. Mereka bukan sekadar memisahkan diri dari
kekuasaan khalifah, tetapi memberontak dan berusaha merebut pusat kekuasaan di Baghdad.
Hal ini dimanfaatkan oleh pihak luar dan banyak mengorbankan umat, yang berarti juga
menghancurkan Sumber Daya Manusia (SDM). (Provinsi-provinsi yang melepaskan diri dari
Dinasti Abbasiyah, dijelaskan selanjutnya)Yang paling membahayakan adalah pemerintahan
tandingan Fatimiah di Mesir walaupun pemerintahan lainnya pun cukup menjadi perhitungan
para khalifah di Baghdad. Pada akhirnya, pemerintah- pemerintah tandingan ini dapat
ditaklukkan atas bantuan Bani Saljuk atau Buyah. Dinasti Abbasiyah adalah dinasti yang
berdiri pada abad ke-8 Masehi dan berlangsung hingga abad ke-13 Masehi. Selama masa ini,
Abbasiyah berada di bawah pengaruh banyak faktor eksternal yang mempengaruhi
keberlangsungan kekaisaran ini. (Hasyim, M. (2017). Kehancuran Dinasti Abbasiyah dan
Penyebabnya. Jurnal Analisis Sosiologi, 6(1), 1-15)

13
Interaksi dengan Kekaisaran Bizantium, Selama periode Abbasiyah, Kekaisaran Bizantium
dan Abbasiyah menjalin hubungan yang kompleks. Kedua kekaisaran ini saling
mempengaruhi satu sama lain dalam bidang budaya, seni, dan perdagangan. Pengaruh
kekaisaran Persia: Sebelum munculnya dinasti Abbasiyah, Persia merupakan kekaisaran yang
kuat di wilayah Timur Tengah. Meskipun Abbasiyah berhasil merebut kekuasaan dari
kekaisaran Umayyah, namun pengaruh kekaisaran Persia masih sangat kuat dalam
kebudayaan, seni, dan bahasa di wilayah Abbasiyah. Hubungan dengan kekaisaran Tiongkok,
Selama periode Abbasiyah, kekaisaran Tiongkok merupakan negara yang kuat dan maju
secara ekonomi dan teknologi. Kekaisaran Abbasiyah menjalin hubungan dengan kekaisaran
Tiongkok melalui perdagangan dan pertukaran budaya. Dalam keseluruhan, faktor eksternal
memainkan peran penting dalam keberlangsungan dan kemunduran dinasti Abbasiyah.
(https://repository.radenfatah.ac.id/6316/1/MUHAMMAD%20AMIN.pdf)

Pengaruh budaya, teknologi, dan perdagangan dari negara-negara lain mempengaruhi


perkembangan Abbasiyah dan membentuk karakteristik yang berbeda dari kekaisaran lainnya
di wilayah Timur Tengah. Perang melawan kekaisaran Bizantium, Selama periode
Abbasiyah, hubungan dengan kekaisaran Bizantium juga sering kali bersifat konflik. Kedua
kekaisaran ini seringkali terlibat dalam perang untuk merebut wilayah-wilayah strategis di
wilayah Timur Tengah. Perang ini memiliki dampak yang besar pada kedua kekaisaran,
termasuk kekaisaran Abbasiyah yang mengalami penurunan kekuatan dan kekaisaran
Bizantium yang juga mengalami kerugian. Pengaruh agama dan filsafat dari dunia luar:
Selama periode Abbasiyah, banyak pemikir dan filsuf dari dunia luar yang mempengaruhi
perkembangan kebudayaan dan pemikiran di wilayah Abbasiyah. Pemikiran dan filsafat
Yunani, India, dan Persia masuk ke dalam dunia intelektual Abbasiyah dan memberikan
pengaruh yang signifikan dalam bidang sains, filsafat, dan agama. Pengaruh Islam dari luar,
Selama periode Abbasiyah, kekaisaran Islam lainnya seperti kekaisaran Umayyah di Spanyol
dan kekaisaran Fatimiyah di Afrika Utara juga mempengaruhi perkembangan Abbasiyah.
Kekaisaran-kekaisaran Islam ini menjalin hubungan perdagangan dan pertukaran budaya
dengan Abbasiyah yang membawa pengaruh yang signifikan dalam bidang seni, sastra, dan
agama. (https://ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/elhekam/article/download/340/333)

14
DAFTAR RUJUKAN

Dedi Supriyadi, M. Ag 2019. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia

Hanum, N., & Hidayatullah, M. A. (2020). Sejarah Keruntuhan Dinasti Abbasiyah:


Analisis Faktor Penyebabnya. Jurnal Ilmiah al-Hikmah: Media Dakwah, Pendidikan, dan
Penelitian Islam, 12(2), 140-155.

Susanto, D. (2015). Dinasti Abbasiyah: Kajian tentang Perkembangan dan


Kehancurannya. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 13(1), 72-82.

Hasyim, M. (2017). Kehancuran Dinasti Abbasiyah dan Penyebabnya. Jurnal Analisis


Sosiologi, 6(1), 1-15.

https://repository.radenfatah.ac.id/6316/1/MUHAMMAD%20AMIN.pdf

https://www.pinhome.id/blog/penyebab-kehancuran-dinasti-abbasiyah/

https://ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/elhekam/article/download/340/333

https://onesearch.id/Record/IOS12997.article-340?widget=1&repository_id=12997

15

You might also like