You are on page 1of 8

Seminar Nasional I Universitas Pamulang

Program Studi D3 Akuntansi


Aula Rektorat, 13 Desember 2018
ISSN : 977 25993430 04

PENILAIAN DALAM RANGKA LELANG


BARANG SITAAN PAJAK
Nugroho Yonimurwanto, Hanik Susilawati Muamarah
yonex.inoy@gmail.com, 081328345457, Politeknik Keuangan Negara STAN
hanik.muamarah@pknstan.ac.id, 08151860135, Politeknik Keuangan Negara STAN

ABSTRAK
Auctions are part of the tax collection process by a forced letter. The auction process is done after the
process of confiscation of goods from the tax payer. Auction of tax confiscated goods is one type of execution
auction. In the auction of execution, must be included the value of the limit whose responsibility determination
resides in the hands of the Seller, in this case the Directorate General of Taxation.
Determination of Limit Value begins with determination of fair value and liquidation value of confiscated
goods. This assessment process can be done by the assessors in the Directorate General of Taxation (DGT) and
assessors in the Directorate General of State Assets (DJKN). Determination of appropriate imit value, contribute
in the successful implementation of sales through the auction. Conversely, the determination of the limit value is
too high or too low, can harm both the DJP and the taxpayer. Furthermore, the auction process may be brought
to the Court which may result in auction cancellation.
This paper aims to describe the process of appraisal of confiscated goods in the framework of the auction,
providing illustrations regarding the assessment of confiscated goods, as well as the process of determining the
value of confiscated goods. Writing is done by qualitative method.
Based on the results of the literature review, to minimize the risk of independence in the assessment of confiscated
goods in the framework of auction sales conducted by the DGT, it is recommended that the appraisal shall be
conducted by the DJKN Appraiser relatively free from the interest of the settlement of the tax receivable. In
addition, it is also recommended to formulate a provision on the procedure of determining the value of confiscated
goods limit in the framework of auction sale ..

Keywords: Auction, Tax Confiscated Goods, Limit Value, Fair Value, Liquidation Value

ABSTRAK
Lelang adalah bagian dari proses penagihan pajak dengan surat paksa. Proses lelang dilakukan setelah
proses penyitaan barang dari penanggung pajak. Lelang barang sitaan pajak merupakan salah satu jenis dari lelang
eksekusi. Dalam lelang eksekusi, harus dicantumkan nilai limit yang tanggungjawab penentuannya berada di
tangan Penjual, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak.
Penentuan Nilai Limit diawali dengan penentuan nilai wajar dan nilai likuidasi atas barang sitaan. Proses
penilaian ini dapat dilakukan oleh penilai yang ada di Direktorat Jenderal Pajak (DJP) maupun penilai yang ada
di Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN). Penentuan nilai imit yang tepat, turut berperan dalam
keberhasilan pelaksanaan penjualan melalui lelang. Sebaliknya, penentuan nilai limit yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah, dapat merugikan baik pihak DJP maupun pihak penanggung pajak. Lebih jauh lagi, proses lelang
dapat dibawa ke Pengadilan yang dapat berujung pada pembatalan lelang.
Tulisan ini bermaksud menggambarkan proses penilaian barang sitaan dalam rangka lelang, memberikan
ilustrasi mengenai penilaian barang sitaan, serta proses penentuan nilai limit barang sitaan. Penulisan dilakukan
dengan metode kualitatif.
Berdasarkan hasil telaah pustaka, untuk meminimalisir adanya risiko independensi dalam penilaian barang sitaan
dalam rangka penjualan secara lelang yang dilakukan DJP, disarankan agar penilaian dilakukan oleh Penilai
DJKN yang relatif bebas dari kepentingan pelunasan piutang pajak. Selain itu juga disarankan agar dirumuskan
suatu ketentuan mengenai tata cara penentuan nilai limit barang sitaan dalam rangka penjualan secara lelang..

Kata Kunci: Lelang, Barang Sitaan Pajak, Nilai Limit, Nilai Wajar, Nilai Likuidasi

i
Seminar Nasional I Universitas Pamulang
Program Studi D3 Akuntansi
Aula Rektorat, 13 Desember 2018
ISSN : 977 25993430 04

1. PENDAHULUAN mengecewakan, mengingat hasil lelang ini


1.1. Latar Belakang nantinya akan digunakan untuk pelunasan
Berdasarkan Undang-Undang nomor 19 piutang pajak, yang akan menjadi penerimaan
Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan negara.
Surat Paksa Sebagaimana Telah Diubah Penentuan Nilai limit lelang dilakukan
Dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun oleh penjual. Penjual adalah orang, badan
2000, lelang adalah tahap terakhir dalam hukum atau badan usaha atau instansi yang
penagihan pajak. Lelang didefinisikan sebagai berdasarkan peraturan perundang-undangan
setiap penjualan barang di muka umum atau perjanjian berwenang untuk menjual
dengan cara penawaran harga secara lisan dan barang secara lelang. Dalam konteks barang
atau tertulis melalui usaha pengumpulan sitaan pajak, pihak yang berperan sebagai
peminat atau calon pembeli. penjual adalah Direktorat Jenderal Pajak.
Lelang dilaksanakan terhadap barang Sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal
sitaan pajak. Barang sitaan tersebut dapat Pajak Nomor SE-61/PJ/2015 tentang
berupa: Optimalisasi Penilaian (Appraisal) Untuk
a. barang bergerak termasuk mobil, Penggalian Potensi Pajak Dan Tujuan
perhiasan, uang tunai, dan deposito Perpajakan Lainnya, penentuan nilai limit
berjangka, tabungan, saldo rekening lelang dilakukan melalui penilaian
koran, giro, atau bentuk lainnya yang Selain nilai limit lelang, dalam
dipersamakan dengan itu, obligasi saham, pelelangan juga dikenal istilah nilai wajar dan
atau surat berharga lainnya, piutang, dan nilai likuidasi. Dalam pelaksanaan lelang
penyertaan modal pada perusahaan lain; Eksekusi Pasal 6 Undang-Undang Hak
dan atau Tanggungan (UUHT), Lelang Eksekusi
b. barang tidak bergerak termasuk tanah, Fiducia, dan Lelang Eksekusi Harta Pailit,
bangunan, dan kapal dengan isi kotor Nilai Limit ditetapkan paling sedikit sama
tertentu. dengan Nilai Likuidasi. Nilai Likuidasi
Namun demikian, tidak seluruh barang diperoleh dengan cara mengurangi Nilai
sitaan dapat dilelang. Barang sitaan yang tidak Wajar dengan risiko penjualan melalui
dapat dilelang adalah uang tunai, deposito Lelang.
berjangka, tabungan, saldo rekening koran, Tulisan ini bertujuan untuk memberikan
obligasi, saham, atau surat berharga lainnya, gambaran mengenai mekanisme penilaian
piutang dan penyertaan barang sitaan untuk penentuan nilai limit, nilai
Dalam pelaksanaan lelang diperlukan wajar, dan nilai likuidasi. Meskipun dalam
adanya suatu nilai minimal barang lelang yang lelang barang sitaan pajak tidak
ditetapkan oleh Penjual/Pemilik Barang untuk dipersyaratkan nilai limit minimal sebesar
dicapai dalam suatu pelelangan. Nilai tersebut nilai likuidasi, namun penetapan nilai limit
sering disebut sebagai nilai limit. Hasil lelang tetap perlu memperhatikan besarnya nilai
diharapkan lebih tinggi dari limit. likuidasi. Hal ini perlu untuk menghindarkan
Penentuan nilai limit lelang turut gagalnya lelang dalam hal nilai limit
menentukan berhasil atau tidaknya suatu ditetapkan terlalu tinggi atau adanya dugaan
pelaksanaan lelang. Tidak jarang suatu lelang kongkalikong dengan Wajib Pajak, dalam hal
gagal dilakukan karena ketiadaan peminat nilai limit ditetapkan terlalu rendah.
sebagai akibat nilai limit lelang ditentukan
terlalu tinggi. Hal tersebut terjadi pada lelang 1.2. Rumusan Masalah
barang sitaan Pajak KPP Baturaja yang Berdasarkan latar belakang tersebut,
dilakukan pada tahun 2016. Lelang tersebut Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
dinyatakan gagal karena tidak ada pihak yang gambaran mengenai tata cara penilaian dalam
mengajukan penawaran. Hal tersebut diduga penentuan nilai limit, nilai wajar, dan nilai
disebabkan oleh penetapan nilai limit yang likuidasi.
terlalu tinggi atau daya beli masyarakat yang
turun. Kegagalan lelang ini tentunya cukup
ii
Seminar Nasional I Universitas Pamulang
Program Studi D3 Akuntansi
Aula Rektorat, 13 Desember 2018
ISSN : 977 25993430 04

1.3. Metode Penelitian 1) barang bergerak termasuk mobil,


Jenis penelitian yang digunakan dalam perhiasan, uang tunai, dan deposito
penelitian iniadalah kualitatif desktiptif. berjangka, tabungan, saldo rekening
Menurut Sugiyono (2010: 21), penelitian koran, giro, atau bentuk lainnya yang
kualitatif deskriptif adalah data yang terkumpul dipersamakan dengan itu, obligasi
dalam bentuk kata-kata atau gambar, dengan saham, atau surat berharga lainnya,
demikian penelitian kualitatif deskriptif tidak piutang, dan penyertaan modal pada
menekankan pada angka. perusahaan lain; dan atau
2) barang tidak bergerak termasuk tanah,
3. PEMBAHASAN bangunan, dan kapal dengan isi kotor
tertentu.
3.1 Penilaian Barang Sitaan Pajak Penyitaan dilaksanakan sampai dengan
Lelang merupakan tindakan terakhir nilai barang yang disita diperkirakan cukup
dalam penagihan pajak seketika sekaligus. untuk melunasi utang pajak dan biaya
Undang- Undang Nomor 19 Tahun 1997 penagihan pajak.
Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa c. Lelang
Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang- Apabila utang pajak dan atau biaya
Undang No. 19 Tahun 2000 (UU penagihan pajak tidak dilunasi setelah
PPSP). Tahapan penagihan pajak adalah dilaksanakan penyitaan, Pejabat
sebagai berikut: berwenang melaksanakan penjualan secara
a. Surat Paksa lelang terhadap barang yang disita melalui
Surat Paksa diterbitkan apabila: Kantor Lelang.
1) Penanggung Pajak tidak melunasi Penjualan secara lelang terhadap barang
utang pajak dan kepadanya telah yang disita dilaksanakan paling singkat 14
diterbitkan Surat Teguran atau Surat (empat belas) hari setelah pengumuman
Peringatan atau surat lain yang sejenis; lelang melalui media massa. Pengumuman
2) terhadap Penanggung Pajak telah lelang dilaksanakan paling singkat 14
dilaksanakan penagihan seketika dan (empat belas) hari setelah penyitaan.
sekaligus; atau
3) Penanggung Pajak tidak memenuhi STP/SKPKB/ Surat Perintah
Tidak dibayar
ketentuan sebagaimana tercantum SKPKBT
STP PBB setelah melewati
jatuh tempo
Surat Paksa Melaksanakan
Penyitaan
Lelang

dalam keputusan tidak tidak

Terdapat
indikasi untuk
Melunasi utang Melunasi utang
penagihan tidak
pajak? pajak?
seketika
persetujuan angsuran atau penundaan sekaligus?

ya

pembayaran pajak. Surat Perintah


Penagihan
ya ya Selesai
b. Penyitaan Seketika Sekaligus

Apabila utang pajak tidak dilunasi


Penanggung Pajak dalam jangka waktu 2 Setelah melaksanakan penyitaan, apabila
(dua) kali 24 (dua puluh empat) jam setelah penanggung jawab tidak melunasi utang
Surat Paksa diberitahukan, Pejabat pajaknya, maka Kantor Pelayanan Pajak
menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan (KPP) dapat menindaklanjuti penyitaan
Penyitaan. Atas barang yang disita dapat dengan tindakan lelang. Sesuai dengan
ditempel atau diberi segel sita. ketentuan UU PPSP, penyitaan
Penyitaan dilaksanakan terhadap barang ditindaklanjuti dengan pengumuman lelang
milik Penanggung Pajak yang berada di paling singkat 14 (empat belas) hari setelah
tempat tinggal, tempat usaha, tempat penyitaan.
kedudukan, atau di tempat lain termasuk Lelang atas barang sitaan pajak merupakan
yang penguasaannya berada di tangan lelang eksekusi. Lelang eksekusi
pihak lain atau yang dijaminkan sebagai dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan
pelunasan utang tertentu yang dapat Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).
berupa:
iii
Seminar Nasional I Universitas Pamulang
Program Studi D3 Akuntansi
Aula Rektorat, 13 Desember 2018
ISSN : 977 25993430 04

Sesuai dengan ketentuan lelang eksekusi, Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-
maka 54/PJ/2016 tentang Petunjuk Teknis
Penilaian Properti, Penilaian Bisnis, dan
dalam pengumuman lelang harus Penilaian Aset Tak Berwujud untuk Tujuan
dicantumkan nilai limit lelang. Penentuan Perpajakan. Pendekatan penilaian yang
nilai limit lelang merupakan tanggung digunakan untuk barang sitaan pajak,
jawab dari Kantor Pelayanan Pajak yang disesuaikan dengan jenis barang sitaan
akan berperan sebagai penjual. pajak.
Dalam penentuan nilai limit lelang,
terdapat 2 (dua) pilihan yang dapat
digunakan oleh Kepala Kantor Pelayanan
Pajak, yaitu:
a. Melakukan penilaian sendiri
b. Mengajukan permohonan penilaian
kepada Kepala KPKNL

Penilaian Sendiri
PMK Nomor 27 /PMK.06/2016
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang
mengatur bahwa penentuan nilai limit
dapat dilakukan melalui penilaian atau
penaksiran. Penilai yang melakukan
penilaian merupakan pihak yang
melakukan penilaian secara independen
berdasarkan kompetensi yang dimilikinya.
Dalam struktur organisasi KPP, pihak yang Penilaian barang sitaan pajak bertujuan
memiliki kompetensi di bidang penilaian untuk menentukan nilai wajar dan nilai
adalah Fungsional Penilai PBB. likuidasi. Nilai Wajar adalah estimasi harga
Sesuai dengan Keputusan Menteri yang akan diterima dari penjualan aset atau
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor dibayarkan untuk penyelesaian kewajiban
30/KEP/M.PAN/3/2003 tentang Jabatan antara pelaku pasar yang memahamidan
Fungsional penilai Pajak Bumi dan berkeinginan untuk melakukan transaksi
Bangunan dan Angka Kreditnya, wajar pada tanggal Penilaian. Nilai
Fungsional Penilai PBB adalah jabatan Likuidasi adalah nilai properti yang dijual
fungsional yang berada di bawah melalui Lelang setelah memperhitungkan
Kementerian Keuangan. Dalam uraian risiko penjualannya.
tugasnya, sebenarnya Fungsional Penilai Proses Penilaian untuk penentuan nilai
PBB tidak mempunyai tugas untuk wajar oleh fungsional penilai dilaksanakan
menentukan nilai limit barang sitaan yang dengan urutan proses sebagai berikut:
akan dilelang. Namun karena memiliki
kemampuan dan kompetensi di bidang
penilaian, maka Fungsional Penilai PBB
dapat melakukan penilaian dalam rangka
menentukan nilai limit.
Tata cara penentuan nilai limit barang
sitaan pajak, tidak diatur secara khusus oleh
DJP.

Pengaturan mengenai penentuan nilai limit


barang sitaan pajak, diatur bersama dengan
penilaian secara umum, yaitu dalam Surat
iv
Seminar Nasional I Universitas Pamulang
Program Studi D3 Akuntansi
Aula Rektorat, 13 Desember 2018
ISSN : 977 25993430 04

Pendekatan Penilaian yang digunakan Perkiraan Besarnya Risiko


dalam menentukan nilai wajar, ditentukan Bea Lelang Pembeli 2% (dua persen)
dengan memperhatikan karakteristik objek 5% (lima
yang akan dinilai. Dalam proses penilaian, Waktu Pembayaran
persen)
dapat digunakan lebih dari satu jenis 5% (lima
pendekatan penilaian untuk memperoleh Cara Pembayaran
persen)
hasil yang akurat dan objektif. Alasan
Paling tinggi
penggunaan pendekatan tersebut harus Pengosongan/penguasaan
18% (delapan
diungkapkan dalam Laporan Penilaian. objek penilaian
belas persen)
Setelah memperoleh nilai wajar,
Penilai harus menentukan besarnya nilai
Hasil Penilaian berupa Nilai Wajar dan
limit lelang. Pada umumnya, nilai limit
Nilai Likuidasi nantinya akan diberikan
ditentukan berdasarkan Nilai Likuidasi
kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak
dengan perhitungan sebagai berikut:
yang mengajukan permohonan penilaian.
Nilai Limit = Nilai Likuidasi = 70% x
Berdasarkan hasil penilaian tersebut,
Nilai Wajar
Kepala KPP akan menentukan nilai limit
yang akan digunakan dalam pelaksanaan
Permohonan Penilaian kepada Kepala
lelang eksekusi barang sitaan pajak.
KPKNL
Penilaian barang sitaan yang dilakukan
3.2 Penentuan Nilai Limit
oleh Penilai Direktorat Jenderal Kekayaan
Dalam proses lelang barang sitaan pajak,
Negara (DJKN) diatur dalam Peraturan
Direktorat Jenderal Pajak dalam hal ini Kantor
Menteri Keuangan Nomor
Pelayanan Pajak yang melakukan penyitaan,
113/PMK.06/2016 tentang Penilaian
akan berperan sebagai penjual. Salah satu
Barang Sitaan Dalam Rangka Penjualan
kewajiban dari penjual adalah menentukan nilai
Secara Lelang. Agar dapat dinilai oleh
limit barang sitaan. Nilai Limit adalah harga
Penilai DJKN, Kepala Kantor Pelayanan
minimal barang yang akan dilelang dan
Pajak yang melakukan penyitaan
ditetapkan oleh Penjual.
mengajukan permohonan kepada Kepala
Dalam pelaksanaan lelang yang
KPKNL yang wilayah kerjanya meliputi
menggunakan Nilai Limit, seorang penawar
lokasi barang sitaan berada.
dalam lelang akan ditetapkan sebagai
Berdasarkan permohonan dari Kepala
pemenang lelang (pembeli) apabila merupakan
KPP, Penilai akan melakukan penilaian
penawar tertinggi yang telah mencapai atau
atas barang sitaan dalam rangka penjualan
melampaui Nilai Limit. Dengan demikian,
secara lelang. Penilaian atas barang sitaan
penentuan nilai limit akan menjadi hal yang
tersebut dilakukan untuk memperoleh Nilai
sangat krusial dalam pelaksanaan lelang.
Wajar dan Nilai Likuidasi. Proses Penilaian
Peraturan Menteri Keuangan nomor
yang dilakukan oleh Penilai DJKN, secara
27/PMK. 06/2016 tentang Petunjuk
garis besar sama dengan Penilaian yang
Pelaksanaan Lelang tidak mengatur secara
dilakukan oleh Penilai DJP. Setelah Nilai
eksplisit mengenai besaran nilai limit untuk
Wajar ditentukan, Penilai akan menentukan
lelang eksekusi Pengaturan mengenai
Nilai Likuidasi. Nilai Likuidasi diperoleh
penentuan nilai limit hanya disebutkan dalam
dengan cara mengurangi Nilai Wajar
Pasal 49. Pasal 49 mengatur bahwa dalam
dengan risiko penjualan melalui Lelang.
pelaksanaan Lelang Eksekusi Pasal 6 UUHT,
Lelang Eksekusi Fiducia, dan Lelang Eksekusi
Besaran risiko penjualan melalui
Harta Pailit, Nilai Limit ditetapkan paling
lelang, diperhitungkan berdasarkan hasil
sedikit sama dengan Nilai Likuidasi. Dengan
survei Penilai DJKN dengan besaran
demikian, dalam pelaksanaan lelang eksekusi,
risikopaling banyak 30% (tiga puluh
Nilai Limit boleh berbeda dengan Nilai
persen) dari Nilai Wajar. Perhitungan risiko
Likuidasi. Namun demikian, tetap perlu
tersebut adalah sebagai berikut:
v
Seminar Nasional I Universitas Pamulang
Program Studi D3 Akuntansi
Aula Rektorat, 13 Desember 2018
ISSN : 977 25993430 04

diperhatikan agar penentuan nilai limit tidak kepentingan ini, beberapa pihak dapat
terlalu rendah agar tidak merugikan penunggak mengindikasikan bahwa DJP sebenarnya tidak
pajak dan tetap memperhatikan besarnya independen dalam menentukan nilai limit untuk
piutang pajak. Nilai limit juga tidak boleh penjualan barang sitaan melalui lelang. Untuk
ditentukan terlalu tinggi karena akan mengurangi risiko independensi dalam
mempersulit penjualan barang tersebut melalui penentuan nilai limit, DJP dapat melakukan
lelang, dalam artian tidak ada pihak yang beberapa hal sbb:
melakukan penawaran karena nilai limit yang 1. Penilaian untuk menentukan nilai wajar dan
terlalu tinggi. nilai likuidasi dilakukan oleh pihak lain,
Rianto, dkk (2017) menyatakan bahwa bukan unit DJP yang melakukan penyitaan
tindakan-tindakan dalam penetapan nilai limit KPP yang melakukan penyitaan,
rendah pada lelang eksekusi dapat memiliki kepentingan terkait nilai limit, yaitu
dipergunakan sebagai dasar pertimbangan pelunasan atas piutang pajak yang akan
menentukan adanya perbuatan melawan hukum diambil dari hasil lelang. Karena adanya
dalam pembatalan lelang dengan pertimbangan kepentingan ini, apabila penilaian dilakukan
bahwa adanya perbuatan yang diatur dalam oleh KPP yang melakukan penyitaan,
peraturan perundang-undangan yang dikhawatirkan terdapat kemungkinan dalam
menyebabkan kerugian, kesalahan, dan penentuan nilai wajar, nilai likuidasi sampai
hubungan kausal antara perbuatan dengan dengan nilai limit. Nilai limit yang ditentukan
kerugian. Dimana hal tersebut sengaja bisa jadi hanya sebatas untuk pelunasan
dilakukan oleh penjual bersama dengan juru piutang pajak. Hal ini dapat menyebabkan
taksir sehingga menyebabkan adanya penentuan nilai limit yang terlalu rendah,
karena nilai wajar barang sitaan sebenarnya
pihak yang dirugikan dari perbuatannya jauh melebihi nilai limit, atau penentuan nilai
tersebut. Dalam kasus lelang barang sitaan limit terlalu tinggi karena nilai wajar barang
pajak, maka pihak yang dirugikan adalah sitaan sebenarnya jauh di bawah nilai limit.
penanggung pajak. Sebagai bagian dari mitigasi risiko atas
Sebagaimana diatur dalam Pasal 21 ayat (1) independensi ini, penilaian atas barang sitaan
dan (2) UU Ketentuan Umum dan Tata Cara dalam rangka penjualan secara lelang
Perpajakan, Negara mempunyai hak sebaiknya dilakukan oleh pihak lain selain
mendahulu untuk utang pajak atas barang- DJP, yaitu penilai DJKN. Penilai DJKN
barang milik Penanggung Pajak. Ketentuan merupakan pihak yang independen dalam
tentang hak mendahulu tersebut meliputi pokok proses penentuan nilai limit, karena DJKN
pajak, sanksi administrasi berupa bunga, denda, tidak berkepentingan pada pelunasan piutang
kenaikan, dan biaya penagihan pajak. pajak. Dengan demikian nilai wajar dan nilai
Memperhatikan hal tersebut, maka hasil bersih likuidasi yang merupakan hasil penilaian
lelang nantinya, sebisa mungkin dapat penilai DJKN, merupakan nilai yang bebas
digunakan untuk melunasi besarnya piutang dari kepentingan, khususnya terkait
pajak. Hasil Bersih Lelang adalah Pokok pelunasan piutang pajak. Selain itu, penilai
Lelang dikurangi Bea Lelang Penjual dan/ atau DJKN juga akan melakukan penilaian atas
Pajak Penghasilan atas penghasilan dari besarnya risiko penjualan melalui lelang,
pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan sehingga nilai likuidasi yang akurat dapat
(PPh Final) dalam lelang dengan penawaran ditentukan.
harga lelang ekslusif, dalam lelang dengan 2. Diterbitkan aturan tertentu yang mengatur
penawaran harga inklusif dikurangi Bea Lelang tentang tata cara penentuan Nilai Limit
Pembeli.
Direktorat Jenderal Pajak sebagai penjual, Sampai dengan saat ini, tidak terdapat
sangat berkepentingan dengan nilai Limit, aturan khusus di DJP mengenai cara
karena hasil bersih lelang, nantinya akan penentuan nilai limit. Penentuan Nilai Limit
digunakan untuk melakukan pelunasan atas yang paling sering digunakan adalah dengan
piutang pajak Wajib Pajak. Karena adanya menggunakan formula dalam penentuan nilai
vi
Seminar Nasional I Universitas Pamulang
Program Studi D3 Akuntansi
Aula Rektorat, 13 Desember 2018
ISSN : 977 25993430 04

likuidasi, yaitu maksimal sebesar 70% dari bisa jadi tidak cukup untuk melunasi piutang
Nilai Wajar. Angka 70% ini berasal dari pajak. Karena adanya kepentingan terkait
100% nilai wajar dikurangi risiko penjualan piutang pajak ini, maka ada unsur risiko
melalui lelang yang besarnya maksimal independensi dalam penilaian yang dilakukan
adalah 30%. sendiri oleh Penilai Direktorat Jenderal Pajak.
Dalam lelang eksekusi barang sitaan pajak,
tidak terdapat ketentuan bahwa besarnya nilai 4.2 Saran
limit minimal sebesar nilai likuidasi. Ketentuan Dari uraian di atas, Penulis memberikan
tersebut hanya berlaku untuk Lelang Eksekusi saran sebagai berikut:
Pasal 6 UUHT, Lelang Eksekusi Fiducia, dan 1. Penilaian barang sitaan pajak dalam rangka
Lelang Eksekusi Harta Pailit. Dalam penjualan secara lelang, sebaiknya
praktiknya, di DJP sampai saat ini belum dilakukan oleh Penilai DJKN. Hal ini
terdapat regulasi tersendiri yang mengatur dilakukan untuk mengeliminasi adanya
mengenai tata cara penentuan nilai limit untuk unsur kepentingan berupa pelunasan
penjualan barang sitaan pajak melalui lelang. piutang pajak yang dapat menjadi trigger
Sehingga penentuan nilai limit sangat penetapan nilai limit yang terlalu tinggi
tergantung pada subjektivitas Kepala KPP. atau terlalu rendah.
Untuk keseragaman penentuan nilai limit atas 2. Perlu pengaturan tersendiri mengenai tata
barang sitaan pajak yang akan dijual melalui cara penentuan nilai limit dalam rangka
lelang, ada baiknya dibuat ketentuan khusus penjualan barang sitaan pajak melalui
mengenai hal ini. lelang. Hal ini bertujuan untuk
mengeliminasi unsur subjektivitas kepala
4. KESIMPULAN DAN SARAN kantor dalam menentukan nilai limit dan
4.1 Simpulan mengatur keseragaman dalam penentuan
Lelang merupakan bagian dari proses nilai limit untuk kepentingan lelang barang
penagihan pajak dengan surat paksa, sitaan pajak. Formula penentuan nilai limit
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. hendaknya tetap memperhatikan
19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak kepentingan DJP terkait pelunasan piutang
dengan Surat Paksa Sebagaimana Telah Diubah pajak dan melindungi hak penanggung
Dengan Undang-Undang No. 19 Tahun 2000. pajak.
Dalam proses lelang eksekusi barang sitaan
pajak, diperlukan adanya nilai limit yang
ditetapkan oleh Penjual, dalam hal ini KPP
yang melakukan penyitaan. DAFTARPUSTAKA
Untuk menentukan nilai limit, terlebih Sumber Pustaka
dahulu harus dilakukan penentuan nilai wajar Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang
dan nilai likuidasi. Penentuan nilai ini dapat Ketentuan Umum Dan Tata Cara
dilakukan sendiri oleh penilai DJP maupun Perpajakan Sebagaimana Telah Diubah
dapat menggunakan penilai DJKN. Penilaian Dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun
yang dilakukan oleh penilai DJKN diawali 2009.
dengan adanya permohonan dari Kepala KPP. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997
Berdasarkan nilai wajar dan nilai likuidasi hasil Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat
penilaian tersebut, Kepala KPP selanjutnya Paksa Sebagaimana Telah Diubah Dengan
akan menentukan nilai limit. Penentuan nilai Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000.
limit dilakukan dengan mempertimbangkan Peraturan Menteri Keuangan Republik
beberapa hal agar nilai limit tidak ditentukan Indonesia Nomor 64/PMK.06/2016
terlalu tinggi atau terlalu rendah. Nilai limit Tentang Penilai Pemerintah Di Lingkungan
yang ditentukan terlalu tinggi, akan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
mengakibatkan barang sitaan tidak laku terjual Peraturan Menteri Keuangan Republik
dalam lelang, sedangkan nilai limit yang terlalu Indonesia Nomor 27/PMK.06/2016
rendah akan merugikan penanggung pajak dan Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang
vii
Seminar Nasional I Universitas Pamulang
Program Studi D3 Akuntansi
Aula Rektorat, 13 Desember 2018
ISSN : 977 25993430 04

Peraturan Menteri Keuangan Republik Surat Edaran Bersama Kepala Badan Urusan
Indonesia Nomor 185/PMK.06/2014 Piutang Dan Lelang Negara Dan Direktur
Tentang Penilaian Barang Jaminan Jenderal Pajak Nomor SE-214/PJ./1999,
Dan/Atau Harta Kekayaan Lain Dalam SE-17/PN/1999 Tentang Lelang Eksekusi
Rangka Pengurusan Piutang Negara Oleh Pajak
Panitia Urusan Piutang Negara/Direktorat Rianto, Ria Desmawati, Prija Djatmika, dan Siti
Jenderal Kekayaan Negara Hamidah. 2017. Kajian Yuridis
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor Pembatalan Lelang Eksekusi Karena Nilai
SE-54/PJ/2016 tentang Petunjuk Teknis Limit Rendah. Jurnal Hukum.
Penilaian Properti, Penilaian Bisnis, dan
Penilaian Aset Tak Berwujud untuk Tujuan http://hukum.studentjournal.ub.ac.id/index.php
Perpajakan /hukum/article/view/2160
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
SE-61/PJ/2015 Tentang Optimalisasi Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Penilaian (Appraisal) Untuk Penggalian Alfabeta. Anggota IKAPI.
Potensi Pajak Dan Tujuan Perpajakan http://pelitasumsel.com/2016/12/09/lelang-
Lainnya online-barang-sitaan-kpp-baturaja-sepi-
peminat/

viii

You might also like