You are on page 1of 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan teori-teori dan rumus-rumus yang berhubungan

dengan pokok permasalahan dalam perhitungan Rencana Angaran Biaya

Pelaksanaan (RAP) pada Ruang Guru dan Administrasi Sekolah SMP Negeri 1

Samudera yang menyangkut dengan penjabaran anggaran biaya antara lain adalah

harga satuan (upah, bahan, alat) dan volume pekerjaan sesuai dengan gambar.

2.1 Pengertian Rencana Anggaran Pelaksanaan

Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) merupakan perhitungan biaya

yang ril digunakan di lapangan dengan memperhitungkan biaya-biaya tidak

langsung yang tidak terdapat didalam RAB. Jadi dengan adanya perhitungan RAP

sebelum pengajuan tender, kontraktor dapat mengestimasi nilai total penawaran

harga pada suatu pembangunan agar biaya yang ditawarkan nilainya tidak terlalu

tinggi dan lebih mendekati biaya sebenarnya di lapangan juga termasuk

keuntungan yang diperoleh dari pembangunan tersebut.(Gina Rizka Amalia,

2017).

2.2 Profil Biaya

Biaya konstruksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan suatu

proyek. Perhitungan biaya proyek sangat penting dilakukan dalam mengendalikan

sumber daya yang ada mengingat sumber daya yang ada semakin terbatas. Untuk

itu peran seorang cost engineer ada dua yaitu, memperkirakan biaya proyek dan

4
5

mengendalikan realisasi biaya sesuai dengan batasan-batasan yang ada pada

estiminasi. biaya dalam pembangunan proyek dibagi menjadi dua bagian, antara

lain :

2.2.1 Biaya Langsung (Direct Cost)

Komponen harga satuan pekerjaan yang terdiri atas biaya upah, biaya

bahan, biaya alat (AHSP, 2016).

Secara garis besar, biaya langsung pada proyek konstruksi sesuai

dengan definisi di atas dibagi menjadi tiga yaitu :

1. Biaya material/bahan

Biaya material biasanya dibuat daftar bahan yang menjelaskan mengenai,

banyaknya, ukuran, beratnya, dan ukuran-ukuran lain yang diperlukan. Seorang

tukang ukur bahan atau disebut quantity surveyor biasanya membuat suatu daftar

bahan yang diperlukan dan daftar ini dipakai oleh para pemborong untuk

membuat penawaran harga. Harga bahan yang dipakai biasanya harga bahan

ditempat pekerjaan jadi sudah termasuk biaya angkutan, biaya menaikkan dan

menurunkan, pengepakan, penyimpanan sementara digudang, pemeriksaan

kualitas dan asuransi (Soedrajat, 1984).

2. Biaya upah tenaga kerja

Biaya buruh sangat dipengaruhi oleh bermacam-macam hal seperti :

panjangnya jam kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan sesuatu jenis

pekerjaan, keadaan tempat pekerjaan, keterampilan dan keahlian buruh yang

bersangkutan. Keadaan setempat dan peraturan-peraturan buruh kadang-kadang


6

mempengaruhi besarnya upah, dan upah per jam dapat berubah-ubah (Soedrajat,

1984).

3. Biaya alat

Suatu peralatan yang diperlukan untuk suatu jenis konstruksi, haruslah

termasuk didalamnya bangunan-bangunan sementara, mesin-mesin, alat-alat

tangan (tools).Pemilihan jenis peralatan ini tergantung dari jenis peralatan yang

sudah dipunyai oleh pemborong, kadang- kadang perlu dibeli peralatan yang baru.

Suatu jenis alat kadang-kadang hanya dapat dipakai sekali saja, sedang jenis yang

lain dapat dipakai lagi untuk proyek yang lain (Soedrajat, 1984).

2.2.2 Biaya tidak langsung (indirect cost)

Komponen harga satuan pekerjaan yang terdiri atas biaya umum

(overhead) dan keuntungan, yang besarnya disesuaikan dengan ketentuan yang

berlaku (AHSP, 2016).

1. Overhead umum

Biaya yang diperhitungkan sebagai biaya operasional dan pengeluaran

biaya kantor pusat yang bukan dari biaya pengadaan untuk setiap mata

pembayaran, biaya manajemen, akuntansi, pelatihan, auditing, perizinan,

registrasi, biaya iklan, humas, promosi dan lain sebagainya (AHSP, 2016).

2. Overhead proyek

Overhead Proyek ialah biaya yang dapat dibebankan kepada

proyek itu sendiri, tetapi tidak dapat dibebankan kepada biaya bahan-

bahan, upah tenaga kerja atau biaya alat- alat seperti : pengukuran (survey),
7

surat- surat ijin dan sebagainya. Persentase untuk biaya overhead ini umumnya

memiliki besaran maksimal 15 % dari total biaya proyek.

3. Biaya tak terduga ( Kontingensi)

Biaya tak terduga (kontingensi) adalah biaya dimana pada keadaan

yang

masih diliputi ketidakpastian rnengenai kernungkinan diperolehnya laba atau

rugi pada suatu proyek konstruksi. Jumlah biaya tak terduga berkisar antara 12%

sampai 30%, dari jumlah harga bahan, upah buruh dan ongkos alat atau antara 6%

sampai 50% dari upah buruh tergantung dari jenis pekerjaan dan keadaan

setempat. (Soedrajat, 1984).

4. Profit (keuntungan)

Keuntungan dinyatakan dengan persentase dari jumlah biaya sekitar 8

sampai 15% tergantung dari keinginan pemborong untuk mendapatkan proyek itu

atau yang dia pikir pantas untuk mendapatnya. Untuk proyek kecil biasa diambil

15%, untuk proyek sedang diambil 12,5% dan untuk raksasa diambil sekitar 8%

(Soedrajat 1984).

Pengolongan nilai proyek dibagi menjadi tiga menerut (lembaga pengembangan

konstruksi nasional nomor 3 tahun 2017) yaitu:

a) Proyek Besar

Pada golongan proyek besar nilainya adalah sebesar Rp. 250 miliar,

sampa dengan nilai tidak terbatas, pada proyek ini hanya boleh
8

dilaksanakan untuk perusahaan yang memiliki subkualifikasi B1 dan

B2.

b) Proyek Menengah

Pada golongan proyek menengah nilainya adalah sebesar Rp. 2,5

miliar sampai dengan Rp. 10 miliar, pada proyek ini hanya boleh

dilaksanakan

untuk perusahaan yang memiliki subkualifikasi M1 dan M2.

c) Proyek kecil

Pada golongan proyek kecil nilainya adalah sebesar Rp. 300 juta

sarnpai

dengan Rp. 1,75 miliar, pada proyek ini hanya boleh dilaksanakan untuk

perusahaan yang memiliki subkualifikasi K1, K2, K3.

5. Pajak

Pajak ini meliputi PPh, dan PPn yang harus dibayar oleh jasa

kontruksi (kontraktor). PPh adalah salah satu pajak yang berlandasan hukum

Peraturan Pemerintah Pasal 3 Nomor 51 Tahun 2008, Dengan tarif PPh sesuai

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 1 Tahun 2008 sebagai berukut :

Jasa Pelaksanaan Konstruksi (Kontraktor)

a) 2% (dua persen), untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh

penyedia jasa yang memeliki kualifikasi usaha kecil.

b) 4% (empat persen), untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan

oleh penyedia jasa yang tidak mempunyai sertifikasi kualifikasi usaha.


9

c) 3% (tiga persen), untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan

oleh penyedia jasa selain penyedia jasa sebagaimana dimaksud pada

dua poin diatas.

PPn adalah salah satu pajak yang berlandaskan hukum Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi,

dengan tarif sebesar 10 % .

Biaya tidak langsung ini tiap bulan besarya relatif tetap dibandingkan biaya

langsung, oleh karena itu juga sering di sebut dengan biaya tetap (fixcost). Biaya

tetap perusahaan ini didistribusikan pembebanannya kepada seluruh proyek yang

sedang dalam pelaksanaan. Oleh karena itu setiap menghitung biaya proyek,

selalu ditambah dengan pembebanan biaya tetap perusahaan. Biasanya

pembebanan biaya ini ditetapkan dalam persentase dari biaya langsung

proyeknya. Biaya ini walaupun sifatnya tetap, tetapi tetap harus dilakukan

pengendalian, agar tidak melewati anggaran.

2.3 Volume Pekerjaan

Volume pekerjaan adalah menghitung jumlah banyaknya volume

pekerjaan dalam satuan (m, m2, m3, unit, kg) dan lain – lain. Volume juga disebut

sebagai kubikasi pekerjaan.

Menurut Soedrajat, S. A (1984), Sebelum mengitung banyaknya biaya

yang dibutuhkan dalam semua pekerjaan, maka kita harus menghitung volume

terlebih dahulu. Dalam kasus ini ada beberapa cara untuk menghitung

volume suatu elemen bangunan dengan mencari luasan bentuk elemen

dikalikan dengan panjang elemen bangunan, yaitu:


10

1. Dalam menghitung volume pekerjaan seperti : galian tanah, pondasi,

sloof, kolom, balok, plat lantai dan lain – lain, menggunakan satuan

(m3). Rumus yang digunakan untuk perhitungan diatas yaitu:

V = p x l x t..........................................................................................(2.1)

Keterangan :

V = Volume (m3)

p = Panjang (m)

l = Lebar (m)

t = Tinggi (m)

2. Dalam menghitung volume pekerjaan pasangan pondasi batu kali

mengugunakan satuan (m3)

a+b
V= x t .................................................................. (2.2)
2

Keterangan :

V = Volume (m3)

a = panjang bagian atas (m)

b = panjang bagian bawah (m)

t = tinggi (m)

P = panjang (m)

3. Dalam menghitung volume pembesian menggunakan satuan (Kg/m).

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Berat = ¼ x π x D2 x Bj ...................................................................... (2.3)


11

Keterangan :

Bj = berat jenis baja (7850 Kg/m3)

D = Diameter besi (mm,m)

π = 3,14285

4. Dalam menghitung volume bekisting menggunakan satuan (m2). Rumus

yang digunakan adalah sebagai berikut :

V = p x l x Jumlah Sisi……………………………………………….

(2.4)

Keterangan :

V = Volume (m2)

P = Panjang (m)

l = Lebar (m)

5. Dalam menghitung jumlah begel dan jumlah tulangan pada pembesian

menggunakan satuan (buah). Rumus yang digunakan adalah sebagai

berikut :

Jumlah begel/Tul. = (p / jarak) + 1 ..................................................... (2.5)

Keterangan :

p = Panjang ( m)

Jarak = Jarak (cm)

6. Dalam menghitung jumlah batang besi menggunakan satuan (btg).

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Jumlah batang besi = b / (a x p) ........................................................ (2.6)


12

Keterangan:

b = berat besi total (Kg)

a = berat besi (Kg/m)

p = panjag besi satu batang (m)

7. Rumus menghitung jumlah scaffolding dalam satuan (set)

Jumlah scaffolding = volume ruangan/volume scaffolding

= (p x l x t)/(p x l x t)........................................... (2.7)

Keterangan :

P = Panjang (m)

l = Lebar (m)

t = Tinggi (m)

2.4 Analisa Harga Satuan Pekerjaan 2016


Analisa harga satuan pekerjaan (AHSP) adalah perhitungan kebutuhan

biaya tenaga kerja, bahan dan peralatan untuk mendapatkan harga satuan atau satu

jenis pekerjaan tertentu atau biaya yang dihitung dalam suatu analisis harga satuan

pekerjaan, yang terdiri atas biaya langsung (tenaga kerja, bahan, dan alat), dan

biaya tidak langsung (biaya umum atau overhead, dan keuntungan) sebagai mata

pembayaran suatu jenis pekerjaan tertentu, belum termasuk Pajak Pertambahan

nilai (PPn).Dalam analisis harga satuan ini diperlukan masukkan data dan asumsi

yang didasarkan atas data hasil survei, pengalaman, dan bahan yang tersedia,

sehingga bila terjadi sanggahan terhadap harga satuan yang dihitung berdasarkan

asumsi dan faktor yang diranang dalam perhitungan, segala akibat yang

ditimbulkan sepenuhnya adalah menjadi tanggung jawab perencana (AHSP,

2016).
13

2.4.1 Analisa tenaga kerja

Tenaga kerja ialah besarya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan

dalam satu kesatuan waktu kerja untuk menyelesaikan suatu jenis

pekerjaan, keadaan setempat, keterampilan dan keahlian pekerjaan yang

bersangkutan. Analisa upah suatu pekerjaan adalah menghitung banyaknya

tenaga yang diperlukan, serta biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut

(Soedrajat 1984).

Menurut Ibrahim, B (2001 ), yang dimaksud dengan analisa upah

suatu pekerjaan ialah menghitung banyaknya tenaga kerja yang

diperlukan

serta besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut.

Kebutuhan tenaga kerja pada pelaksanaan suatu proyek merupakan

suatu hal yang penting, maka keadaan tenaga kerja dalam suatu pekerjaan

harus benar - benar diperhatikan. Dalam menentukan produktivitas tenaga

kerja yang demikian perlu adanya peninjauan dari jenis tenaga kerja tersebut.

1
PK =
Koefisien
.......................................................................(2.8)

V
W= .....................................................................................................(2.9)
N x PK

Keterangan :

Pk = produktivitas tenaga kerja (m3/orang,m2/orang)

V = volume tiap pekerjaan (m3,m2)

N = jumlah tenagah kerja (orang)

W = waktu pelaksanaan pekerjaan (hari)


14

Dalam pelaksanaan pekerjaan, tenaga kerja dibagi beberapa bagian sebagai

berikut :

1. Tenaga kerja ahli adalah pegawai yang ditemapatkan dalam pekerjaan

proyek yang sedang berlangsung. Jenis tenaga kerja ini memegang

peranan yang penting terhadap sistem koordinasi dan sistem manajemen

dengan tenaga kerja lainya untuk menghasilkan prestasi yang baik dalam

melaksanakan pekerjaan, meliputi tenaga pelaksanaan yang tingkat

pendidikanya sarjana, sarjana muda dan memiliki pengalaman dibidang

masing- masing.

2. Mandor, dituntut untuk rnerniliki pengetahuan teknis dalam taraf

tertentu, misalnya: dapat membaca gambar konstruksi, dapat membuat

perhitungan ringan, dapat membedakan kualitas bahan bangunan yang

akan digunakan, menangani pekerjaan acuan, pembesian, pengecoran, dan

mengawasi pekerjaan tenaga kerja bawahannya.

3. Kepala tukang didalam sebuah proyek terdedapat beberapa bagian

diantaranya yaitu kepala tukang batu, kepala tukang besi, kepala tukang

besi, dan kepala tukang yang lainnya, tugas dari kepala tukang tersebut

memimpin para tukang bangunan sesuai dengan bagian mereka masing –

masing agar bisa memahami dan bekerja sesuai dengan arahan,

memberikan contoh bagaimana cara mengerjakan suatu pekerjaan yang

baik, tepat dan cepat.

4. Tenaga tukang, harus ahli dalam bidangnya berdasarkan pengalaman

dan cara kerja yang sederhana. Tukang dalam proyek dibagi menjadi
15

lima bagian yaitu tukang besi (rebarman), tukang batu (mason), tukang

kayu (carpenter), tukang las, dan tukang listrik (ME). Tukang besi

mengurusi segala macam kegiatan yang berhubungan degan

pembesian/pemasangan tulangan, tukang batu bertugas dalam

pengecoran dan pembuatan lantai kerja, tukang kayu bertugas untuk

mengurusi segala macam pekerjaan yang berhubungan dengan kayu seperti

pemasangan bekisting hingga servis lainya.

5. Tenaga kasar, memerlukan kondisi yang kuat dan sehat untuk pengangkutan

bahan, alat, dan lain-lain. .

6. Tenaga keamanan, bertugas menjaga keamanan lokasi proyek, prosedur

penerimaan tamu serta membuka dan menutup pintu jika ada concerete

mixer truck, concerete pump truck maupun truk bahan bangunan yang

akan masuk ke lokasi proyek.

2.4.2 Analisa material

Yang dimaksud dengan analisa material atau bahan ialah besar jumlah

bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu

kesatuan pekerjaan (Ibrahim, B, 2001 ).

Untuk menghitung volume bahan atau material menggunakn koefisien

Analisa Harga Satuan Pekrjaan (AHSP) tahun 2016 sebagai pedoman, dimana

volume pekerjaan didapatakan dari perhitungan kemudian dikalikan dengan

koefisien yang berdasarkan AHSP 2016, adapun rumus yang digunakan untuk

menghitung volume bahan atau material adalah sebagai berikut:

Vi = ai x b ..........................................................................................(2.10)
16

Keterangan :

Vi = volume material ( m3, m2)

ai = angka satuan/koefisien

b = volume pekerjaan (m2, m3)

Material merupakan bahan utama yang dibutuhkan dalam pekerjaan

pembangunan suatu konstruksi. Material yang dipakai sesuai dengan

kebutuhan dan keinginan pelaksanaan, sedangkan material itu sendiri adalah

item (barang) yang dibeli atau dibuat, yang disimpan untuk keperluan

kemudian, baik untuk dipakai, diproses lebih lanjut atau dijual. Dalam

penggunaan material untuk keperluan suatu pembangunan konstruksi sangat

dianjurkan untuk menggunakan material yang seefektif mungkin dan

memenuhi syarat yang telah ditentukan. Manajemen Pengadaan material

merupakan hal yang terpenting dalam dunia konstruksi, maka harus dengan

penjadwalan yang baik agar dapat terkendali. Penjadwalan tersebut bisa dibuat

dengan Barcharx atau diagram batang. pengolahan material dibutuhkan

informasi-informasi seperti berikut:

1. Kualitas material yang dibutuhkan

2. Spesifikasi teknis material

3. Lingkup penawaran yang diajukan

4. Waktu pengiriman, dll.

2.4.3 Analisa peralatan

Penggunaan peralatan pada pelaksanaan pekerjaan merupakan sumber

daya yang mempunyai peranan yang amat penting dalam kelancaran


17

pelaksanaan pekerjaan. Pengoperasian peralatan perlu diketahui beberapa hal

antara lain : cara pengoperasian alat, ruang gerak alat dan apa yang diperoleh

dari alat itu sendiri.

Menurut Soedrajat, S. A (1994), suatu peralatan yang diperlukan

untuk jenis-jenis konstruksi haruslah termasuk didalamnya bangunan - bangunan

sementara, mesin-mesin dan alat tangan. Misalnya peralatan yang diperlukan

untuk pekerjaan beton adalah mesin pengaduk beton (molen). Alat-alat

tangan untuk membuat cetakan, alat memotong dan membengkokkan besi

tulangan dan alat-alat lainnya. Peralatan yang digunakan dalam suatu

proyek dipengaruhi oleh produktivitas alat terhadap volume pekerjaan yang

akan dilakukan.

Berdasarkan biaya untuk peralatan jenis equipment dapat dihitung

dari jumlah hari pemakaian peralatan berdasarkan harga sewa peralatan perhari,

dapat dipergunakan rumus :

Bs = Ji x H s ...............................................................................( 2 . 1 1 )

Keterangan :

Bs = Biaya sewa peralatan (Rp)

Ji = Jumlah hari pemakaian ( Jam, hari)

Hs = Harga sewa peralatan ( Rp/ jam, Rp/ hari)

Untuk pemakaian jenis tool (alat-alat tangan) dihitung

berdasarkan banyaknya peralatan yang dipergunakan dan besarya harga

beli. Soedrajat (1994) mengemukakan bahwa peralatan jenis tool (alat-alat


18

tangan) dihitung berdasarkan jumlah biaya bahan untuk jenis pekerjaan

sebesar 1 – 2,5 % .

Peralatan yang digunakanan pada proyek tersebut antara lain yaitu

concrete mixer (molen), Excavator dimana alat tersebut dihitung produktifitasnya

menggunakan metode AHSP tahun 2016 dan untuk Lift dihitung berapa hari lama

pekerjaan pengecoran plat lantai dilaksanakan.

2.4.3.1 Concrete mixer (molen)

Alat yang digunakan untuk Pengaduk beton (molen) adalah alat

untuk mencampur beton. Menurut Soedrajat, S. A (1994), kapasitas alat

pengaduk beton bermacam-macam dari yang 1 / 10 m3 sampai 3/4 m3

atau lebih. Rata-rata lamanya satu kali pengaduk adalah 3 menit, 4 menit

atau 5 menit, meliputi pengisian, pengadukan dan penguluaran adukan yang

lamanya 1 sampai 1,5 menit.

Menurut Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) tahun 2016 dalam

menghitung kapasitas concrete mixer (molen) dengan kapasitas

mencampur, V = Cp = 350 liter digunakan persamaan:

V x Fa x 60
Q=
1000 x TS
.....................................................................(2.12)

Keterangan :

Q = kapasitas produksi (m3/jam)

V = Kapsitas mencampur, diambil 0,3 (m3)

Fa = Faktor efisiensi alat

TS = Waktu siklus (Menit)


19

2.4.3.2 Excavator

Pekerjaan galian tanah alat yang digunakan adalah excavator, dimana

excavator merupakan alat yang paling efeketif digunakan untuk mengali tanah

dan juga hemat waktu dan excavator merupakan jenis alat berat yang sering

digunakan dilapngan untuk menggali tanah. Untuk mulai menggali dengan alat

ini, bucket dijulurkan ke tempat galian, bila bucket sudah ada pada posisi yang

diinginkan bucket diayunkan ke bawah seperti dicangkulkan, kemudian lengan

bucket ditarik kearah alatnya. Setelah bucket terisi penuh lalu putar swing

excavator untuk membuang tanah galian tersebut.

Menurut Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) tahun 2016

dalam menghitung kapasitas produksi excavator adalah:

V x Fa xFb x 60
Q=
TS x Fk
.........................................................…..

(2.13)

Keterangan:

Q = kapasitas produksi (m3/jam)

V = Kapsitas mencampur, diambil 0,5 (m3)

Fa = Faktor efisiensi alat

Fb = Faktor Bucket

Fk = Faktor Pengembangan Tanah

TS = Waktu siklus (Menit)

2.5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (K3)


20

Keselamtan dan Kesehatan kerja konstruksi yang selanjutnya disingkat K3

Konstruksi adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan

dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja pada pekerjaan konstruksi (Permen PUPR02-2018).

You might also like