You are on page 1of 13

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Dalam Karya Ilmiah Terapan ini penulis akan mendeskripsikan tentang

gambaran umum objek penelitian sesuai dengan judul penelitian yaitu

“PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KOROSI PADA LAMBUNG

KAPAL MV.. MANALAGI YASA UNTUK MEMAKSIMALKAN USIA

LAYAK PAKAI KAPAL.” Sehingga dengan adanya deskripsi gambaran umum

objek penelitian ini pembaca dapat memahami dan mampu merasakan tentang hal

yang terjadi pada saat penulis melakukan penelitian di atas kapal MV.

MANALAGI YASA.

1. Tempat penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di MV. Manalagi Yasa yaitu

kapal Bulk Carrier yang beroperasi di wilayah Indonesia Tengah dan

Indonesia Barat. Berikut adalah Data kapal (Ship Particular) MV.

Manalagi Yasa. Ini adalah ship particular dari kapal :

Name Of Ship : MV. Manalagi Yasa

Port Of Registry : SURABAYA

Flag ; INDONESIA

Call Sign : YBON2

IMO Number 9238313

P&I : GARDS AS

Name Of Shipyard : TIANJIN XINGANG SHIPYARD – CINA

MMSI 525100169

LOA : 179.28 M
38

LBP : 172.00 M

Breadth : 28.00 M

Depth : 15.2 M

Air Draft : 41,625 M

G.R.T : 22.072 M

T.P.C : 44.257 M/T (Summer Draft)

2. Awak Kapal

Awak Kapal MV. Manalagi Yasa berjumlah 24 awak kapal

termasuk juga Nakhoda. Awak kapal terdiri dari 5 orang Deck Officer

termasuk Nakhoda, 5 orang Enginer termasuk Kepala Kamar Mesin, 1

orang Electricent, 1 orang Bosun, 1 orang Koki, 3 orang Juru mudi, 3

orang Oiler, 1 orang pelayan dan 2 orang Cadet.

B. HASIL PENELITIAN

1. Penyajian Data

a. Hasil observasi

Dari penelitian yang dilakukan Taruna selama praktek di kapal,

ABK tidak melaksanakan perawatan korosi sesuai dengan

maintenance system, karena tidak begitu memahami tentang

bagaimana cara yang benar apa yang harus dilakukan untuk

mencegah korosi di lambung kapal.

Seluruh ABK kapal tidak melakukan perawatan lambung kapal

dikarenakan alat yang tidak memadai dan membahaya kan

keselamatan ABK maka perawatan lambung kapal dilakukan saat

kapal memasuki docking. Sesuai regulasi kapal setiap 1 tahun

minimal 1 kali sudah harus memasuki docking sebagai upaya


39

perawatan dan pengecekan skala besar yang dilakukan oleh class

BKI.

Dan pengamatan yang didapat saat proses docking kapal MV.

Manalagi yasa adalah :

Pengecekan ketebalan plat yang dilakukan oleh pihak docking

menggunakan cara metode Non Destructive Test (NDT)

menggunakan energy suara frekuensi tinggi (getaran ultrasonic)

untuk melakukan proses pengujian atau proses pengukuran. Plat

yang diukur digerinda terlebih dahulu dan diberi couplant. SE-probe

yang terdapat pada UT ditempelkan pada permukaan plat dan

mengeluarkan getaran ultrasonic. Getaran menembus ketebalan plat

sampai sisi yang lain dan dipantulkan kembali menuju SE-probe

sebagai gema dalam waktu yang sama SE-probe tersebut akan

menunjukan ukuran plat yang diukur.

Gambar 4. 1 Pengukuran Plat Lambung Kapal


40

Setelah mendapatkan data dari pengukuran plat lambung kapal

pihak docking akan menentukan besar kecilnya tekanan angina yang

digunakan saat proses sand blasting agar menghindari rusak nya

lambung kapal dikarenakan tekanan yang terlalu besar.

Dan dari pengamatan yang saya lakukan diatas kapal saat

melakukan docking jenis korosi yang terjadi pada lambung kapal

MV. Manalagi Yasa adalah korosi menyeluruh yaitu kondisi logam

yang bersentuha langsung dengan lingkungan. Contoh dari korosi ini

jika terus di biarkan akan terjadi penurunan kekuatan struktur

lapisan baja pada lambung kapal.

Gambar 4. 2 Jenis Korosi Pada Lambung

2. Analisis Data

Telah diketahui proses pencegahaan dan penanggulangan korosi

diatas kapal MV. Manalagi Yasa tidak dilakukan oleh crew kapal

dikarenakan keterbatasan alat keselamatan yang memadai serta sulit nya

medan saat kapal berlabuh atau saat kapal sandar, kurang nya supply

dari perusahaan untuk alat maintenance korosi pada lambung kapal.

Sehingga perusahaan memutuskan untuk mengambil kebijakan

dengan memberi aturan setiap kapal harus masuk dock minimal 2 tahun
41

sekali dikarenakan sebagai upaya menjaga kekuatan struktur lapisan

baja pada lambung kapal.

3. Hasil wawancara

Dari hasil wawancara yang diperoleh dari Mualim 1 dan Bosun

diatas kapal tentang pencegahan dan penanggulangan korosi pada

lambung kapal di MV. Manalagi Yasa adalah bahwa semua crew di

atas kapal sudah mengerti dan mengetahui dampak dari korosi yang

terjadi di kapal namun kurang mengetahui tentang regulasi dan jenis

dari korosi yang terjadi, perawatan yang dilakukan juga belum

maksimal dikarenakan belum adanya ketersediaan alat keselamatan

yang lengkap dan alat pendukung yang berstandart diatas kapal sebagai

upaya untuk pelaksanaan perawatan lambung kapal secara rutin.

Perhatian dari perusahaan juga kurang dalam masalah ini, dibuktikan

dengan minim nya alat pedukung pelaksanaan proses perawatan yang

aman diatas kapal.

C. PEMBAHASAN

Dari penelitian yang dilakukan Taruna, pencegahan korosi yang

sudah diterapkan di atas kapal MV. Manalagi Yasa tidak dilakukan secara

rutin atau teratur dan tidak sesuai. Dikarenakan alat keselamatan yang

kurang memadai diatas kapal sehingga crew kapal merasa kesulitan dan

terlalu berbahaya melakukan perawatan lambung kapal.

Salah satu pencegahan korosi yang dilakukan perusahaan adalah

MV. Manalagi Yasa melakukan docking di SMI 1 bojonegara cilegon.

Selain itu crew diatas kapal tidak pernah melakukan perawatan secara

berkala terhadap lambung kapal.


42

1. Adapun cara – cara perawatan lambung kapal yang dilakukan oleh

pihak dock yaitu :

a. Pembersihan lambung kapal dari tritip

Tritip adalah parasite laut yang biasanya menempel pada

lambung kapal dan bagian kapal lain yang selalu tenggelam di

air. Pembersihan tritip ini di fungsikan agar proses sand blasting

dapat dilakukan secara maximal.

Gambar 4. 3 Pembersihan Tritip

b. Proses sand blasting lambung kapal

Proses sand blasting adalah pokok dari perawatan lambung

kapal, sand blast ini dilakukan dengan cara mencampur pasir

pantai dengan angin yang bertekanan tinggi lalu di semprotkan di

lambung kapal yang bertujuan untuk merontokan karat pada

lambung kapal, tekanan angin juga disesuaikan dengan ketebalan

plat baja pada lambung kapal dikarenakan jika terlalu kencang

pressure angin di khawatirkan lambung kapal mengalami

kebocoran.
43

Sebelum proses sand blasting ini surveyor juga mengecek

ketebalan lambung kapal atau bagian – bagian yang akan

dilakukan sand blasting sebagai langkah untuk menentukan besar

nya tekanan angina yang diperlukan untuk proses sand blasting.

Gambar 4. 4 Proses Sand Blasting

c. Pengecatan

Proses pengecatan sendiri ada beberapa tahap yaitu :

1) Cat dasar

Pada lapisan pertama, jenis cat yang dipakai adalah jenis

cat dasar. Fungsi cat dasar adalah untuk melindungi

permukaan logam agar tidak berkarat atau rusak.

Gambar 4. 5 Pelapisan Cat Dasar


44

2) Cat anti korosif

Pada lapisan kedua, jenis cat yang digunakan adalah

jenis cat Anti Corrosion (AC), berfungsi sebagai penebal

untuk mencegah terjadinya korosi.

Gambar 4. 6 Pelapisan Cat Anti Corosif

3) Cat anti fouling

Pada lapisan ketiga atau lapisan terluar, jenis cat yang

digunakan adalah jenis cat Anti Fouling (AF). Cat jenis ini

berfungsi untuk mencegah binatang laut agar tidak menempel

pada badan kapal.

Gambar 4. 7 Pelapisan Cat Anti Fouling


45

d. Proses pemasangan anoda korban (Zink Anode)

Yaitu pasokan electron dilakukan dengan cara

menempelkan dengan logam lain sebagai anoda korban yang

memiliki potensial lebih rendah. Pada cara ini terjadi aliran

electron dari logam dengan potensial yang lebih rendah ke baja

yang potensial nya lebih tinggi (Fontana, 1987).

Gambar 4. 8 Pemasangan Zinc Anode

2. Terdapat empat metode yang sering digunakan untuk pengukuran

tebal plat kapal, yaitu:

a. Ultrasonic Test

Ultrasonic test adalah metode Non Destructive Test (NDT)

menggunakan energi suara frekuensi tinggi (getaran ultrasonik) untuk

melakukan proses pengujian atau proses pengukuran. plat yang diukur

digerinda kemudian diberi couplant. SE-probe yang terdapat pada alat

UT ditempelkan pada permukaan plat dan mengeluarkan getaran

ultrasonik. Getaran menembus ketebalan plat sampai sisi yang lain, dan
46

dipantulkan kembali menuju SE-probe sebagai gema. Dengan diketahui

kecepatan getaran, maka waktu getaran ultrasonic yang diterima kembali

oleh SE-probe tersebut akan menunjukkan plat yang sedang diukur.

b. Test Hammering

Tes menggunakan palu adalah metode yang paling sederhana

untuk mengetahui ketebalan plat kapal atau balok konstruksi badan

kapal. Palu ini terdiri dari dua ujung. Ujung yang runcing digunakan

untuk menghilangkan karat, kotoran, dan cat yang melekat pada plat

kulit atau balok konstruksi. Ujung lainnya yang tumpul digunakan untuk

memilih tempat yang paling tipis akibat karat atau aus. Tinggi rendahnya

nada getar yang ditimbulkan oleh plat kapal akibat dipukul oleh

menunjukkan tingkat ketebalan plat kapal. Makin tinggi nada getaran

makin tipis plat tersebut.

c. Test Hole

Pengetesan ini dilakukan dengan cara melubangi permukaan plat

kapal. Lubang percobaan atau test hole dibuat dengan menggunakan las

potong asitilene atau alat bor. Ketebalan plat kapal diketahui dengan

mengukur kedalaman lubang. Setelah selesai, lubang pada plat kapal

tersebut ditutup dengan baut tap kemudian dilas. Metode ini

meninggalkan cacat permukaan yang terdiri dari tonjolan baut tap.

d. Linear Dial Gauge

Metode ini menggunakan alat yang bernama Linear Dial

Gauge untuk menentukan kedalaman keausan. Tumpuan dengan baut

penahan geser batang penunjuk digunakan untuk mengukur ketebalan.

Penunjuk indikator ditempatkan sesuai dengan jarum penunjuk,


47

dan socket ditempatkan sesuai dengan ujung atas dari indikator penunjuk

sehingga titik tersebut bertepatan dengan titik penunjuk.

Secara prinsip, setiap badan klasifikasi kapal menggunakan kriteria

ketebalan plat kapal yang sama. Sebagai contoh, untuk bagian konstruksi

utama, kapal dengan ukuran panjang L ≥ 100 m, pengurangan tebal plat

yang dapat diterima bisa dilihat dalam Rules atau peraturan badan

klasifikasi dimana kapal tersebut dikelaskan (blog.docking.id, 2020).

Untuk kapal dengan ukuran panjang L <100 m, secara umum

pengurangan ketebalan plat yang diijinkan biasanya hanya sampai 20%

dari ketebalan plat awal. Sementara untuk profil-profil lain di dalam

konstruksi internal kapal, penurunan ketebalan yang dapat diterima

berkisar 25% dari tebal awal (blog.docking.id, 2020).

Untuk mempermudah pengaplikasian di lapangan pemilik kapal

dapat menggunakan rumusan pendekatan Ketebalan Minumum (Tmin)

secara lokal area saja, di bawah ini untuk mengetahui kondisi bocor

halus pada plat kapal :

• Untuk plat geladak: Tmin > 0,9 (5,5 + 0,02 x L) satuan dalam mm

• Untuk plat sisi lambung dan plat dasar :Tmin > 0,9 (5.0 + 0,04 x L)

satuan dalam mm
48

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil analisa data serta pembahasan di

atas dapat disimpulkan bahwa :

1. Pencegahan dan penanggulangan korosi diatas kapal MV.

Manalagi Yasa tidak dilakukan sesuai maintenance system pencegahan

korosi pada lambung kapal, para awak kapal memiliki kendala

keterbatasan alat keselamatan untuk melakukan perawatan pada

lambung kapal MV. Manalagi Yasa.

2. Dampak yang terjadi pada lambung kapal yang telah terjadi

korosif adalah mengikis nya lapisan baja lambung kapal dikarenakan

korosi yang dibiarkan terjadi sehingga ketebalan plat yang terkorosif

semakin meluas pada lambung kapal, itu akan berdampak pada usia

pemakaian kapal dikarenakan BKI memiliki standar klasifikasi

ketebalan minimum lambung kapal.

B. SARAN

Dari hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah

dilakukan. Ada beberapa saran yang ditujukan untuk para awak kapal dan

juga perusahaan yang diharapkan bisa lebih efektif dalam melakukan

perawatan dan penanggulangan korosi pada lambung kapal MV. Manalagi

Yasa yaitu :

1. Untuk awak kapal

a. Melaksanakan perawatan rutin sesuai dengan prosedur di atas kapal.


49

b. Memperhatikan alat keselamatan dan mengirimkan permintaan barang

kepada perusahaan

c. Melakukan pencegahan dan penanggulangan korosi sesuai dengan cara

dan urutan pelapisan pada saat mengecat lambung kapal.

d. Memahami prosedur maintenance system pencegahan dan

penanggulangan korosi pada lambung kapal.

2. Untuk perusahaan

a. Memperhatikan kondisi kapal yang beroperasi

b. Mengirim barang yang diperlukan di atas kapal terutama peralatan

yang di butuhkan untuk perawatan di kapal.

c. Lebih memberikan support kepada crew berupa sosialisasi tentang

bahaya korosi pada lambung kapal melalui email atau pada saat

internal audit.

d. Memberi edukasi atau arahan ke crew deck sebelum onboard terhadap

pentingnya perawatan kapal termasuk juga dalam pencegahan korosi.

You might also like