You are on page 1of 6

FANTASI FATAMORGANA,UNTUKKU MAKHLUK FANA

(Karya Gihon Asa Jagad)

Dikala pagi hari, aku terbangun dengan alarm jam yang berbunyi. Dengan pikiran
yang penuh isi di kepala. aku perlahan berjalan menuju ke kamar mandi untuk membilas
wajah. Setelah aku membilas wajah, aku menyikat gigiku perlahan lalu tiba tiba muncul
sebuah pikiran yang berkata di kepala ku

“ah, sampai kapan hidupku yang tiada arti ini selesai? Setiap pagi kepala ku dipenuhi suara
bising dari perkara kehidupan yang terus kubawa dari hari ke hari.”

Lalu setelah selesai membilas wajah dan menyikat gigi, aku kemudian pergi berangkat kuliah
menuju ke kampus. Kala itu aku melihat teman ku Beni. Dia datang dengan karisma yang
begitu luar biasa, sehingga perhatian di seluruh kampus pun berfokus kepada dirinya. Tidak
heran karena, Beni seorang ahli dalam bidang apapun. Dia seorang pebasket yang hebat, dan
dia juga populer dikalangan Wanita karena banyaknya kemampuan dan keahlian yang
dimilikinya. Serta dia juga terlahir kaya raya. Dia juga memiliki paras yang tampan dan tubuh
yang atletis. Terkadang muncul pikiran di benakku saat ku melihatnya

“apakah aku bisa menjadi dirinya suatu saat nanti? Melihat dari keadaan diriku sendiri yang
tidak terlalu pandai dalam apapun dan memiliki tubuh yang kurus, serta tanpa memiliki
tujuan hidup.”

Juga, Selain dari pertanyaan itu ada banyak sekali pertanyaan yang muncul di benakku dan
selalu menghantui ku setiap hari. pertanyaan itu tidak hanya menghantui namun juga
menggerogoti batin dan jiwa ku. itu terus menerus muncul dan berkata di dalam hati

“Untuk apakah aku ini hidup? Untuk apa aku bangun pagi? Untuk apa aku pergi berkuliah?
Apakah semua ini berarti bagiku?”

Hingga di usiaku yang ke-20 tahun, dan hingga hari ini aku tidak dapat menemukan
jawabannya. Apakah semua ini hanyalah sebuah kehidupan yang ada di dalam mimpi buruk?.

1
apakah aku adalah seorang tokoh sampingan yang tidak dapat keluar dari mimpi buruk itu?
Sungguh malang sekali nasib ku.

Selesai aku berkuliah pada siang hari, kebiasaan yang sering kulakukan yaitu,
berkeliling mengendarai sepeda motor sambil mendengarkan musik sedih melalui earphone
ku. Jalur yang kulalui selalu sama dan itu-itu saja. Aku melihat seorang pengamen yang
selalu ada setiap hari dipinggir jalan yang selalui kulalui. juga seorang tukang bakso yang
jualan nya selalu ramai setiap hari. Bahkan banyak pedagang kaki lima lainnya yang
berdagang di pinggir jalan. Namun, anehnya aku selalu melihat wajah yang riang setiap hari
saat aku melalui jalan itu. Lalu aku kemudian bertanya lagi di dalam benakku

“apa yang mereka bahagiakan? Bukankah pekerjaan mereka itu selalu di pandang sebelah
mata oleh masyarakat? Apa istimewa nya dari pekerjaan mereka itu? sehingga mereka
tertawa Bahagia dan terlihat menikmatinya.”

Bahkan, bukankah di dalam masyarakat juga di tanamkan pikiran “jangan sampai hidupmu
susah seperti pedagang kaki lima, maka daripada itu harus belajar yang rajin dan
mendapatkan nilai yang tinggi agar tidak gagal seperti orang-orang itu.”

Lalu aku membandingkan kembali dengan diriku. di satu sisi aku memang tidaklah kompeten
dalam bidang akademik,serta tidak memiliki tubuh atletis. tetapi aku mampu untuk berkuliah.
Namun anehnya, aku sama sekali tidak merasakan adanya perasaan Bahagia.

“Apakah fantasi ku hanya sebatas mencari kebahagiaan dalam hidup?”

Aku bahkan hanya bisa merasakan sebuah tekanan hingga saat ini. tekanan untuk
keberlangsungan hidup kedepan bagaimana? Pekerjaan apa yang harus aku miliki? Wanita
seperti apa yang ingin aku nikahi? Berapa dana yang kuperlukan untuk membangun sebuah
keluarga? Karena meingat usiaku yang sudah bukanlah seorang remaja lagi. Aku melihat
teman-temanku semua yang sudah mulai berfokus dalam tujuan mereka masing-masing.
Bahkan banyak yang mengabadikan foto mereka di sosial media sedang pergi liburan.
Terkadang itu membuatku sakit hati. Melihat diriku yang sekarang bukanlah apa-apa. Apakah
aku kurang bersyukur? Apakah aku kurang ibadah?Apakah aku kurang berusaha? Hanya
itulah yang selalu muncul di pikiranku.

2
Setelah selesai aku berkeliling hingga petang hari, akupun kembali kerumah untuk
beristirahat. Lalu aku membaringkan badan di kasurku yang empuk. Sambil berbaring, aku
melihat Kembali sosial media, tiba-tiba ada video mesum yang beredar di grub whatsapp
universitas. Yang dimana orang di video mesum itu adalah beni dan kekasihnya. Akupun
terkejut, dan itu mengiris hatiku. Karena beni adalah sosok orang yang kuidolakan. bahkan
aku selalu berpikir dan mencari cara agar bisa terlihat sempurna seperti dirinya. Sungguh, itu
sangat menyakiti hatiku. Lalu muncul perkataan di dalam hatiku

“apa yang membuatnya melakukan hal itu? Bukankah dirinya sudah memiliki banyak hal
yang bisa dikatakan lebih dari cukup untuk membuatnya bahagia. Tapi mengapa dia bisa
melakukan tindakan yang tidak senonoh itu?”

Aku memikirkan hal itu berulang kali. sehingga jarum jam sudah menunjukkan pukul
sepuluh malam. aku tidak bisa tidur karena adanya banyak pikiran yang selalu menghantuiku.
Sungguh, bahkan aku tidak ingat kapan aku bisa tidur nyenyak terakhir kali. Aku terus
memantau sosial media hingga jarum jam menunjukkan pukul 2 pagi. maka barulah aku bisa
tidur.

Keesokan harinya, akupun bersiap Kembali untuk berangkat ke kampus. Aku berjalan
melalui Lorong kampus, lalu tiba tiba terdengar suara dari pengeras suara yang berada di
Lorong. Sumber suara itu berasal dari ruang kesiswaan. Semua mahasiswa termasuk aku
sendiri pun terkejut. Karena suara yang kami dengar itu adalah Beni. Pihak kampus langsung
dengan cepat mengambil tanggapan terkait video mesum kemarin. Namun yang membuat ku
heran, mengapa obrolan pribadi antara pihak kesiswaan kampus dan beni bisa tersiar di
pengeras suara? Bukankah ini obrolan yang tidak harusnya disiarkan secara umum? Lalu ada
dua orang mahasiswa perempuan yang berbisik namun bisa terdengar jelas olehku. katanya

“hahaha,kasian sekali ya beni perbincangan nya dengan kesiswaan di sadap oleh orang-orang
yang tidak suka dengan nya, sehingga itu disiarkan di seluruh pengeras suara kampus”

Lalu di dalam hati aku pun berkata

“Sungguh kejam mereka, karena adanya satu perbuatan kesalahan, mereka melupakan seribu
kebaikan yang dilakukan oleh Beni”

3
Tidak lama setelah itu, kemudian terdengar suara dosen dari kesiswaan yang bertanya
kepada Beni

“Apa yang membuatmu melakukan Tindakan tidak senonoh ini?”

Beni pun menjawab dengan suara yang terisak-isak

“Saya melakukan itu karena saya tidak mendapatkan perhatian dari kedua orang tua saya.
Yang saya dapatkan hanyalah perhatian dari kekasih saya. Sehingga, saya takut suatu saat dia
akan pergi. Maka saya membuat video itu sebagai bahan ancaman untuk tidak meninggalkan
saya.”

Setelah mendengar perkataan itu, suara dari pengeras suara itu hilang seketika. banyak
mahasiswa yang tertawa terbahak-bahak karena mendengar jawaban Beni. Mereka berkata
“jawaban yang bodoh,orang idiot,orang tolol” tidak lain tidak bukan yang keluar hanyalah
kalimat hinaan. Namun aku merasa sedih, karena baru saja kemarin aku melihat beni berjalan
di Lorong dengan karisma penuh yang luar biasa serta dikelilingi Wanita. Namun seketika itu
semua hancur karena satu kesalahan belaka. bel pun berbunyi dan kami masuk kedalam
ruangan masing-masing.

Sembari duduk diruangan, aku mulai memunculkan Kembali pertanyaan di benakku

“Bahkan Beni yang kulihat hampir sempurna saja masih terdapat kekurangan dalam hal kasih
sayang. Lalu tentang apakah kebahagiaan di hidup ini? jika bukan tentang
uang,popularitas,dan tampang?”

Aku memikirkan itu dengan keras hingga tak terasa perkuliahan pun sudah berakhir. Aku pun
kembali melakukan kebiasaan ku dengan berkeliling mengelilingi rute jalan yang sama lagi.
Sambil mengemudikan sepeda motor, aku menoleh ke kiri dan kanan. anehnya tidak ada
satupun pedagang kaki lima yang berjualan lagi dipinggir jalan pengamen itupun tidak ada
terlihat sama sekali. akupun kebingungan karena ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Aku
berhenti di lampu merah dan mendengar orang-orang yang berdiskusi di pinggir jalan. Dari
percakapan yang kudengar, ternyata para pedagang kaki lima itu telah diangkut oleh Satpol
PP. akupun berucap dalam hati

4
“sungguh hari yang memilukan, dalam satu hari bisa terjadi dua kejadian kepada orang orang
yang biasanya memasang wajah yang terlihat Bahagia”

ketika berhenti di lampu merah, Aku melihat seorang anak kecil yang sedang mengemis. aku
memberikan uang dua ribu rupiah yang kumiliki. anak kecil itu seketika mengucapkan kata
“Terima kasih banyak” kepadaku sambil tersenyum lebar. Anehnya, padahal itu bukanlah
uang berjumlah besar. mengapa dia tersenyum lebar? Tetapi tiba-tiba ada muncul perasaan
tenang dihatiku setelah melihat senyuman itu. akupun bergegas untuk pulang kerumah.
sambil disinari indahnya senja pada sore hari, aku tiba-tiba tersenyum tanpa sebab di jalan.

Sesampainya aku dirumah, aku membasuh diri dan bergegas ke kamar untuk membaringkan
badan. Dengan posisi badan yang terlentang sembari menatap langit langit kamar aku masih
tersenyum dan tertawa riang dengan sendirinya. seketika aku hanya bisa memikirkan
senyuman indah yang dipancarkan anak itu tanpa memikirkan beban apapun. aku berkata di
dalam hati kembali

“apakah ini yang disebut kebahagiaan? Hari ini mungkin adalah hari yang buruk bagi orang-
orang yang kuanggap selalu Bahagia setiap hari. namun ini adalah hari yang indah bagiku
karena pertama kalinya setelah sejak lama aku bisa merasakan perasaan ketenangan ini.
apakah ini yang disebut Bahagia? walaupun aku tidak memiliki hal yang dapat dibanggakan
dalam hidupku, anehnya hanya dengan melihat senyuman aku bisa merasakan kebahagiaan
yang lama tidak aku rasakan.”

Pada hari petang menuju malam itu pun aku menemukan jawaban . aku selama ini mencari
hal yang kuanggap ada namun nyatanya tidak ada. Sungguh luar biasa kebahagiaan itu.
akupun paham, apa yang menuruku sulit untuk dicari,ternyata itu bisa datang dengan
sendirinya melalui apa yang aku lalui.

hari yang panjang itupun berlalu, setelah sekian lama akhirnya aku dapat merasakan kembali
rasanya tidur lebih awal. Sungguh kebahagiaan yang luar biasa hari ini, aku dapat tidur
dengan nyenyak lepas.

5
6

You might also like