You are on page 1of 19

MAKALAH MAKROEKONOMI

“PENAWARAN DAN PERMINTAAN AGREGAT”


Dosen Pengampu: Dr. Sri Astuty, SE, M.Si.

DISUSUN OLEH:
Kelompok 3 – Kelas A
A. Audirta Prasetya 210901500003
Nur Resky Amaliah Bardin 210901501002
Mayla Azmainna Nabila 210901501010
Nur Asty Ramadani Asrul 210901502003
Aqila Nasira 210901502009
Rangga Fakhrurriza 210901502014
Putri Nadilah Sofyan 210901502023

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas rida dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah
yang berjudul permintaan dan penawaran Agregat. Tidak lupa, kami
mengucapkan terima kasih kepada Dr. Sri Astuty, SE, M.Si selaku dosen
pengampu Mata Kuliah Makro Ekonomi.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman yang telah
membantu baik secara moral maupun material sehingga Tugas Makalah ini dapat
terwujud.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan dalam
tugas makalah yang disusun. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas kesalahan
tersebut. Kritik dan saran dari pembaca senantiasa ditunggu oleh penulis guna
meningkatkan kualitas tulisan ke depannya.

Makassar, 27 April 2023

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................iv

A. Latar Belakang......................................................................................................iv

B. Rumusan Masalah.................................................................................................iv

C. Tujuan Penulisan...................................................................................................iv

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................1

A. Konsep Dasar Permintaan dan Penawaran Agregat................................................1

B. Permintaan Agregat................................................................................................1

C. Penawaran Agregat.................................................................................................6

D. Penawaran Agregat Menurut Kaum Klasik Dan Kenyes........................................9

E. Analisis Penawaran dan Permintaan Agregat.......................................................11

PENUTUP........................................................................................................................13

Kesimpulan..................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bab ini akan berfokus pada Permintaan agregat dan penawaran agregat.
Permintaan agregat dalam perekonomian negara sangat penting karena dapat
membantu para profesional untuk mengukur serta menilai keadaan umum dari
kondisi ekonomi suatu negara. Hal ini dapat membantu sekaligus menunjukan
bagaimana suatu negara bergerak dari perlambatan menuju ke resesi yang
sebenarnya atau bagaimana negara tersebut dapat keluar dari resesi. Dalam
perekonomian negara terdapat istilah penawaran agregat. Penawaran agregat
ini juga sangat penting karena menyatakan jumlah keseluruhan barang dan
jasa yang diproduksi serta dijual pada setiap tingkat harga oleh berbagai
produsen.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep dasar permintaan dan penawaran agregat?
2. Apa yang dimaksud dengan permintaan dan penawaran agregat?
3. Bagaimana bentuk kurva permintaan dan penawaran agregat?
4. Bagaimana konsep permintaan agregat dalam pigon effect dan keynes
effect?
5. Bagaimana penawaran agregat menurut kaum klasik dan keynes?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Konsep dasar permintaan dan penawaran agregat
2. Memahami definisi permintaan dan penawaran agregat
3. Mengetahui bentuk kurva permintaan dan penawaran agregat
4. Mengetahui konsep permintaan agregat dalam pigon effect dan keynes
effect
5. Memahami penawaran agregat menurut kaum klasik dan keynes
A.

iv
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Permintaan dan Penawaran Agregat
Definisi permintaan agregat, juga disebut AD, adalah total jumlah
pengeluaran oleh rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah pada berbagai
tingkat harga dalam suatu perekonomian. Faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan agregat adalah tingkat harga dan kebijakan moneter dan fiskal
yang dilakukan oleh pemerintah. Ketika tingkat harga semakin tinggi,
pengeluaran barang oleh pelaku ekonomi akan semakin berkurang,
sedangkan jika harga semakin rendah, pengeluaran barang dan jasa akan
meningkat.
Sementara itu, penawaran agregat, atau AS, mengacu pada jumlah total
barang yang diproduksi oleh seluruh produsen dalam suatu perekonomian
pada berbagai tingkat harga dalam periode tertentu.Faktor-faktor yang
memengaruhi penawaran agregat meliputi tingkat harga, kapasitas produksi
perekonomian, dan biaya produksi. Jika harga semakin tinggi, maka jumlah
penawaran barang akan semakin meningkat dan sebaliknya, seperti pada
perilaku produsen dalam teori ekonomi mikro.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi penawaran, salah satunya adalah
kapasitas produksi yang tergantung pada besarnya investasi riil. Semakin
besar nilai investasi riil, maka akan meningkatkan kapasitas produksi
perekonomian dan akhirnya meningkatkan jumlah total nilai penawaran
barang dan jasa.
Faktor lain yang memengaruhi penawaran agregat adalah besarnya biaya
produksi. Jika biaya produksi meningkat karena kenaikan upah kerja atau
kenaikan harga bahan bakar, maka akan berdampak pada kenaikan biaya
produksi dan biaya transportasi, yang pada akhirnya akan menyebabkan
produksi barang menurun.

B. Permintaan Agregat
1. Pengertian

1
Permintaan Agregat (Aggregate Demand/AD) adalah hubungan
antara jumlah output yang diminta dan tingkat harga agregat. Dalam hal
ini, Aggregate Demand atau AD menggambarkan jumlah barang dan jasa
yang ingin dibeli pada setiap tingkat harga tertentu oleh masyarakat,
perusahaan, dan pemerintah.

2. Keynes Effect

Keynes Effect dalam permintaan agregat mengacu pada hubungan


antara tingkat suku bunga dan pengeluaran agregat di perekonomian.
Menurut teori Keynesian, ketika suku bunga turun, biaya modal menurun
sehingga konsumen dan pengusaha cenderung meminjam lebih banyak
untuk berinvestasi dan meningkatkan pengeluaran konsumsi. Hal ini pada
akhirnya akan meningkatkan permintaan agregat di perekonomian dan
mendorong pertumbuhan ekonomi.

Dalam model analisis IS-LM, kita hanya fokus pada dua pasar,
yaitu pasar barang yang menentukan kurva IS dan pasar uang yang
menentukan kurva LM. Dalam model ini, kita berasumsi bahwa harga
tidak berubah dan semua variabel seperti Y, C, S, I, G, Tx, G, T, X, Z, r,
L1, L2, dan M diukur dalam harga konstan atau nilai riil. Meskipun
asumsi ini tidak realistis, itu adalah kelemahan dari model analisis IS-
LM, serta salah satu kelemahan utama dari model analisis silang Keynes.

J.M Keynes menyadari bahwa perubahan tingkat harga dapat


mempengaruhi tingkat pendapatan nasional ekuilibrium melalui
pengaruhnya terhadap jumlah penawaran uang yang sebenarnya atau
disebut real money supply. Dalam keadaan deflasi, di mana harga turun,
jumlah uang riil yang beredar akan meningkat. Misalnya, jika tingkat
harga turun 50%, jumlah uang yang memiliki nilai nominal yang sama
akan menghasilkan dua kali jumlah uang riil. Sebaliknya, dalam keadaan
inflasi, jumlah uang riil yang tersedia akan lebih sedikit jika nilai
nominalnya tetap sama.

2
Gambar 1 Kurva Permintaan Agregat Keynes Effect

Gambar diatas mula-mula tingkat harga setinggi 5. Dengan H=5


real money supply tergambar sebagai garis penawaran uang M5M5.
Dengan harga menurun menjadi H=4, garis penawaran uang nyata
bergeser ke M4M4. Selanjutnya apabila tingkat harga menurun lagi ke
H=3 garis real money supply bergeser lagi ke M3M3. Bergesernya garis
real money supply MM menjauhi titik sumbuh silang 0 ini dengan
sendirinya mengakibatkan kurva LM bergeser ke kanan, dari LM5
keLM4 kemudian ke LM3. Dengan bergesernya kurva-kurva LM ini,
maka titik ekuilibrum IS-LM juga pindah, yaitu semula A, kemudian
pindah ke B, lalu ke C. Dari uraian tersebut kita dapat melihat hubungan
antara tingkat harga dengan tingkat pendapatan nasional yang memenuhi
syarat ekuilibrumnya pasar komoditi dan pasar uang.

3
3. Pigou Effect
Pigou effect adalah sebuah konsep dalam ekonomi makro yang
menjelaskan bagaimana perubahan tingkat harga dapat mempengaruhi
permintaan agregat dalam perekonomian. Konsep ini diperkenalkan oleh
seorang ekonom Inggris bernama Arthur Pigou pada awal abad ke-20.
Pigou effect didasarkan pada premis bahwa ketika tingkat harga
turun, maka nilai riil dari uang yang dimiliki oleh konsumen dan investor
akan meningkat. Dalam konteks ini, nilai riil merujuk pada kemampuan
uang untuk membeli barang dan jasa. Dengan adanya kenaikan nilai riil
uang, konsumen dan investor akan merasa lebih kaya dan cenderung
menghabiskan lebih banyak uang.
Dalam hal ini, Pigou effect dapat mempengaruhi permintaan
agregat dalam perekonomian, yaitu jumlah total barang dan jasa yang
diminta oleh konsumen, investor, dan pemerintah. Kenaikan permintaan
agregat yang disebabkan oleh Pigou effect dapat memicu pertumbuhan
ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru.
Namun, Pigou effect juga memiliki batasannya. Jika tingkat harga
turun terlalu rendah, maka konsumen dan investor mungkin akan merasa
tidak aman secara finansial dan cenderung menyimpan uang mereka
daripada menghabiskannya. Selain itu, jika pengeluaran yang lebih tinggi
mengakibatkan peningkatan permintaan yang signifikan, maka dapat
memicu inflasi yang merugikan ekonomi secara keseluruhan.
Dalam rangka mengatasi batasan tersebut, penggunaan Pigou effect
dalam kebijakan ekonomi biasanya dibarengi dengan kebijakan moneter
dan fiskal yang hati-hati. Dengan demikian, perubahan tingkat harga dapat
memberikan dampak positif terhadap permintaan agregat dalam
perekonomian, dan pada gilirannya, meningkatkan pertumbuhan ekonomi
secara keseluruhan.

4. Bentuk Kurva Permintaan Agregat


Kurva permintaan agregat merupakan kurva yang menggambarkan

4
hubungan antara tingkat harga dan jumlah barang dan jasa yang diminta oleh
semua sektor dalam perekonomian. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam
membangun kurva permintaan agregat mempengaruhi bentuk dari kurva tersebut.
Dalam konteks ini, terdapat perbedaan bentuk kurva permintaan agregat yang
diturunkan dari asumsi-asumsi klasik dan asumsi-asumsi Keynes.

Gambar 2 Bentuk Kurva Permintaan Agregatif: Asumsi Klasik Lawan Keynes

Gambar 2 memperlihatkan kurva permintaan agregat dengan asumsi


klasik (AgDC) dan dengan asumsi Keynes (AgDK). Kurva AgDC cenderung
vertikal pada tingkat harga yang tinggi karena asumsi klasik menganggap bahwa
permintaan akan selalu bertemu dengan penawaran, sehingga tidak ada
kekurangan dalam pasar. Namun, kurva AgDK cenderung melengkung karena
asumsi Keynes mengakui adanya kekurangan permintaan efektif pada waktu-
waktu tertentu dalam perekonomian.
Dalam asumsi Keynes, kurva permintaan agregat bisa menunjukkan efek
pigou, di mana peningkatan harga akan menurunkan daya beli uang dan
meningkatkan permintaan. Namun, jika terdapat jerat likuiditas atau liquidiaty
trap dan atau inelastis sempurnanya kurva permintaan investasi agregatif pada
bagian sebelah kanan kurva tersebut, maka kurva permintaan agregatif Keynes
pada tingkat harga yang tinggi akan memiliki bentuk yang sama dengan kurva
permintaan agregatif klasik. Tetapi, pada tingkat harga yang lebih rendah, kurva
permintaan agregatif Keynes menurun lebih cepat dan bahkan bisa sejajar dengan
sumbu tingkat harga..

5
C. Penawaran Agregat
1. Fungsi Produksi
Memperbincangkan penawaran agregatif menyangkut masalah
kemampuanperekonomian dalam menghasilkan barang-barang dan jasa-
jasa. Kemampuan sebuah perekonomian untuk menghasilkan barang-
barang dan jasa-jasa pertahun yang biasajuga disebut kapasitas produksi
nasional, ditentukan oleh komposisi, kualitas dan kuantitas dari sumber-
sumber daya yang tersedia dalam perekonomian bersangkutan. Oleh
karena sumber daya yang ada dalam suatu perekonomian terdiri dari
sumber daya masnusia atau human resources (LF)2, sumber daya alam
atau natural resources (A) dan sumber daya modal atau capital resources
(K), maka secara matematik dapat kita tulis:
Qm = f(LF,A,K) …….…………………………………….. (7.1)
dimana:
Qm = Kuantitas maksimum barang-barang dan jasa-jasa yang dapat
dihasilkan oleh sebuah perekonomian per satuan waktu atau per
tahun, yang dapat kita sebut juga dengan istilah produk nasional
atau output nasional potensial.

Mengingat bahwa sumber daya alam yang siap diolah ditentukan


oleh sumber daya modal yang tersedia, maka tidak jarang pula fungsi
produksi seperti yang diungkap oleh persamaan (9.1.1) diungkapkan
dengan cara yang lebih singkat:
Qm = f(LF, K)..…………………………………………..….. (7.2)

Untuk jangka pendek nilai K tidak mengalami perubahan. Ini


berarti bahwa pada persamaan 7.1 (di atas huruf K dapat kita beri tanda
bar. Selanjutnya perlu pula kita ketengahkan di sini bahwa baik persamaan
(7.1) dan (7.2) menujukkan jumlah output maksimum yang dapat dicapai
oleh sebuah perekonomian dalam keadaan fullemployment, lagi pula
dengan catatan bahwa:
Nf = LF.JR)……………………………………………..…….. (7.3)

6
Di mana :
Nr = jumlah jam kerja per tahun dalam keadaan full-employment,
JR = jam kerja rata-rata per pekerja per tahun.

Dengan memperhatikan uraian di atas, maka output nasional yang terjadi


dapat kita uangkapkan:
Q = f (N,K)….………….………………………………...….. (7.4)
Di mana :
N = Jumlah sumber daya manusia yang terpakai, yang sering pada disebut
tingkat employment atau tingkat kesempatan kerja, dan
Q = produk nasional yang terjadi per tahun.

Selanjutnya, fungsi produksi agregatif yang diungkapkan oleh


persamaan (7.4), apabila disertai dengan asumsi berlakunya korban yang
semakin meningkat (yaitu”increasing cost”) dalam perekonomian, dalam
bentuk grafiknya akan terlihat sebagai kurva OQ pada Gambar dibawah
ini:

Gambar 2 Kurva Fungsi Produksi

Pada gambar tersebut sumbu horizontal kita pergunakan untuk


mengukur tingkat kesempatan kerja N, yang kita perlakukan sebagai
variable bebas, yang selanjutnya nilainya turut menentuka besarnya
produk nasional. Sumbu vertikal di lain pihak dipergunakan untuk
mengukur produk nasional, yang oleh karenanya dapat kita tandai dengan

7
huruf Q. Akan tetapi mengingat bahwa nilai pendapatan nasional apabila
dinyatakan dengan menggunakan harga pasar adalah sama dengan nilai
produk nasional, maka tanda Q tersebut dapat kita ganti dengan Y,
asalakan nilai Y, yaitu nilai pendapatan nasional, dinyatakan dengan
menggunakan harga konstan.

2. Pasar Tenaga Kerja


Seperti halnya dengan harga barang-barang dan jasa-jasa pada
umumnya, tinggirendahnya ditentukan oleh permintaan pasar dan
penawaran pasar akan barang atau jasa yang bersangkutan, harga tenaga
kerja yang biasa disebut juga sebagai upah atau wage, tinggi-rendahnya
juga ditentukan oleh permintaan pasar dan penawaran pasar akan tenaga
kerja yang bersangkutan. Kalau yang terakhir kita terapkan pada sumber
daya manusia keseluruhannya dalam perekonomian, maka dapat dikatakan
bahwa
tingkat upah atau wage rate, yang dapat dinyatakan dalam rupiah per jam,
dalam rupiah per minggu, dalam rupiah per bulan dan sebagainya,
ditentukan oleh kurva permintaan akan tenaga kerja agregatif dan kurva
penawaran akan tenaga kerja agregatif.
Hubungan antara tingkat upah nyata dengan tingkat upah nominal dapat
diungkapkan secara matematik:
W = atau w = WH)….…….……………………………...…... (7.5)

Di mana:
W = tingkat upah nyata, yaitu tingkat upah dinyatakan dengan tingkat
harga
konstan;
w = tingkat upah nominal, yaitu tingkat upah dinyatakan dengan harga-
harga yangberlaku;
H = tingkat harga

Kurva penawaran tenaga kerja di lain pihak, dimaksudkan di sini

8
sebagai kurva yang menunjukkan jumlah-jumlah tenaga kerja per satuan
waktu yang masyarakat seluruhnya ingin menjualnya pada berbagai
tingkat upah nyata. Jadi seperti halnya dengan permintaan akan tenaga
kerja, untuk kurva penawaran tenaga kerja jugadiasumsikan bahwa jumlah
kesediaan masyarakat untuk menjual tenaga kerja ditentukan oleh tinggi-
rendahnya seperti ini kita sebut sebagai model analisis tanpa ilusi uang,
yang kita lawankan dengan model analisis dengan ilusi uang, di mana
rumah tangga perusahaan sebagai pembeli sumber daya manusia dan
rumah tangga keluarga sebagai penjual sumber daya manusia dalam
pengambilan-pengambilan keputusannya terkelabuhi oleh angka-angka
nominal uang

D. Penawaran Agregat Menurut Kaum Klasik Dan Kenyes


Penawaran agregat (aggregate supply) adalah jumlah keseluruhan output
barang dan jasa yang dihasilkan di suatu negara pada tingkat harga tertentu.
Terdapat dua pandangan teori ekonomi mengenai penawaran agregat, yaitu
teori klasik dan teori kenyes.
1. Teori Klasik
Menurut pandangan kaum klasik dalam ekonomi, penawaran
agregat dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja,
modal, dan sumber daya alam. Faktor-faktor tersebut dianggap sebagai
faktor penyebab kenaikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi jangka
panjang.
Teori klasik menyatakan bahwa penawaran agregat bersifat
inelastis dalam jangka pendek dan elastis dalam jangka panjang. Dalam
jangka pendek, penawaran agregat dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi
yang telah tersedia dan tidak mudah diubah dalam waktu singkat, sehingga
kenaikan harga tidak akan secara signifikan meningkatkan jumlah
produksi.
Namun dalam jangka panjang, penawaran agregat akan semakin
elastis karena faktor-faktor produksi dapat diubah dan meningkatkan

9
kapasitas produksi. Dalam pandangan kaum klasik, penawaran agregat
yang lebih besar dapat dicapai dengan cara meningkatkan kualitas dan
kuantitas faktor-faktor produksi.
Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan ingin meningkatkan
penawaran agregat, maka mereka dapat menambah jumlah tenaga kerja,
meningkatkan investasi untuk meningkatkan modal, atau memperbaiki
teknologi untuk meningkatkan produktivitas.
Dalam praktiknya, kebijakan pemerintah juga dianggap sebagai
faktor yang mempengaruhi penawaran agregat. Kaum klasik berpendapat
bahwa pemerintah sebaiknya tidak melakukan intervensi dalam pasar
karena hal tersebut dapat mengganggu mekanisme pasar dan mengurangi
efisiensi ekonomi.
Namun, kaum klasik mengakui bahwa pemerintah dapat
memberikan dukungan dalam memberikan perlindungan hukum,
mengeluarkan regulasi untuk menjaga stabilitas pasar, serta
menginvestasikan pada faktor-faktor produksi dalam jangka panjang,
seperti pendidikan dan infrastruktur.
Dalam kesimpulannya, penawaran agregat menurut kaum klasik
dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi, yang dapat ditingkatkan melalui
investasi pada sumber daya manusia, modal, dan teknologi. Selain itu,
kebijakan pemerintah yang mendukung pembangunan faktor-faktor
produksi juga dianggap penting dalam meningkatkan penawaran agregat
dalam jangka panjang.

2. Teori Kenyes
Menurut pandangan kaum Keynesian, penawaran agregat
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tingkat pengeluaran, permintaan
konsumen, dan kebijakan fiskal pemerintah. Dalam pandangan Keynesian,
penawaran agregat dapat lebih elastis dalam jangka pendek daripada yang
dianggap oleh kaum klasik.
Kaum Keynesian berpendapat bahwa dalam jangka pendek, faktor-

10
faktor seperti tingkat pengeluaran dan permintaan konsumen dapat
mempengaruhi penawaran agregat. Dalam hal ini, jika terjadi peningkatan
permintaan, maka produsen akan lebih cenderung meningkatkan
produksinya untuk memenuhi permintaan tersebut.
Namun, di sisi lain, faktor-faktor seperti kebijakan fiskal
pemerintah juga dianggap memainkan peran penting dalam menentukan
penawaran agregat. Dalam pandangan Keynesian, pemerintah dapat
menggunakan kebijakan fiskal seperti pengeluaran publik dan pajak untuk
mempengaruhi tingkat permintaan dan penawaran agregat.
Dalam praktiknya, Keynesian mengusulkan kebijakan fiskal dan
moneter sebagai instrumen utama untuk mengatasi masalah penawaran
agregat. Misalnya, pemerintah dapat menggunakan kebijakan fisk al
untuk meningkatkan pengeluaran publik dan pajak untuk meningkatkan
pendapatan, sehingga memicu kenaikan permintaan dan penawaran
agregat.
Dalam kesimpulannya, penawaran agregat menurut kaum
Keynesian dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tingkat pengeluaran,
permintaan konsumen, dan kebijakan fiskal pemerintah. Mereka
menganggap intervensi pemerintah dapat diperlukan untuk mengatasi
ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan dan memperbaiki
kesenjangan produksi dalam jangka pendek.

E. Analisis Penawaran dan Permintaan Agregat


Keseimbangan pasar dapat terjadi ketika kurva penawaran agregat (AS)
berpotongan dengan kurva permintaan agregat (AD), yang menentukan output
total dan harga keseimbangan di pasar. Keseimbangan ekonomi makro
mencakup semua harga dan jumlah barang di mana semua penjual dan
pembeli merasa puas dengan transaksi tersebut. Apabila terjadi pergeseran
pada kurva AD atau AS, maka akan terjadi perubahan pada titik keseimbangan
pasar, yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga dan output total
keseimbangan. Kurva AS dan AD dapat menggambarkan bagaimana

11
terjadinya keseimbangan pasar

Gambar 3 Kurva Keseimbangan Pasar

Dalam gambar di atas, terlihat bahwa ketika terjadi pergeseran dari AD ke


AD', maka akan terjadi peningkatan produksi total dari Q ke Q' dan juga
peningkatan harga dari P ke P'. Salah satu penyebab pergeseran AD adalah
peningkatan belanja pemerintah untuk membiayai proyek-proyek
infrastruktur. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi dari Q ke Q'
yang lebih besar dari output potensial yaitu Q. Namun, pergeseran AD ini juga
dapat menyebabkan kenaikan harga lebih tinggi ke P', yang berpotensi
menimbulkan inflasi.

12
PENUTUP

Kesimpulan
Permintaan dan penawaran agregat adalah konsep penting dalam makroekonomi yang
digunakan untuk menganalisis dan memahami pergerakan ekonomi secara keseluruhan.
Permintaan agregat mengacu pada jumlah total barang dan jasa yang diminta oleh
konsumen, bisnis, dan pemerintah dalam suatu perekonomian, sedangkan penawaran
agregat mengacu pada jumlah total barang dan jasa yang ditawarkan oleh produsen dalam
suatu perekonomian.

Keseimbangan antara permintaan dan penawaran agregat dalam suatu perekonomian


dapat mempengaruhi tingkat harga, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat pengangguran.
Ketika permintaan agregat melebihi penawaran agregat, maka harga cenderung naik dan
tingkat pengangguran cenderung turun, sedangkan jika penawaran agregat melebihi
permintaan agregat, maka harga cenderung turun dan tingkat pengangguran cenderung
naik.

Dalam makroekonomi, permintaan dan penawaran agregat berhubungan erat dengan


dua teori utama yaitu teori klasik dan teori Keynesian. Teori klasik menekankan pada
peran pasar dalam menentukan harga dan jumlah output, sedangkan teori Keynesian
menekankan pada peran pemerintah dalam mengatasi ketidakseimbangan ekonomi
dengan intervensi fiskal dan moneter.

Dalam teori klasik, permintaan dan penawaran agregat memiliki fleksibilitas penuh
untuk menyesuaikan harga dan jumlah output secara otomatis, sehingga perekonomian
cenderung menuju keseimbangan jangka panjang. Sedangkan dalam teori Keynesian,
permintaan dan penawaran agregat tidak selalu berada pada keseimbangan, sehingga
pemerintah harus terlibat dalam mengatasi ketidakseimbangan tersebut.

13
DAFTAR PUSTAKA

Drajat, Respati. 2020. Pengaruh Biaya Produksi terhadap Penawaran Agregat di


Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 23(1), 1-11.
Ginting, R. A. (2018). Pengaruh kebijakan fiskal terhadap permintaan dan
penawaran agregat di Indonesia. Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis, 23(2),
63-73
Jhingan, M.L. (2018). Makroekonomi: Teori, Kebijakan, dan Aplikasi. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Kuncoro, M. (2015). Ekonomi Industri: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Mankiw, N. G., & Taylor, M. P. (2014). Ekonomi makro: Edisi ketujuh. Jakarta:
Salemba Empat.
Manurung, A. H. (2018). Teori makroekonomi: Kajian dalam perspektif
Indonesia. Jakarta: Prenadamedia Group.
Mubyarto dan Sugeng. 2016. Ekonomi Makro. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Musnadi, A. S. (2019). Kajian kritis teori klasik dan teori Keynesian dalam
perspektif perekonomian Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 22(1), 1-
14.
Prayogo, D., & Lestari, W. A. (2019). Analisis Penawaran Agregat: Pendekatan
Teori Klasik dan Keynesian. Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, 23(2), 157-
165.
Siregar, H. (2018). Teori Ekonomi Makro: Teori Keynesian, Klasik, dan Moneter.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Susanto, B., & Mulyadi, R. (2020). Analisis Penawaran Agregat: Pendekatan
Teori Klasik dan Keynes. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik, 11(2),
291-300.
Widodo, T. (2016). Dinamika ekonomi Indonesia: Analisis permintaan dan
penawaran agregat. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

14
15

You might also like