Produksi kopi di indonesia meningkat mulai dari tahun 1982-2017.
Menurut Sani et al., (2021) peningkatan tertinggi pada periode tersbut terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 691.163 ribu ton, meningkat dari tahun sebelumnya yaitu mencapai 638.646 ribu ton kopi berasan pada tahun 2011. Permintaan kopi untuk di konsumsi di Indonesia selama kurun waktu 35 tahun (1982-2017) mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, namun cenderung mengalami peningkatan konsumsi kopi. Peningkatan konsumsi kopi tertinggi pada periode tersebut terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar 292 ribu ton per tahun, meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 185 ribu ton pada tahun 2000 (BPS 2017) Berdasarkan laporan Statistik Indonesia, jumlah produksi kopi Indonesia mencapai 774,60 ribu ton pada 2021. Jumlah itu meningkat sekitar 1,62% dari tahun sebelumnya yang sebanyak 762,20 ribu ton. Selama lima tahun terakhir, jumlah produksi kopi di Indonesia yang tertinggi yakni pada 2021. Sementara itu, produksi kopi terendah yakni pada 2017 sebanyak 716,10 ribu ton (BPS, 2021). Meningkatnya konsumen kopi di indonesia dikarenakan gaya hidup masyarakat yang cenderung mengkonsumsi kopi dalam kehidupan sehari-hari, yang membuat harga kopi semakin meningkat. Menurut Sani et al., (2021) Peningkatan harga kopi tertinggi pada periode tersebut terjadi pada tahun 1994 yaitu sebesar Rp. 38.000 ribu per kilogram, meningkat dari tahun sebelumnya yaitu Rp.6.000 ribu per kilogram pada tahun 1993. Analisis ekonomi menggunakan data biaya dari penelusuran pustaka, dan survei lapangan. Analisis fisik dilihat dari proses dan hasil jadi sedangkan analisis ekonomi akan menghitung biaya pokok, biaya produksi, harga pokok produksi, NPV (Net Present Value) dengan syarat NPV > 0, BCR (Benefit Cost Ratio) dengan syarat BCR > 1.
Tabel 1. Hasil kualitas fisik penyangraian
Karakter Fisik Sebelum Disangrai Setelah Disangrai Warna Hijau muda Coklat Aroma Tidak ada Ada Kontaminasi asap Tidak ada Tidak ada
Tabel 2. Analisis ekonomi
Komponen Biaya Biaya (Rp/bulan) BT (Biaya Tetap) Susut peralatan 200.000 Sewa tempat 125.000 Perawatan 100.000 Angsuran 310.000 Bahan bakar 92.000 Kemasan 160.000 BV (Biaya Variabel) Upah pegawai 500.000 Listrik 170.000
Tabel 3. Perhitungan kelayakan ekonomi
Parameter Hasil analisis Keterangan BP Rp. 1.657.000 Per bulan HPP Rp. 5.218 Harga penyewaan NPV Rp. 317.000 Layak BCR 1,47 Layak Berdasarkan hasil dari analisis yang telah dilakukan yaitu tentang kualitas hasil sangrai biji kopi yang tersaji pada tabel 1, dapat dikatakan bahwa hasilnya sangat baik karena dari segi warna setelah disangrai yaitu warna hitam, sudah sangat sesuai dengan standar biji kopi yang akan diperjual belikan. Proses sangrai ini menjadi sangat penting untuk dilakukan karena akan menentukan kualitas biji kopi yang akan di jual ke masyarakat. Menurut Winjaya (2017). Penyangraian biji kopi merupakan proses pembentukan rasa dan aroma pada minuman kopi sehingga menjadi salah satu penciri kopi specialty. Kemudian dari segi aroma ketika sebelum dan sesudah disangrai terdapat perbedaan, ketika disangrai aroma biji kopi menjadi lebih pekat. Hal ini menandakan bahwa mesin yang digunakan efektif untuk menghasilkan biji kopi yang siap untuk diperjual belikan. Menurut Angelina et al, (2019) biji kopi yang mempunyai aroma pekat ini disebabkan karena adanya proses griding pengecilan ukuran kopi. Kemudian tidak terdapat kontaminasi asap ketika dilakukan sangrai juga menandakan bahwa mesin yang digunakan sangat baik kondisinya. Selanjutnya pada tabel 2 yang membahas tentang analisis ekonomi, terdapat 2 komponen penting yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Kedua komponen ini akan menentukan hasil dari analisis kelayakan ekonominya. 1kg/proses dengan asumsi 20 hari kerja dengan 4 jam/hari. Satu kali produksi mesin membutuhkan 15 menit. Total dari komponen BT (biaya tetap) yaitu Rp. 987.000. Sedangkan untuk komponen BV (biaya variabel) yaitu Rp. 670.000. komponen BT ini terdiri dari keperluan yang dibutuhkan untuk operasional dan juga perawatan mesin. Sedangkan komponen BT ini terdiri dari konsumsi energi listrik dan upah operator per bulan rata-rata karena tidak konstan. BP adalah hasil penjumalahan antara BT dengan BV sehingga menghasilkan BP per bulan adalah Rp. 1.657.000. Nilai HPP dihitung dengan Biaya produksi dibagi dengan kapasitas produksi sehingga hasil yang diperoleh yaitu Rp. 5.218. nilai tersebut dijadikan patokan harga penyewaan, namun harga yang diberikan adalah Rp. 6.000 per/Kg. Kemudian pada tabel 3, yang membahas tentang analisis kelayakan ekonomi. Analisis kelayakan ekonomi merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui apakah biaya ekonomi yang dilakukan untuk produksi layak atau tidak. Kelayakan ekonomi ditentukan oleh Analisis kelayakan ekonomi dilihat dari salah satunya yaitu NPV. Proses penyangraian dilihat dari nilai NPV dinyatakan layak karena NPV penyangraian bernilai positif yaitu sebesar Rp 317.000 Sehingga memenuhi kelayakan ekonomi NPV ≥ 0. Nilai NPV yang bernilai positif disebabkan BEP yang tercapai pada tahun pertama. Kondisi tersebut menyebabkan nilai pendapatan sekarang lebih besar dari nilai pengeluaran sekarang selama lima tahun masa pakai mesin sehingga nilai NPV bernilai positif. Sebelum itu analisis BP (Harga Produksi) dan HPP (Harga Pokok Produksi) juga perlu dilakukan. BP diperoleh dari total BV (Biaya Variabel) dengan BT (biaya Tetap). Kedua komponen ini akan menentukan kelayakan ekonomi. DAFTAR PUSTAKA Winjaya, F. (2017). Rancang bangun mesin pemanggang biji kopi berbasis image processing dan akustik. (Thesis, Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Elektro, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya). Angelina Batubara, Asep Yusuf, dan Asri Widyasanti. 2019. Uji Kinerja dan Analisis Ekonomi Mesin Roasting Kopi (Studi Kasus di Taman Teknologi Pertanian Cikajang-Garut). Jurnal TEKNOTAN. Vol 13(1). Sani, P. D., Ustriyana, I. N. G., & Wijayanti, P. U. 2021. Pengaruh Tingkat Produksi, Konsumsi, dan Harga Kopi terhadap Impor Kopi di Indonesia. Jurnal Agribisnis dan Agrowisata. Vol. 10(1): 375-383 Badan Pusat Statistik. 2017. Konsumsi Kopi di Indonesia 2017. www.bps.go.id. Diakses pada 15 Desember 2022, pukul 13.20. Badan Pusat Statistik. 2021. Konsumsi Kopi di Indonesia 2017. www.bps.go.id. Diakses pada 15 Desember 2022, pukul 13.25.