Professional Documents
Culture Documents
Stunting
Stunting
Disusun oleh:
Nama :
NPP :
Kelas :
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
Latar Belakang.........................................................................................1
Rumusan Masalah...................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................8
Kesimpulan..............................................................................................39
Saran.......................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengkajian kebijakan publik, tentunya akan menyasar pada
beberapa aspek penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
baik dari segi sosial, ekonomi, budaya kesehatan dan lain sebagainya.
Pada dasarnya, kebijakan publik telah didefinisikan oleh para ahli
dengan melihat konteks penerapannya dalam penciptaan sebuah
regulasi yang berkaitan dengan kepentingan umum. Menurut David
Easton sebagaimana dikutip Leo Agustino (2009: 19) memberikan
definisi kebijakan publik sebagai “The autorative allocation of values for
the whole society”. Selain itu Thomas R Dye sebagaimana dikutip Islamy
(2009: 19) mendefinisikan kebijakan publik sebagai “Is whatever
government choose to do or not to do” (apapun yang dipilih pemerintah
untuk dilakukan atau untuk tidak dilakukan). Berdasarkan pada definisi
tersebut terakumulasi dalam sebuah kesimpulan bahwa kebijakan publik
adalah serangkaian tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh
pemerintah yang berorientasi pada tujuan tertentu guna memecahkan
masalah-masalah publik atau demi kepentingan publik. Kebijakan untuk
melakukan sesuatu biasanya tertuang dalam ketentuan- ketentuan atau
peraturan perundang-undangan yang dibuat pemerintah sehingga
memiliki sifat yang mengikat dan memaksa.
Secara teoritis dapat dipahami bahwa kebijakan publik memiliki
koherensi yang sangat kompleks, sehingga menuntut adanya standar
yang baku dalam mengukur tentang layak atau tidaknya sebuah
kebijakan publik itu dilahirkan. Sehubungan dengan hal tersebut,
Suharno (2010: 31) memberikan standarisasi kebijakan publik yang
harus memperhatikan beberapa variable antara lain tujuan yang ingin
dicapai dari kebijakan tersebut, preferensi nilai apa yang perlu
dipertimbangkan, sumber daya yang mendukung kebijakan, kemampuan
faktor yang mendukung kebijakan, kemampuan aktor yang terlibat dalam
pembuatan kebijakan, lingkungan yang mencakup lingkungan sosial,
ekonomi, politik dll, dan strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan variabel-variabel tersebut, jika dihubungkan dengan
konteks kebijakan pemerintahan saat ini dalam bidang kesehatan,
Indonesia memfokuskan kebijakan pada permasalah stunting. Indonesia
dalam catatan Kementrian Kesehatan berdasarkan pada Riset
Kesehatan Dasar (Riskesda) Indonesia masuk dalam lima besar sebagai
negara dengan status gizi balita yang menderita stunting dengan angka
30.8 % di tahun 2018 yang mengalami penurunan dibandingkan pada
tahun 2013 yang berkisar di angka 37,2 %. Berkaitan dengan hal ini,
pemerintah melalui regulasi telah menjadikan stunting sebagai sebuah
prioritas dalam pengentasannya di masyarakat. Hal ini memang menjadi
penting karena implikasi dari adanya stunting sangat berdampak pada
perkembangan sumber daya manusia Indonesia sehingga harus
diperhatikan sejak dilahirkan.
Pemerintah mengeluarkan kebijakan Peraturan Presiden No. 42
tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
(GERNAS PPG) yang termaktub dalam RPJMN 2015-2019. Lahirnya
regulasi tersebut memperhatikan berbagai aspek dalam penuntasan
stunting di Indonesia. Kebijakan ini kemudian menjadi ultimatum untuk
desa-desa melalui Permenkeu 61/PMK.07/2019, dana desa untuk
mendukung pelaksanaan kegiatan intervensi pencegahan stunting
terintegrasi. Berkaitan dengan hal tersebut setiap desa harus
mengalokasikan dana untuk perbaikan stunting di desa. Sehubungan
dengan tindakan pelaksanaan teknis di desa, peneliti mengambil studi
kasus di Desa Donowari, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang
untuk mengetahui serapan dana yang diatur berdasarkan regulasi di atas
dalam menuntaskan permasalahan stunting
Hal ini menjadi penting sebagai bentuk upaya dalam melihat
korelasi dan implementasi kebijkan publik tentang stunting dari desa.
Tentunya berdasarkan fakta yang ditemukan bahwa dana desa yang
diperuntukkan untuk penanganan stunting di Desa Donowarih masih
terlampau sedikit walaupun intensitas kasus yang terjadi relative kecil.
Namun menjadi catatan bahwa instruksi pemerintah pusat mewajibkan
adanya penanganan tindak lanjut sehingga tidak stagnan pada
penanganan saja melainkan juga pada pencegahan. Dengan demikian
melalui penelitian ini, peneliti memfokuskan pada aspek relevansi
kebijakan publik dan fakta penerapannya di lapangan guna memberikan
solusi efektif tentang pemanfaatan dana desa yang seharusnya lebih
banyak untuk penanganan stunting
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berikut dapat ditarik dari latar belakang
sebelumnya:
1.Bagaimana upaya yang ditempuh oleh Pememerintah Desa Donowarih
dalam melakukan pencegahan stunting pada warganya?
PEMBAHASAN
b. Situasi Nasional
Berdasarkan sumber yang sama menunjukkan bahwa kasus stunting
(pendek) merupakan masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia.
Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG)4 selama tiga tahun terakhir
memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti
gizi kurang, kurus, dan gemuk. Prevalensi balita pendek mengalami
peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6% pada tahun 2017.
Berdasarkan data tersebut, pemerintah menggagas sebuah kebijakan
percepatan penanganan stunting dengan beberapa produk kebijakan antara
lain dengan pemerintah 1.000 desa prioritas intervensi stunting yang berada di
100 kabupaten/kota dan 34 provinsi. Penetapan 100 kabupaten/kota prioritas
ditentukan dengan melihat indikator jumlah balita stunting (Riskesdas 2013),
prevalensi stunting (Riskesdas 2013), dan tingkat kemiskinan (Susenas 2013)
hingga terpilih minimal satu kabupaten/kota dari seluruh provinsi. Sedangkan
untuk pemilihan desa, ditentukan dengan melihat jumlah penduduk desa (data
BPS dan Kemendagri tahun 2015), jumlah penduduk miskin desa (basis data
terpadu BPS/TNP2K), tingkat kemiskinan desa (hasil perhitungan tingkat
kemiskinan tahun 2014), dan penderita gizi buruk di desa selama 3 tahun
terakhir. Dari perhitungan ini dipilih 10 desa di setiap kabupaten/ kota kecuali
Kepulauan Seribu (diambil seluruh desa yaitu 6 desa) dan sisa 4 desa
dialokasikan ke Kabupaten Timor Tengah Selatan, Alor, Lembata, dan
Tambrauw. masing-masing 1 desa.
b. APBD Kesehatan
Pemerintah Kabupaten Malang menganggarkan 624,9 Miliar dalam
APBD tahun 2020 untuk Kesehatan. Pentingnya pembangunan SDM itulah
makanya tak heran bila anggaran bidang kesehatan kali ini menjadi lebih besar
dari anggaran sebelumnya. Pemerintah kabubaten Malang memang
memfokuskan anggaran ke beberapa bidang salah satunya adalah bidang
kesehatan. Pembiayaan Bidang Kesehatan di Kabupaten Malang dikelola oleh
tiga instansi kesehatan, yang meliputi Dinas Kesehatan, RSUD Kanjuruhan
dan RSUD Lawang. Proporsi pembiayaan bidang kesehatan paling besar pada
tiga tahun anggaran adalah yang dikelola oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Malang. Besar anggaran pembiayaan kesehatan yang dikelola oleh Dinas
Kesehatan bersumber APBD Kabupaten Maang, karena anggaran puskesmas
dan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dengan anggaran kesehatan kantor
dinas masih bersatu serta cakupan luas kegiatan yang dilaksanakan Dinas
Kesehatan.
a. APBDes Donowarih
Desa Donowarih mempunyai APBDes sebasar 1,8 Miliar rupiah. Alokasi
anggaran terbesar di Desa Donowarih adalah untuk pembangunan Desa.
Berkaitan dengan kesehatan, Desa Donowarih mengalokasikan sekitar 25%
untuk bidang kesehatan. Pemerintah Desa Donowarih baru akan
mengganggarkan dana khusus stunting pada APBDes selanjutnya. Adapun
alokasi dana kesehatan desa sebagai berikut:
1. Air Bersih Berskala Desa.
2. Sanitasi Lingkungan.
3. Bantuan Insentif Kader Kesehatan / UKBM.
4. Transport Kader Kesehatan.
5. Perawatan dan/atau Pendampingan Ibu Hamil, Nifas, dan Menyusui.
6. Pemantauan pertumbuhan dan penyediaan makanan
tambahan/sehat untuk peningkatan gizi bayi, balita dan
anak sekolah.
7. Pengadaan, Pembangunan, Pengembangan, Pemeliharaan,
Pengelolaan dan Pembinaan UKBM (Poskedes/Polindes, Posbindu,
Posyandu, dan pos kesehatan lainnya).
8. Penyelenggaraan dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Promosi
Kesehatan dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).
9. Kampanye dan Promosi Hidup Sehat (Peningkatan PHBS) guna
mencegah Penyakit Menular Seksual HIV/AIDS, Tuberkulosis,
Hipertensi, Diabetes Mellitus dan Gangguan Jiwa.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkanpadateorianalisiskebijakan yang menjadi patokan dasar dalam
mengkaji tentang kebijakan pencegahan stunting di Desa Donowarih, maka
ditemukan beberapa hal antara lain, dari segi kebijakan, anggaran,
kesehatan dan sumber daya manusia. Keempat faktor tersebut merupakan
akumulasi dari rencana pemerintah desa yang merancang untuk dibuatkan
kebijakan tentang penanganan stunting di Desa Donowarih. Kesimpulan
yang didapat bahwa masih terdapat kendala yang dihadapi oleh
pemerintahan desa dalam mengimplementasikan kebijakan stunting.
Artinya bahwa dari segi kendala dana dan sumber daya manusia menjadi
unsur terpenting yang sampai pada saat ini masih menjadi penghambat
utama dalam pelaksanaan kebijakan penanganan stunting ini. Rancangan
yang ditawarkan oleh pemerintahan desa dalam upaya pencegahan
stunting dimulai dengan program tertib posyandu. Selain itu pemerintahan
desa juga menggagas untuk dibuatkannya pelatihan kader- kader yang
akan memenbantu bidan desa dalam mengatasi stunting yang ada di Desa
Donowarih, dan juga pemberian asupan gizi tambahan bagi ibu yang masih
dalam tahap hamil dan menyusui serta bayinya
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan para pembaca dapat
mengetahui dan memahami mengenai kebijakan publik tentang
penanganan stunting yang kita ketahui hal yang berbahaya serta
merugikan diri sendiri dan orang lain.
REFERENSI
Afiska Prima Dewi, Sugeng Eko Irianto, Ferizal Masra. (2018). Analisis
Faktor Resiko Stunting Balita Usia 1-2 Tahun di Pemukiman Kumuh
Berat (Studi Kasus di Kota Bandar Lampung). Journal Gizi Aisyah, 70-
86. Retrieved from http://journal.
aisyahuniversity.ac.id/index.php/JGA/
article/view/AfiskaDew/AfiskaDew
Atmarita, Yuni Zahraini, Akim Dharmawan. (2018). Situasi Balita Pendek
(Stunting) di Indonesia. Jakarta: Buletin Jendela Data dan Informasi
Kesehatan. Retrieved from https://www.kemkes.go.id/download.
php?file=download/pusdatin/buletin/ Buletin-Stunting-2018.pdf
Dahlan Tampubolon. (2020). KEBIJAKAN INTERVENSI PENANGANAN
STUNTING
TERINTEGRASI. Jurnal Kebijakan Publik, 01-58. Retrieved from
https://jkp. ejournal.unri.ac.id/index.php/JKP/article/ view/7886/6787
Doddy Izwardy. (2017). Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2016.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Retrieved from
http://www.kesmas.kemkes.go.id/assets/
upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Buku- Saku-Hasil-PSG-
2016_842.pdf
Eko Setiawan, Rizanda Machmud, Masrul. (2018). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 24-59 Bulan
di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota
Padang Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Andalas, 275-
284. Retrieved from http://jurnal.fk.unand.
ac.id/index.php/jka/article/view/813/669
Iman Surya Pratama, Siti Rahmatul Aini, Baiq Fitria Maharani. (2019).
Implementasi Gasing (Gerakan Anti Stunting) Melalui Phbs Dan
Pemeriksaan Cacing. JURNAL PENDIDIKAN DAN PENGABDIAN
MASYARAKAT, 80-83. Retrieved from
https://jurnalfkip.unram.ac.id/index.php/ JPPM/article/view/1019/814
Khoirun Ni’mah, Siti Rahayu Nadhiroh. (2016). FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA.
Media
Gizi Indonesia, 13-19. Retrieved from
http://e-journal.unair.ac.id/MGI/article/ download/3117/2264
Masrul. (2019). Gambaran Pola Asuh Psikososial Anak Stunting dan Anak
Normal di Wilayah Lokus Stunting Kabupaten Pasaman dan Pasaman
Barat Sumatera Barat. Jurnal Kesehatan Andalas, 112-116. Retrieved from
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index. php/jka/article/view/978/854
Merri Syafrina, Masrul, Firdawati. (2018). Analisis Komitmen Pemerintah
Kabupaten Padang Pariaman dalam Mengatasi Masalah Stunting
Berdasarkan Nutrition Commitment Index 2018. Jurnal Kesehatan Andalas,
233-244. Retrieved from http:// jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/
article/view/997/873
Mohammad Teja. (2019). Stunting Balita Indonesia dan
Penanggulangannya. Jurnal Kajian Singkat Terhadap Isu Aktual dan
Strategis XI, 13-18. Retrieved from http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_
singkat/Info%20Singkat-XI-22-II-P3DI- November-2019-242.pdf
Nina Fentiana, Daniel Ginting, Zuhairiah. (2019). Ketahanan Pangan Rumah
Tangga Balita 0-59 Bulan Di Desa Priortas Stunting. JURNAL
KESEHATAN, 24-29. Retrieved from http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.
php/kesehatan/article/view/7847/6452
Nisa, Latifa Suhada. (2018). Kebijakan Penanggulangan Stunting di Indonesia.
Jurnal Kebijakan Pembangunan, 173-179. Retrieved from
https://jkpjournal.com/ index.php/menu/article/view/78/44
Rahayu, A. W. (2018). Maternal Factors and Their Effects on Stunting in
Indonesia. Atlantis Perss, 131-139. Retrieved from
https://download.atlantis-press.com/ article/125922538.pdf
Rini Archda Saputri. (2019). UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM
PENANGGULANGAN STUNTING DI PROVINSI KEPULAUAN
BANGKA BELITUNG. Jurnal Dinamika Pemerintahan, 152-168.
Retrieved from http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jdp/
article/view/947/621
Rini Archda Saputri, Rini Archda Saputri. (2019). HULU-HILIR
PENANGGULANGAN STUNTING DI INDONESIA. JPI: Jurnal
of Political Issues, 2-9. Retrieved from
h t t p s : / / m e d i a . n e l i t i . c o m / m e d i a / pu b li cati o ns /2 8 6 7 4 7 -h
ul u -h i li r - penanggulangan-stunting-di-in-beb0ec40. pdf
Riski Kurnia Ilahi. (2017). Hubungan Pendapatan keluarga, Berat Lahir, dan
Panjang Lahir Dengan Kejadian Stunting Balita 24-59 Bulan di Bangkalan.
Jurnal Manajemen Kesehatan, 01-14. Retrieved from https://media.
neliti.com/media/publications/258449- hubungan-pendapatan-keluarga-
berat- lahir-669eb155.pdf
Satriawan, ELan. (2018). Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting
2018- 2024. Jakarta: Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K). Retrieved from http://www.tnp2k.go.id/
filemanager/files/Rakornis%202018/ Sesi% 201 _ 01 _Rakor
StuntingTNP2 K_ Stranas_22Nov2018.pdf
Umar, Tri Haryanto. (2019). Kondisi Sosial Ekonomi Rumah Tangga dan
Masalah Stunting Balita di Indonesia. Media Trend, 41-48. Retrieved from
https://journal. trunojoyo.ac.id/mediatrend/article/ view/4736/3462
WHO. (2017). Stunted Growth and Development. Ganeva: who.int. Retrieved
from https:// www.who.int/nutrition/childhood_
stunting_framework_leaflet_en.pdf?ua=1
Wulandari, M. (2019). Analisis Pengaruh Determinan Sosial, Kesehatan,
Lingkungan dan Ketahanan Pangan Terhadap Kejadian Balita Stunting
Menggunakan Metode Rtuctural Equation Modeling (SEM). Bandar
Lampung: digilib.unila. Retrieved from http://digilib.unila.ac.id/60302/18/ T
E S I S % 2 0 T A N P A % 2 0 B A B % 2 0 PEMBAHASAN.pdf