You are on page 1of 17

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN SCABIES

Disusun Oleh :
1. Alvina Suci Aulia Putri (2111007)
2. Anggraeni Ayu Saputri (2111008)
3. Ulia Rahma Dini (2111026)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PATRIA HUSADA BLITAR

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul
Asuhan Keperawatan Scabies.

Penulis menyadari, bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh dari kata
sempurna, baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, saya
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI...............................................................................................................3
2.1 Anatomi Fisiologi.........................................................................................................3
2.2 Pengertian.....................................................................................................................5
2.3 Etiologi..........................................................................................................................6
2.4 Manifestasi Klinis.........................................................................................................8
2.5 Patofisiologi..................................................................................................................9
2.6 Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan................................................................9
BAB III.................................................................................................................................10
ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................................................10
3.1 Pengkajian Keperawatan..............................................................................................10
3.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................................11
3.3 Rencana Keperawatan...............................................................................................11
3.4 Evaluasi Keperawatan...............................................................................................11
BAB IV..................................................................................................................................12
PENUTUP............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................13

2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Parasit adalah organisme yang hidup dari makhluk hidup lainnya. Manusia
adalah tuan rumah bagi banyak parasit, yang dapat hidup di dalam tubuh atau
pada kulit. Parasite ini menggunakan tubuh manusia untuk mendapatkan
makanan dan untuk mereproduksi, dan dalam tawar-menawar menyebabkan
masalah kesehatan manusia yang terinfeksi. Parasite terdapat diseluruh dunia dan
banyak orang menderita infeksi parasit kulit. Sebagai contoh, sekitar 6 untuk 12
juta orang di seluruh dunia mendapatkan kutu setiap tahun dan di amerika
serikat. Banyak penyakit kulit yang disebabkan oleh parasite contohnya yaitu
scabies.

Scabies adalah penyakit pada kulit yang disebabkan oleh kuman sarcotes
scabies yaitu seperti tungau yang memparasitkan diri pada kulit manusia yang
mengakibatkan rasa gatal pada kulit dan menimbulkan papul, vesikel bahkan
menyebabkan ulkus dan erosi pada kulit. Insidensnya di Indonesia masih cukup
tinggi, terendah di Sulawesi utara dan tertinggi di jawa barat. Amiruddin dkk,
dam penelitian scabies di rumah sakit Dr. Soetomo Suabaya, menunjukkan
inidens penderita scabies selama 2008-2010 adalah 2,7%. Abu A dalam
penelitiannya di RSU Dadi Ujung padang mendapatkan insidens scabies 0,6%
pada tahun 1995-1998.

Perawat merupakan bagian dari tim kesehatan yang memiliki lebih banyak
kesempatan untuk melakukan intervensi kepada pasien, sehingga fungsi dan
peran perawat dapat dimaksimalkan dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap penderita seperti memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan

3
kesehatan fisik, perawat juga dapat melakukan pendekatan spiritual, psikologis
dan mengaplikasikan fungsi edukatornya dengan memberikan penyuluhan
kesehatan terhadap penderita sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
pengetahuan penderita dan keluarha yang nantinya diharapkan dapat
meminimalisir resiko maupun komlikasi yang mungkin muncul dari scabies
tersebut.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami konsep dasar penyakit dan asuhan


keperawatan pada pasien dengan scabies

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penulisan makalah ini, yaitu:

1. Menjelaskan anatomi fisiologi kulit


2. Menjelaskan pengertian scabies
3. Menjelaskan etiologi scabies
4. Menjelaskan manifestasi klinis scabies
5. Menjelaskan patofisiologi scabies
6. Menjelaskan penatalaksanaan medis dan keperawatan scabies
7. Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan scabies

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi Fisiologi


Kulit
1. Epidermis (kurtikula) epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit, yang
memiliki struktur tipis dengan ketebalan sekitar 0.07 mm terdiri atas
beberapa lapisan, antara lain seperti berikut:
a. Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk. Letak lapisan
ini berada paling luar dan merupakan kulit mati. Jaringan epidermis ini
disusun oleh 50 lapisan sel-sel mati, dan akan mengalami
pengelupasan secara perlahan-lahan, digantikan dengan sel telur yang
baru.
b. Stratum lusidum, yang berfungsi melakukan “pengecatan” terhadap
kulit dan rambut, semakin banyak melamin yang dihasilkan dari sel-
sel ini, maka warna kulit akan menjadi semakin gelap. Jika dikaitkan
dengan hal ini apa yang terjadi pada kulit dari kedua suku tersebut?
Selain memberikan warna pada kulit, melanin juga berfungsi untuk
melindungi sel-sel kulit dari sinar ultraviolet matahari yang dapat
membahayakan kulit. Walaupun sebenarnya dalam jumlah yang tepat
sinar ultraviolet ini bermanfaat untuk mengubah lemak tertentu di
kulitmenjadi vit.D, tetapi dalam jumlah yang berlebihan sangat
berbahaya bagi kulit, kadang-kadang seorang menghindari sinar
metahari disiang hari yang terik, karena ingin menghindari sinar
ultraviolet ini. Hal ini disebabkan karena sianr ultraviolet ini dapat

5
membuat kulit semakin hitam. Berdasarkan riset, sinar ultraviolet
dapat merangsang pembentukan melanosit menjadi lebih banyak
tujuan pelindungan terhadap kulit. Sedangkan jika kita lihat seseorang
mempunyai kulit kuning langsat, ini disebabkan orang tersebut
memiliki pigmen karoten.
c. Stratum granulosum, yang menghasilkan pigmen warna kulit, yang
disebut melamin.lapisan ini teridiri atas sel-selhidup dan terletak pada
bagian paling bawah dari jaringan epidermis.
d. Stratum germinavitum, sering dikatan sebagai sel hidup karena
lapisan ini merupakan lapisan yang aktif membelah. Sel-selnya
membelah ke arahluar untuk membentuk sel – sel kulit terluar, sel-sel
yang baru termasuk akan mendorong sel-sel yang ada diatasnya
selanjutnyasel ini juga akan didorong dari bawah oleh sel yang lebih
baru lagi. Pada saat yang sama sel-sel lapisan paling luar mengelupas
dan gugur.
2. Jaringan dermis memiliki struktur yang lebih rumit darpada epidermis,
yang terdiri atas banyak lapisan. Jaringan ini lebih tebal daripada
epidermis yaitu sekitar 2,5 mm. dermis dibentuk oleh serabut-serabut
khusus yang membuatnya lentur, yang terdiri atas kolagen, yaitu suatu
jenis protein yang membentuk sekitar 30% dari protein tubuh. Kolagen
akan berangsur-angsur berkurang seiring dengan bertambahnya usia.
Itulah sebabnya seorang yang sudah tua tekstur kulitnya kasar dan keriput.
Lapisan dermis terletak dibawahlapisan epidermis. Lapisan dermis terdiri
atas bagian-bagian berikut.
a. Akar Rambut
Disekitar akar arambut terdapat otot polos penegak rambut (Musculus
arektor pili), dan ujung saraf indera perasa nyeri. Udaradingin akan
membuat otot-otot ini berkontraksi dan mengakibatkan rambut akan
berdiri. Adanya saraf-saraf perasa mengakibatkan rasa nyeri apabila
rambut dicabut.

6
b. Pembuluh Darah
Pembuluh darah banyak terdapat disekitar akar rambut. Melalui
pembuluh darah ini akar-akar rambut mendapatkan makanan, sehingga
rambut dapat tumbuh.
c. Kelnjar Minyak (glandula sebasea)
Kelenjar minyak terdapat di sekitar akar rambut. Adanya kelenjar
minyak ini dapat menjaga agar rambut tidak kering.
d. Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)
Kelenjar keringat dapat menghasilkan keringat. Kelenjar keringat
berbentuk botol dan bermuara didalam folikel rambut. Bagian tubuh
yang benyak terdapat kelenjar keringat adalah bagian kepala, muka,
sekitar hidung, dan lain-lain. Kelenjar keringat tidat terdapat dalam
kulit tapak tangan dan telapak kaki.
e. Serabut Saraf
Pada lapisan dermis terdapat putting peraba merupakan ujung akhir
saraf sensoris. Ujung-ujung saraf tersebut merupakan indera perasa
panas, nyeri, dan sebagainya.
Jaringan dermis juga dapat menghasilkat feromon, yaitu zat yang
memiliki bau khas pada seorang wanita maupun laki-laki. Feromon ini
dapat memikat lawan jenis dermis (kulit jangat) .
2.2 Pengertian
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan
sensitisasi (kepekaan) terhadap Sarcoptes scabies var Humini.s (Adhi
Djuanda, 2007)
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang
mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau
sebaliknya. Penyebabnya scabies adalah sarcoptes scabiei (Isa Ma’rufi
Soedjajadi K, Hari B N, 2005)
scabies adalah penyakit zoomosis yang menyerang kulit, mudah menular
dari manusia ke manusia, dai hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat

7
mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia yang disebabkan ileh
tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabiei (Buchart,1997)
jadi menurut kelompok scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
infeksi kuman parasitic (Sarcoptes scabiei) yang mudah menular manusia ke
amanusia atau sebalikny, dapat mengenai semua ras dan golongan yang da
dimuka bumi ini. Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
infestisasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian horminis dan
produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig, budukan,
dan gatal agogo. Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu
tuma gatal Sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit statum
korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok
sepanjang 0,6 samapai 1,2 cm.
2.3 Etiologi
Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei. Secara
morfologik sarcoptes scabei merupakan tangau kecil berbentuk oval
punggungnya cembung dan bagian peruntnya rata berwarna putih kotor tidak
memiliki mata. Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulit stratum
corneum dan lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan kulit. Didalam
terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat telur
tersebut menetas menjadi hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat terowongan
yang digali Sarcoptes betina dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit
itu, penderita mengalami rasa gatal. (keperawatan medical bedah, 2002).
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, super famili
Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes schici var. hominis. Kecuali itu
terdapat S Scabiel yang lain, misalnya kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya
cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna puith
kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450
mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240
mikron x 150-200 mikron Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki. 2 pasang

8
kaki di depan sebagai alat untuk melekat, dan 2 pasang kaki kedua pada betina
berakhir dengan rambut, sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir
dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. Siklus hidup tungau
ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi diatas kulit,
yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam
terowongan yang digali oleh betina. Tungau betina yang telah dibuahi
menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 mm
sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai
jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan
lamanya Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi
larva yang mempunyai 3 pasang kaki Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi
nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki.
Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan
waktu antara 8-12 hari.
Faktor resiko dari skabies ini adalah :
1. Skabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk
seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi
infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang
ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di muka.
2. Skabies yang ditularkan oleh hewan
Sarcoptes scabiei varian canis dapat menyerang manusia yang
pekerjaanya berhubungan erat dengan hewan tersebut. Misalnya
peternak dan gembala. Gejalanya ringan, rasa gatal kurang, tidak
timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat-tempat kontak.
Dan akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi
bersih-bersih.
3. Skabies inkognito

9
Obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan
tanda skabies, sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya, pengobatan
dengan steroid toikal yang lama dapat menyebabkan lesi bertambah
hebat. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan respon imun
seluler.
4. Skabies terbaring di tempat tidur (hed ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus
tinggal di tempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
Cara penularan (transmisi):
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan,
tidur bersama dan hubungan seksual.
2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,
bantal, dan lain- lain
Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi
atai kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var,
animalis yang kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada
mereka yang banyak memelihara binatang peliharaan misalnya anjing.
2.4 Manifestasi Klinis
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardial berikut ini
1. Pruritus (gatal pada malam han) karena aktivitas tungau lebih tinggi
pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam
sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,
sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang tungau tersebut.
3. Kunikulus (adanya terowongan) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau
vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit menjadi polimorfi
(pustula, ekskoriasi, dll). Tempat predileksi biasanya daerah dengan

10
stratum korneum tipis, yaitu sela-sela jari tangan, poregelangan tangan
bagian volar, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, areola
mammae (wanita) dan lipatan glutes, umbilikus, bokong, genitalin
eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang
telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada
remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah
4. Terdapat agen parasitik satu atau lebih stadium hidup agen parasitik ini
merupakan hal yang paling diagnostik.
Pada pasien yang menjaga hygiene, lest yang timbul hanya sedikit
sehingga diagnosis kadangkala sangat sulit ditegakkan. Jika penyakit
berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi. impetigo, da furunkulosis.
2.5 Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan
tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau
bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi
timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan leh sensitisasi
terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan
setelah infestasi. Pada saat it kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemuannya papul, vesikel. dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi,
ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder Kelainan kulit dan gatal yang terjadi
dapat lebih luas dari lokasi tungau
2.6 Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan
Pencegahan skabies dapat dilakukan dengan berbagai cara:
1. Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara direbus,
handuk, seprai maupun baju penderita skabies, kemudian menjemurnya
hingga kering.
2. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama
3. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk
memutuskan rantai penularan.

11
4 Mandi dengan air hangat dan sabun untuk menghilangkan sisa-sisa kulit
yang mengelupas dan kemudian kulit

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan


1. Kulit
Pengkajian terhadap masalah kebersihan kulit meliputi penilaian tentang
keadaan kulit, misalnya warna kulit untuk mengetahui adanya pig mentasi kulit.
Warna kulit yang tidak normal dapat disebabkan oleh melanin pada kulit: warna
coklat dapat menunjukkan adanya penyakit Addison atau tumor hipofisis,
warna biru kemerahan dapat menunjukkan adanya polisitemia, warna merah
menunjukkan adanya alergi dingin, hipertermia, psikologis, alcohol atau
inflamasi local, warna biru (sianosis) perifer akibat kecemasan kedinginan atau
sentral karena penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen yang
meliputi bibir, mulut, dan badan. Selanjutnya. warna kuning menunjukkan
icterus yang menyertai penyakit hati, hemolisis sel darah merah, obstruksi
saluran empedu/infeksi berat yang dapat dilihat pada selera, membrane mukosa
dan abdomen; apabila terdapat pada telapak tangan, kai, dan muka
menunjukkan dampak atas konsumsi wortel/kentang, apabila pada area kulit
terbuka (bukan pda sklera dan membran mukosa) menunjukkan adanya
penyakit ginjal kronis. Warna pucat (kurang merah muda pada orang kulit
putih) atau warna abu-abu pada kulit hitam menunjukkan adanya sinkop,

12
demam. syok atau anemia. Kekurangan warna secara umum dapat
menunjukkan albinisme.
2. Kelembapan Kulit
Dalam keadaan normal, kulitagak kering dan dalam keadaan patologis
dapat dijumpai kekeringan pada daerah bibir. Kekeringan pada tangan dan
genital dapat menunjukkan adanya dermatitis kontak. Keadaan normal pada
membrab mukosa adalah lembab, dan bila terjadi kekeringan menunjukkan
adanya dehidrasi
3. Tekstur kulit
Penilaian tekstur kulit dapar dilakukan melalui pengamatan dan palpasi,
contoh tekstur abnormal adalah pengelupasan atau sisik pada jari tangan dan
kaki. Perhatikan juga turgor, yaitu kembalmya kulit secara semula tanpa
meninggalkan tanda ketika cubit dalam keadaan normal. Selain itu, perhatikan
juga ada apa tidaknyaedema/lesi (mapula, kapula, nodul, tumor, lesikula, bula,
pustula).
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan kulit rusak
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa gatal
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema
3.3 Rencana Keperawatan
1.resiko infeksi
-monitor tanda gejala infeksi local dan sistemik
-berikan perawatan kulit pada daerah edema
-cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan px
-batasi jumlah pengunjung
-kolaborasi pemberian imunisasi, bila perlu
2.gangguan pola tidur
-identifikasi pola aktifitas dan tidur
-identifikasi factor pengganggu tidur
-identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur

13
-modifikasi lingkungan
-fasilitasi penghilang stress sebelum tidur
3.kerusakan intregitas kulit
-identifikasi penyebab gangguan intregitas kulit
-ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
-anjurkan menggunakan pelembab
-monitor karakteristik luka
-Bersihkan jaringan nekrotik

3.4 Evaluasi Keperawatan


Masalah gangguan rasa nyaman nyeri dikatakan teratasi apabila :
1. nyeri terkontrol
2. gatal mulai hilang
3. puss hilang
4. kulit tidak memerah - kaji TIV

14
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN


Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes
scabei tersebut. kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk
kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1.2 centimeter.
Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema yang
disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina panjangnya
0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua pasang di depan dengan
ujung alat penghisap dan sisanya di belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk
kutu jantan, memiliki ukuran setengah dari betinanya. Dia akan mati setelah kawin.
Bila kutu itu membuat terowongan dalam kulit, tak pernah membuat jalur yang
bercabang.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arief. M. Suproharta, Wahyu JK. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED: 3
jilid: L Jakarta: Media Aesculapius FKUL
Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta: Prima Medikal.
Closkey, Mc, et all, 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis Anonim 2007.
Skabies (kulit gatal bikn sebel)
Anonim. 2008. Skabies.
Carpenito, Linda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

16

You might also like