You are on page 1of 9

SEJARAH, MAKNA SERTA POKOK-POKOK AJARAN

AGAMA ISLAM
Nama : Salsabila Ananda Putri

NPM : 1906305152

Kelas : MPK Agama Islam Paralel 4

Tugas : Rangkuman Bab I dan Bab II

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama islam adalah agama samawi atau agama langit yang dibawa oleh
Rasulullah SAW atas perintah Allah SWT. Kata “Islam” sendiri berasal dari kata
dalam bahasa arab aslama yang berarti selamat. Sejahtera atau berserah diri. Islam
juga berarti kedamaian, dan keselamatan yang berdasarkan penyerahan diri kepada
Allah SWT. Islam juga dimaknai dengan perbuatan bijak dan orang yang menganut
agama islam disebut dengan sebutan muslim. Islam datang dibawa oleh Nabi akhir
zaman,

Nabi Muhammad SAW yang lahir dari kalangan bangsawan Quraisy. Ia


terlahir yatim, Ayahnya yang bernama Abdullah bin Abu Muthalib wafat saat
berdagang dan ibunya bernama Aminah binti Wahab. Diketahui bahwa Nabi
Muhammad adalah keturunan Nabi Ismail. Muhammad SAW dilahirkan pada 12
Ra’biul Awal Tahun Gajah, atau pada tanggal 20 april 571 hijriah. Ketika berusia 40
tahun dia diangkat menjadi rasul dengan turunnya wahyu pertama Al-Qur’an yang
difirmankan oleh Allah dan disampaikan oleh malaikat jibril yakni surat Al-alaq ayat
1-5. Agama islam adalah agama yang indah.

Dengan mengetahui agama islam dan sejarah singkat agama islam. Agama
islam juga memiliki makna, yaitu menjadi tiang kehidupan dan tiang berperilaku
seseorang. Selain itu juga bisa menjadi tiang dalam mengambil keputusan. Agama
selalu mengajarkan untuk selalu berada dalam kebenaran dan tidak berbuat yang
berdampak buruk bagi orang lain. Dan yang terakhir bisa menjadi tiang negara. Tanpa
agama, sesama manusia akan terpancing untuk saling memecah belah sesamanya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa sejarah dan tanggung jawab manusia agama islam


2. Apa hubungan Al-Qur’an dengan Haditz dan Sunnah
3. Apa saja pokok-pokok agama islam

II. PEMBAHASAN

1. Sejarah dan Makna Agama Islam


Sebelum datangnya bangsa Islam situasi Bangsa Arab terutama disekitar
Mekah masih dihiasi berhala sebagai sesembahan oleh masyarakat sekitar. Selain
menyembah berhala, masyarakat Arab juga menyembah agama Nasrani, dimana
yang memeluk agama ini adalah masyarakat Yaman, Najran, dan Syam. Selain
Nasrani juga terdapat agama Yahudi yang dipeluk oleh masyarakat Yahudi
imigran di Yaman dan Madinah. Lalu juga terdapat agama Majusi, yaitu agama
yang dipeluk oleh orang-orang Persia.

Demikianlah Nabi Muhammad lahir pada situasi dan kondisi tersebut. Zaman
itu dikenal sebagai zaman Jahiliyah, yaitu masa kegelapan dan kebodohan dalam
hal agama. Tetapi dalam hal ekonomi dan sastra bangsa Arab mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Kota Mekkah merupakan kota pusat perangan
dan jalur perdagangan dunia yang peting saat itu, yang menghubungkan antara
Utara, Syam, dan selatan, Yaman, antara timur, Persia dan Barat Abesinia dan
Mesir.

Sastra merupakan suatu hal yang dianggap penting oleh bangsa Arab, mereka
memamerkan syair-syair mereka di asar Ukaz, majinnah dan Majjah. Mereka juga
suka berperang, jadi perang antar suku merupakan hal yang sudah biasa pada saat
itu. selain itu mereka juga suka menghormati tamu dan memberi perlindungan
kepada siapapun yang datang meminta perlindungan. Orang-orang quraisy juga
suka bermusyawarah, buktinya mereka mempunyai lembaga yang bernama Darun
Nadwah. Dan nabi Muhammad dilahirkan di lingkungan tersebut, da disiniah
beliau menegakkan agama Islam.

Nabi Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal atau 20 April 571 M.
Kelahiran nabi tersebut bersaan dengan peristiwa penyerangan ka'bah oleh raja
abrahah dengan membawa pasukan gajahnya yang sangat besar dinamakan
dengan Tahun Gajah. Beliau lahir dalam keadaan yatim, setelah berumur 8tahun
beliau menjadi yatim piatu, lalu beliau hidup bersama dengan kakek dan
pamannya. Pada umur 12 tahun, beliau berdagang dengan pamannya. Dengan
perantara berdagang ini akhirnya beliau dipertemukan dengan Siti Khodijah yaitu
istri beliau yang merupakan saudagar kaya.

Fase kenabian, Nabi Muhammad bertahanus(menyepi) di Gua Hira, atas


keprihatinannya terhadap bangsa Arab yang menyembah berhala. Dan dalam gua
tersebut trunlah wahyu pertama nabi yaitu surah al-'alaq ayat 1-5, pada masa itu
nabi Muhammad belum diperintahkan oleh Allah untuk menyerukan agamanya.
Namun setelah turun wahyu yang ke dua yaitu surah Al-Mudatsir ayat 1-7, nabi
Muhammad diangkat menjadi rasul dan wajib berdakwah. Dakwah nabi
Muhammad dibagi menjadi 2 periode yaitu, Periode Mekah dan Periode Madinah.
Ciri-ciri periode Mekah yaitu pembinaan dan pendidikan tauhid kepada
masyarakat Mekah. Dn ciri periode Madinah yaitu pendidikan sosial dan politik.

Terdapat beberapa metode dakwah. Pertama, dakwah Fardiah. Kedua, dakwah


Ammah. Ketiga, dakwah bil-Lisan, yakni penyampaian informasi atau pesan
dakwah melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subyek dan
obyek dakwah). Keempat, dakwah bil-Haal. Yang kelima, dakwah bit-Tadwin.
Keenam adalah dakwah bil Hikmah, yang berdakwah dengan cara arif bijaksana.

Tanggung jawab manusia dalam agama islam :


1. Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT.
2. Tanggung jawab manusia sebagai khalifah Allah SWT.
3. Tanggung jawab manusia terhadap bangsa dan negara.
4. Tanggung jawab atas kebutuhan manusia terhadap agama islam.

B. Hubungan Al-Qur’an dengan Hadits dan Sunnah

Hadits merupakan sumber dan dasar hukum islam yang menempati kedudukan
yang sangat penting setelah al-Qur’an. Kewajiban kaum muslim mengikuti hadits
sama wajibnya dengan mengikuti alqur’an. Hal ini disebabkan hadits merupakan
mubayyin (penjelas) terhadap al-Qur’an. Tanpa memahami dan menguasai hadits,
seseorang tidak akan dapat memahami al-Qur’an dengan baik. Sebaliknya,
seseorang tidak akan dapat memahami hadits tanpa memahami al-Qur’an, karena
al-Qur’an merupakan dasar hukum pertama yang didalamnya berisi syari’at.
Sedangkan hadits merupakan dasar hukum kedua, yang didalamnya berisi
penjelasan dan penjabaran al-Qur’an.

Al-Qur’an dan hadits merupakan dua sumber hukum islam yang memiliki
kaitan yang sangat erat dan bahkan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Sementara itu kedudukan hadits dalam islam juga tidak dapat diragukan karena
terdapat penegasan yang banyak, baik dalam alqur’an maupun dalam hadits. harus
diakui bahwa terdapat perbedaan yang menonjol antara hadits dan alqur’an dari
segi redaksi dan cara penyampaian atau penerimaannya. Dari segi redaksi, diyakini
bahwa wahyu alqur’an disusun langsung oleh Allah SWT. Malaikat jibril hanya
sekedar menyampaikan kepada Nabi Muhammad saw., dan beliau pun langsung
menyampaikannya kepada umat, dan demikian seterusnya generasi demi generasi.

Tentang hubungan Alqur’an dengan sunnah, Ibn Hazmin berkomentar, bahwa


ketika kita menjelaskan Alqur’an sebagai sumber hukum syara’, maka di dalam
Alqur’an itu sendiri terdapat keterangan Allah SWT yang mewajibkan kita untuk
mentaati Rasulullah SAW, dan penjelasan bahwa perkataan Rasulullah SAW yang
berhubungan dengan hukum syara’ pada dasarnya adalah wahyu yang datang dari
Allah SWT juga. Hal tersebut termuat didalam firman Allah SWT, dalam surat Al-
Najm ayat 3-4:

َ ُ‫) ِإ ْن ُه َوِإاَّل َو ْحيٌي‬3( ‫َو َمايَ ْن ِطقُ َعنِا ْل َه َوى‬


)4( ‫وحى‬

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Al-qur’an dan sunnah adalah
dua sumber hukum syara’ yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan
yang lainnya.Tidak mungkin seseorang untuk memahami hukum syara’ secara baik
kecuali dengan merujuk kepada keduanya.

C. Pokok-Pokok Agama Islam

1. Akidah

Akidah berasal dari kata ‘aqada-ya’qidu-‘aqdan yang berarti simpul, ikatan,


dan perjanjian yang kokoh dan kuat. Setelah terbentuk ‘aqidatan (akidah) berarti
kepercayaan atau keyakinan. Kaitan antara aqdan dengan ‘aqidatan adalah bahwa
keyakinan itu tersimpul dan tertambat dengan kokoh dalam hati, bersifat mengikat
dan mengandung perjanjian. Makna akidah secara etimologis ini akan lebih jelas
apabila dikaitkan dengan pengertian terminologisnya, seperti diungkapkan oleh
Syekh Hasan al Banna dalam Majmu’ar Rasaail: “Aqaid adalah beberapa perkara
yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa,
menjadi keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.”

Dari dua pengertian tersebut ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan dalam memahami akidah secara tepat dan jelas, yaitu:

a. Setiap manusia memiliki fitrah untuk mengakui kebenaran dengan


potensi yang dimilikinya. Indra dan akal digunakan untuk memahami dan mengerti
kebenaran, sedangkan wahyu menjadi pedoman untuk menentukan mana yang baik
dan mana yang buruk. Dalam berakidah hendaknya manusia menempatkan fungsi
alat tersebut pada posisinya masing-masing.

b. Keyakinan itu harus bulat dan penuh, tidak berbaur dengan kesamaran
dan keraguan. Oleh karena itu, untuk sampai kepada keyakinan, manusia harus
memiliki ilmu sehingga ia dapat menerima kebenaran dengan sepenuh hati setelah
mengetahui dalil-dalilnya,

c. Akidah harus mampu mendatangkan ketentraman jiwa kepada orang


yang menyakininya. Untuk itu diperlukan adanya keselarasan antara keyakinan
lahiriyah dan batiniah. Pertentangan antara kedua hal tersebut akan melahirkan
kemunafikan. Sikap munafik ini akan mendatangkan kegelisahan.

Akidah Islamiyah berisikan ajaran tentang apa saja yang harus dipercayai,
diyakini dan diimani oleh setiap orang Islam. Karena agama Islam bersumber
kepada kepercayaan dan keimanan kepada Tuhan, maka akidah merupakan sistem
kepercayaan yang mengikat manusia kepada Islam. Seorang manusia disebut
Muslim jika dengan penuh kesadaran dan ketulusan bersedia terikat dengan sistem
kepercayaan Islam karena itu aqidah merupakan ikatan dan simpul dasar Islam
yang pertama dan utama.

Ruang lingkup akidah :

1. Ilahiah, yaitu pembahasan tentang sesuatu yang berhubungan dengan ilah (Tuhan)
seperti wujud Allah Swt., nama-nama Allah Swt., dan sifat-sifat Allah Swt., dan
lain-lain.
2. Nubuwah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
nabi dan rasul termasuk pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah Swt., mukjizat
dan sebagainya.
3. Ruhaniah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
alam metafisik, seperti malaikat, jin, iblis, setan dan roh.
4. Sam’iyah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui
melalui sam’i yakni dalil naqli berupa alquran dan as-Sunnah, seperti alam
barzakh, akhirat, azab kubur, dan sebagainya.
Disamping sistematika di atas, pembahasan akidah bisa juga mengikuti
sistematika rukun iman. Yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat-malaikat
Allah, iman kepada iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada rasul-rasul Allah,
dan iman kepada hari akhir serta iman kepada qada’ dan qadar.

2. Syariah

Syara’a-Yasyra’u–Syar’an artinya membuat undang-undang, menerangkan


rute perjalanan, adat kebiasaan, jalan raya. Syara’a– Yasyra’u–Syuruu’an artinya
masuk ke dalam air memulai pekerjaan, jalan ke air, layar kapal, dan tali panah
(Mahmud Yunus, 1989:195). Syari’ah juga berarti jalan lurus, jalan yang lempang,
tidak berkelok-kelok, jalan raya. Penggunaan kata syari’ah bermakna peraturan,
adat kebiasaan, undang undang, dan hukum (Ahmad Wason Munawwir,
1984:762).

Syari’ah menurut asal katanya berarti jalan menuju mata air, syariat Islam
berarti jalan yang harus ditempuh seorang muslim. Sedangkan menurut istilah,
syari’ah berarti aturan atau undang-undang yang diturunkan Allah untuk mengatur
hubungan manusia dengan alam semesta atau dengan pengertian lain, syari’ah
adalah suatu tatacara pengaturan tentang perilaku hidup manusia untuk mencapai
keridhaan Allah Swt.

Syariah Islam mengatur pula tata hubungan seseorang dengan dirinya


sendiri untuk mewujudkan sosok individu yang shaleh. Islam mengakui manusia
sebagai makhluk sosial, sehingga syariah mengatur tata hubungan antara manusia
dengan manusia dalam bentuk muamalah, sehingga terwujud kesholehan sosial.
Kesholehan sosial merupakan bentuk hubungan yang harmonis antara individu
dengan lingkungan sosial. Dalam hubungan dengan alam, syari’ah Islam meliputi
aturan dalam mewujudkan hubungan yang harmonis antara dengan alam untuk
mendorong saling memberi manfaat sehingga terwujud lingkungan alam yang
subur dan makmur.
Ruang Lingkup Syari’ah :

1. Ibadah yaitu beberapa peraturan yang mengatur hubungan vertikal (hablum minAllah),
terdiri dari: syahadat, salat, puasa, zakat, haji bagi yang mampu. Thaharah (mandi,
wudlu, tayammum), qurban, shodaqoh dan lain-lain.
2. Muamalah yaitu suatu peraturan yang mengatur seseorang dengan lainnya dalam hal
tukar menukar harta (jual beli dan yang searti), diantaranya: perdagangan, simpan
pinjam, sewa-menyewa, penemuan, warisan, wasiat, nafkah, dan lain-lain.
3. Munakahat yaitu peraturan masalah hubungan berkeluarga, seperti: meminang,
pernikahan, mas kawin, pemeliharaan anak, perceraian, berbela sungkawa, dan lain-lain.
4. Jinayat yaitu peraturan yang menyangkut masalah pidana, seperti: qishah, diyat, kifarat,
pembunuhan, perzinaan, narkoba, murtad, khianat dalam berjuang, kesaksian, dan lain-
lain.
5. Siyasah yaitu masalah politik yang intinya adalah amar ma’ruf nahi munkar. Misalnya:
persaudaraan (ukhuwah), keadilan (‘adalah), tolong-menolong (ta’awun), toleransi
(tasamuh), persamaan (musyawarah), kepemimpinan (dzi’amah), dan lain-lain.

3. Akhlak.
Akhlak adalah kondisi mental, hati, batin seseorang yang mempengaruhi
perbuatan dan perilaku lahiriyah. Apabila kondisi batin seseorang baik dan
teraktualisasikan dalam ucapan, perbuatan, dan perilaku yang baik dengan mudah, maka
hal ini disebut dengan akhlakul karimah atau akhlak yang terpuji (mahmudah). Jika
kondisi batin itu jelek yang teraktualisasikan dalam perkataan, perbuatan, dan tingkah
laku yang jelek pula, maka dinamakan akhlak yang tercela (akhlak madzmumah).16

Jadi orang yang tidak berakhlakul karimah adalah laksana jasmani tanpa rohani atau
sama dengan orang yang sudah mati atau disebut dengan mayat yang berasal dari kata
maitatun yang artinya bangkai, sedangkan bangkai lambat laun akan menimbulkan
penyakit. Demikian dengan orang yang tidak berakhlakul karimah, lambat laun akan
merusak dirinya dan merusak lingkungan.

Sehingga Nabi diutus oleh Allah semata-mata untuk menyempurnakan akhlak, (HR.
Bukhari). Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari pada jiwa seseorang,
karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang. Sebab
keimanan harus ditampilkan dalam perilaku nyata sehari-hari. Dapat disimpulkan bahwa
akhlak yang baik pada dasarnya adalah akumulasi dari akidah dan syari’ah yang bersatu
secara utuh dalam diri seseorang.
Ruang Lingkup Akhlak :

Pembahasan seputar akhlak ini sangat luas, namun penulis membatasinya, yakni
berakhlak kepada Allah, kepada diri sendiri, kepada keluarga, kepada masyarakat, dan
berakhlak kepada alam (lingkungan). Berakhlak kepada Allah: mentauhidkan Allah
Swt, bertaqwa kepada-Nya, beribadah kepada-Nya, berdo’a kepada-Nya, berdzikir
kepada-Nya, bertawakal kepada-Nya, tawadlu’ kepada Allah. Berakhlak kepada diri
sendiri: bersabar karena Allah, bersyukur kepada Allah, bersikap benar, bersikap
amanah, bersikap qana’ah (menerima apa adanya).

1. Berakhlak kepada keluarga: berbakti kepada kedua orang tua, adil terhadap saudara,
mendidik dan membina keluarga, pendidikan akhlak di lingkungan keluarga.
2. Berakhlak kepada masyarakat: mempertahankan persaudaraan, saling tolong-
menolong, bersikap adil, pemurah, penyantun, pemaaf, menepati janji,
bermusyawarah. 17Sudirman, Pilar-pilar Islam; Menuju Kesempurnaan Sumber Daya
Muslim, 250.
3. Berakhlak kepada alam (lingkungannya): memelihara ciptaan Allah, memanfaatkan
alam dengan benar, memakmurkan alam.

III. PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk biologis, psikologis dan sosial
yang memiliki dua predikat statusnya dihadapan Allah sebagai Hamba Allah dan
fungsinya di dunia sebagai khalifah Allah, mengantur alam, dan mengelolanya
untuk mencapai kesejahteraan kehidupan manusia itu sendiri dalam
masyarakat.Upaya-upaya dalam mencapai kesejahteaan itu disertai dengan tetap
tunduk dan patuh kepada sunnatullah.Rasa agama dan perilaku keagamaan
(agama dan kehidupan beragama) merupakan pembawaan dari kehidupan
manusia, atau dengan istilah lain merupakan “fitrah” manusia.
Pokok-pokok ajaran Islam ada tiga, yang pertama iman atau akidah yaitu
keyakinan atau percaya, yang kedua syari’ah adalah suatu tatacara pengaturan
atau undang-undang tentang perilaku hidup manusia untuk mencapai keridhaan
Allah Swt, yang ketiga akhlak kondisi mental, hati, batin seseorang yang
mempengaruhi perbuatan dan perilaku lahiriyah, jika kondisi batin yang baik
maka akan teraktualisasikan menjadi akhlak mahmudah, jika kondisi mental yang
buruk maka akan teraktualisasikan menjadi akhlak yang mazmumah.
Oleh karena itu, marilah kita meneruskan perjuangan yang telah dibawakan
oleh para pendahulu kita, yang telah membawa islam pada zaman keemasannya,
agar islam kembali meraih masa kejayaannya hingga akhir zaman nanti.

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal
ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan
untuk perbaikan ke depannya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Makalah dan Power Point Home Group 1 “Sejarah dan Makna Agama
Islam” ( February 2020 )
2. Makalah dan Power Point Home Group 2 “Pokok-Pokok Ajaran Agama
Islam” ( Maret 2020 )

You might also like