You are on page 1of 3

Nama : Salsabila Ananda Putri

NPM : 1906305152

IMPLEMENTASI MUAMALAH DI BIDANG HUKUM


Dari segi bahasa, "muamalah" berasal dari kata aamala, yuamilu, muamalat yang berarti
perlakuan atau tindakan terhadap orang lain, hubungan kepentingan. Kata-kata semacam ini
adalah kata kerja aktif yang harus mempunyai dua buah pelaku, yang satu terhadap yang lain
saling melakukan pekerjaan secara aktif, sehingga kedua pelaku tersebut saling menderita dari
satu terhadap yang lainnya.secara bahasa berarti saling melakukan atau saling menukar. Artinya
perbuatan muamalah adalah perbuatan yang melibatkan lebih dari satu orang yang berakibat
timbulnya hak dan kewajiban.Secara umum ulama fikih mengartikan muamalah sebagai hukum
“syariah atau perundang-undangan” yang berkaitan dengan keduniaan, lebih sempit lagi adalah
transaksi bisnis.Dari penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa ketentuan bermuamalah harus
patuh kepada ketentuan hukum Islam dan ketentuan peraturan perundang-undangan.Keduanya
tidak dapat dicerai pisahkan.

Menurut Louis Ma’luf, pengertian muamalah adalah hukum-hukum syara yang berkaitan dengan
urusan dunia, dan kehidupan manusia, seperti jual beli, perdagangan, dan lain
sebagainya.Sedangkan menurut Ahmad Ibrahim Bek, menyatakan muamalah adalah peraturan-
peraturan mengenai tiap yang berhubungan dengan urusan dunia, seperti perdagangan dan semua
mengenai kebendaan, perkawinan, thalak, sanksi-sanksi, peradilan dan yang berhubungan
dengan manajemen perkantoran, baik umum ataupun khusus, yang telah ditetapkan dasar-
dasarnya secara umum atau global dan terperinci untuk dijadikan petunjuk bagi manusia dalam
bertukar manfaat di antara mereka. Dari berbagai pengertian muamalah tersebut, dipahami
bahwa muamalah adalah segala peraturan yang mengatur hubungan antara sesama manusia, baik
yang seagama maupun tidak seagama, antara manusia dengan kehidupannya, dan antara manusia
dengan alam sekitarnya.

Ruang lingkup muamalah dalam bidang hukum :


HUKUM PESONAL/KELUARAGA

Keluarga yaitu kesatuan terkecil masyarakat yang anggota-anggotanya terikat secara bathiniyah
karena pertalian darah dan pertalian perkawinan .Ikatan itu memberikan kedudukan tertentu
kepada masing - masing anggota keluarga hak dan kewajiban, tanggung jawab bersama serta
saling mengharapkan.Kedudukan keluarga sangat penting dalam ajaran Hukum Islam maka
pembentukkannya harus dilakukkan menurut jalan dan ketentuan yang telah ditetapkan yakni
perkawinan. Perkawinan adalah suatu lembaga hokum yang mengatur dan mensyahkan hidup
bersama antara pria dan wanita yang ddikat dengan akad dan ijab Hukum perkawinan
A.1.Hukum Perkawinan

Ibahah, ja’iz atau kebolehan. Ini bisa berubah atau beralir menjadi sunnah, wajib, makruh, haram
tergantung pada ilatnya. Ilat yaitu penyebab ada atau tidak adanya ( kaidah ) hokum dimaksud
pada suatu benda atau perbuatan.

1. Sunah, dari segi pertumbuhan jasmani keinginan berumah tangga, kesiapan mental dan
siap membiayai kebutuhan rumah tangga telah benar – benar ada pada orang yang bersangkutan.

2. Wajib jika seseorang telah matang untuk berumah tangga baik jasmani maupun rohani,
membiayai kehidupan rumah tangga supaya tidak terjerumus dalam perbuatan zina.

3. Makruh kalau dilakukan seseorang yang belum siap jasmani maupun mentalserta biaya
rumah tangga,

4. Haram, kalau melanggar larangan-larangan perkawinan atau tidak mampu menghidupi


keluarganya.

B. 1.Hukum Waris

Hukum waris adalah ketentuan yang datang dari Allah,manusia tidak berhak mengubah
ketentuan-ketentuan dalam Hukum Waris Islam misalnya mengenai siapa saja yang menjadi ahli
waris dan beberapa bagian masing-masing(Ahmad Azhar Basyir,2009:63).

B .2.Ketentuan para Ahli Waris

Orang yang boleh (mungkin) mendapat warisan dari seseorang yang meninggal dunia ada 25
orang,15 orang dari pihak laki-laki dan 10 orang orang dari pihak perempuan yaitu :

1. Dari pihak laki-laki

a. Anak laki-laki

b. Anak laki-laki dari anak laki-laki(cucu) dari pihal anak laki-laki dan terus ke
bawah,asal pertaliannya masih terus laki-laki

c. Bapak

d. Kakek dari pihak bapak, dan terus ke atas pertalian yang belum putus dari pihak bapak

e. Saudara laki-laki seibu sebapak

f. Saudara laki-laki sebapak saja

g. Saudara laki-laki seibu saja

h. Anak laki-laki dari saudara laki-laki yang seibu sebapak


i. Anak laki-laki dari saudara laki-laki yang sebapak saja

j. Saudara laki-laki bapak(paman)dari pihak bapak yang seibu bapak

k. Saudara laki-laki bapak yang sebapak saja

Daftar Pustaka :
1. M.Yazid Afandi “Ruang lingkup hukum islam dalam bidang muamalah”
http://komunitasstudikebangsaan.blogspot.com/2010/07/ruang-lingkup-hukum-islam-
bidang.html ( mei 2009 )
2. Qonitahmut “Implementasi muamalah dalam bidang hukum”
https://www.scribd.com/document/391679332/Implementasi-Muamalah-Dalam-Bidang-
Hukum ( 2016 )
3. Abdul Karim Munte “Pengertian Muamalah” https://bincangsyariah.com/kalam/fikih-
ekonomi-1-pengertian-muamalah/ ( 17 januari 2018 )
4. Sahroni, H oni. 2007. Ushul fikih muamalah. Jakarta pusat.

You might also like