You are on page 1of 14

Jurnal Psikologi : Jurnal Ilmiah Fakultas Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan

Volume 8, Nomor 1, Maret 2021, hlm. 53-66

Kecerdasan Interpersonal dan Perilaku Prososial

M. Fiky Tartila1)
Fakultas Psikologi, Universitas Yudharta Pasuruan
Email: vkurniawan7@gmail.com

Lailatuzzahro Al-Akhda Aulia2)


Fakultas Psikologi, Universitas Yudharta Pasuruan
Email: kalyla.zahra@yudharta.ac.id

Abstract. Prosocial includes all forms of action taken or planned to help others without
seeing of the helper's motives. Many factors can influence prosocial, one of which is
interpersonal intelligence. This study uses a quantitative research method with a
comparative causal model. The sample in this study was 50 employees who were taken
using a purposive sampling technique. Data collection in this study used the
interpersonal intelligence scale and the prosocial scale. The data analysis used
regression. From the results of data analysis obtained Freg of 0.2153 with Ftab 5%
0.279. Thus it can be concluded that there is no relationship between interpersonal
intelligence and prosocial.

Keywords: Interpersonal intelligence, Prosocial

Abstrak. Perilaku prososial meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan atau
direncanakan untuk menolong orang lain tanpa mempedulikan motif-motif si
penolong. Banyak faktor yang dapat memengaruhi perilaku prososial, salah satunya
adalah kecerdasan interpersonal. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kuantitatif dengan model kausal komparatif. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 50
karyawan yang diambil dengan menggunakan teknik purpossive sampling. Pengambilan
data dalam penelitian ini menggunakan skala kecerdasan interpersonal dan skala
perilaku prososial. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi. Dari hasil analisa data diperoleh Freg sebesar 0,2153 dengan Ftab 5%
0,279. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
kecerdasan interpersonal dengan perilaku prososial.

Kata Kunci: Kecerdasan interpersonal dan perilaku prososial.

Manusia merupakan makhluk berjalannya waktu, kepedulian orang

sosial yang mempunyai arti bahwa terhadap orang lain dan lingkungan

manusia tidak bisa hidup tanpa sekitarnya mulai menurun. Manusia

adanya kehadiran orang lain saat ini mulai mempertimbangkan

dilingkungan sekitarnya. Seiring untung rugi dan imbalan yang akan

53
Kecerdasan Interpersonal dan Perilaku Prososial

diperoleh dari perilaku menolong Salah satu atribut dari

yang dimunculkan. Sikap peduli atau kepribadian yaitu kecerdasan

menolong orang lain bisa disebut interpersonal, dimana kecerdasan

dengan perilaku prososial. Hal interpersonal menurut Armstrong

tersebut dikemukakan oleh Sarwono (2013) merupakan kemampuan untuk

(2002, dalam Yusuf dan Kristiana, memahami dan bekerja sama dengan

2017) yang menyebutkan bahwa orang lain. Anak yang memiliki

perilaku prososial merupakan suatu kecerdasan interpersonal tinggi akan

tindakan menolong yang mampu menjalin komunikasi yang

menguntungkan orang lain tanpa efektif dengan orang lain, mampu

harus menyediakan suatu keuntungan berempati secara baik, mampu

langsung pada orang yang melakukan mengembangkan hubungan yang

tindakan tersebut. harmonis dengan orang lain,

Adapun salah satu faktor yang menyukai bekerja secara kelompok.

mempengaruhi perilaku prososial Kecerdasan interpersonal bisa

menurut Sarwono & Meinarno (2009, dikatakan juga sebagai kecerdasan

dalam Matondang, 2016) yaitu faktor sosial, diartikan sebagai kemampuan

dalam diri seperti sifat atau dan keterampilan seseorang dalam

kepribadian, dimana kepribadian menciptakan relasi, membangun relasi

merupakan organisasi dinamis dalam dan mempertahankan relasi sosialnya

individu sebagai sistem psikofisis yang sehingga kedua belah pihak berada

menentukan caranya yang khas dalam dalam situasi menguntungkan

menyesuaikan diri terhadap (Safaria, dalam Yarni dan Lestari,

lingkungan. Manusia memiliki 2016).

keunikan masing-masing, tidak ada Seseorang yang mempunyai

dua orang yang benar-benar sama pengalaman-pengalaman baik atau

dalam caranya menyesuaikan diri menyenangkan dalam memberikan

terhadap lingkungan. Dengan pertolongan akan menyebabkan orang

demikian tidak ada dua orang yang kembali melakukan perilaku prososial

mempunyai kepribadian yang sama. dan pengalaman yang pahit membuat

54
M. Fiky Tartila dan Lailatuzzahro Al-Akhda Aulia

orang akan cenderung menghindari orang lain, orang tersebut mampu

perilaku prososial. Orang yang dalam menolong temannya.

suasana hati menggembirakan akan Dari hasil penelitian yang

lebih suka menolong, sebaliknya orang dilakukan oleh Yusuf dan Kristina

dalam suasana hati sedih, akan (2017) bahwa terdapat korelasi yang

cenderung menghindarkan diri dalam signifikan antara regulasi emosi

memberi pertolongan. Proses ini dengan perilaku prososial. Ketika

biasanya sering terjadi dalam seseorang memiliki kontrol emosi

pengambilan keputusan seseorang yang baik, seseorang tersebut juga

untuk melakukan perilaku prososial memiliki kecerdasan interpersonal.

atau tidak (Sears, dalam Matondang, Ketika seseorang mampu mengontrol

2016). emosinya sudah pasti seseorang

Ketika seseorang mampu tersebut mementingkan orang lain

mengontrol suasana hatinya menjadi seperti mampu menjaga perasaan

baik, merupakan seseorang yang orang lain, mampu menolong orang

memiliki kecerdasan interpersonal lain. Dengan demikian seseorang

yang baik pula, sehingga seseorang tersebut akan memunculkan perilaku

tersebut akan mampu memunculkan prososialnya. Menurut Safaria dalam

perilaku menolong yang disebut Yusuf dan Kristiana (2017) perilaku

perilaku prososial. Kecerdasan prososial menuntut seseorang untuk

interpersonal yang tinggi membuat mengontrol diri dalam menahan diri

orang bisa bekerjasama dengan orang dari egoismenya agar dapat

lain dan melakukan sinergi untuk membantu seseorang yang

membuahkan hasil-hasil positif (Anita membutuhkan, bekerja sama dengan

Lie, 2004 dalam Anjani, 2018). Ketika orang lain serta dapat

seseorang memiliki kecerdasan mengungkapkan simpati kepada

interpersonal tinggi, orang tersebut orang lain, hal tersebut merupakan ciri

akan mampu bekerja sama dengan dari seseorang yang memiliki

orang lain, dimana ketika seseorang kecerdasan interpersonal sehingga

sudah mampu bekerjasama dengan

55
Kecerdasan Interpersonal dan Perilaku Prososial

seseorang tersebut memunculkan Perilaku Prososial

perilaku prososial. Perilaku prososial menurut

Menurut Eisenberg dan Miller William yaitu perilaku yang memiliki

dalam Rianggareni (2015), empati intensi untuk mengubah keadaan fisik

sebagai salah satu faktor kecerdasan atau psikologis penerima bantuan dari

interpersonal dan perilaku prososial kurang baik menjadi lebih baik, dalam

merupakan konstruksi istilah yang arti secara mental maupun psikologis

saling berkaitan erat satu sama lain (Dayakisni & Hudaniah, dalam

(Hojat et. al., 2005 dalam Oktaviani, Matondang, 2016).

2016). Oleh karena itu, banyak ahli Menurut Shaffer (dalam

yang berasumsi bahwa perilaku Giranitika, 2018), bahwa tindakan

prososial seseorang dibentuk dari yang memberikan keuntungan bagi

kualitas empatinya (Robinson & orang lain seperti berbagi dengan

Curry, 2005 dalam Anjani, 2018). orang lain yang mendatangkan

Ketika seseorang memiliki empati keuntungan bagi orang tersebut

terhadap orang lain, orang tersebut disbanding dengan dirinya sendiri,

lebih memahami orang lain dan dapat menghibur atau menolong orang lain

memberikan bantuan kepada orang untuk mencapai tujuannya atau

lain. Orang yang memiliki bahkan membuat orang lain senang

keterampilan sosial yang baik, dengan memuji perilaku mereka atau

seseorang tersebut memiliki prestasi disebut perilaku prososial.

kecerdasan interpersonal yang baik Dari beberapa pendapat para ahli

pula, sehingga seseorang tersebut akan tentang Perilaku Prososial diatas,

menampilkan perilaku prososialnya. maka ditegaskan bahwa yang

Berdasarkan penjelasan diatas dimaksud dengan perilaku prososial

peneliti tertarik untuk melakukan dalam konteks penelitian ini adalah

penelitian mengenai hubungan antara membantu orang lain dengan cara

keceradasan interpersonal dengan meringankan beban fisik atau

perilaku prososial. psikologi orang tersebut,

memperhatikan kesejahteraan orang

56
M. Fiky Tartila dan Lailatuzzahro Al-Akhda Aulia

lain tanpa memikirkan kepentingan tanggung jawab sosial dan mengambil

sendiri, dan ikut menyokong dengan keputusan.

tenaga dan pikiran.

Menurut Eisenberg dan Mussen Kecerdasan Interpersonal

dalam Matondang (2016) menjelaskan Kecerdasan interpersonal adalah

bahwa ada beberapa tindakan- kemampuan untuk memahami dan

tindakan yang mencakup dari perilaku bekerjasama dengan orang lain

prososial yaitu: sharing (membagi), (Armstrong, 2013). Kecerdasan ini

coomperative (kerja sama), donting menuntut kemampuan untuk

(menyumbang), helping (menolong), menyerap dan tanggap terhadap

honesty (kejujuran), generosity suasana hati, perangai, niat, dan hasrat

(kedermawanan), serta orang lain. Kecerdasan interpersonal

mempertimbangkan hak dan akan menunjukkan kemampuan anak

kewajiban orang lain. dalam berhubungan dengan orang

Menurut Sarwono & Meinarno lain. Kecerdasan interpersonal yang

(2009) dalam Sumarsongko 2015 tinggi membuat orang bisa

mengungkapkan bahwa teori-teori bekerjasama dengan orang lain dan

perilaku prososial, yaitu: teori evolusi melakukan sinergi untuk

yang terdiri dari perlindungan kerabat membuahkan hasil-hasil positif (Anita

dan timbal balik biologis. selanjutnya Lie, 2004 dalam yanuarsari., et., al.,

teori belajar meliputi teori belajar 2019). Anak yang memiliki kecerdasan

sosial dan teori belajar pertukaran interpersonal tinggi akan mampu

sosial. Serta teori empati. menjalin komunikasi yang efektif

Tahapan Latense dan Darley dengan orang lain, mampu berempati

(dalam Nurhalizah, 2019) menjelaskan secara baik, mampu mengembangkan

bagaimana sebetulnya seseorang hubungan yang harmonis dengan

memberikan pertolongan kepada orang lain, menyukai bekerja secara

orang lain. Ada empat tahap, yaitu: kelompok. Kecerdasan interpersonal

tahap perhatian, interpretasi situasi, bisa dikatakan juga sebagai kecerdasan

sosial, diartikan sebagai kemampuan

57
Kecerdasan Interpersonal dan Perilaku Prososial

dan keterampilan seseorang dalam dan politik. (f) Sangat senang

menciptakan relasi, membangun relasi mengikuti acara talk show di tv dan

dan mempertahankan relasi sosialnya radio. (g) Ketika bermain atau

sehingga kedua belah pihak berada berolahraga, (h) Sangat pandai

dalam situasi menguntungkan bermain secara tim (double atau

(Safaria, dalam Wahyuni, et., al. kelompok) daripada bermain sendirian

(2016)). Kata sosial maupun. (single). (i) Selalu merasa bosan dan
Dari beberapa pengertian di atas, tidak bergairah ketika bekerja sendiri.

maka kecerdasan interpersonal adalah (j) Selalu melibatkan diri dalam club-

kemampuan untuk memahami club dan berbagai aktivitas

maksud dan perasaan orang lain ekstrakurikuler. (k) Sangat peduli dan

sehingga tercipta hubungan yang penuh perhatian pada masalah-

harmonis dengan orang lain. masalah dan isu- isu sosial.

Karakteristik orang yang Secara umum, kecerdasan

memiliki kecerdasan interpersonal interpersonal dapat diamati dari

menurut Yaumi (2016) adalah: (a) perilaku seseorang. Orang yang

Belajar dengan sangat baik ketika memiliki kecerdasan interpersonal

berada dalam situasi yang yang kuat cenderung mampu

membangun interaksi antara satu berdaptasi dengan lingkungan, senang

dengan yang lainnya. (b) Semakin bersama - sama dengan orang lain, dan

banyak berhubungan dengan orang mampu menghargai orang lain serta

lain, semakin merasa bahagia. (c) memiliki banyak teman.

Sangat produktif dan berkembang Safaria (2005) dalam Juniarti dan

dengan pesat ketika belajar secara Jumiatin (2018), juga menyebutkan

kooperatif dan kolaboratif. (d) Ketika karakteristik anak yang memiliki

menggunakan interaksi jejaring sosial, kecerdasan interpersonal tinggi, yaitu :

sangat senang dilakukan dengan (a) Mampu mengembangkan dan

chatting atau teleconference. (e) Merasa menciptakan relasi sosial baru secara

senang berpartisipasi dalam efektif. (b) Mampu berempati dengan

organisasi-organisasi sosial keagamaan orang lain atau memahami orang lain

58
M. Fiky Tartila dan Lailatuzzahro Al-Akhda Aulia

secara total. (c) Mampu mengemukakan bahwa terdapat

mempertahankan relasi sosialnya hubungan yang signifikan antara

secara efektif sehingga tidak musnah empati dan simpati terhadap perilaku

diamakan waktu dan senantiasa prososial. Ketika seseorang memiliki

berkembang semakin intim/ empati dan simpati, seseorang tersebut

mendalam/ penuh makna. (d) Mampu memiliki kemampuan memahami

menyadari komunikasi verbal maupun perasaan orang lain. Hal tersebut

nonverbal yang dimunculkan orang merupakan ciri dari seseorang yang

lain, atau dengan kata lain sensitif memiliki kecerdasan interpersonal.

terhadap perubahan situasi sosial dan Penelitian yang dilakukan oleh

tuntutan-tuntutannya. (e) Mampu Oktaviani (2016) menyatakan empati

memecahkan masalah yang terjadi mempengaruhi perilaku prososial

dalam relasi sosialnya dengan pada siswa SMK Batik Surakarta,

pendekatan win-win solution, serta dimana ketika seseorang memiliki

yang paling penting adalah mencegah empati yang tinggi maka orang

munculnya masalah dalam relasi tersebut memiliki kemampuan

sosialnya. (f) Memiliki kemampuan bersosial seperti mampu beradaptasi,

komunikasi yang mencakup mampu menjaga relasi, lebih

keterampilan mendengarkan efektif, memikirkan kepentingan orang lain.

berbicara efektif dan menulis secara Hal tersebut merupakan ciri-ciri dari

efektif. seseorang yang memiliki kecerdasan

Sejalan dengan hal-hal di atas, interpersonal, sehingga seseorang

Anderson (dalam Wahyuni, et., al., tersebut akan memunculkan perilaku

2016) menyatakan bahwa kecerdasan prososialnya.

interpersonal mempunyai tiga dimensi Perilaku prososial dapat

utama yaitu: social sensitivity, social memberikan pengaruh bagaimana

insight, dan social communication. individu melakukan interaksi sosial.

Dari sinilah muncul banyak Robert dan Strayer (dalam

penelitian-penelitian tentang perilaku Rianggareni, 2015) mengungkapkan

prososial. Salah satu penelitian bahwa empati berhubungan signifikan

59
Kecerdasan Interpersonal dan Perilaku Prososial

dengan perilaku prososial individu. hipotesis dalam penelitian ini diterima.

Empati berkaitan dengan kemampuan Hal ini menunjukkan bahwa ada

individu dalam mengekspresikan hubungan yang positif yang sangat

emosinya, oleh karena itu empati signifikan antara empati terhadap

seseorang dapat diukur melalui perilaku prososial. Dengan kata lain

wawasan emosionalnya, ekspresi ketika seseorang memiliki empati

emosional, dan kemampuan seseorang terhadap orang lain, orang tersebut

dalam mengambil peran dari individu merupakan orang yang memiliki

lainnya. Pada dasarnya, empati kecerdasan interpersonal, karena dari

merupakan batasan dari individu sikap empati menunjukkan perilaku

apakah ia akan melakukan atau yang bercirikan pada seseorang yang

mengaktualisasikan gagasan prososial memiliki kecerdasan interpersonal.

yang mereka miliki ke dalam perilaku Hal tersebut akan memunculkan

mereka atau tidak. Ketika seseorang perilaku prososialnya.

memiliki empati, maka seseorang Robert & Strayer (Rianggareni,

tersebut memiliki kemampuan dalam 2015) mengungkapkan bahwa empati

mengekspresikan emosinya, sehingga sangat berkaitan erat dengan perilaku

seseorang tersebut mampu mengontrol prososial pada individu. Ketika

emosinya. Hal tersebut merupakan seseorang memiliki empati terhadap

salah satu ciri dari seseorang yang orang lain, seseorang tersebut

memiliki kecerdasan interpersonal. memiliki kecerdasan interpersonal,

Seseorang ketika sudah memiliki karena empati merupakan salah satu

kecerdasan interpersonal, seseorang ciri dari seseorang yang memiliki

tersebut akan mampu memunculkan kecerdasan interpersonal. Dari

perilaku prososial. kecerdasan interpersonal tersebutlah

Berdasarkan hasil uji analisis yang menyebabkan seseorang

data pada penelitian yang dilakukan memiliki perilaku prososial.

oleh Rianggareni (2015) diperoleh Batson (Satoto, 2014)

koefisien korelasi sebesar 0,395 dengan menambahkan bahwa empati dapat

nilai signifikansi 0,000, sehingga menimbulkan dorongan untuk

60
M. Fiky Tartila dan Lailatuzzahro Al-Akhda Aulia

menolong, dan tujuan dari menolong Pengambilan data dalam

itu untuk memberikan kesejahteraan penelitian ini menggunakan skala

bagi target empati. Seseorang memiliki kecerdasan interpersonal dan skala

empati terhadap orang lain, orang perilaku prososial. Teknik analisis data

tersebut enderung akan memiliki sikap yang digunakan dalam penelitian ini

social yang baik, seperti menghargai yaitu formula analisis regresi satu

orang lain, memperhatikan prediktor.

penderitaan orang lain, memahami

orang lain, dan lain-lain. Hal tersebut Hasil

menyebabkan seseorang akan Dari hasil uji kolerasi diperoleh

berperilaku menolong, perilaku nilai rxy sebesar 0,2513 sedangkan pada

menolong tersebut merupakan salah taraf signifikan r-tab 5% memenuhi

satu bentuk perilaku yang ada pada nilai 0,279 maka tidak ada hubungan

seseorang yang memiliki perilaku antara kecerdasan interpersonal

prososial. dengan perilaku prososial.

Dari perhitungan statistik

Metode dengan menggunakan product

Penelitian ini menggunakan moment dapat diketahui bahwa

metode penelitian kuantitatif dengan hipotesis dalam penelitian ini yang

rancangan penelitian kausal berbunyi ada hubungan antara

komparatif. Adapun yang menjadi kecerdasan interpersonal dengan

populasi penelitian ini yaitu karyawan perilaku prososial, ditolak.

PT. Indolakto Purwosari, Pasuruan. Sejalan dengan hal ini, ada

Teknik pengambilan sampel yang beberapa faktor yang mempengaruhi

digunakan yaitu purposive sampling, perilaku prososial pada karyawan

sehingga didapatkan sampel sebanyak selain kecerdasan interpersonal yaitu

50 karyawan di semua bagian yang adanya norma sosial di dalam

terdiri dari 26 orang karyawan laki- kehidupan masyarakat terutama

laki dan 24 orang karyawan seorang karyawan. Begitu pun juga

perempuan. terhadap karyawan yang bekerja di

61
Kecerdasan Interpersonal dan Perilaku Prososial

sebuah perusahaan akan mematuhi Menurut Sears dalam Matondang

semua aturan yang telah dibuat. (2016) terdapat beberapa faktor yang

Dengan begitu perilaku prososial pada memengaruhi perilaku prososial, salah

karyawan akan tercipta sejalan dengan satunya adalah suasana hati (mood).

norma yang ada. Jika suasana hati seseorang tidak

Selain dari norma sosial juga ada bagus maka perilaku menolong tidak

faktor lain yang dapat berhubungan akan dilakukan karena manusia saat

dengan perilaku prososial karyawan ini mulai mempertimbangkan untung

yaitu karakter seseorang. Seperti yang rugi dan imbalan yang akan diperoleh

dikemukakan oleh Galih Irawan (2012) dari perilaku menolong yang

bahwa karakter seseorang yang dimunculkan.

bekerja cenderung egois, serta seorang Begitu pun juga yang di

pekerja lebih mementingkan ungkapkan oleh Sarwono (2002, dalam

kepentingan pribadi dari pada Matondang, 2016) tentang faktor

kepentingan bersama. Seringkali dalam diri seperti sifat atau

seorang karyawan menganggap teman kepribadian, dimana kepribadian

yang lain sebagai pesaing yang harus merupakan organisasi dinamis dalam

“dikalahkan”. Dikalahkan dalam hal individu sebagai sistem psikofisis yang

ini ialah berkompetisi dengan menentukan caranya yang khas dalam

pekerjaan yang baik, dan yang sering menyesuaikan diri terhadap

dilakukan yaitu seorang pekerja lingkungan. Jika dalam diri tidak

enggan membantu dalam hal mempunyai niatan untuk menolong

berkompetisi. Akibatnya yang timbul orang lain karena sebab lingkungan

adalah persaingan yang tidak sehat. dia berada sekarang maka saat ada

Dengan penjelasan di atas dapat seseorang yang memerlukan bantuan

diartikan bahwa seseorang yang akan dihiraukan serta acuh untuk

bekerja di instansi tertentu atau di tidak melakukan pertolongan terhadap

sebuah perusahaan dapat membantu yang membutuhkan.

temannya satu sama lain dan juga bisa Hal ini sesuai dengan hasil uji

menjadi saingan antar sesama karena korelasi yang memperoleh nilai rxy

62
M. Fiky Tartila dan Lailatuzzahro Al-Akhda Aulia

sebesar 0,2513 pada taraf signifikansi tinggi atau rendah. Hal tersebut dapat

5% yakni 0,279 dengan demikian dilihat dari koefisien determinan

memang tidak ada hubungan antara sebesar 6,31 % yang berarti bahwa

Kecerdasan Interpersonal dengan Kecerdasan Interpersonal memberikan

Perilaku Prososial. Sehingga dapat sumbangan hanya sedikit terhadap

diketahui bahwa kecerdasan Perilaku Prososial sebesar 6,31 %

interpersonal pada karyawan tidak sedangkan 93,69 % lainya adalah

menunjukkan hubungan dengan pengaruh dari faktor lain.

perilaku prososial yang dimiliki Adapun faktor – faktor yang ada

karyawan tersebut. hubungan dengan perilaku prososial

Sesuai dengan hal di atas pada karyawan bukan hanya

Prasetyo dan Andriyani (dalam kecerdasan interpersonal namun

Maulida dan Zulfitria, 2017) juga masih banyak faktor lain yang turut

mengemukakan kecerdasan andil dalam mempengaruhi tinggi

interpersonal adalah kapasitas untuk rendahnya perilaku prososial pada

memahami dan menilai motivasi dan karyawan. Seperti pendapat yang

perasaan diri sendiri. Dengan dikemukakan oleh Sarwono (2002,

penjelasan tersebut bahwa perilaku dalam Sumarsongko, 2015) bahwa

untuk memberi pertolongan terhadap banyak faktor yang menjadikan

sesama masih dipertimbangkan oleh seseorang karyawan berperilaku

diri sendiri dengan memahami prososial di antaranya daya tarik,

kesusahan yang dihadapai oleh orang atribusi terhadap korban, suasana hati,

lain dan apakah akan berakibat baik sifat, jenis kelamin, pola asuh serta

bagi diri si penolong. tempat tinggal. Banyak sekali hal lain

Dari hasil perhitungan product yang mempengaruhi tinggi rendahnya

moment memang sudah jelas tidak ada perilaku prososial.

hubungan yang signifikan, dimana Selain itu menurut Dayakisni dan

Kecerdasan Interpersonal tidak dapat Hudaniah (2006, dalam Giranitika

digunakan untuk meramalkan 2018) menyatakan bahwa timbulnya

seseorang memiliki Perilaku Prososial

63
Kecerdasan Interpersonal dan Perilaku Prososial

perilaku prososial dipengaruhi oleh yang khas dalam menyesuaikan diri

faktor–faktor seperti: terhadap lingkungan.

1. karakteristik situasional meliputi

bystander, daya tarik, atribusi Kesimpulan

terhadap korban adanya model,

desakan waktu, sifat kebutuhan Hasil dari penelitian ini

korban; menyatakan bahwa tidak ada

2. karakteristik personal yang hubungan antara kecerdasan

melihat kejadian meliputi interpersonal dengan perilaku

kehadiran orang lain, prososial. Dengan demikian variabel

pengorbanan yang dikeluarkan, kecerdasan interpersonal tidak dapat

pengalaman dan suasana hati, meramalkan tinggi rendahnya

kejelasan stimulus, adanya norma- perilaku prososial pada karyawan.

norma sosial dan hubungan antara Artinya, jika kecerdasan interpersonal

calon penolong dengan korban. tinggi kemungkinan perilaku prososial

juga tinggi dan rendah. Sebaliknya jika

Perilaku prososial meliputi perilaku prososial tinggi kemungkinan

segala bentuk tindakan yang kecerdasan interpersonal tinggi dan

dilakukan atau direncanakan untuk juga bisa rendah.

menolong orang lain, tanpa Hal ini dikarenakan banyak

mempedulikan motif-motif si faktor yang dapat mempengaruhi

penolong. Tetapi menurut Sarwono perilaku prososial selain kecerdasan

(2009, dalam Sumarsongko, 2015) interpersonal juga faktor lain seperti

menegaskan bahwa faktor–faktor lain daya tarik, atribusi terhadap korban,

yang mempengaruhi perilaku suasana hati, sifat, jenis kelamin, pola

prososial yaitu faktor dalam diri asuh serta tempat tinggal. Banyak

seperti sifat atau kepribadian, dimana sekali hal lain yang mempengaruhi

kepribadian merupakan organisasi tinggi rendahnya perilaku prososial.

dinamis dalam individu sebagai sistem

psikofisis yang menentukan caranya

64
M. Fiky Tartila dan Lailatuzzahro Al-Akhda Aulia

Referensi Matondang, E. S. (2016). Perilaku


Prososial (Prosocial Behavior)
Anjani, K. Y. (2018). Hubungan Empati
Anak Usia Dini dan Pengelolaan
dengan Perilaku Prososial pada
Kelas Melalui Pengelompokkan
Siswa SMK Swasta X di
Usia rangkap (Multiage
Surabaya. Character: Jurnal
Grouping). Eduhumaniora: Jurnal
Psikologi, 5(2).
Pendidikan Dasar, 8(1), 24-47.
Armstrong, T. (2013). Kecerdasan
Maulida, A., & Zulfitria. (2017).
Multipel di dalam Kelas. Jakarta:
Pengembangan Kecerdasan
Gramedia Pustaka Utama.
Interpersonal Anak Autis
Azwar, S. (2012). Metode Penelitian. Melalui Pemanfaatan Media
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Puzzel pada Siswa Kelas 2
Sekolah Dasar. Holistika: Jurnal
Bella, L. N., & Santi, D. E. (2020). Ilmiah PGSD, 1 (2).
Korelasi Antara Locus of Control
Internal dengan Perilaku Meilani, V., Yuwono, S., & Psi, S.
Prososial pada Relawan MRI (2018). Hubungan Antara Regulasi
Surabaya. SUKMA: Jurnal Emosi dengan Perilaku Prososial
Penelitian Psikologi, 1(2), 153-163. pada Perawat RSUD DR. Moewardi
(Doctoral dissertation,
Giranitika. (2018). Hubungan antara Universitas Muhammadiyah
Kecerdasan Emosional dan Perilaku Surakarta).
Prososial pada Mahasiswa
Angkatan 2017 Fakultas Psikologi Nurhalizah. (2019). Hubungan Antara
UIN Maulana Malik Ibrahim Bystander effect dengan Perilaku
Malang. Naskah tidak Prososial pada Mahasiswa Fakultas
dipublikasikan. UIN Maulana Psikologi Universitas Medan Area.
Malik Ibrahim Malang. Naskah Tidak Dipublikasikan.
Medan.
Juniarti, F. & Jumiatin, D. (2018).
Mengembangkan Kecerdasan Oviyanti, F. (2017). Urgensi
Interpersonal melalui Metode Kecerdasan Interpersonal Bagi
Bermain Peran pada Anak Usia Guru. Tadrib, 3(1), 75-97.
Dini di RA Al-Hidayah
Oktaviani, A. (2016). Hubungan antara
Bandung. Jurnal Ceria, 1(5), 1-6.
Empati dengan Perilaku Prososial
Lestari, S. S., & Witri, T. M. (2019). pada Siswa SMK Batik Surakarta.
Hubungan antara Religiusitas Naskah Tidak Dipublikasikan.
dan Kecerdasan Emosional Fakultas Psikologi. Universitas
terhadap Komunikasi Sosial Muhammadiyah Surakarta.
(Studi pada Perilaku Prososial
Rianggareni., O. R. (2015). Hubungan
Mahasiswa). Medium: Jurnal
Antara Empati Dan Perilaku
Ilmiah, 7(1), 1-17.
Prososial Pada Remaja Di SMPN 5
Boyolali. Naskah Tidak

65
Kecerdasan Interpersonal dan Perilaku Prososial

Dipublikasikan. Universitas Prososial pada Satpam PT. Danliris


Kristen Satya Wacana, Salatiga. Surakarta. Naskah Tidak
Dipublikasi. Fakultas Psikologi.
Rohmiani, A. (2018). Pengaruh Universitas Muhammadiyah
Kecerdasan Interpersonal dan Surakarta.
Kecerdasan Intrapersonal terhadap
Kesejahteraan Psikologis pada Yanuarsari, R., Muchtar, H. S., &
Remaja di MTsN 6 Tulungagung. Nurapriani, R. (2019). Pengaruh
Naskah Tidak Dipublikasikan. Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Fakultas Psikologi UIN Maulana Perkembangan Kecerdasan
Malik Ibrahim, Malang. Interpersonal Anak Usia Dini Di
TK Mekar Arum Kota Bandung.
Satoto, G. (2014). Hubungan antara
Indonesian Journal of Adult and
empati dan perilaku Altruistik Pada
Community Education, 1(1), 40-47.
Siswa SMK Bina Patria 2
Sukoharjo. Naskah Tidak
Yarni, D., & Lestari, Y. I. (2017).
Dipublikasikan. Fakultas
Perbedaan Kecerdasan
Psikologi. Universitas
Interpersonal Pada Remaja
Muhammadiyah Surakarta.
dengan Orangtua Lengkap dan
Tidak Lengkap. Jurnal Psikologi,
Segara, I. M. W., Arthana, I. K. R.,
12(1), 16-22.
Santyadiputra, G. S., & ST, M. C.
(2016). Hubungan kecerdasan
Yaumi, M. (2016). Pembelajaran Berbasis
interpersonal dan altruisme
Kecerdasan Jamak. Jakarta:
terhadap prestasi belajar siswa
Prenada Media Group.
pada mata pelajaran teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) Yusuf, P. M., & Kristiana, I. F. (2017).
di SMA Negeri 1 Mengwi pada Hubungan antara Regulasi
semester genap tahun ajaran Emosi dengan Perilaku Prososial
2015/2016. KARMAPATI Siswa SMA. Jurnal Empati, 7 (3),
(Kumpulan Artikel Mahasiswa 98-104.
Pendidikan Teknik Informatika),
5(2), 140-148. Wahy Wahyuni, A., & Mahmud, H. R.
(2016). Hubungan Kecerdasan
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Interpersonal Siswa Dengan
Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Perilaku Verbal Bullying Di Sd
Bandung: Alfabeta. Negeri 40 Banda Aceh. Jurnal
Pesona Dasar, 3(4), 34-42.
Sumarsongko, S. (2015). Hubungan
antara Harga Diri dengan Perilaku

66

You might also like