You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Mampu mengambil keputusan dengan baik adalah pembebasan diri yang sangat tepat di
dalam kehidupan ini, tidak dapat di pungkiri bahwa manusia hidup tidak terhindar dari
masalah dan mereka di tuntut untuk menyelesaikannya. Pada sisi lain, adanya kesulitan dalam
mengambil keputusan merupakan hal yang wajar bahkan bisa menimbulkan kesukaran-
kesukaran terhadap keputusan itu sendiri yang menyangkut seluruh aspek kehidupan
khususnya di bidang manajemen karena dalam suatu lingkup manajemen tidak dapat terlepas
dari suatu permasalahan.
             Merupakan sifat kodrati manusia jika seseorang tidak dapat hidup secara individual
karena manusia adalah zon politicon yaitu makhluk social yang saling membutuhkan antara
satu dengan yang lainnya. Dalam agama islam telah diajarkan bahwa menyelesaikan
permasalahan tidak harus dengan emosi atau atas kehendak sendiri melainkan dengan jalan
musyawarah. Begitupun dalam manajemen seorang pemimpin harus mampu bertanggung
jawab dalam menyelasaikan persoalan di dalam perusahaannya, dengan bermusyawarah
manusia akan dapat bertukar fikiran dan saling berargumen untuk mencari solusi yang tepat
dan membawa maslahat bagi semua orang. Dalam makalah ini akan di bahas bagaimana
seharusnya menyelesaikan persoalan dengan jalan musyawarah, dengan dalil dari ayat Al-
Qur’an dan Hadist.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian musyawarah
2. Dalil yang Berhubungan dengan musyawarah
3. Tujuan dan manfaat Musyawarah

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian musyawarah
2. Mengetahui dalil-dalil yang berhubungan dengan musyawarah
3. Mengetahui tujuan dan manfaat musyawarah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Musyawarah
Musyawarah adalah suatu kelaziman fitrah manusia dan termasuk tuntuntan stabilitas suatu
masyarakat. Musyawarah bukanlah tujuan pada asalnya, tetapi disyariatkan dalam agama
Islam untuk mewujudkan keadilan diantara manusia, dan juga untuk memilih perkara yang
paling baik bagi mereka, sebagai perwujudan tujuan-tujuan syari’at dan hukum-hukumnya,
oleh karena itu musyawarah adalah salah satu cabang dari cabang-cabang syari’at agama,
mengikuti serta tunduk pada dasar-dasar syari’at agama.
Musyawarah merupakan suatu jalan untuk menciptakan kedamaian dalam kehidupan
manusia, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan bahkan dalam suatu negara.
Karena musyawarah adalah merupakan suatu bentuk pemberian penghargaan terhadap diri
manusia yang ingin diperlakukan sama dalam derajatnya sebagai manusia untuk ikut
bersama baik dalam aktivitas kerja maupun pemikiran.
Orang-orang yang diajak musyawarah hendaknya orang yang berilmu dan juga dapat
dipercaya serta orang yang berpengaruh dalam urusan yang dibahas. Adapun persoalan yang
perlu dimusyawarahkan adalah urusan dunia dan keagamaan yang tidak ada petunjuknya
dari Allah secara qath’i, baik langsung maupun melalui Nabi-Nya.

‫اورْ هُ ْم ِفي اَأْل ْم ِر‬


ِ ‫َو َش‬
“Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu” [Ali-Imran/3 : 159]
Yang demikian itu, agar kaum muslimin bermusyawarah dalam berbagai urusan kehidupan
mereka selama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bermusyawarah dengan sahabat-
sahabatnya (semoga Allah meridhai mereka semuanya).
Dan kaum muslimin mengamalkan mabda (ajaran) ini adalah lebih utama. Oleh karena itu
turunlah ayat yang mensifati kaum muslimin tentang musyawarah. Allah berfirman.
‫َوَأ ْم ُرهُ ْم ُشو َر ٰى بَ ْينَهُ ْم‬
“Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka” [Asy-Syuura/42 :
38]
Artinya : “Kaum muslimin tidak memutuskan masalah dengan pendapat mereka sendiri
hingga mereka bermusyawarah serta bersepakat dalam satu masalah. Yang demikian itu
karena kuatnya perhatian dan kewaspadaan mereka, jujurnya persaudaraan mereka dalam
keimanan, dan saling cinta mencintai diantara mereka karena Allah”

B. Dalil yang berhubungan dengan Musyawarah


1. Surat Al-Baqarah ayat 233:

) ٢٣٣ U:‫اض ِم ْنهُ َما َوتَ َشا ُو ٍر فَال ُجنَا َح َعلَ ْي ِه َما (البقرة‬ َ ِ‫فَِإ ْن َأ َرادَا ف‬
ٍ ‫صاال ع َْن تَ َر‬
Artinya: “Apabila keduanya (suami istri) ingin menyapih anak mereka (sebelum dua
tahun) atas dasar kerelaan dan permusyawarahan antara mereka. Maka tidak ada dosa
atas keduanya”. (QS. Al-Baqarah: 233)
2. Surat Ali ‘Imran ayat 159 :

‫وا ِم ْن‬U‫ض‬ ِ ‫ظَ ْالقَ ْل‬U‫ا َغلِي‬UUًّ‫ت فَظ‬


ُّ َ‫ب ال ْنف‬ َ ‫لَو ُك ْن‬ َ ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِم َن هَّللا ِ لِ ْن‬
ْ ‫ت لَهُ ْم َو‬
َ ‫ر فَِإ َذا‬U
َ ‫عَز ْم‬
‫ت‬ ِ U‫اورْ هُ ْم فِي األ ْم‬ ِ U‫تَ ْغفِرْ لَهُ ْم َو َش‬U‫اس‬ ْ ‫ف َع ْنهُ ْم َو‬ ُ ‫ك فَا ْع‬
َ ِ‫َح ْول‬
) ١٥٩ :‫ين (ال عمران‬ َ ِ‫فَتَ َو َّكلْ َعلَى هَّللا ِ ِإ َّن هَّللا َ ي ُِحبُّ ْال ُمتَ َو ِّكل‬
Artinya : “Maka disebabkan rahmat Allahlah, engkau bersikap lemah lembut terhadap
mereka. Seandainya engkau bersikap kasar dan berhati keras. Niscaya mereka akan
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Kerena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan tertentu.
Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali
‘Imran: 159)
3. Surat Al-Syura, Ayat 38 (Makkiyyah):

‫و َرى بَ ْينَهُ ْم‬U ‫ ُرهُ ْم ُش‬U‫اَل ةَ َوَأ ْم‬U ‫الص‬


َّ ‫ين ا ْستَ َجابُوا لِ َربِّ ِه ْم َوَأقَا ُموا‬
َ ‫َوالَّ ِذ‬
َ ُ‫َو ِم َّما َر َز ْقنَاهُ ْم يُ ْنفِق‬
‫ون‬
Artinya : “(bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya,
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara
mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada
mereka.” (QS. Al-Syura: 38)

4. Hadist dari Hasan ra

‫ َولَ ِكنَّهُ َأ َرا َد َأ ْن‬,ُ‫ ِه ِإلَ ْي ِه ْم َحاجَ ة‬Uِ‫ قَ ْد َعلَ َم هللاُ َأنَّهُ مَا ب‬:ُ‫ض َي هللاُ َع ْنه‬
ِ ‫َع ِن ْال َح َس ِن َر‬
‫ط‬UU‫وم ق‬UU‫ا ور ق‬UU‫ا تش‬UU‫( م‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ‫ َو َع ْن النَّبِ ِّى‬.‫يُ ْستَ َن بِ ِه ِم ْن بَ ْع ِده‬
) ‫)إال هدوا ألرشد أمرهم‬
“Hadits yang diriwayatkan dari hasan semoga ridha Allah darinya: Allah sungguh
mengetahui apa yang mereka butuhkan dan tetapi yang ia inginkan enam puluh orang.
Dan dari Nabi saw: (suatu kaum memadai dalam bernusyawarah tetang sesuatu
kecuali mereka ditunjuki jalan yang lurus untuk urusan mereka).”

5. Hadits dari Imam Ahmad

‫ لَ ِواجْ تَ َم ْعنَمَا فِى‬:‫ر َو ُعمَ َر‬U ِ U‫لّ َم آِل بِى بَ ْك‬U‫ ِه َو َس‬U‫ل ّى هللاُ َعلَ ْي‬U‫ص‬ َ َ‫ق‬
َ َ‫ال َرس ُْو ُل هللا‬
)‫ أحمد‬.‫ااختَلَ ْفتُ ُك َما (ر‬ْ ‫َم ُش ْو َر ِة َم‬

Telah bersabda Rasulullah SAW. Kepada Abu Bakar dan Umar : “Apabila kalian
berdua sepakat dalam musyawarah, maka aku tidak akan menyalahi kamu berdua.”
(HR. Ahmad)
6. Hadist dari Ibnu Majjah

)‫ِإ َذا ا ْستَ َشا َأ َح ُد ُك ْم َأ َخاهُ فَ ْليَ َس َّر َعلَ ْي ِه (ابن ماجه‬
“Apabila salah seorang kamu meminta bermusyawarah dengan saudaranya, maka
penuhilah.” (HR. Ibnu Majah)

Jadi, yang dimaksud musyawarah mufakat adalah perundingan bersama untuk


memecahkan masalah, sehingga tercapai keputusan bulat yang akan dilaksanakan
bersama. Kita mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentigan bersama bukan untuk kepentingan golongan atau pribadi. Dalam proses
musyawarah kita pasti akan mendengar pendapat dari peserta musyawarah. Pendapat
tersebut bisa saja berbeda – beda bahkan saling bertentangan. Apabila kesepakatan
telah diambil, maka kesepakatan itu sudah bukan lagi milik dari pihak yang
mengusulkan namun telah menjadi milik bersama. Keputusan tersebut harus dipatuhi
dan dan dilaksanakan bersama dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

C. Manfaat Musyawarah
Dalam kehidupan kemasyarakatan, musyawarah mufakat memiliki beberapa manfaat
langsung, yaitu sebagai berikut :
1. Musyawarah mufakat merupakan cara yang tepat untuk mengatasi berbagai silang
pendapat.
2. Musyawarah mufakat berpeluang mengurangi penggunaan kekerasan dalam
memperjuangkan kepentingan.
3. Musyawarah mufakat berpotensi menghindari dan mengatasi kemungkinan
terjadinya konflik.

D. Prinsip Musyawarah
Ada beberapa prinsip yang harus dipegang teguh dalam membuat keputusan bersama
secara musyawarah mufakat, yakni sebagai berikut :
1. Pendapat disampaikan secara santun.
2. Menghormati pendapat orang lain yang bertentangan pendapat.
3. Mencari titik temu diantara pendapat-pendapat yang ada secara bijaksana.
4. Menerima keputusan bersama secara besar hati, meski tidak sesuai dengan
keinginan.
5. Melaksanakan keputusan bersama dengan sepenuh hati.

Dalam pelaksanaan musyawarah untuk mencapai mufakat kita harus berpedoman pada
prinsip-prinsip dan aturan musyawarah antara lain :
1. Musyawarah dilandasi dengan akal sehat dan hati nurani yang luhur.
2. Musyawarah dilandasi semangat kegotongroyongan dan kekeluargaan.
3. Mengutamakan kepentingan umum.
4. Menghargai pendapat orang lain.
5. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
6. Melaksanakan keputusan bersama dengan dilandasi itikad baik dan penuh rasa
tanggung jawab.

Agar kata mufakat dapat dicapai dengan baik maka masing-masing pihak yang
bermusyawarah harus bisa menyadari hal-hal sebagai berikut :
1. Masalah yang dihadapi adalah masalah bersama
2. Setiap anggota musyawarah mempunyai kedudukan yang sama sehingga
mempunyai peran yang sama dalam penyelesaian masalah.
3. Musyawarah adalah untuk kepentingan bersama sehingga kepentigan bersama harus
didahulukan daripada kepentingan pribadi maupunn golongan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. memecahkan persoalan (mencari jalan keluar) guna mengambil keputusan bersama
dalam penyelesaian atau pemecahan masalah yang menyangkut urusan keduniawian.
2. Prinsip yang harus dipegang teguh dalam membuat keputusan bersama secara
musyawarah mufakat, yakni sebagai berikut :
a. Pendapat disampaikan secara santun.
b. Menghormati pendapat orang lain yang bertentangan pendapat.
c. Mencari titik temu diantara pendapat-pendapat yang ada secara
bijaksana.Menerima keputusan bersama secara besar hati, meski tidak sesuai
dengan keinginan.
d. Melaksanakan keputusan bersama dengan sepenuh hati.
e. Setelah keputusan diambil dalam musyawarah, maka keputusan itu bukan
menjadi milik perorangan, tetapi sudah menjadi milik bersama. Keputusan
bersama harus dipatuhi dan dilaksanakan bersama. Akibat dari keputusan itu juga
menjadi tanggung jawab bersama.

B. Saran
Kita sebagai warga negara yang baik harus menghayati dan menjungjung tinggi setiap
hasil keputusan musyawarah, karena itu semua pihak yang bersangkutan harus
menerimannya dan melaksanakannya dengan itikad baik dan penuh rasa tanggung jawab.
Disini kepentingan bersamalah yang diutamakan di atas kepentingan pribadi atau
golongan. Pembicaraan dalam musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai
dengan hati nurani yang luhur agar tidak ada pihak yang dirugikan satu sama lain.
Keputusan-keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjungjung tinggi harkat dan martabat manusia serta
nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
Daftar Pustaka

https://almanhaj.or.id/1974-musyawarah-adalah-peraturan-allah.html
http://zuherli.blogspot.com/2013/08/makalah-quran-hadits-tentang.html
http://myriskadewi.blogspot.com/2017/02/makalah-tentang-musyawarah.html
http://tugasagamamusyawarah.blogspot.com/2015/11/makalah-agama-tentang-
musyawarah.html

You might also like