Professional Documents
Culture Documents
Bahan Ajar Program KB & ASI EKSKLUSIF
Bahan Ajar Program KB & ASI EKSKLUSIF
EKSKLUSIF
KD 3.13
Menganalisis penerapan prinsip reproduksi pada manusia dan pemberian ASI eksklusif dalam program
keluarga berencana sebagai upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM).
INDIKATOR
3.13.1 Menjelaskan konsep Keluarga Berencana (KB).
3.13.2 Menjelaskan metode dan mekanisme kerja alat kontrasepsi dalam program Keluarga
Berencana (KB).
3.13.3 Menganalisis peranan program Keluarga Berencana (KB) terhadap peningkatan mutu Sumber
Daya Manusia (SDM).
3.13.4 Menjelaskan konsep ASI eksklusif.
3.13.5 Mengidentifikasi kandungan nutrisi ASI.
3.13.6 Menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi ASI.
3.13.7 Mengaitkan manfaat pemberian ASI eksklusif dengan program keluarga berencana (KB).
MATERI PEMBELAJARAN
A. KELUARGA BERENCANA
1. Pengertian
KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk
mendapatkan objektif-objketif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval
diantara kehamilan, mengontrol waktu 11 saat kehamilan dalam hubungan
dengan umur suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (BKKBN,
2009).
2. Tujuan
Tujuan keluarga berencana menurut BKKBN (2012) adalah :
a. Meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak serta
keluarga dan bangsa pada umumnya.
b. Meningkatkan martabat kehidupan rakyat dengan cara menurunkan angka
kelahiran sehingga pertambahan penduduk tidak melebihi kemampuan untuk
meningkatkan reproduksi.
Tujuan KB berdasarkan rencana strategis (RENSTRA) 2010-2014 meliputi:
a. Mewujudkan keserasian
b. Keluarga dengan anak ideal
c. Keluarga sehat
d. Keluarga berpendidikan
e. Keluarga sejahtera
f. Keluarga berketahanan
g. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
h. Penduduk tumbuh seimbang (PTS)
3. Kontrasepsi
Pengaturan kelahiran, yang dikenal pula sebagai kontrasepsi dan pengaturan
fertilitas, merupakan metode atau alat yang digunakan untuk mencegah
kehamilan.
a. Metode kontrasepsi
1) Hormonal
Kontrasepsi hormonal bekerja dengan mencegah terjadi ovulasi dan
fertilisasi. Kontrasepsi hormonal tersedia dalam berbagai bentuk, termasuk
pil oral, implan/susuk di bawah kulit, suntikan, koyo, AKDR dan cincin
vagina. Saat ini kontrasepsi hormonal hanya tersedia untuk wanita. Ada dua
jenis kontrasepsi oral, yaitu pil kontrasepsi oral kombinasi dan pil
progestogen saja. Bila dilakukan selama kehamilan, kontrasepsi hormonal
tidak meningkatkan risiko keguguran dan maupun kelainan bawaan.
Kontrasepsi hormonal kombinasi diasosiasikan dengan sedikit
peningkatan risiko vena dan gumpalan darah arteri; akan tetapi, risikonya
lebih kecil dibandingkan dengan risiko yang terkait dengan kehamilan.
Karena risiko ini, kontrasepsi hormonal kombinasi tidak disarankan bagi
wanita berusia di atas 35 tahun yang masih merokok. Efek pada gairah
seksual bervariasi, dengan peningkatan atau penurunan gairah seksual pada
beberapa orang, tapi mayoritas tidak mengalami efek tersebut.
Kontrasepsi oral kombinasi menurunkan risiko kanker ovarium dan
kanker endometrium dan tidak mengubah risiko kanker payudara.
Kontrasepsi ini seringkali mengurangi perdarahan haid dan nyeri haid. Dosis
estrogen yang lebih rendah pada cincin vagina dapat mengurangi risiko nyeri
payudara, mual, dan sakit kepala yang diasosiasikan dengan produk-produk
dengan dosis estrogen yang lebih tinggi.
2) Metode Barier
Kontrasepsi barier adalah perangkat yang berupaya mencegah
kehamilan dengan cara menghalangi sperma agar tidak memasuki rahim.
Kontrasepsi barier meliputi kondom pria, kondom wanita, sungkup servik,
diafragma, dan spons kontrasepsi dengan spermisida.
3) Sterilisasi
Bedah sterilisasi tersedia dalam bentuk tubektomi untuk wanita dan
vasektomi untuk pria. Tidak ada efek samping jangka panjang yang
signifikan, dan tubektomi mengurangi risiko kanker ovarium. Kemungkinan
komplikasi jangka pendek pada vasektomi dua puluh kali lebih kecil
dibandingkan tubektomi. Setelah vasektomi dilakukan, mungkin terdapat
pembengkakan dan nyeri pada skrotum yang biasanya sembuh dalam waktu
satu atau dua minggu. Pada tubektomi, komplikasi terjadi pada 1 sampai 2
persen prosedur di mana komplikasi serius biasanya diakibatkan oleh
anestesi. Kedua metode tersebut tidak memberikan perlindungan terhadap
infeksi menular seksual.
4) Perilaku
Metode perilaku mencakup pengaturan waktu atau cara berhubungan
seksual untuk mencegah masuknya sperma ke dalam saluran reproduksi
wanita, baik secara keseluruhan atau ketika terdapat sel telur.Bila digunakan
dengan tepat, tingkat kegagalan pada tahun pertama mungkin sekitar 3,4%,
tetapi bila digunakan dengan tidak tepat, tingkat kegagalan pada tahun
pertama dapat mencapai 85%.
5) Pemahaman Fertilitas
Metode pemahaman fertilitas melibatkan penentuan hari paling subur
pada siklus haid dan mencegah hubungan seksual yang tidak diproteksi.
Teknik untuk menentukan fertilitas meliputi pemantauan suhu tubuh basal,
sekresi serviks, atau hari pada siklus. Metode ini biasanya memiliki tingkat
kegagalan pada tahun pertama pada penggunaan yang tidak tepat berkisar
antara 12% sampai 25%; pada penggunaan tepat, tingkat kegagalan pada
tahun pertama bergantung pada sistem yang digunakan dan biasanya
berkisar antara 1% sampai 9%. Akan tetapi, bukti yang mendasari perkiraan
ini lemah karena sebagian besar orang yang mengikuti uji coba
menghentikan penggunaan metode ini secara dini. Secara global, metode ini
digunakan oleh sekitar 3,6% pasangan.
6) Senggama Terputus
Metode sanggama terputus (juga dikenal dengan sebutan coitus
interruptus), adalah praktik menghentikan hubungan seksual ("menarik
keluar") sebelum ejakulasi. Risiko utama metode penarikan adalah sang pria
mungkin tidak melakukan manuver dengan benar atau tepat waktu. Tingkat
kegagalan pada tahun pertama bervariasi dari 4% pada penggunaan tepat
sampai 27% pada penggunaan yang tidak tepat.Beberapa profesional medis
tidak menganggap metode ini sebagai kontrasepsi.
7) Laktasi
Metode amenorea laktasi melibatkan kondisi infertilitas pospartum alami
wanita yang terjadi setelah persalinan dan dapat diperpanjang dengan
menyusui. Ini biasanya memerlukan ketiadaan haid, memberikan ASI
eksklusif kepada bayi, dan anak di bawah enam bulan. Badan Kesehatan
Dunia menyatakan bahwa bila ASI menjadi satu-satunya sumber nutrisi pada
bayi, tingkat kegagalan metode ini adalah 2% dalam enam bulan setelah
persalinan. Uji coba telah menemukan tingkat kegagalan antara 0% sampai
7,5%. Tingkat kegagalan naik menjadi 4-7% pada usia anak satu tahun dan
13% pada usia dua tahun. Memberikan susu formula, memompa alih-alih
menyusui secara langsung, penggunaan empeng, dan memberikan makanan
padat menaikkan tingkat kegagalan. Pada mereka yang memberikan ASI
eksklusif, sekitar 10% mulai mengalami haid sebelum tiga bulan dan 20%
sebelum enam bulan. Pada mereka yang tidak menyusui, fertilitas mungkin
kembali normal dalam waktu empat minggu setelah persalinan.
4. Peranan Program KB
Program KB memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, kesejahteraan, dan
kebahagiaan keluarga di Indonesia. Manfaat dari KB antara lain:
a. Menurukan resiko kanker Rahim dan serviks
Rahim adalah bagian penting dalam organ reproduksi wanita. Salah satu
penyakit berbahaya yang dapat menyerang system reproduksi ini adalah
kaker Rahim. Kanker Rahim menyerang sel-sel pada dinding Rahim.
Sementara kanker serviks adalah kanker yang muncul pada leher Rahim
organ wanita. Serviks berfungsi sebagai pintu masuk menuju Rahim. Kedua
kanker ini disebabkan oleh virus HPV atau Human papillomavirus.
Penggunaan alat-alat kontrasepsi seperti spiral dapat menurunkan resiko
terserang kanker ini secara sigifikan. Hal ini dikarenakan spiral yang ditanam
di dalam Rahim dapat mencegah serangan dari virus HVP.
b. Menghindari kehamilan yang tidak diharapkan
Kehamilan yang tidak diharapkan seringkali terjadi di tengah masyarakat dan
biasanya disebabkan oleh kecerobohan. Kasus ini umumnya terjadi pada
pasangan muda yang belum terikat pernikahan atau keluarga yang sudah
memiliki terlalu banyak momongan. Maraknya ppergaulan bebas di Indonesia
juga membuat jumlah kehamilan di luar kian meningkat. Kehamilan-
kehamilan tersebut biasanya diakhiri dengan tindakan berbahaya yaitu aborsi
untuk menggugurkan kandungan. Jika janin tersebut akhirnya dilahirkan,
tetap aka nada masalah seperti kesiapan mental orang tua dalam membina
momongan atau beban ekonomi keluarga yang meningkat. Program KB dibuat
dengan tujuan meminimalisir kasus-kasus seperti ini.
c. Mencegah penyakit menular seksual
Berhubungan seksual tidak terlepas dari resiko menderita penyakit menular
seksual (PMS). Penggunaan alat kontrasepsi dapat mencegah penyakit-
penyakit seperti HIV/AIDS, sipilis, dan penyakit menular seksual lainnya.
d. Meningkatkan kesehatan ibu dan bayi
Proses kehamilan yang direncanakan dengan matang akan memberikan
dampak baik bagi kesehatan ibu dan bayi. Program keluarga berencana akan
memberikan pengarahan kepada orang tua untuk langkah-langkah menjaga
kesehatan ibu hamil dan kesehatan kandungan.
e. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi
Kasus ibu dan bayi yang meninggal pada proses persalinan masih sering
dijumpai. Kasus tersebut bisa terjadi sewaktu proses persalinan maupun di
hari-hari awal kelahiran sang bayi. Hal seperti ini terjadi karena sang ibu
kurang mengerti hal-hal yang harus dilakukan sewaktu masa hamil atau
belum siap untuk melahirkan. Program keluarga berencana juga akan
memberikan pengarahan kepada ibu hamil dan keluarga tentang cara
merawat kesehatan ibu dan janin. Selain itu pengarahan tentang proses
persalinan juga akan diberikan.
f. Menghasilkan keluarga yang berkualitas
Kualitas keluarga banyak ditentuan oleh perencanaan keluarga yang
matangmegenai jumlah anak, jumlah kelahiran dan usia ideal untuk hamil.
Keluarga yang merencanakan hal tersebut secara mendalam memiliki
kesempatan lebih besar untuk menjadi keluarga berkualitas dari berbagai
aspek kehidupan.
g. Menjamin pendidikan anak lebih baik
Dewasa ini, banyak dijumpai anak di bawah umur yang seharusnya
bersekolah terlihat membanting tulang untuk mencari uang sendiri. Hal
tersebut dilakukan untuk membantu menghidupi dan mengurangi beban
keluarganya. Masalah ini terjadi karena kurangnya perencanaan dalam
keluarga. Jumlah momongan harus disesuaikan denga kondisi ekonomi
keluarga, jika memang sedang berkekurangan sebaiknya berpikir lebih
matang sebelum menambah momongan.
B. ASI Eksklusif
Semenjak bayi dilahirkan, ia tidak lagi diberi nutrisi melalui plasenta.
Namun, sang ibu masih dapat memberi makan bayi dengan memproduksi
dan menyekresikan susu dari payudaranya. Di dalam payudara, terkandung
kelenjar mamae. Kelenjar mamae (kelenjar susu) berada di lapisan kulit dan
menyekresikan campuran lemak, protein, dan karbohidrat yang dikenal
dengan air susu.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI bagi bayi sejak lahir usia 0-6 bulan dimana
hanya diberi ASI tanpa makanan ataupun minuman tambahan apapun, karena
kandungan pada ASI sudah memenuhi seluruh kebutuhan bayi. Dengan demikian
bayi tidak diberikan tambahan cairan seperti susu formula, air putih, air teh, madu
atau makanan padat sebelum usia enam bulan.
Pemberian ASI eksklusifselama 6bulan pertama dianjurkan oleh badan
kesehatan dunia (WHO). Hal inididasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI
bagi daya tahan tubuh,pertumbuhan, dan perkembangan bayi. Rata-ratakebutuhan
cairan bayi sehat dalam sehari berkisar800–100 mL/kg berat badan dalamminggu
pertama usianya. Pada usia 3–6 bulan, bayi membutuhkan sekitar 140–160 mL/kg
beratbadan dalam sehari. Jumlah ini dapat dipenuhi dengan pemberian ASI eksklusif
dan tidak dibatasi(sesuai 'permintaan' bayi, baik siang maupun malam). Selain itu,
pemberian ASI eksklusifselama 6 bulan dapat menghemat pengeluaran rumah
tangga.
Referensi
Bakhtiar, Suaha. 2011. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional (halaman 231)
Ferdinand P, Fictor, dkk. 2009. Praktis Belajar Biologi 2. Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional (halaman 193-194)
Firmansyah, Rikki, dkk. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Biologi 2.Jakarta: Pusat Kurikulum
dan Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional (halaman 165-166)
Irnaningtyas. 2014. Biologi Untuk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga(halaman 422-424)
Pratiwi, D.A. 2015. Biologiuntuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga (halaman 251-253)