You are on page 1of 19

Media Ekonomi ISSN : 2442-9686 (online)

Vol. 27 No. 1 April 2019 : 17-36 ISSN : 0853-3970 (print)


DOI: http://dx.doi.org/10.25105/me.v27i1.5284

TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR


SEKTOR INDUSTRI BARANG DAN KONSUMSI SUB
SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Yulyanah1, Sri Yani Kusumastuti2*
1
Program Studi Diploma IV Keuangan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Trisakti
2
Program Studi Magister Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Trisakti
Jl. Kyai Tapa No.1, Grogol, Jakarta, 11440, Indonesia
*Corresponding author Email: sriyani.k@trisakti.ac.id

ABSTRACT
Purpose : This study aimed to examine the effect of profit level, debt level and
institusional ownership to tax avoidance.
Design/Methodology/ : The population in this study amounted to 18 food and beverage
Approach companies listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) in the
period 2013-2017. Determination of the sample using purposive
sampling method and obtained a sample of 5 food and beverage
companies based on certain criteria.
Independent variables used in this study profit level, debt level and
institusional ownership, and the dependent variable was measured
using the tax avoidance the measured of the book tax difference
(BTD).
The analysis tool used is the panel regression and the selected
model is a fixed effect model.
Findings : The result showed that profit level has positive effect on the tax
avoidance. Meanwhile the debt level does not have effect on the tax
avoidance and institusional ownership has negative effect on tax
avoidance.
Keywords : Tax avoidance; profit level, debt level and institusional ownership.

JEL Classification : G32, H26, H63

Submission date: 18 Agustus 2019 Accepted date: 19 Agustus 2019

PENDAHULUAN

Banyak perusahaan di Indonesia melakukan penghindaran pajak Berdasarkan survey yang


dilakukan penyidik IMF Ernesto Crivelly tahun 2016, dianalisa kembali oleh Universitas
PBB menggunakan database International Center for Policy and Research (ICTD), dan
International Center for Taxation and Development (ICTD) terhadap perusahaan di 30
negara. Indonesia menjadi peringkat 11 dari 30 negara dengan kerugian sekitar U$6,48
milliar akibat perusahaan yang melakukan penghindaran pajak.
Praktik penghindaraan pajak yang dilakukan perusahaan di Indonesia berdampak pada
penurunan pencapaian penerimaan pajak. Penurunan persentase pencapaian penerimaan

17
Media Ekonomi Vol. 27 No. 1 April 2019 ____________________________________________

pajak dipicu oleh banyaknya perusahaan yang melakukan penghindaran pajak. Pajak
menjadi beban perusahaan karena dapat mengurangi laba bersih. Oleh karena itu,
melakukan penghindaran pajak menjadi cara perusahaan untuk mengurangi pembayaran
pajaknya ke kas negara (Kurniasih & Sari, 2013). Perusahaan memanfaatkan celah-celah
(loopholes) dalam peraturan perpajakan sebagai salah satu tindakan legal dalam
penghindaran pajak untuk mengurangi beban pajak yang terutang (Pohan C. A., 2013).
Hal ini dapat dibuktikan dari pencapaian realisasi penerimaan pajak dalam APBN tidak
mencapai target bahkan mengalami penurunan yang dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Realisasi Penerimaan Pajak
Target Penerimaan Pajak Realisasi Penerimaan Pajak
Tahun (%)
(dalam triliun rupiah) (dalam triliun rupiah)
2013 Rp1148,4 Rp1077,3 93%
2014 Rp1246,1 Rp1146,9 92%
2015 Rp1489,3 Rp1240,4 83%
2016 Rp1539,2 Rp1285,0 83%
2017 Rp.1283,6 Rp1151,0 89%
Sumber: www.kemenkeu.go.id
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penghindaran pajak (tax avoidance),
diantaranya adalah tingkat keuntungan, tingkat utang, dan kepemilikan institusional.
Tingkat keuntungan adalah salah satu indikator kinerja manajemen perusahaan dalam
mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukan pada seberapa besar laba yang dapat
dihasilkan pada periode tertentu tertentu (Ifanda, 2016). Tingkat utang yaitu
menunjukkan besarnya pembiayaan operasional perusahaan yang dibiayai oleh utang
(Kurniasih & Sari, 2013). Tingkat utang adalah menunjukan sejauh mana aktiva dibiayai
oleh utang perusahaan (Oktagiani, 2015). Tingkat utang merupakan total utang yang
digunakan untuk membeli aset perusahaan (Annisa, 2017). Kepemilikan Institusional
adalah saham yang dimiliki pemerintah dan institusi lainnya seperti institusi keuangan,
institusi berbadan hukum dan institusi luar negeri (Ginting, 2016). Kepemilikan
Institusional adalah kepemilikan saham diatas 5% tetapi bukan merupakan kepemilikan
oleh pihak manajemen (Reinaldo, 2017).
Objek dari penelitian ini yaitu menggunakan perusahaan manufaktur sektor industri
barang dan konsumsi sub sektor makanan dan minuman. Alasan memilih sektor industri
barang dan konsumsi sub sektor makanan dan minuman dalam penelitian dikarenakan
industri makanan dan minuman menjadi salah satu sektor manufaktur andalan yang
berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan berkontribusi besar
terhadap penerimaan pajak. Hal ini, dapat tercermin dari hasil pencapaian kinerjanya dan
pergerakan harga sahamnya selama ini tercatat konsisten dan positif, baik dalam
peningkatan produktivitas, investasi, ekspor dan penyerapan tenaga kerja. Industri
makanan dan minuman menjadi salah satu sektor yang berkontribusi besar terhadap
investasi nasional, industri ini menyumbang hingga Rp56,60 triliun pada tahun 2018 dan
industri makanan dan minuman tumbuh sebesar 7,91% yang melampaui pertumbuhan
ekonomi nasional diangka 5,17% sehingga objek penelitian ini menggunakan sub sektor
makanan dan minuman.

18
Tax Avoidance pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi Sub Sektor
Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia____________________________

Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji
bagaimana pengaruh dari tingkat keuntungan, tingkat utang serta kepemilikan
institusional terhadap penghindaran pajak.
Penghindaran pajak (tax avoidance) adalah strategi yang dilakukan wajib pajak untuk
menghindari pajak secara legal karena tidak melanggar peraturan perpajakan. Teknik
penghindaranya dengan memanfaatkan kelemahan dan celah-celah dalam Undang-
undang perpajakan (Pohan C. A., 2013). Penghindaran pajak merupakan upaya
mengurangi beban pajak yang dapat dilakukan oleh perusahaan baik yang berskala besar
atau beskala kecil. (Reinaldo, 2017)
Tax avoidance dilakukan dengan memanfaatkan kelemahan-kelemahan dalam Undang-
undang perpajakan. Komite fiskal OECD menyatakan bahwa terdapat tiga karakter tax
avoidance yaitu (Ifanda, 2016): (1) Adanya unsur artifisial, dimana berbagai pengaturan
seolah-olah terdapat didalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan karena ketiadaan faktor
pajak. (2) Memanfaatkan celah-celah dalam Undang-undang dan ketentuan perpajakan
(Loopholess) secara legal untuk berbagai tujuan. (3) Adanya unsur kerahasiaan,
umumnya konsultan yang ditunjuk perusahaan untuk mengurus perpajakannya akan
memberi cara untuk melakukan penghindaran pajak dengan syarat wajib pajak dapat
menjaga kerahasiannya.
Skema penghindaran pajak dibagi menjadi dua yaitu, bentuk penghindaran pajak baik
legal maupun non legal. Pertama, upaya memperkecil pembayaran pajaknya dengan tidak
melanggar peraturan perpajakan yaitu tax avoidance. Kedua, melakukan tindakan yang
melanggar Undang-undang perpajakan yaitu penggelapan pajak (tax evasion) (Zain,
2003).
Pada umumnya, kepatuhan pajak diukur dengan seberapa besar perusahaan melakukan
penghematan pajak (tax saving), penghindaran pajak (tax avoidance) dan penggelapan
pajak (tax evasion) yang bertujuan untuk mengurangi beban pajak perusahaan (Zain,
2003). Berdasarkan teori, tarif pajak adalah sebagai salah satu faktor penentu yang
mempengaruhi kepatuhan pajak secara individual, dan kemungkinan dapat terindikasi
melakukan penghindaran (Hanlon & Heitzman, 2010). Selain itu, faktor yang lain adalah
kurangnya pengawasan didalam perusahaan sehingga manajemen akan bertindak sesuai
dengan kepentingannya sendiri yaitu melakukan tindakan penghindaran pajak.
Undang-undang Perpajakan menjelaskan bahwa membayar pajak merupakan kewajiban
wajib pajak sebagai warga negara untuk ikut berpartisipasi dalam membangun negara.
Namun, banyak wajib pajak seperti para pelaku bisnis pajak melakukan penghindaran
pajak, karena bagi mereka pajak merupakan beban bagi perusahaan yang akan
mengurangi laba bersih perusahaan (Surbakti, 2012). Ada beberapa cara perusahaan
dalam melakukan penghindaran pajak (Hoque, 2011), yaitu sebagai berikut: (1)
Menambahkan biaya pribadi sebagai biaya perusahaan untuk mengurangi laba
perusahaan. (2) Pembelanjaan modal diakui sebagai pembelanjaan operasional sehingga
dapat mengurangi utang perusahaan. (3) Mencatat biaya bahan baku yang berlebihan
sehingga dapat mengurangi laba sebelum pajak perusahaan.

19
Media Ekonomi Vol. 27 No. 1 April 2019 ____________________________________________

Bagi perusahaan multinasional, upaya penghindaran pajak dapat dilakukan dengan cara
mengalihkan sebagian laba ke anak perusahaanya yang beroperasi di negara yang
memiliki tarif yang lebih rendah (Puspita, 2014). Ada beberapa keuntungan dari tindakan
melakukan penghindaran pajak diantaranya, dapat memberi keuntungan ekonomis yang
besar (Amstrong & David, 2012), mensejahterakan para pemegang saham yaitu dapat
menekan biaya sehingga laba yang dihasilkan tinggi sehingga tingkat pengembalian
investasi kepada pemegang saham lebih tinggi (Minnick & Noga, 2010).
Penghindaran pajak dapat menimbulkan risiko yaitu berupa bunga, denda dan kehilangan
reputasi perusahaan yang akan berdampak buruk pada keberlangsungan perusahaan
(Amstrong & David, 2012). Risiko-risiko tersebut harus dipertimbangkan oleh
perusahaan dan pemegang saham. Pemegang saham hanya bersedia mengambil risiko jika
manfaat dari melakukan tindakan penghindaran pajaknya lebih besar dari biaya yang
harus dikeluarkan untuk membiayainya (Minnick & Noga, 2010). Pada umumnya,
pemegang saham berusaha untuk mengurangi risiko. Penghindaran pajak yang dilakukan
dalam jangka panjang memberikan manfaat dan keuntungan bagi perusahaan. Banyak
perusahaan yang berhasil melakukan penghindaran pajaknya dalam jangka waktu yang
berkelanjutan (Dyreng, Hanlon, & Mydew, 2010)
Terdapat tiga pengukuran tax avoidance, yaitu: pertama, CETR yaitu pembayaran pajak
dibagi dengan laba sebelum pajak. Kedua, ETR adalah pengukuran penghindaran pajak
dengan cara membagi beban pajak dengan laba sebelum pajak. Ketiga, BTD adalah rasio
untuk mengukur penghindaran pajak dengan cara mengukur besarnya perbedaan laba
akuntansi dengan laba fiskal yaitu laba akuntasi-laba fiskal dibagi dengan total aset
(Hanlon & Heitzman, A Review of Tax Research, 2010).
Dalam penelitian ini tax avoidance diukur menggunakan Book tax difference (BTD) yang
merupakan perbedaaan antara laba kena pajak menurut ketentuan perpajakan dan
pendapatan sebelum kena pajak menurut standar akuntansi. Peraturan menurut akuntansi
dan pajak memiliki tujuan yang berbeda, sehingga akan menimbulkan peluang terjadinya
manajemen laba (Purwanto, 2016). Perusahaan melakukan perhitungan laba pada setiap
periode dengan tujuan yang berbeda yaitu laporan keuangan yang bertujuan untuk
menghitung keuntungan perusahaan, dihitung dan disusun berdasarkan aturan standar
akuntansi atas dasar akrual kecuali laporan arus kas mengacu pada aturan PSAK No. 1
dan laporan keuangan yang bertujuan untuk menghitung kewajiban perpajakan yang
dihitung dan disusun berdasarkan ketentuan peraturan perpajakan UU No. 36 Tahun 2008
Pajak Penghasilan (PPh) dan Peraturan pelaksanaanya (Tampubulon & Kartikaningdyah,
2016).
Tingkat keuntungan adalah salah satu indikator kinerja manajemen perusahaan dalam
mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukan pada seberapa besar laba yang dapat
dihasilkan oleh perusahaan pada periode tertentu (Ifanda, 2016). Tingkat keuntungan
perusahaan yang tinggi menunjukan perusahaan memiliki laba yang tinggi. Namun,
semakin besar laba perusahaan maka beban pajak penghasilannya akan semakin besar.
Besarnya pajak penghasilan yang dibebankan akan berdampak pada penurunan laba
bersih perusahaan. Oleh karena itu, manajer akan menekan beban pajak perusahaan agar

20
Tax Avoidance pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi Sub Sektor
Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia____________________________

tidak mengurangi laba bersih perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa tingkat keuntungan
yang tinggi akan mendorong manajemen untuk melakukan penghindaran pajak.
Penelitian mengenai pengaruh leverage, return on asset, ukuran perusahaan dan koneksi
politik terhadap tax avoidance menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara
leverage terhadap tax avoidance dan terdapat pengaruh negatif antara return on asset
terhadap tax avoidance sedangkan ukuran perusahaan dan koneksi politik tidak
berpengaruh terhadap tax avoidance. Dalam penelitian ini menyatakan terdapat hubungan
positif antara leverage dengan penghindaran pajak. Hal ini menunjukan tingginya
leverage (tingkat utang) perusahaan untuk membiayai operasionalnya, maka semakin
tinggi utang maka semakin tinggi beban bunga sebagai pengurang pajak penghasilan
sehingga mengindikasikan adanya tingkat penghindaran pajak yang tinggi (Annisa,
2017).
Penelitian mengenai pengaruh leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional,
return on asset dan kompensasi kerugian fiskal terhadap tax avoidance menunjukan
bahwa leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional tidak berpengaruh
terhadap tax avoidance sedangkan return on asset dan kompensasi kerugian fiskal
berpengaruh terhadap tax avoidance. Dalam penelitian ini menunjukan leverage tidak
berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hal ini dikarenakan jika perusahaan
menggunakan utang yang tinggi sebagai pembiayaan operasionalnya akan mengakibatkan
beban bunga yang besar, sehingga perusahaan akan mengurangi pembiayaan dari utang
(Reinaldo, 2017).
Penelitian mengenai pengaruh profitabilitas, leverage, komisaris independen terhadap tax
avoidance menyatakan bahwa ada pengaruh negatif antara profitabilitas terhadap tax
avoidance dan tidak ada pengaruh antara leverage, komisaris independen terhadap tax
avoidance. Dalam penelitiannya tidak terdapat pengaruh antara leverage (tingkat utang)
dengan tax avoidance. Hal ini disebabkan perusahaan tidak tergantung pada utang untuk
pembiayaan operasionalnya (Wirna, 2014).
Penelitian mengenai pengaruh likuiditas profitabilitas, leverage, ukuran terhadap tax
avoidance. menunjukan bahwa terdapat pengaruh negatif antara likuiditas terhadap tax
avoidance secara parsial dan ada pengaruh positif antara leverage, ukuran perusahaan,
profitabilitas terhadap tax avoidance yang diukur dengan BTD. Terdapat hubungan yang
positif antara profitabilitas (tingkat keuntungan) dengan penghindaran pajak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Tampubolon & Kartikaningdyah, semakin tinggi
rasio profitabilitasnya maka semakin tinggi juga tingkat penghindaran pajaknya dalam
penelitian yang dilakukan oleh (Purwanto, Pengaruh Likuiditas, Leverage, Manajemen
Laba dan Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaaan Pada
Perusahaan Pertanian dan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2011-2013, 2016).
Tingkat keuntungan adalah salah satu indikator kinerja manajemen perusahaan dalam
mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukan pada seberapa besar laba yang dapat
dihasilkan oleh perusahaan pada periode tertentu (Ifanda, 2016). Tingkat keuntungan
diukur dengan rasio profitabilitas. Rasio Profitabilitas yang tinggi menunjukan bahwa

21
Media Ekonomi Vol. 27 No. 1 April 2019 ____________________________________________

perusahaan mampu mendapatkan laba yang maksimal. Semakin tinggi laba perusahaan
maka semakin tinggi beban pajaknya. Hal ini mendorong perusahaan untuk melakukan
tindakan penghindaran pajak. Salah satu tindakan penghindaran pajak yang dapat
dilakukan adalah perusahaan dapat memanfaatkan beban-beban yang dapat mengurangi
penghasilan kena pajak seperti, beban penyusutan, beban amortisasi, beban penelitian dan
pengembangan (Damayanti & Susanto, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh (Annisa,
2017) menunjukan bukti bahwa profitabilitas (tingkat keuntungan) memiliki pengaruh
negatif terhadap tax avoidance. (Reinaldo, 2017) dan (Purwanto, Pengaruh Likuiditas,
Leverage, Manajemen Laba dan Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Agresivitas Pajak
Perusahaaan Pada Perusahaan Pertanian dan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2011-2013, 2016) menunjukan hasil bahwa profitabiltas (tingkat
keuntungan) memiliki pengaruh positif terhadap tax avoidance.
H1: Diduga tingkat keuntungan berpengaruh positif terhadap tax avoidance.
Tingkat utang merupakan jumlah utang yang digunakan untuk membiayai/membeli aset-
aset perusahaan (Fakhruddin, 2008). Utang menjadi Sumber pendanaan perusahaan dalam
membiayai kegiatan operasional seperti pembelian aset perusahaan dapat bersumber dari
internal maupun eksternal. Sumber internal berasal dari modal perusahaan dan laba dari
hasil kegiatan operasional perusahaan, sedangkan sumber ekternal adalah dana yang
bersumber dari pinjaman baik dari kreditur maupun investor. Perusahaan lebih memilih
untuk menggunakan sumber pendanaan dari utang karena utang akan menimbulkan biaya
bunga, biaya bunga tersebut dapat dibebankan karena bersifat deductible expenses
sehingga beban bunga ini akan mengurangi laba sebelum pajak perusahaan (Ifanda,
2016).
Penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan, kompensasi rugi fiskal, leverage dan
komisaris independen terhadap penghindaran pajak membuktikan bahwa ukuran
perusahaan dan kompensasi rugi fiskal berpengaruh terhadap tax avoidance sedangkan
leverage, komisaris independen tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Dalam
penelitian ini menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap penghindaran
pajak. Hal ini disebabkan karena perusahaan sangat berhati-hati menggunakan utang
dalam pembiayaan operasional perusahaan (Kurniasih & Sari, 2013).
Penelitian mengenai pengaruh profitabilitas, kompensasi kerugian fiskal, leverage,
ukuran perusahaan dan kepemilikan institusi terhadap tax avoidance menyatakan bahwa
profitabilitas dan kompensasi kerugian fiskal berpengaruh terhadap tax avoidance,
sedangkan leverage, ukuran perusahaan dan kepemilikan institusi tidak berpengaruh
terhadap tax avoidance. Dalam penelitiannya terdapat pengaruh antara profitabilitas
(tingkat keuntungan) dengan tax avoidance hal ini membuktikan bahwa perusahaan yang
memiliki profitabilitas tinggi akan melakukan penghindaran pajak untuk mengurangi
beban pajaknya (Yunanda, 2016).
Penelitian mengenai pengaruh likuiditas profitabilitas, leverage, ukuran terhadap tax
avoidance. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh negatif
antara likuiditas terhadap tax avoidance secara parsial dan ada pengaruh positif antara
leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas terhadap tax avoidance. Dalam penelitinya

22
Tax Avoidance pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi Sub Sektor
Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia____________________________

menunjukan hasil bahwa profitabilitas (tingkat keuntungan) berpengaruh positif terhadap


penghindaran pajak. Perusahaan yang memiliki laba yang tinggi akan memiliki beban
pajak penghasilan yang tinggi juga, sehingga perusahaan akan melakukan penghindaran
pajak sebagai upaya untuk mengurangi beban pajaknya dengan cara memanfaatkan biaya-
biaya yang dapat mengurangi laba sebelum pajak seperti beban penyusutan aktiva tetap.
(Tampubulon & Kartikaningdyah, 2016).
Penelitian mengenai pengaruh return on aset, ukuran perusahaan, kepemilikan
institusional, kerugian fiskal dan leverage menyatakan bahwa return on aset, ukuran
perusahaan, kepemilikan institusional dan kerugian fiskal berpengaruh negatif terhadap
penghindaran pajak, sedangkan leverage tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Dalam penelitiannya terdapat pengaruh negatif antara kepemilikan institusional dengan
penghindaran pajak. Hal ini disebabkan investor institusional mampu melakukan
pengawasan yang efektif terhadap keputusan manajemen sehingga dapat mengurangi
tindakan penghindaran pajak perusahaan (Putri & Putra, 2017).
Tingkat utang merupakan jumlah utang yang digunakan untuk membiayai/membeli aset-
aset perusahaan (Fakhruddin, 2008). Tingkat utang diukur menggunakan rasio leverage.
Biasanya perusahaan menggunakan utang untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya.
Utang tersebut menimbulkan beban bunga. Semakin besar utang semakin rendah laba
sebelum pajak perusahaan. Perbedaan Keputusan investasi dan pembiayaan perusahaan
juga mempengaruhi penghindaran pajak karena adanya perbedaan fiskal mengenai
struktur modal dan pengambilan keputusan aktiva perusahaan.Penelitian yang dilakukan
(Kurniasih & Sari, 2013), (Yunanda, 2016), (Putri & Putra, 2017), menunjukan bukti
bahwa leverage (tingkat utang) tidak memiliki pengaruh terhadap tax avoidance
sedangkan hasil penelitian (Annisa, 2017), (Tampubulon & Kartikaningdyah, 2016)
menunjukkan bukti bahwa leverage (tingkat utang) berpengaruh positif terhadap tax
avoidance. Perusahaan yang memiliki beban pajak yang tinggi akan memilih untuk
berutang sebagai tindakan penghindaran pajak. Perusahaan dengan leverage (tingkat
utang) yang tinggi akan memiliki tingkat penghindaran pajak yang tinggi.
H2: Diduga tingkat utang berpengaruh positif terhadap tax avoidance.
Struktur kepemilikan saham pada perusahaan publik dapat dibagi menjadi dua kelompok
yaitu pemegang saham institusi dan pemegang saham perorangan termasuk saham yang
dimiliki oleh eksekutif dan direktur merupakan golongan pemegang saham perorangan
(Pohan H. T., 2009). Kepemilikan Institusional adalah kepemilikan saham yang dimiliki
oleh institusi seperti pemerintah, perusahaan asuransi perbankan, jamsostek, dana
pensiun, perusahaan investasi (Dewi & Jati, 2014). Pada umumnya, investor institusional
menjadi pemegang saham mayoritas pada suatu perusahaan. Hal ini karena investor
institusional memiliki sumber daya yang lebih dibanding pemegang saham yang lainnya
sehingga dianggap mampu melaksanakan mekanisme pengawasan yang baik.
Penelitian mengenai pengaruh kepemilikan institusional, komite audit dan kepemilikan
manajerial terhadap tax avoidance menunjukan hasil bahwa terdapat pengaruh positif
antara kepemilikan institusional terhadap tax avoidance, terdapat pengaruh negatif antara
komite audit terhadap tax avoidance sedangkan kepemilikan manajerial tidak terdapat

23
Media Ekonomi Vol. 27 No. 1 April 2019 ____________________________________________

pengaruh yang signifikan terhadap tax avoidance. Dalam penelitiannya menunjukan


adanya pengaruh positif antara kepemilikan institusional dengan tax avoidance yang
berarti semakin tinggi kepemilikan saham oleh investor instisusional maka semakin tinggi
juga penghindaran pajaknya, hal ini disebabkan karena investor institusional mendukung
tindakan penghindaran pajak yang dilakukan oleh manajemen (Mahulae, Pratomo, &
Annisa, 2016).
Penelitian mengenai pengaruh kepemilikan institusional kepemilikan manajerial dan
proporsi dewan komisaris terhadap tax avoidance menyatakan bahwa terdapat pengaruh
positif antara kepemilikan institusional terhadap tax avoidance sedangkan tidak ada
pengaruh antara kepemilikan manajerial dan proporsi dewan komisaris terhadap tax
avoidance. Dalam penelitiannya terdapat pengaruh negatif antara kepemilikan
institusional dengan penghindaran pajak. Hal ini disebabkan investor institusional tidak
dapat melakukan pengawasan terhadap keputusan manajemen sehingga tidak dapat
mengurangi tindakan penghindaran pajak dalam penelitian yang dilakukan (Prasetyo &
Pramuka, 2018).
Penelitian mengenai pengaruh kepemilikan institusional, kompensasi kerugian fiskal dan
ukuran perusahaan terhadap tax avoidance. menyatakan bahwa terdapat pengaruh
signifikan dan negatif antara kepemilikan institusional dan kompensasi kerugian fiskal
terhadap tax avoidance secara parsial dan tidak ada pengaruh antara ukuran perusahaan
terhadap tax avoidance. Dalam penelitiannya menunjukan adanya pengaruh negatif antara
kepemilikan institusional dengan penghindaran pajak. Hal ini membuktikan bahwa
semakin tinggi kepemilikan saham institusi maka semakin tinggi juga tingkat
pengawasannya terhadap penghindaran pajak, sehingga dapat mengurangi upaya
penghindaran pajak dalam suatu perusahaan dalam penelitian yang dilakukan (Ginting,
2016).
Penelitian mengenai pengaruh kepemilikan institusional, return on asset, ukuran
perusahaan dan kompensasi rugi fiskal, leverage dan koneksi politik terhadap tax
avoidance dihasil penelitiannya menunjukan ada pengaruh signifikan antara, kepemilikan
institusional, return on asset, ukuran perusahaan dan kompensasi rugi fiskal terhadap tax
avoidance serta tidak terdapat pengaruh antara leverage, koneksi politik terhadap tax
avoidance. Dalam penelitiannya terdapat pengaruh negatif antara kepemilikan
institusional dengan penghindaran pajak. Hal ini disebabkan kepemilikan saham
institusional mampu mengawasi kinerja manajemen perusahaan, sehingga upaya untuk
menghindari pajak berkurang karena tindakan ini dapat menimbulkan risiko kehilangan
kepercayaan dari masyarakat atau sampai dikenakan sanksi berupa denda bahkan
hukuman pidana (Fadila & Melisa, 2017).
Kepemilikan Institusional adalah kepemilikan saham oleh Institusi seperti pemerintah,
perbankan, perusahaan asuransi, jamsostek, dana pensiun dan perusahaan investasi
(Ginting, 2016). Kepemilikan institusional mampu untuk mengontrol kinerja manajemen
melalui proses pengawasan secara efektif. Pengukuran Kepemilikan Institusional yaitu
persentase jumlah pemegang saham institusi dari jumlah saham yang beredar (Ginting,
2016). Pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen sangat penting dan dapat

24
Tax Avoidance pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi Sub Sektor
Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia____________________________

memastikan, mengawasi kinerja manajemen dalam pengambilan keputusan (Dewi & Jati,
2014). Hasil penelitian (Mahulae, Pratomo, & Annisa, 2016) dan (Prasetyo & Pramuka,
2018) menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif antara kepemilikan institusional
terhadap tax avoidance, sedangkan (Ginting, 2016), (Fadila & Melisa, 2017) dan (Putri &
Putra, 2017) menunjukan hasil bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif
terhadap tax avoidance. Semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional semakin tinggi
juga tingkat pengawasan yang dilakukan sehingga rendahnya tindakan penghindaran
pajaknya.
H3: Diduga Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif terhadap tax avoidance.

METODE PENELITIAN
Tujuan penelitian ini untuk menganalisa pengaruh variabel tingkat keuntungan, tingkat
hutang dan kepemilikan institusional terhadap penghindaran pajak. Penelitian ini
menggunakan sampel perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi sub
sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan
menggunakan data tahunan perusahaan. Metode Analisa menggunakan Regresi Panel
Data.
Variabel dependenya adalah penghindaran pajak, dimana penghindaran pajak adalah
strategi yang dilakukan wajib pajak untuk menghindari pajak secara legal karena tidak
melanggar peraturan perpajakan. Proksi yang digunakan untuk mengukur tindakan
penghindaran pajak adalah Total Boox Tax Defference (BTD) yang dapat dihitung dengan
cara sebagai berikut:
𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐫𝐬𝐢𝐚𝐥 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐩𝐚𝐣𝐚𝐤 − 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐅𝐢𝐬𝐤𝐚𝐥
𝑩𝑻𝑫 = 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐞𝐭

BTD mengukur seberapa besar perbedaan laba akuntansi dengan laba fiskal yang mana
menentukan semakin besar perbedaannya menunjukan semakin besar juga penghindaran
pajak yang dilakukan. Pengukuran menggunakan BTD sudah dilakukan dalam penelitian
(Pohan H. T., 2009), (Wibawa & Wilopo, 2016), (Tampubulon & Kartikaningdyah,
2016).
Variabel Independen yang digunakan adalah tingkat keuntungan, tingkat utang, dan
kepemilikan institusional. Tingkat keuntungan diukur menggunakan rasio profitabilitas.
Rasio profitabilitas adalah rasio yang dapat mengukur seberapa besar perusahaan mampu
untuk menghasilkan keuntungan (Ifanda, 2016). Proksi yang digunakan dalam penelitian
ini untuk mengukur profitabilitas yaitu menggunakan Return on Asset (ROA) (Lanis &
Richardson, 2013). Pengukurannya yaitu menggunakan rumus sebagai berikut:

𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐒𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤


𝐑𝐎𝐀 = 𝐱𝟏𝟎𝟎%
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐞𝐭

Tingkat utang diukur menggunakan rasio leverage dalam arti luas dapat diartikan sebagai
rasio yang dapat mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh utangnya,

25
Media Ekonomi Vol. 27 No. 1 April 2019 ____________________________________________

baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang jika perusahaan dilikuidasi.
Proksi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Debt to Equity Ratio (Kasmir,
2008). Pengukuran leverage dalam penelitian ini menggunakan rumus:

𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑳𝒊𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒊𝒆𝒔
𝑫𝒆𝒃𝒕 𝒕𝒐 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 = 𝒙𝟏𝟎𝟎%
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚

Kepemilikan Institusional adalah kepemilikan saham yang dimiliki oleh institusi seperti
pemerintah, perusahaan asuransi, perbankan, jamsostek, dana pensiun, perusahaan
investasi (Dewi & Jati, 2014). Pengukuran kepemilikan institusional dalam penelitian ini
menggunakan rumus:
𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒊 𝒊𝒏𝒔𝒕𝒊𝒕𝒖𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍
𝑲𝑰 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑩𝒆𝒓𝒆𝒅𝒂𝒓

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi
sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
2013-2017. Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling dengan
kriteria sebagai berikut:
Tabel 2
Hasil Purposive Sampling
Kriteria Sampel Jumlah
Jumlah Perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi sub sektor makanan dan
18
minuman yang terdaftar di BEI selama periode 2013-2017
Pengurangan Sampel Kriteria 1:
Perusahaan Manufaktur sektor industri barang dan konsumsi sub sektor makanan dan (3)
minuman yang tidak memiliki total aset lebih dari 1 triliun selama periode penelitian.
Pengurangan Sampel Kriteria 2:
Perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi sub sektor makanan dan (2)
minuman yang tidak memiliki laba tahun berjalan lebih dari 10 milyar.
Pengurangan Sampel Kriteria 3:
Perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi sub sektor makanan dan (2)
minuman yang tidak memiliki penjualan lebih dari 500 Milyar.
Pengurangan Sampel Kriteria 4:
Perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi sub sektor makanan dan
minuman yang tidak memiliki informasi kepemilikan institusional selama periode (6)
penelitian.
Total Sampel 5
Sumber: Data Diolah
Berdasarkan kriteria diatas maka sampel perusahaan yang digunakan dalam tulisan ini
meliputi 5 perusahaan lihat tabel 3.

26
Tax Avoidance pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi Sub Sektor
Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia____________________________

Tabel 3
Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman tahun 2013-2017
NO KODE PERUSAHAAN SUB SEKTOR
1 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Makanan dan Minuman
2 ROTI PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk Makanan dan Minuman
3 SKBM PT. Sekar Sari Tbk Makanan dan Minuman
4 SKLT PT. Sekar Laut Tbk Makanan dan Minuman
5 DLTA PT. Delta Djakarta Tbk Makanan dan Minuman
Sumber: www.sahamok.com
Penelitian ini menggunakan populasi dari sektor manufaktur karena jenis perusahaan ini
menjalankan aktivitas yang kompleks sehingga dalam setiap keputusan bisnisnya,
sebagian besar berkaitan dengan perpajakan dan pertumbuhan harga sektor barang dan
konsumsi positif. Perusahaan manufaktur diharapkan mampu untuk mewakili semua
perusahaan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi data panel
yang memiliki jumlah gabungan antara data runtut waktu (Time Series) dan data silang
(Cross section) (Basuki & Prawoto, 2016). Bentuk persamaan regresi data panel dapat
dirumuskan sebagai berikut:
BTDit = ɑit + β1it ROAit + β2it DERit + β3it KIit + εit
dimana BTDit adalah Penghindaran Pajak, ROA adalah Tingkat Keuntungan, DER adalah
Tingkat Utang, KI adalah Kepemilikan Institusional, ɑ dan βi adalah koefisien regresi,
dan ε adalah variable pengganggu.
Dalam penelitian ini untuk menganalisis data memerlukan beberapa langkah yang harus
dilakukan yaitu dengan menggunakan 3 metode yaitu, Common Effect (Ordinary Least
Square), Fix Effect dan Random Effect melalui uji chow test, hausman test dan LM test
setelah langkah tersebut dilakukan maka dapat diinterprestasikan dengan tepat dengan
cara melakukan uji hipotesis dan uji kecocokan model (Widiarjono, 2007).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Adapun perkembangan rata-rata BTD, ROA, DER dan kepemilikan institusional pada
masing-masing perusahaan sub sektor makanan dan minuman periode 2013-2017.
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa besarnya nilai BTD pada perusahaan sub sektor
makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada 2013-2017 berfluktuatif. BTD
tertinggi selama periode 2013-2017 yaitu perusahaan Indofood Sukses Makmur Tbk
(INDF) sebesar 8,70% pada tahun 2017, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai BTD
terendah adalah Sekar Bumi Tbk (SKBM) selama periode 2013-2017 sebesar -5.63%.
Tabel 4
Data Perkembangan BTD tahun 2013-2017 dalam (%)
TAHUN INDF ROTI SKBM SKLT DLTA
2013 5,97 -0,40 1,02 1,85 7,37
2014 5,45 2,77 -5,63 0,36 8,48
2015 5,40 2,08 1,11 0,67 0,74
2016 6,44 4,39 2,99 1,74 -0,15
2017 8,70 1,21 0,70 1,28 2,38
Sumber: Data BEI (Olah)

27
Media Ekonomi Vol. 27 No. 1 April 2019 ____________________________________________

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat Besarnya Rasio return on asset (ROA) mengalami
fluktuasi selama periode 2013-2017 pada perusahaan sektor makanan dan minuman.
ROA tertinggi dicapai oleh perusahaan Delta Djakarta Tbk (DLTA) dengan rasio
mencapai 31,19% pada tahun 2013 dan ROA terendah dicapai oleh Sekar Bumi Tbk
(SKBM) sebesar 1,59% pada tahun 2017.
Tabel 5
Data Perkembangan ROA tahun 2013-2017 dalam (%)
TAHUN INDF ROTI SKBM SKLT DLTA
2013 4,37 8,66 11,70 3,78 31,19
2014 5,12 8,88 13,72 4,97 28,92
2015 3,51 9,99 5,25 5,32 18,49
2016 5,90 9,58 2,25 3,63 21,24
2017 5,80 2,96 1,59 3,61 20,86
Sumber: Data BEI (Olah)
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat Rasio leverage tertinggi dicapai oleh perusahaan Sekar
Bumi Tbk (SKBM) dengan mencapai 171,90% pada tahun 2016 dan rasio leverage
terendah adalah Delta Djakarta Tbk (DLTA) dengan rasio 17,14% di tahun 2017.
Tabel 6
Data Perkembangan DER tahun 2013-2017 dalam (%)
TAHUN INDF ROTI SKBM SKLT DLTA
2013 103,50 131,50 147,43 116,24 28,15
2014 108,44 123,18 104,31 116,19 31,17
2015 112,95 127,70 122,177 148,02 22,20
2016 87,00 102,36 171,90 91,87 18,31
2017 88,07 61,68 58,61 106,87 17,14
Sumber: Data BEI (Olah)
Selanjutnya, pada Tabel 7 variabel kepemilikan institusional paling banyak dimiliki oleh
perusahaan Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dengan kepemilikan institusi mencapai
50.06% dan persentase kepemilikan saham oleh institusi terendah adalah perusahaan
Nippon Indosari Corporindo tbk (SKLT) sebesar 3,60% pada tahun 2017.
Tabel 7
Data Perkembangan Kepemilikan Institusional tahun 2013-2017 dalam (%)
TAHUN INDF ROTI SKBM SKLT DLTA
2013 50,06 26,25 48,32 5,65 23,33
2014 50,06 26,25 48,32 5,65 23,33
2015 50,06 25,11 30,07 5,65 23,33
2016 50,06 25,11 30,07 4,39 23,33
2017 50,06 3,60 30,07 4,45 23,33
Sumber: Data BEI (Olah)
Alat Analisa yang digunakan adalah regresi data panel data dengan 3 model estimasi,
yaitu Common Effect, Fixed Effect atau Random Effect. Untuk memilih model terbaik
dilagukan Chow Test dan Hausman Test. Berdasarkan Tabel 8 model yang terpilih adalah
Fixed Effect (0,0002 < 0,05).

28
Tax Avoidance pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi Sub Sektor
Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia____________________________

Tabel 8
Hasil Estimasi
Variabel Hipotesa Koefisien
Common Fixed Random
Effect Effect Effect
C 2,157626 4,303456 1,431539
ROA + 0,016330 0,427288 * 0,053067
DER + -0,014213 0,030029 -0,005234
KI - 0,061896 -0,311971 * 0,044724
R-Squared 0,137343 0,670074 0,068517
Adjusted R-Square 0,014107 0,534222 -0,064550
F-Statistic 1,114469 4,932383 * 0,514898
Uji Chow 24,028695 * Fixed Effect
Uji Hausman 19,352596 * Fixed Effect
Sumber: Data diolah dengan Eviews 9, 2019
Keterangan: (*) Signifikan pada (5%)
Pengaruh Tingkat Keuntungan terhadap Penghindaran Pajak
Tingkat Keuntungan (ROA) berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak pada
perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi sub sektor makanan dan
minuman periode 2013 sampai 2017 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Semakin
tinggi tingkat keuntungan perusahaan maka semakin tinggi tingkat penghindaran
pajaknya. Hasil penelitian ini sejalan denga penelitian yang telah dilakukan oleh
(Tampubulon & Kartikaningdyah, 2016), (Putri & Putra, 2017) dan (Purwanto, 2016)
yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif antara profitabilitas (tingkat keuntungan)
dengan penghindaran pajak artinya, semakin tinggi tingkat keuntungan (ROA) maka
semakin tinggi tingkat penghindaran pajaknya karena semakin efesien perusahaan,
perusahaan akan membayar pajak yang lebih rendah. Rendahnya beban pajak
dikarenakan ketika laba perusahaan tinggi, maka beban pajak akan meningkat sehingga
manajemen (agen) akan berusaha mengelola beban pajaknya agar tidak mengurangi
kompensasi kinerja agen akibat dari berkurangnya laba perusahaan oleh beban pajak.
Perusahaan sampel mampu mengelola aset dengan baik sehingga memperoleh
keuntungan dari isentif pajak dan kelonggaran pajak lainnya sehingga perusahaan
tersebut terlihat melakukan penghindaran pajak.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Wirna, 2014) dan
(Annisa, 2017) yang menyatakan bahwa ada pengaruh negatif antara profitabilitas
(tingkat keuntungan) dengan penghindaran pajak artinya, semakin tingkat keuntungan
(ROA) perusahaan maka semakin rendah tingkat penghindaran pajaknya. Ketika
perusahaan memiliki kemampuan untuk mendapatkan laba, maka laba perusahaan akan
semakin meningkat dan beban pajaknya meningkat. Hal ini menunjukan adanya pengaruh
tingkat keuntungan dengan penghindaran pajak, tetapi jika laba perusahaan tinggi tetapi
tindakan penghindarannya rendah, hal ini disebabkan oleh perusahaan yang tidak
melakukan tindakan efesiensi dalam pembayaran pajaknya.
Hal ini karena perusahaan mampu mengelola asetnya dengan baik sehingga perusahaan
menghasilkan keuntungan yang maksimal sehingga laba perusahaan akan meningkat.
Laba perusahaan yang tinggi akan berdampak pada tingginya beban pajak perusahaan.

29
Media Ekonomi Vol. 27 No. 1 April 2019 ____________________________________________

Oleh sebab itu, perusahaan akan melakukan tindakan penghindaran pajak sebagai upaya
mengurangi beban pajak perusahaan yaitu dengan cara memanfaatkan biaya-biaya yang
bersifat deductible expenses. Deductible expenses adalah biaya yang berhubungan dengan
kegiatan usaha baik secara langsung ataupun tidak langsung yang dinyatakan dalam pasal
6 UU PPh No. 36 Tahun 2008, dimana beban-beban tersebut dapat dibebankan sebagai
pengurang laba sebelum pajak perusahaan dan mengakibatkan beban pajaknya rendah,
beban-beban yang menjadi pengurang beban pajak adalah beban penyusutan aset tetap,
biaya pemeliharaan gedung dan biaya pemeliharaan kendaraan, serta biaya pajak
kendaraan bermotor. Hal ini tentu mengindikasikan adanya tindakan penghindaran pajak
yang tinggi yang dilakukan oleh perusahaan karena perusahaan dapat mengurangi beban
pajak penghasilan dengan memanfaatkan biaya-biaya sesuai dengan ketentuan peraturan
perpajakan.
Pengaruh Tingkat Utang terhadap Penghindaran Pajak
Tingkat utang (DER) tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak pada perusahaan
manufaktur sektor industri barang dan konsumsi sub sektor makanan dan minuman
periode 2013 sampai 2017 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Artinya, tinggi
rendahnya tingkat utang tidak mempengaruhi penghindaran pajak Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan (Kurniasih & Sari, 2013), (Wirna, 2014),
(Yunanda, 2016), (Putri & Putra, 2017), (Fadila & Melisa, 2017) yang menyatakan dalam
penelitiannya bahwa tidak terdapat pengaruh antara leverage dengan penghindaran pajak.
Hal ini dikarenakan perusahaan memiliki rasio leverage yang rendah sehingga leverage
tidak memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak, perusahaan lebih banyak
menggunakan modalnya sendiri. Sumber pendanaan operasional perusahaan dibagi
menjadi dua yaitu pembiayaan dari internal yaitu modal sendiri dan pembiayaan dari
eksternal yaitu yang berasal dari pinjaman seperti utang pada bank. Penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Annisa, 2017), (Tampubulon &
Kartikaningdyah, 2016) menunjukkan bukti bahwa leverage berpengaruh positif terhadap
tax avoidance. Hal ini disebabkan oleh penggunaan utang yang tinggi oleh perusahaan
untuk membiayai kegiatan operasionalnya akan menimbulkan tingginya juga beban
bunga, dimana beban bunga ini dapat mengurangi laba sebelum pajak perusahaan yang
akan mengurangi beban pajak perusahaan dan hal ini merupakan suatu upaya
penghindaran pajak, sehingga dapat disimpulkan leverage (tingkat utang) berpengaruh
positif terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan data menunjukan bahwa DER-nya
rendah, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat utang yang diukur dengan
menggunakan proksi DER tidak mempengaruhi tindakan penghindaran pajak pada
perusahaan. Selain itu, data menunjukan bahwa sampel perusahaan makanan minuman
memiliki rata-rata rasio leverage yang rendah. Artinya sumber dana yang digunakan
perusahaan lebih banyak menggunakan modal dibanding menggunakan sumber
pendanaan dari utang, sehingga dapat disimpulkan perusahaan tidak tergantung pada
utang untuk membiayai operasionalnya.
Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Penghindaran Pajak
Kepemilikan institusional (KI) berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak pada
perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi sub sektor makanan dan

30
Tax Avoidance pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi Sub Sektor
Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia____________________________

minuman periode 2013 sampai 2017 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, artinya
semakin tinggi peresentase kepemilikan saham oleh institusional, maka semakin rendah
tingkat penghindaran pajaknya. Penelitian ini sejalan dengan (Ginting, 2016) (Fadila &
Melisa, 2017) dan (Putri & Putra, 2017) yang memaparkan dalam penelitiannya bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh negatif dengan penghindaran pajak. Hal ini
dikarenakan kepemilikan saham institusional yang tinggi mampu mengawasi kinerja
manajemen perusahaan Investor institusional berdasarkan banyaknya saham yang
dimiliki memiliki hak suara yang dapat memaksa manajer untuk fokus pada kinerja
ekonomi dan menghindari peluang yang bertujuan untuk mementingkan kepentingannya
sendiri, sehingga semakin banyak kepemilikan oleh institusi maka semakin rendah
tindakan penghindaran pajaknya.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Hasil penelitian
(Mahulae, Pratomo, & Annisa, 2016) dan (Prasetyo & Pramuka, 2018) menunjukan hasil
terdapat pengaruh positif antara kepemilikan institusional terhadap tax avoidance. Hal ini
disebabkan semakin besar kepemilikan institusional mendukung tindakan penghindaran
pajak guna menekan biaya pajak untuk memaksimalkan laba. Dengan demikian,
manajemen perusahaan akan memiliki kebijakan dan strategi perpajakan yang tepat
sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.
Hal ini karena perusahaan memiliki persentase kepemilikan saham institusional yang
tinggi seperti kepemilikan oleh pemerintah, perusahaan asuransi, perbankan dan
perusahaan investasi., sehingga investor institusional menjadi pemegang saham mayoritas
pada suatu perusahaan. Hal ini karena investor institusional memiliki sumber daya yang
lebih dibanding pemegang saham yang lainnya sehingga dianggap mampu melaksanakan
mekanisme pengawasan yang baik yang akan meningkatkan pengawasan pada setiap
tindakan manajemen. Oleh karena itu, manajemen perusahaan akan bertindak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku yang tidak merugikan pemegang saham karena pemegang
saham institusi merupakan pemegang saham yang independen. Keberadaan investor
institusional dianggap mampu untuk melaksanakan mekanisme monitoring yang efektif
dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini terjadi karena investor
institusional terlibat dalam pengambilan keputusan yang strategis dalam perusahaan.
Kepemilikan saham oleh institusi akan mempengaruhi tindakan penghindaran pajak
sehingga semakin besar kepemilikan institusional maka akan mengurangi tindakan
penghindaran pajak.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa:
(1) Tingkat keuntungan berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak. Perusahaan
yang memiliki laba yang tinggi, maka beban pajaknya tinggi juga sehingga perusahaan
akan melakukan efesiensi beban pajak dengan melakukan tindakan penghindaran pajak
yaitu dengan cara memanfatkan biaya-biaya yang dapat mengurangi beban pajak
penghasilan. (2) Tingkat utang tidak berpengaruh terhadap penghindaran. Perusahaan
tidak tergantung pada utang untuk membiayai operasionalnya. Perusahaan lebih banyak

31
Media Ekonomi Vol. 27 No. 1 April 2019 ____________________________________________

menggunakan modalnya dibanding dana yang bersumber dari utang. (3) Kepemilikan
institusional berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Perusahaaan dengan
kepemilikan saham institusional yang tinggi akan mengurangi tingkat penghindaran pajak
karena investor institusional mampu mengawasi setiap tindakan yang akan dilakukan
pihak manajemen agar pihak manajemen bertindak sesuai dengan ketentuan yang berlaku
yang tidak merugikan para pemegang saham.
Saran
Berdasarkan hasil analisis pembahasan serta beberapa kesimpulan pada penelitian ini,
adapun saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini agar mendapatkan
hasil yang lebih baik, yaitu (1) Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menambah
variabel dan periode penelitian sehingga dapat dapat memberikan sampel yang lebih
banyak dan hasil yang lebih akurat. (2) Untuk penelitian selanjutnya diharapkan memilih
sampel dengan perusahaan yang memiliki rasio leverage lebih tinggi agar variabel tingkat
utang dapat berpengaruh. (3) Bagi regulator, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan
bahan pertimbangan dalam membuat ketentuan perpajakan bagi badan usaha di
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Agusti, W. Y. (2014). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Corporate Governance


Terhadap Tax Avoidance. JOM Fekon, 1(1).
Ajija, S. R. (2011). Cara Cerdas Menguasai Eviews. Jakarta: Selemba Empat.
Amstrong, C. S., jennifer, L. B., & David, F. L. (2012). The Incentives for Tax Planning.
Journal of Accounting and Economics, 53, 391-411.
Annisa. (2017). Pengaruh Return on Asset, Leverage, Ukuran Perusahaan dan Koneksi
Politik Terhadap Penghindaran Pajak. JOM Fekon, 4(1), 685-698.
Basuki, A. T., & Prawoto, N. (2016). Analisis regresi Dalam Penelitian Ekonomi &
Bisnis . Depok: PT. Rajagrafindo Persada.
Damayanti, F., & Susanto, T. (2015). Pengaruh Komite Audit, Kualitas Audit,
Kepemilikan Institusional , risiko Perusahaan dan Return on Asset Terhadap Tax
Avoidance. Jurnal Bisnis dan Manajemen, 5(2), 187-198.
Detiknews. (2019, 2 22). Industri Makanan Jadi Salah Satu Sektor Tingkatkan Nilai
Investasi. Retrieved 2 25, 2019, from detiknews: https://news.detik.com/adv-nhl-
detikcom/d-4439261/industri-makanan-jadi-salah-satu-sektor-tingkatkan-nilai-
investasi
Dewi, N. n., & Jati, I. K. (2014). Pengaruh Karakteristik Eksekutif , Karakteristik
Perusahaan dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan yang baik Pada Tax Avoidance.
Jurnal Universitas Brawijaya, 4(2), 249-260.
Dyreng, S. D., Hanlon, M., & Mydew, E. L. (2010). The Effect of Executives on
Corporate tax Avoidance. The Accounting Review, 85, 1163-1189.

32
Tax Avoidance pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi Sub Sektor
Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia____________________________

Fadhilah, R. (2014). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance.


Fadhilah, R. (2014). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance.
Padang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.
Fadila, & Melisa. (2017). Pengaruh Return on Asset, leverage, Ukuran Perusahaan,
Kompensai Rugi Fiskal, Kepemilikan Institusional dan koneksi Politik Terhadap
Penghindaran Pajak. JOM Fekon, 4(1), 1671-1683.
Fakhruddin, H. M. (2008). Istilah Pasar Modal A-Z. Jakarta: PT. Alex Media
Komputindo.
Ghozali, I. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:
UNDIP.
Ginting, S. (2016). Pengaruh Corporate Governance dan Kompensasi Rugi Fiskal
terhadap Penghindaran Pajak dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel
Moderasi. Jurnal Program Studi Akuntansi STIE Mikrosil, 6(2), 165-176.
Hanlon, M., & Heitzman, S. (2010). A Review of Tax Research. Journal of Accounting
and economics, 50(40), 127-178.
Hoque, e. a. (2011). Tax Avoidance Crimes- A Study on Some Corporate Firms og
Bangladesh. Tax Management, 50-62.
Ifanda, B. A. (2016). Analisis Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Kompensasi Rugi
Fiskal terhadap Tax Avoidance. Bandar Lampung: Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung.
Kasmir. (2008). Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Penerbit Kencana.
Kementrian perindustrian Republik Indonesia. (2019). Sektor-Sektor Manufaktur Andalan
2018. Retrieved 1 11, 2018, from Kementrian perindustrian Republik Indonesia:
http://www.kemenperin.go.id/artikel/18770/Tumbuh-5,14-Persen,-Industri-Masih-
Kontributor-Terbesar-PDB-Nasional
Kurniasih, T., & Sari, M. M. (2013). Pengaruh Return on Asset, Leverage, Corporate
Governance, Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal pada Tax
Avoidance. Buletin Studi Ekonomi, 18(1), 58-64.
Lanis, R., & Richardson, G. (2013). Corporate Social Responsibility and Tax
Aggressiveness. Accounting, Auditing & Acountability Journal, 26(1).
Mahulae, E. E., Pratomo, B., & Annisa, N. (2016). Pengaruh Kepemilikan Institusional,
Kepemilikan Manajerial dan Komite Audit Terhadap Tax Avoidance. Jurnal
Fakultas Ekonomi dan Bisnis ,Universitas Telkom, 4(2), 1626-1633.
Minnick, K., & Noga, T. (2010). Do Corporate Governance Characteristics influence Tax
Management. Journal of Corporate Finance, 16, 703-718.
Oktagiani, R. (2015). Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penghindaran Pajak
(Tax Avoidance). JOM Fekon, 2(2), 1-15.

33
Media Ekonomi Vol. 27 No. 1 April 2019 ____________________________________________

Pohan, C. A. (2013). Manajemen Perpajakan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.


Pohan, H. T. (2009). Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusi , Rasio Tobin Q, Akrual
Pilihan, Tarif Efektif Pajak dan Biaya Pajak Ditunda Terhadap Penghindaran Pajak
Pada Perusahaan Publik. Jurnal Universitas Trisakti, 4(2), 113-135.
Prasetyo, I., & Pramuka, B. A. (2018). Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan
Manajerial dan Proporsi Dewan Komisaris Independen Terhadap Tax Avoidance.
Jurnal Ekonomo, Bisnis, dan Akuntansi, 20(2), 1-15.
Pujiati. (2015). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan
Kesempatan Investasi Tehadap Kebijakan Deviden dengan Likuiditas sebagai
variabel moderasi. Yogyakarta: Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta .
Purwanto, A. (2016). Pengaruh Likuiditas, Leverage, Manajemen Laba dan Kompensasi
Rugi Fiskal Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaaan Pada Perusahaan Pertanian
dan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013.
JOM Fekon, 3(1), 580-594.
Puspita, S. R. (2014). Pengaruh Tata Kelola Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak.
Journal of Accounting ISSN, 3(2), 1-13.
Putri, V. R., & Putra, B. I. (2017). Pengaruh Leverage, Profitability, Ukuran Perusahaan
dan Proporsi Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Avoidance. Daya Saing
Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya, 19(1), 1-11.
Reinaldo, R. (2017). Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan, ROA, Kepemilikan
Institusional , Kompensasi Kerugian Fiskal dan CSR Terhadap TAx Avoidance
Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman Terdaftar di BEI
2013-2015. JOM Fekon, 4(1), 45-57.
Republica. (2019, 1 10). Industri Manufaktur Indonesia Sumbang PDB Terbesar di
ASEAN. Retrieved 1 10, 2019, from Republica.co.id.
SahamOke. (2019, 2 21). Sektor Industri Barang dan Konsumsi (5). Retrieved 2 25, 2019,
from Saham OK: https://www.sahamok.com/emiten/sektor-industri-barang-
konsumsi/
SindoNews.com. (2019, 1 9). Industri Manufaktur Nasional Sumbang PDB Tertinggi di
ASEAN. Retrieved 1 10, 2019, from SindoNews.com:
https://ekbis.sindonews.com/read/1369145/34/industri-manufaktur-nasional-
sumbang-pdb-tertinggi-di-asean-1547036367
Sjahrial, D., & Purba, D. (2013). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Surbakti, T. A. (2012). Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Reformasi Perpajakan
terhadap Penghindaran Pajak di Perusahaan Industri Manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010. Jakarta: Skripsi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.

34
Tax Avoidance pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi Sub Sektor
Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia____________________________

Tampubulon, M. T., & Kartikaningdyah, E. (2016). Pengaruh Karakteristik Perusahaan


Terhadap Book Tax Differences. Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen
Bisnis, 4(1), 52-59.
Wibawa, A., & Wilopo, Y. A. (2016). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap
Penghindaran Pajak. Jurnal Universitas Brawijaya, 11(1), 1-16.
Widiarjono, A. (2007). Ekonometrika Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonosia FE UII.
Wirna, y. A. (2014). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Corporate Governance
Terhadap Tax Avoidance. JOM Fekon, 1(1), 1-17.
www.tribunnews.com. (2017, 12 20). Retrieved 11 20, 2018, from knjn:
http://www.tribunnews.com/internasional/2017/11/20/indonesia-masuk-peringkat-
ke-11-penghindaran-pajak-perusahaan-jepang-no3
Yunanda, S. D. (2016). Determinasi Return on Asset , Leverage, Ukuran Per usahaan ,
Kompensasi Rugi Fiskal dan Kepemilikan Institusi Terhadap Penghindaran Pajak.
Jurnal Peneitian Ilmu Ekonomi Wiga, 6(2), 131-143.
Zain, M. (2003). Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.
Zuesty, A. (2016). Pengaruh Kepemilikan Institusional , Risiko Perusahaan dan
Leverage Terhadap Tindakan Tax Avoidance . Jakarta: Skripsi. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.

35

You might also like