Professional Documents
Culture Documents
Kompre PDF
Kompre PDF
1. Siklus akutansi
Maka jurnal penjualan asset yang terbentuk dari contoh diatas adalah :
A. Jika menghasilkan keuntungan
Akumulasi penyusutan (dr) 750.000
Kas (dr) 850.000 (Nilai jual asset)
Aktiva tetap (cr) 1.500.000
Pendapatan xxx (cr) 100.000 (Nilai Jual Asset - Nilai Buku)
B. Jika menghasilkan kerugian
Akumulasi penyusutan (dr) 750.000
Cash (dr) 500.000 (Nilai jual asset)
Biaya xxx (dr) 250.000 (Nilai Jual Asset - Nilai Buku)
Aktiva tetap (cr) 1,500,000.00
4. Jurnal penyesuaian
Jurnal penyesuaian (adjusting entry) adalah jurnal yang dibuat untuk menyesuaikan
saldo-saldo yang telah tercatat di dalam jurnal umum dan buku besar. Jurnal
penyesuaian ini tidak dicatat setiap hari sebagaimana jurnal umum, melainkan hanya
disusun setiap akhir periode berdasarkan bukti yang ada. Data yang diperlukan untuk
membuat jurnal penyesuaian adalah neraca saldo dan data penyesuaian yang diperoleh
pada akhir periode akuntansi.
6. Skripsi
7. Pbb
Pajak Bumi dan Bangunan adalah pungutan atas tanah dan bangunan yang muncul
karena adanya keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi bagi seseorang atau
badan yang memiliki suatu hak atasnya, atau memperoleh manfaat dari padanya.
Jika dilihat dari sifatnya, Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak yang bersifat
kebendaan. Artinya, besaran pajak terutang ditentukan dari keadaan objek yaitu bumi
dan/atau bangunan. Sedangkan keadaan subjeknya tidak ikut menentukan besarnya
barang.
Process costing secara umum digunakan pada suatu pabrik yang memproduksi barang
secara tetap. Dengan kata lain, job order costing digunakan untuk menghitung biaya
pengerjaan atau nilai kontrak, sementara process costing digunakan untuk menghitung
ongkos tiap proses produksi.
Job order costing umumnya berisi tentang catatan pengeluaran material dan upah
pekerja untuk tugas yang spesifik, termasuk biaya overhead jika pun ada. Process
costing lebih diartikan sebagai biaya yang dibutuhkan tiap departemen dalam
memproses suatu produk untuk tiap hari.
Metode penghitungan dengan job costing melibatkan akumulasi semua biaya produksi
untuk membuat suatu unit. Dalam contoh konstruksi rumah, ongkos buruh yang bekerja
untuk membuat satu unit rumah akan dimasukkan dalam catatan pengeluaran sebelum
ditambah dengan biaya lain.
Begitu juga dengan kayu atau material lain yang dibutuhkan untuk membuat satu unit
rumah. Semua informasi seperti ini nantinya dibutuhkan sebagai tagihan untuk
konsumen atas pekerjaan dan material yang digunakan, juga untuk melacak keuntungan
perusahaan dari satu proyek yang dijalankan.
Dalam job costing, pekerjaan yang dimaksud sangat spesifik dan kadang berupa
kontrak, yang mana pekerjaan dilakukan sepenuhnya atas instruksi dan permintaan
konsumen. Dengan metode ini, tiap pekerjaan dianggap sebagai entitas yang berbeda,
sehingga biayanya berbeda.
Job costing seringnya dipraktikkan oleh industri yang mempunyai spesialisasi produk
berdasarkan kebutuhan dan permintaan konsumen. Contoh industri semacam ini yaitu
furniture, konstruksi rumah, percetakan, dekorasi interior, dan lainnya.
Process Costing
Process costing merupakan metode untuk menghitung biaya produksi massal dari suatu
barang atau jasa. Satu contoh, bank menyediakan jumlah deposit yang sama untuk tiap
konsumen. Dalam hal ini, bank menyediakan banyak produk dan menjualnya secara
seimbang pada semua konsumen.
Perhitungan process costing melibatkan akumulasi biaya dari proses produksi panjang
yang berkaitan dengan produk secara langsung. Dari contoh bank sebelumnya, dalam
tiap menerima deposit bank pasti butuh uang sebagai ongkos untuk menjalankan proses,
juga untuk menggaji karyawan.
Semua ongkos produksi yang sudah dikeluarkan kemudian dijumlah lalu dibagi dengan
total unit produk yang sudah dibuat untuk menentukan biaya per unit. Biaya kemudian
diakumulasi oleh setiap tingkatan departemen, sebelum akhirnya dijadikan salah satu
materi laporan keuangan tahunan.
Dalam process costing, proses merujuk pada tahapan terpisah dari produksi yang
dilakukan untuk mengubah material dasar hingga menjadi bentuk lain. Process costing
umumnya diterapkan pada perusahaan yang membuat produk identik dalam jumlah
banyak.
Tahapan proses produksi yang dimaksud bisa berupa apapun, misalnya secara paralel,
berurutan, atau terpisah. Hasil proses pertama akan menjadi awal dari proses
berikutnya, dan proses terakhir akan menghasilkan produk jadi. Karena memiliki proses
berbeda, maka tiap proses dihitung secara parsial.
Secara umum, process costing lebih tepat diterapkan untuk perusahaan dengan produksi
skala besar yang memproduksi barang hingga beberapa tingkatan. Beberapa contoh
industri semacam ini yaitu industri baja, sabun, cat, kertas, minuman, juga lainnya.
Dari cara menghitungnya, job order costing menghitung semua biaya yang dikeluarkan,
sedang process costing hanya menghitung biaya tiap proses yang dijalani kemudian
dibagi dengan banyaknya produk yang dihasilkan untuk mengetahui biaya tiap unit.
Dapat dikatakan dalam hal perbedaan cakupan biaya, bahwa job order costing
menghitung pekerjaan dan process costing menghitung proses. Tak ada perpindahan
uang dalam job order costing, tapi dalam process costing uang kerap berpindah tangan
sesuai proses yang ditangani tiap departemen.
Perhitungan biaya job order costing umumnya dilakukan setelah pengerjaan selesai,
sementara untuk process costing perhitungan dilakukan setelah semua proses selesai.
Oleh karena itu, job costing banyak dipraktikkan di industri yang melayani permintaan
konsumen. Untuk process costing, penerapannya lebih tepat digunakan industri dengan
skala produksi besar.
Dalam proses produksinya, kesalahan atau kehilangan tidak dihitung untuk job costing.
Hal berbeda terjadi untuk process costing, karena setiap kehilangan akan dihitung dan
dinilai sebagai bagian dari kerugian produksi. Itu sebabnya, job costing tak mengenal
pemotongan anggaran, sementara dalam process costing justru kerap terjadi.
Meski demikian, dua jenis perhitungan biaya ini juga punya sisi lemah masing-masing.
Kelemahan job order costing yaitu bahwa manajemen diharuskan mengetahui semua
material dan upah pekerja yang dikeluarkan selama pengerjaan berlangsung. Sementara
kelemahan process costing yaitu terlalu bergantung catatan statistik alih-alih data
lapangan.
Ambil contoh jika kontraktor menggunakan sistem job order costing. Dengan sistem
ini, kontraktor diharuskan paham alur pengadaan material, teknik konstruksi, instalasi
listrik, termasuk mengelola makan siang dan jam kerja semua pekerja yang terlibat.
Sementara jika memakai sistem process costing, material d ihitung menggunakan rata-
rata unit produksi, dan pengeluaran untuk upah relatif konsisten antara periode gajian
sehingga perusahaan butuh sumber dana besar untuk dapat melakukan ini.
Dengan kata lain, wajib pajak merupakan pihak yang berperan aktif dalam menghitung,
membayar, dan melaporkan besaran pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau
melalui sistem administrasi online yang sudah dibuat oleh pemerintah.
Peran pemerintah dalam sistem pemungutan pajak ini adalah sebagai pengawas dari
para wajib pajak. Self-assessment system diterapkan pada jenis pajak pusat.
Contohnya adalah jenis pajak PPN dan PPh. Sistem pemungutan pajak yang satu ini
mulai diberlakukan di Indonesia setelah masa reformasi pajak pada 1983 dan masih
berlaku hingga saat ini.
Namun, terdapat konskuensi dalam sistem pemungutan pajak ini. Karena wajib pajak
memiliki wewenang menghitung sendiri besaran pajak terutang yang perlu dibayarkan,
maka wajib pajak biasanya akan mengusahakan untuk menyetorkan pajak sekecil
mungkin.
Penentuan besaran pajak terutang dilakukan oleh wajib pajak itu sendiri.
Wajib pajak berperan aktif dalam menuntaskan kewajiban pajaknya mulai d ari
menghitung, membayar, hingga melaporkan pajak.
Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak, kecuali jika wajib pajak
telat lapor, telat bayar pajak terutang, atau terdapat pajak yang seharusnya wajib pajak
bayarkan namun tidak dibayarkan.
Dalam sistem pemungutan pajak Official Assessment, wajib pajak bersifat pasif dan
pajak terutang baru ada setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus.
Sistem pemungutan pajak ini bisa diterapkan dalam pelunasan Pajak Bumi Bangunan
(PBB) atau jenis pajak daerah lainnya.
Dalam pembayaran PBB, KPP merupakan pihak yang mengeluarkan surat ketetapan
pajak berisi besaran PBB terutang setiap tahunnya.
Jadi, wajib pajak tidak perlu lagi menghitung pajak terutang melainkan cukup
membayar PBB berdasarkan Surat Pembayaran Pajak Terutang (SPPT) yang
dikeluarkan oleh KPP tempat objek pajak terdaftar.
Withholding System
Pada Withholding System, besarnya pajak dihitung oleh pihak ketiga yang bukan wajib
pajak dan bukan juga aparat pajak/fiskus.
Jenis pajak yang menggunakan withholding system di Indonesia adalah PPh Pasal 21,
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN.
Proses operasi
Proses operasi adalah aktivitas yang dilakukan perusahaan. Proses operasi dilihat
dari perencanaan, pembentukan bahan mentah hingga menjadi produk jadi, proses
marketing, hingga proses transaksi antara perusahaan dan pembeli.
Proses operasi menekankan kepada penyampaian produk kepada pelanggan secara
efisien, dan tepat waktu. Proses ini, berdasarkan fakta menjadi fokus utama dari
sistem pengukuran kinerja sebagian besar organisasi.
Iklim Organisasi
Iklim oreganisasi merupakan salah satu mendorong timbulnya motivasi, dan
pemberdayaan adalah penting untuk menciptakan pekerja yang berinisiatif. Adapun
yang menjadi tolak ukur hal tersebut di atas adalah jumlah saran yang diberikan pekerja.
Intinya dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, balanced scorecard lebih
menekankan pada aspek organisasi. Bagaimana perusahaan bisa memanfaatkan sumber
daya manusia yang ada menjadi faktor keunggulan kompetitif.
Untuk Badan yang hanya memiliki kewajiban perpajakan sebagai pemotong dan/atau
pemungut pajak (misalnya: Joint Operation), maka syarat yang harus dipersiapkan
adalah:
a. Fotokopi Perjanjian Kerjasama/Akta Pendirian sebagai bentuk kerja sama operasi
(Joint Operation)
b. Fotokopi NPWP masing-masing anggota bentuk kerja sama operasi (Joint
Operation) yang diwajibkan untuk punya NPWP.
c. Fotokopi surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah minimal
setingkat Lurah atau Kepala Desa jika penanggung jawabnya adalah WNA
d. Fotokopi dokumen izin usaha atau kegiatan yang dikeluarkan oleh otoritas
berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah
Daerah setidaknya tingkat Lurah atau Kepala Desa.
Dokumen yang Disiapkan Saat Mengisi SPT Tahunan Badan
Selanjutnya, dokumen atau berkas umum yang wajib dipersiapkan saat pengisian SPT
Badan adalah seperti berikut:
a. SPT Tahunan PPh Badan 1771.
b. SPT Masa PPN, yang di dalamnya termasuk seluruh Faktur Pajak masukan dan
keluaran pada satu tahun pajak tersebut.
c. SPT Masa Pasal 21, mulai dari awal sampai akhir tahun pajak
d. Bukti Pemotongan PPh Pasal 23, dalam satu tahun pajak
e. Bukti Pemungutan PPh Pasal 22 dan Surat Setoran Pajak (SSP) Pasal 22 impor,
dalam satu tahun pajak
f. Bukti Pemotongan PPh Pasal 4 Ayat 2, dalam satu tahun masa pajak. Berkas ini
diperlukan jika Anda merupakan wajib pajak dengan kewajiban berdasarkan PP
Nomor 46 Tahun 2013
g. Bukti Pembayaran PPh Pasal 25, dalam satu tahun pajak
h. Bukti Pembayaran atas Surat Tagihan Pajak (STP) PPh Pasal 25, dalam satu tahun
pajak
i. Laporan Keuangan, termasuk juga laporan keuangan hasil audit akuntan publik dan
data pendukungnya (buku besar pendukung laporan keuangan, buku besar
pembantu pendukung laporan keuangan, rekening koran atau tabungan perusahaan,
bukti penerimaan dan pengeluaran, arsip akta pendirian atau perubahannya dan
lampiran SPT Tahunan PPh Badan)
Tanah yang mengandung hasil tambang dibeli dengan harga Rp. 50.000.000.
Taksiran isinya sebesar 200.000 ton.
Tanah tersebut setelah dieksploitasi ditaksir bernilai Rp. 10.000.00
Deplesi per ton dihitung sebagai berikut:
Deplesi:
= (Rp. 50.000.000 – Rp. 10.000.000) / 200.000
= Rp. 200 per ton.
Bila pada tahun pertama bisa dieksploitasi sebanyak 40.000 ton, maka deplesi untuk
tahun tersebut adalah:
= 40.000 x Rp. 200
= Rp. 8.000.000
Jurnal yang dibuat untuk mencatat nilai deplesi di atas adalah sebagai berikut:
Deplesi Rp. 8.000.000
Akumulasi Deplesi Rp. 8.000.000
19. jurnal pembalik (kenapa ada, akun akunnya apa aja, jurnalnya gmn)
Jurnal pembalik adalah jurnal yang berfungsi untuk membalikkan jurnal penyesuaian
demi tujuan untuk membentuk akun neraca.
Jurnal yang memiliki nama lain reverse entry ini dibutuhkan untuk mencegah terjadinya
akun ganda. Sedangkan pembuatannya biasanya dilakukan pada awal periode baru
supaya muncul analisis real yang lebih anyar dan segar.
Disimpulkan dari pengertian ini ialah definisi dari jurnal pembalik merupakan jurnal
yang difungsikan untuk membalik jurnal penyesuaian yang telah dibuat sebelumnya.
Jika dilihat dari konsepnya maka menurut konsep siklus akuntansi jurnal ini memiliki
kategori jurnal opsional. Maksudnya jurnal ini boleh dibuat atau tidak.
Jurnal Pembalik
Beban sewa Rp300.000
Sewa di bayar di muka Rp300.000
Jurnal pembalik
Sewa diterima di muka Rp1.000.000
Pendapatan sewa Rp1.000.000
Ketika pelunasan piutang sudah dilakukan, maka piutang tersebut masuk ke dalam kas
perusahaan. Pencatatannya adalah kas di bagian debet, dan piutang di bagian kredit.
Dengan begitu, sudah tidak ada lagi piutang dan menjad i kas perusahaan. Seperti ini
bentuk pencatatannya.
Kas xxxxx
Piutang xxxxx
Namun ada kalanya, peminjam baru menyatakan hendak melunasi piutang ketika sudah
dilakukan tutup buku pencatatan periode tertentu. Kalau mengalami situasi seperti ini,
maka pencatatannya adalah memunculkan piutang di bagian debet dan pendapatan lain-
lain di bagian kredit. Seperti ini bentuk pencatatannya.
Piutang xxxxx
Pendapatan lain-lain xxxxx
Jika sudah dilakukan pembayaran atas piutang tersebut, maka posisi piutang pun
berubah pada pencatatan. Piutang berada di bagian kredit, sementara di bagian debet
masuk kas. Seperti ini bentuk pencatatannya.
Kas xxxxx
Piutang xxxxx
Metode Cadangan
Metode penghapusan piutang cadangan disebut juga allowance method. Dalam metode
cadangan, perusahaan perlu melakukan penaksiran terhadap piutang tak tertagih pada
tiap akhir periode pembukuan. Metode ini biasanya digunakan oleh perusahaan yang
memiliki skala besar yang terbiasa mencatat perkiraan atau estimasi piutang yang tak
dapat ditagih.
Perkiraan tersebut kemudian dicatat sebagai beban terhadap kerugian piutang tak
tertagih. Namun beban tersebut tidak lantas dikeluarkan dari perkiraan piutang, hanya
dianggap sebagai cadangan piutang tak tertagih. Dalam pencatatannya, beban kerugian
piutang di bagian debet. Dan cadangan kerugian piutang di bagian kredit. Seperti ini
bentuk pencatatannya.
Beban kerugian piutang xxxxx
Cadangan kerugian piutang xxxxx
Jika peminjam menyatakan telah benar-benar tidak bisa membayar hutangnya, maka
perusahaan perlu melakukan penghapusan terhadap piutang dari peminjam. Maka
pencatatannya adalah cadangan kerugian piutang di bagian debet, dan piutang di bagian
kredit. Seperti ini bentuk pencatatannya. (Baca juga: Fungsi Akuntansi Biaya)
Cadangan kerugian piutang xxxxx
Piutang xxxxx
Ketika kemudian peminjam menyampaikan pada perusahaan bahwa ia dapat
mengembalikan hutangnya, maka piutang dapat dimunculkan kembali. Cadangan
kerugian piutang pun dihapuskan. Piutang berada di bagian debet, dan cadangan
kerugian piutang di bagian kredit. Berikut bentuk pencatatannya.
Piutang xxxxx
Cadangan kerugian piutang xxxxx
Saat pelunasan piutang dilakukan, maka piutang dihapus dan kas masuk perusahaan.
Kas berada di bagian debet dan piutang di bagian kredit. Berikut bentuk pencatatannya.
(Baca juga: Sistem Akuntansi Biaya Perusahaan)
Kas xxxxx
Piutang xxxxx
Untuk lebih memahami mengenai metode penghapusan piutang, berikut contoh kasus
dari masing-masing metode.
Namun pada tanggal 10 Desember 2016, PT. ABC mengabari kalau mereka dapat
melunasi hutang terhadap PT. XYZ. Pelunasan piutang baru dilakukan PT. ABC pada
tanggal 27 Desember 2016. (Baca juga: Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa)
Kasus 2: Sama seperti kasus sebelumnya, PT. XYZ tidak dapat menagih piutang kepada
PT. ABC. Piutang sudah ditutup dan dibebankan pada beban penghapusan piutang. PT.
XYZ pun melakukan tutup buku pada akhir tahun.
Namun PT. ABC pada 2 Februari 2017 menyatakan hendak membayar hutang mereka.
Piutang tersebut dibayar lunas pada tanggal 20 Februari 2017.
Berikut pencatatan yang dilakukan PT. XYZ. (Baca juga: Cara Membuat Neraca Lajur)
Ternyata pada tanggal 5 Agustus 2016, PT. ABC menyampaikan bahwa mereka hendak
membayar hutang mereka. Hutang tersebut baru dilunasi pada tanggal 15 Agustus
2016.
22. tanah gak bisa disusutkan, tapi ada kemungkinan disusutkan gak, apa contohnya
Pada umumnya, tanah dalam akuntansi tidak dapat disusutkan atau didepresiasikan,
namun dalam kondisi tertentu, tanah dapat didepresiasikan. Berikut ini adalah kondisi-
kondisi khusus yang memperbolehkan aktiva tanah untuk disusutkan:
a. Ketika kualitas tanah tidak lagi layak untuk digunakan dalam operasional
perusahaan.
b. Sifat operasi utama meninggalkan tanah dan bangunan saat proyek selesai,
contohnya tanah di kawasan terpencil disusutkan sesuai dengan lamanya proyek
berjalan.
c. Kepastian maupun perkiraan bahwa perpanjangan hak atas tanah kemungkinan
besar tidak diperoleh.
Jika tanah disusutkan atau didepresiasikan, tanah akan disajikan berdasarkan nilai
perolehan lain sesuai dengan revaluasi tanah atau PSAK ihwal penurunan nilai aset,
dikurangi akumulasi penyusutan.
Namun secara normal, tanah tidak mengalami penyusutan. Justru malah mengalami
peningkatan lantaran nilainya yang bertambah mengikuti perkembangan pasar.
Pada tahun 2005 PT ABC memiliki aktiva tetap dengan harga perolehan Rp
100.000.000, beberapa tahun kemudian tepatnya tahun 2010 PT ABC mengadakan
revaluasi atau penilaian kembali harga perolehan aktiva tetap yang dimilikinya, hasil
dari revaluasi tersebut diketahui bahwa nilai aktiva tetap tanah ialah Rp 150.000.000.
Berdaskan data tersebut, bagiaman penulisan jurnalnya jika ad kenaikan tanah?
Diketahui bahwa harga perolehan tanah mula-mula ialah Rp 100.000.000 sehabis
dilakukan revaluasi nilai tanah menjadi Rp 150.000.000 dengan demikian terjadi
peningkatan niai tanah sebesar Rp 50.000.000, Maka jurnal yang dibentuk untuk
mencatat adanya peningkatan nilai tanah tersebut adalah sebagi berikut:
Aktiva tetap tanah (apresiasi)……….. Rp 50.000.000
Modal (apresiasi)…………… Rp 50.000.000
Jadi dapat disimpulkan bahwa secara umum tanah tidak dapat disusutkan atau
didepresiasikan, justru nilai tanah akan bertambah sesuai dengan perkembangan pasar.
Namun dalam kondisi tertentu seperti tanah sudah tidak layak pakai, perpanjangan hak
atas tanah tidak diperoleh dan lain sebagainya, maka tanah dapat disusutkan.
23. pengakuan aset tetap (tanah) dan jurnal kalo punya tanah 75% tidak dibangun
bangunan, 25% dibangun
Baik itu inflasi ataupun deflasi sama – sama merupakan masalah perekonomian suatu
negara yang harus segera diatasi. Apalagi inflasi dan deflasi ini juga dapat
mempengaruhi bisnis yang sedang Anda jalankan.
Bu Fitjal
1. jenis perusahaan
Perusahaan jasa
Perusahaan jasa adalah salah satu jenis perusahaan yang kegiatan utamanya adalah
menghasilkan atau memberikan jasa bagi para konsumen. Contoh perusahaan jasa
adalah Pengacara, Notaris, Bengkel, Akuntan, Dokter, dan masih banyak lagi.
Pencatatan akuntansi pada perusahaan jasa
Perusahaan Dagang
Perusahaan dagang merupakan jenis perusahaan yang kegiatan operasinya adalah
membeli barang dagang dari perusahaan lain dan menjual kembali barang dagang
tersebut kepada konsumen tanpa mengubah bentuk nya. Dengan kata lain perusahaan
ini tidak memproduksi barangnya sendiri melainkan membelinya dari perusahaan lain.
Contoh perusahaan dagang adalah Toko buku, Restoran, Apotik, dll
Perusahaan Manufaktur
Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang memproduksi barang mulai dari bahan
mentah, kemudian memprosesnya hingga menjadi barang jadi yang kemud ian siap
untuk dijual kepasaran. Contoh perusahaan ini ialah pabrik.
2. Persediaan buku hal 278
3. jurnal persediaan
masuk: invent pada kas/utang
keluar: kas pada invent
4. laporan keuangan
a. Laporan Posisi Keuangan
b. Laporan Laba Rugi Komprehensif
c. Laporan Perubahan Ekuitas
d. Laporan Arus Kas
e. Catatan Atas Laporan Keuangan
5. surat ad Dhuha
6. ditanya tanya udah siap kompre apa belum terus udah belajar berapa lama buat kompre
7. Ajp apa? akun apa aja yg di sesuain? coba bikin ilustrasi nya+jurnalnya
Jurnal penyesuaian (adjusting entry) adalah jurnal yang dibuat untuk menyesuaikan
saldo-saldo yang telah tercatat di dalam jurnal umum dan buku besar. Jurnal
penyesuaian ini tidak dicatat setiap hari sebagaimana jurnal umum, melainkan hanya
disusun setiap akhir periode berdasarkan bukti yang ada. Data yang diperlukan untuk
membuat jurnal penyesuaian adalah neraca saldo dan data penyesuaian yang diperoleh
pada akhir periode akuntansi.
Dokumen ini berbentuk lampiran SPT tahunan PPh badan berupa kertas kerja yang
berisi penyesuaian antara laba rugi komersial sebelum pajak dengan laba rugi
berdasarkan ketentuan perpajakan. Rekonsiliasi ini juga dilakukan kepada seluruh
unsur penyusunan laporan laba rugi yang meliputi pengeluaran (beban) dan
pendapatan.
9. Objek pajak apa = benda nya. sumber pendapatan yang dikenakan pajak
10. subjek pajak apa = orang atau badan yang ditetapkan menjadi subjek pajak
11. Penyusutan dalam perpajakan? kenapa kalo bangunan ga pake double declining?
15. Cash flow, Komponen cashflow, depresiasi masuk mana?, kalo operating kenapa
depresiasi masuk operating bukannya dia berkaitan sama aset tetap? akun yg in flow di
cashflow contohnya apa?
a. Operating (langsung dan tidak), Investing, Financing
b. Karena, justru berhubungan dengan asset tetap yg berguna untuk operasional
perusahaan kecuali tanah.
c. Sale of good/services, sale of property plant equipment, interest and dividend
received,
16. Rekonsiliasi Fiskal, kenapa ada rekon, yg ga di akui di pajak tp diakui di komersil apa
aja
a. Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh wajib pajak karena terdapat perbedaan
perhitungan antara laba menurut komersial atau akuntansi dengan laba menurut
perpajakan. Laporan keuangan komersial ditujukan untuk menilai kinerja ekonomi
dan keadaan finansial dari sektor swasta, sedangkan laporan keuangan fiskal lebih
ditujukan untuk menghitung pajak.
b. Karena tidak masuk ke 3m memelihara, menagih, menghasilkan.
c. Biaya yang Secara Langsung atau Tidak Langsung Berkaitan dengan Kegiatan
Usaha (biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa
termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan
dalam bentuk uang, bunga, sewa, dan royalty, biaya perjalanan, biaya pengolahan
limbah, premi asuransi, biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK), biaya administrasi, pajak kecuali
PPh)
d. Biaya Penyusutan dan Amortisasi
e. Iuran kepada Dana Pensiun yang Pendiriannya telah Disahkan oleh Menteri
Keuangan
f. Kerugian atas Penjualan atau Pengalihan Aset
g. Kerugian Selisih Kurs Mata Uang Asing
h. Biaya Penelitian dan Pengembangan
i. Biaya Beasiswa, Magang, dan Pelatihan
j. Piutang Tak Tertagih (telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi
komersial, wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang yang nyata-nyata tidak
dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak berbentuk hard copy dan soft copy,
piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih tersebut: telah diserahkan perkara
penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani
piutang negara, terdapat perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur atas piutang yang nyata-
nyata tidak dapat ditagih tersebut, telah dipublikasikan dalam penerbitan umum
atau khusus, adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan
untuk jumlah utang tertentu)
k. Biaya Sumbangan (Bencana, RnD, Fasilitas Pendidikan, Pembinaan Olahraga,
Infrastruktur Sosial)
l. Sumbangan Keagamaan
m. Kompensasi Kerugian
18. kenapa sumbangan dan natura tidak di akui di pajak? pasal brp yg mengatur?
Secara umum berdasarkan pasal 4 ayat 3 huruf D UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan, natura atau kenikmatan bukanlah objek PPh. Namun ada beberapa
pengecualian tertentu yang menjadikan jenis imbalan ini menjadi objek PPh sehingga
dikenakan pajak.
Pengecualian ini terjadi jika imbalan ini diberikan bukan oleh wajib pajak, wajib pajak
yang dikenakan pajak secara final atau wajib pajak yang menggunakan norma
perhitungan khusus yang dimaksud dalam Pasal 15 UU PPh.
Contoh, yang dimaksud dengan bukan wajib pajak adalah kantor Sekjen ASEAN di
Indonesia, sedangkan wajib pajak yang dikenakan PPh Final adalah wajib pajak usaha
jasa konstruksi.
Pasal
a. Pasal 9 ayat (1) E UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas UU
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
b. PMK-83/PMK.03/2009 tentang Penyediaan Makanan/Minuman bagi Seluruh
Pegawai Serta Natura/Kenikmatan di Daerah Tertentu.
c. PMK No. 167/PMK.03/2018 tentang Penyediaan Makanan dan Minuman Bagi
Seluruh Pegawai Serta Penggantian atau Imbalan dalam Bentuk Natura dan
Kenikmatan di Daerah tertentu yang Berkaitan dengan Pelaksanaan Pekerjaan yang
Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto Pemberi Kerja.
19. persediaan ada di bab apa? bab merchandising di pengantar ada di chapter berapa?
a. 6
b. 5