3
PENGELOLAAN SUMBER DAYA LAHAN
DAN AIR DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR
NUSA TENGGARA BARAT
Bambang Sayaka, Effendi Pasandaran,
‘Suherman, dan Saktyanu K.D.
Lahan dalam arti ruang merupakan sumber daya alam yang strategis dan
bersifat tetap atau tidak bertambah, dimana berbagai Kegiatan pembangunan
berlangsung. Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh masyarakat, swasta, maupun
pemerintah dan terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk, kemajuan teknologi
dan dinamika sosial ekonomi. Isu strategis terkait dengan sumber daya lahan adalah
eksploitasi sumber daya lahan secara berlebihan, proses penggundulan hutan yang terus
berlangsung, dan meluasnya daerah genangan banjir karena pembangunan yang tidak
sesuai tata ruang. Hal ini mengakibatkan terjadinya degradasi lahan dimana sumber
daya yang ada, seperti tanah, air, vegetasi, batu, udara, dan iklim berubah kondisinya
menjadi lebih jelek (Rose, 2005).
Sumber daya hutan di Propinsi Nusa Tenggara Barat dikelola berdasarkan
pparadigma baru, yaitu pengelolaan sumber daya hutan berbasis masyarakat untuk
memperoleh manfaat yang optimal, lestari, dan seimbang dalam aspek ekonomi,
ekologi, dan sosial budaya. Pendekatan korporasi diubah menjadi pendekatan
kkemasyarakatan, Fokus manfaat ekonomi diubah menjadi manfaat yang seimbang
antara aspek ekonomi, ekologi, dan sosial budaya. Kegiatan yang berpusat pada
‘produksi kayu diubah menjadi pengelolaan sumber daya hutan (Bappeda NTB, 2004).
Pemanfaatan sumber daya air juga berubah dari barang sosial menjadi barang
ckonomi bernilai tinggi. Peran pemerintah yang semula sebagai pengambil inisiatif
bbergeser menjadi fasiltator. Disamping itu pelayanan yang semakin baik dituntut
seiring munculnya isu strategis, yaitu (i) pemanfaatan air belum optimal, (i) suplai air
sangat berfluktuasi, (ii) tingginya tingkat kebocoran pipa air minum, (iv) keterbatasan
sumber air pada lahan kritis, (v) pemanfaatan air tanah dalam jumlah besar oleh hotel
dan industri tanpa ijin yang menyebabkan intrusi air laut, dan (v) belum tersedianya data
base tentang sumber daya air secara memadai.
Tulisan ini menyoroti kebijakan dan program Pemda Kabupaten Lombok
‘Timur dalam mengelola sumber daya lahan dan air. Disamping itu juga akan dibahas
pengelolaan sumber daya lahan dan air di tingkat petani, yaitu studi kasus di Kecamatan
Jerowaru, Sambelia, dan Sucla,
‘”~”~”””SSSCS*C&engelolaan Lahn dan Air di IndonesiaGambaran Umum Kabupaten Lombok Timur
Kabupaten Lombok Timur terletak di Pulau Lombok dengan batas sebelah
utara Laut Jawa, sebelah timur dibatasi oleh Selat Alas, sebelah selatan berbatasan
dengan Samudera Hindia, serta sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lombok
Barat dan Lombok Tengeh. Topografi kabupaten ini menunjukkan penampakan miring
dari arah utara ke selatan, Curah hujan rata-rata sekitar 1.500 mm/tabun dan jumlah hari
hhyjan 102 hari/tahun. Bagian utara adalah pegunungan kawasan Gunung Rinjani yang
potensial untuk pengembangan komoditas kehutanan. Bagian tengah merupakan daiaran
rendah yang digunakan untuk pertanian tanaman pangan dan pemukiman. Bagian
selatan merupakan wilayah berbukit yang digunakan untuk pertanian tanaman pangan.
Laas wilayah Kabupaten Lombok Timur sekitar 8 persen dari total luas Propinsi NTB
(BPS Kabupaten Lombok Timur, 2003).
abel 1, Luas dan Ketinggian Kabupaten/Kota di Propinsi Nusa Tenggara Barat
Laas Wilayah ——_(%) Toukota ——_-Ketinggian
(km2) (m)
1. Pulau Lombok
1, Lombok Barat 164146814 Gerung 16
2. Lombok Tengah 142765 7,08 Praya 101
3. Lombok Timur 160555 7,97 Selong. 148
4. Kodya Mataram 6404 0,32, Mataram 16
Jumlah P Lombok 4738,70___ 23,51,
Pulau Sumbawa
1. Sumbawa 849300 42,14 SumbawaBesar 20
2. Dompu 232455 11,53 Dompu 50
3. Bima 4596.90 22,81, Bima B
Jumlah P. Sumbawa 1541445 76.49
JUMLAH NTB 20153,15 100,00
‘Sumber: BPS Kab Lombok Timur (2003)
Berdasarkan penggunaannya, luas lahan kering relatif dominan yang mencapai
‘hampir empat kali lipat luas lahan sawah. Luas sawah irigasi teknis cenderung
berkurang, sedang sawah irigasi semi teknis dan sederhana serta tadah hujan cenderung
bertambah. Demikian pula hutan rakyat, tegalan dan perkebunan terus bertambah,
sementara itu hutan negara makin berkurang Iuasnya (Tabel 2).
Kabupaten Lombok Timur bersama dengan Kabupaten lainnya di Propinsi
‘NNTB memiliki cekungan air tanah (CAT) dalam jumlah relative besar. CAT adalah
wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis yang merupakan tempat semua Kejadian
hidrogeologis seperti proses pengimbuhan pengaliran, dan pelepasan air tanah
berlangsung. CAT yang termasuk wilayah Kabupaten Lombok Timur adalah Mataram-
Selong seluas 236 km’ dengan air tanah bebas sebanyak 662 juta m’ dan Tanjung-
Sambelia seluas 1.124 km? dengan air tanah bebas sebanyak 224 juta m’ (Tabel 3).
Pengelolaan Lahan dan Air di Indonesia 129Tabel 2, Luas Lahan Menurut Penggunaan di Kabupaten Lombok Timur,
2001-2003 (ha)
Jenis lahan Tahun
2001 2002 2003
‘A. LAHAN SAWAH
I Irigasi Teknis 8639 7837 5542
2. Irigasi semi teknis 28971 30436 30852
3. Irigasi sederhana PU 1013 2071 2274
4 Irigasi sederhana Non PU 5851 3763 4947
5. Tadah hujan 862 1229 1246
Jumlah Lahan Sawah 45336 45336 44861
B. LAHAN KERING
1. Pekarangan 714 7935 1672
2. Tegal/kebun 20580 24994 25041
3. Ladang/huma 10854 6206 4741
4. Padang rumputipenggembalaan 95 106 1334
5. Tidak diusahakan ° ° 400
6. Hutan Rakyat 1475 2941 4121
7. Hutan Negara 63146 $7323 54342
8. Perkebunan 681 851 4055
9. Tambak 805 858 982
10. Kolam/Tebav/Empang 88 113 230
11. Lain-lain 10281 113. 12776
Jumlah Lahan Kering 115219 yoo 115694
Jummlah Lahan Sawah dan Kering 160555 146776160555
‘Sumber: BPS Kab Lombok Timur (2003)
‘Sementara itu neraca sumber daya air di Pulau Lombok secara umum negatif .
neraca sumber daya air adalah gambaran kuantitatif tentang potensi, kebutuhan maupun
ppemanfaatan air pada tiap Sub Satuan Wilayah Sungai (SSWS). Potensi sumber daya air
‘meliputi air hujan, air permukaan, dan air tanah. Pemanfsatan air domestik meliputi
kebutuhan penduduk, sarana umum, dan sarana komersial. Pemanfaatan air untuk
pertanian terdiri dari sawah irigasi permukaan dan air tanah, perikanan darat,
perkebunan, dan petemakan. Sedang pemanfétan air untuk industri adalah untuk
‘mencukupi Kebutuhan industri berat maupun ringan. Neraca sumber daya air yang
regatif mempunyai implikasi bahwa potensi yang ada menunjukkan bahwa di
Kabupaten ini dan kabupaten/kota lainnya di Pulau Lombok secara umum kekurangan
air untuk memenuhi aktivitas sosial ekonomi yang ada (Tabel Lampiran 1).
Go. Pengelolaan Lakan dan Air di Indonesia‘Tabel 3. Inventarisasi Cekungan Air Tanah Propinsi NTB, 2003
‘Air Tanah
No. Cekungan Air Tanah — Luas Bebas Air Tanah Tertekan
(han? juta m'/tahun) __(juta m3/tahun)
1 Mataram-Selong 236 662 8
2 Tanjung-Sambelia 1124 224 2
3. Sumbawa Besar 1404 183 25
4 Empang 345 35 3
5 Pekat 977 220 10
6 Sanggar-Kilo 1419 320 4
7 Dompu 375, 6 6
8 Bima 1102 165 16
9 Tawali-s 363 36 3
‘Sumber: Dinas Pertamben Propinsi NTB (2204) dalam Bappeda NTB, 2004
Dari data di suatu SSWS, yaitu Dodokan di Lombok Barat dan Menanga,
tampak bahwa debit semua mata air dalam kurun waktu tahun 2000 hingga 2003
mengalami penurunan (Tabel 4). Di SSWS Dodokan penurunan debit dari 13 hingga 88
persen dengan rata-rata 61 persen. Sementara itu di SSWS Menanga penurunan debit
‘mata air berkisar dari 19 persen di mata air Nyiur Sundung hingga 89 persen di mata air
Gading 1 atau rata-rata 66 persen. Keadaan ini merupakan indikasi bahwa pada masa
‘mendatang suplai air dari mata air akan terus berkurang jika daerah resapan air tidak
diperbaiki.
Degradasi lahan mudah dijumpai di berbagai daerah dan menyebabkan tanah
kits, termasuk di Kabupaten Lombok Timur, Propinsi Nusa Tenggara Barat
Perdebatan tentang degradasi Iahan terus berlangsung baik di tingkat konsep maupun
teknis. Perbedaan pandangan tentang pengelolaan Iahan kritis lebih menunjukkan
perbedaan Kepentingan terhadap lahan tersebut dibanding masalah teknis untuk
mengatasinya
Degradasi lahan bisa berlangsung secara alamiah, tetapi bisa juga akibat
kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Kegiatan yang menyebabkan degradasi lahan,
misalnya pertambangan, pembangunan kawasan perumahan, pembangunan kawasan
industri, pertanian monokultur secara intensif termasuk perkebunan maupun budidaya
perikanan darat, Degradasi neto. menurut Bappedal dan CEPI (Collaborative
Environmental Project in Indonesia) didefinisikan sebagai penjumlahan dari proses