Professional Documents
Culture Documents
id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Gula Cair
Gula merupakan polihidroksi aldehid atau keton yang termasuk
dalam kelompok glikan atau karbohidrat. Di dalam karbohidrat
menghasilkan makronutrien yang ditemukan dibeberapa makanan dan
minuman yang menyediakan energi ATP dan beberapa manfaat
aktifitas fisiologis tubuh lainnya, yang menggunakan glukosa sebagai
sumbernya. Energi instan tersebut dapat dipenuhi dengan asupan gula.
Gula alami memberikan manfaat yang besar dalam makanan seperti,
gula yang ditemukan di buah-buahan, laktosa, gula susu, dan lain-
lainnya. Adapun gula tambahan yaitu gula yang ditambahkan selama
pengolahan makanan, minuman, dan olahan lainnya yang berbahaya
bagi tubuh kita, sedangkan gula esesnsial adalah karbohidrat yang
dibutuhkan oleh tubuh dalam pengambilan nutrisi dari sumbernya
(Varucha Misra et al.,2016).
Sirup glukosa meupakan gula cair yang dihasilkan dari proses
hidrolisis pati secara enzimatis atau asam. Sirup glukosa umumnya
dibuat dengan menggunakan bahan baku pati jagung atau pati
singkong. Sirup glukosa merupakan suatu substansi kompleks yang
terdiri dari dekstrin, maltosa, dekstrosa, dan berbagai oligosakarida,
mempunyai sifat viskous dan tidak berwarna (Sutrisno dan
Rahmawati., 2015). Berdasarkan SNI-01-2978-1992 standar mutu
sirup glukosa adalah sebagai berikut:
Tabel 2. 1 Standar Mutu Sirup Glukosa Berdasarkan SNI-01-2978-
1992
7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tanaman koro pedang dibedakan kedalam dua tipe tanaman yaitu tipe
merambat (Canavalia gladiata) dan tipe tegak (Canavalia ensiformis
atau jack bean). Koro pedang tipe tegak memiliki umur 4-7 bulan,
pertumbuhan semi determinate, adaptif pada berbagai agroklimat mulai
dari daerah lahan kering iklim kering hingga daerah dengan iklim basah
(Teodore et al., 2011).
Koro pedang memiliki kandungan nutrisi yaitu protein 23 - 27,6 %,
lemak 2,3 – 3,9 %, karbohidrat 45,2 – 56, 9 %, serat kasar 4,9 - 8,0%
dan mineral 2,27 – 4,2 % (Centyana et al., 2014). Kalaminasih dan
Pangesthi (2013), mengemukakan kacang koro pedang juga
mengandung asam sianida (HCN). HCN merupakan senyawa yang
terbentuk karena aktivitas enzim hidrolase pada glikosida sianogenik.
HCN dapat dihilangkan melalui perendaman dengan rentang waktu
tertentu. Kandungan HCN dalam tubuh tidak boleh lebih dari 0,5
mg.kg-1 berat badan karena akan bersifat toksik yang berbahaya bagi
kesehatan jika kadarnya melebihi 45 sampai 50 ppm. Menurut
Kalaminasih dan Pangesthi (2013), HCN bersifat mudah rusak oleh
panas karena mudah menguap, larut dalam air karena terhidrolisis oleh
enzim glukosidase spesifik.
Nilai gizi yang terkandung didalam koro pedang sangatlah
berpotensi untuk dikembangkan menjadi produk pangan yang aman,
murah dan bergizi. Kandungan gizi koro pedang cukup tinggi yaitu
karbohidrat 60,1%; protein 30,36%, dan serat 8,3% (Sudiyono, 2010).
Pengolahan pasca panen koro pedang saat ini masih minim sehingga
pemanfaatannya sangat kurang. Dilihat dari nilai kandungan gizi yang
cukup tinggi sangat disayangkan apabila koro pedang ini belum
dikembangkan menjadi produk pangan seperti tempe koro atau tepung
koro dan gula cair. Tujuan dari pengelolaan pasca panen koro pedang
adalah membangun atau membuka peluang baru untuk agroindustri
koro pedang, dengan diversifikasi berbagai produk olahan pangan
bergizi dengan harga terjangkau agar masyarakat mampu membeli dan
10
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
beda. Dua fraksi ini dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut
disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut amilopektin. Secara
struktur amilosa mempunyai struktur lurus, sedang amilopektin
bercabang (Yadav et al., 2017).
4. Hidrolisis Pati
12
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5. Enzim
Enzim merupakan biomolekul berupa protein berbentuk globular
yang terdiri dari atas satu rantai polipeptida atau lebih dari satu rantai
polipeptida yang berfungsi menjadi kalatis atau senyawa yang bisa
meningkatkan kecepatan reaksi tanpa habis bereaksi. Keunggulan
enzim menjadi biokatalisator diantaranya mempunyai spesifitas tinggi,
meningkatkan kecepatan reaksi kimia tanpa pembentukkan produk
samping, produktivitas tinggi dan bisa membentuk produk akhir yang
tidak terkontaminasi sehingga akhibatnya mengurangi biaya purifikasi
dan dampak kerusakan lingkungan (Robinson, 2015). Mekanisme
enzim mengkatalis reaksi kimia dimuali dengan pengikatan substrat ke
sisi aktif pada enzim. Sisi aktif adalah bagian spesifik enzim yang
bergabung dengan substrat. Pengikatan substrat ke enzim dapat
menyebabkan perubahan penyebaran elektron dalam ikatan kimia
substrat dan menyebabkan reaksi yang mengarahkan pada
pembentukan produk. Produk yang dihasilkan dari permukaan enzim
sebagai regenerasi enzim untuk siklus reaksi yang lain (Christy dan
Kavitha, 2014). Sisi aktif memiliki bentuk geometris dari molekul
substrat seperti pada Gambar 1.2. Beberapa mekanisme enzim yaitu
seperti lock and key theory dan induced fit theory. Ilmuwan E. Fischer
menyatakan hipotesis yang menjelaskan interaksi spesifisitas enzim
dan substrat seperti Lock and Key (gembok dan kunci). Pengikatan
enzim-substrat menurut model ini diasumsikan bahwa sisi aktif enzim
mempunyai struktur yang kaku yang tepat sekali bentuk dan distribusi
muatannya dengan substrat. Masuknya substrat ke sisi aktif enzim
dianologikan seperti masuknya kunci pada gemboknya. Daniel E.
Koshland Jr mengusulkan model yang lebih mutakhir untuk cara
interaksi enzim dan substrat. Model ini diajukan pada tahun 1958 yang
dinamakan model induced fit. Pada model ini sisi aktif enzim adalah
‘kantong’ yang tidak kaku yang dapat dimasuki oleh substrat yang
tepat. Sisi aktif enzim adalah kantong fleksibel yang dapat
14
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7. Enzim Glukoamilase
20
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang diperoleh dari jamur, yeast, dan bakteri. Dari jamur, enzim ini
dapati diperoleh pada Aspergillus spp, Rhizopus oryzae, dan Rhizopus
niveus. Selain dari jamur, enzim ini dapat diperoleh juga dari yeast,
seperti Saccharomycopsis fibuligera, dan Saccharomyces diasticus.
Enzim ini mampu dengan baik mengkonversi pati menjadi dekstrosa
pada persentase pati rendah, jika persentase pati dinaikan, maka
konversi berlangsung kurang baik yang disebabkan adanya
polimerisasi kembali menghasilkan gula reversi (isomaltosa)
(Permanasari, 2017). Suhu optimum enzim glukoamilase adalah
antara 40oC dan 60oC. pH optimum untuk enzim glukoamilase pada
interval antara 3,6 dan 6,5, dan antara 5,0 dan 6,5. Glukoamilase dapat
dibagi menjadi yang mengubah pati dan β-limit dekstrin menjadi
glukosa sepenuhnya, dan mengubah substrat yang tidak sempurna
menjadi glukosa (Permanasari, 2017).
21
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Berpikir
26
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27