You are on page 1of 11

HUBUNGAN PERILAKU CYBERBULLYING DENGAN SELF-HARM

PADA REMAJA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI


KARANGANYAR

Nur Hidayah ⁽¹⁾ Febriana Sartika Sari ⁽²⁾ Noerma Shovie Rizqiea ⁽³⁾

⁽¹⁾ Mahasiswa Program Studi Keperawatan Program Sarjana Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kusuma Husada Surakarta
⁽²⁾ Dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Surakarta
⁽³⁾ Dosen Program Studi Keperawatan Program Sarjana Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kusuma Husada Surakarta

Email : nurhiid43@gmail.com
Email : febriana.sartikasari@gmail.com

ABSTRAK

Remaja adalah individu dalam suatu kelompok yang berusia 12 sampai 19 tahun. Pada
usia remaja, individu banyak menggunakan waktu luangnya unntuk mengakses media
sosial menggunakan ponselnya yang dapat mendorong terjadinya perubahan perilaku
pada remaja salah satunya adalah perilaku cyberbullying (tindakan pelecehan melalui
media sosial) yang mempunyai dampak negatif yaitu self-harm. Tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui hubungan perilaku cyberbullying dengan self-harm pada remaja di
Sekolah Menengah Pertama di Karanganar menggunakan metode korelasional. Populasi
dalam penelitian ini 374 remaja dan didapatkan hasil sampel 194 remaja ang dihitung
menggunakan metode probability sampling (cluster sampling) ditambah dengan rumus
drop out 10%. Sementara alat ukur pada penelitian ini adalah kuisoner perilaku
cyberbullying dan kuisoner self-harm inventory (SHI). Hasil penelitian menunjukan
bahwa 50% berjenis kelamin perempuan dan laki-laki, 35,1% kelas 8 dengan nilai rata-
rata usia responden 13,3%, sedangkan untuk perilaku cyberbullying 54,6% menjadi
korban, 35,6% pelaku dan korban dan 9,8% menjadi pelaku, sementara hasil uji korelasi
menujukan 0,442 yang berarti memiliki kekuatan sedang dengan arah korelasi positif.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil statistik menunjukan bahwa terdapat hubungan
perilaku cyberbullying dengan self-harm pada remaja di SMP Negeri 02 Jumantono.

Kata Kunci : Remaja, Perilaku Cyberbullying, Self-harm


Daftar Pustaka : 36 (2011-2022)

ABSTRACT

Teenager is an individual within a group aged 10 to 19 years old. Being a teenager, one
spends a lot of his/her spare time to access social media using phone which can encourage
changes in behavior, one of which is cyberbullying behavior (harassment in social media)
that has negative impact of self-harm. This study aimed to know the relationship between

1
cyberbullying behavior and self-harm in Junior High School teenagers in Karanganyar
using correlational method. The population in this study were 374 teenagers and obtained
sample result of 194 teenagers calculated with probability sampling (cluster sampling)
method plus the drop out formula of 10%. Meanwhile the measuring instruments in this
study were cyberbullying behavior and self-harm inventory (SHI) questionnaires. The
result of the study showed that 50% were female and male, 35,1% of 8 th graders with the
average age of respondents was 13,3%, while for the cyberbullying behavior 54,6%
became victims, 35,6% were perpetrators and victims and 9,8% became perpetrators,
meanwhile the correlation test result showed 0,442, meaning it has moderate strength
with a positive correlation direction. Therefore, it can be concluded that the statistic result
show that there is relationship between cyberbullying behavior and self-harm in junior
high school teenagers in Karanganyar.

Keywords : Teenagers, Cyberbullying Behavior, Self-Harm


Bibliography : 36 (2011-2022)

PENDAHULUAN 32,35% remaja menggunakan internet lebih


Menurut WHO (2018) remaja adalah 51 jam selama minggu.
individu dalam suatu kelompok yang Perkembangan teknologi informasi
berusia 12 sampai 19 tahun. Remaja (TI ) yang pesat dapat mengubah kehidupan
merupakan masa antara usia 12-21 tahun remaja di dalam pemenuhan informasi.
untuk perempuan dan 13-22 tahun untuk Berbagai bentuk informasi mampu
laki laki (Hurlock, 2012). Remaja menyebar dengan cepat dan mungkin sulit
merupakan populasi terbanyak yang berada dikontrol. Saat ini tidak dapat dipungkiri
didunia yaitu sebanyak 1,2 milyar (18%) bahwa remaja senang dengan beberapa
dari total penduduk dunia. Di Indonesia kecanggihan teknologi dan munculnya alat
hampir 20% jumlah penduduknya adalah untuk berkomunikasi yaitu mulai dari
remaja (Kementerian Kesehatan RI, 2018). handphone serta smartphone yang memiliki
Pada masa remaja, mereka lebih kelengkapan bebagai fitur serta teknologi
banyak waktu menggunakan ponsel mereka internet (Rifauddin, 2016). Selain itu
pada situs media sosial. Hal tersebut selaras dengan adanya internet dapat mendorong
dengan penelitian yang dilakukan oleh seseorang menggunakan media sosial.
Bottino et al (2015) mengatakan bahwa Berdasarkan riset yang dilakukan
remaja dalam menggunakan internet lebih pada tahun 2019 di indonesia
tiga jam untuk setiap harinya. Kemudian pengguna media sosial mencapai 150 juta
penelitian yang dilakukan oleh Rachmatan jiwa (56%) dari jumlah populasi, hal
& Rayyan (2018) mengatakan bahwa tersebut mengalami kenaikan 20% dari

2
tahun sebelumnya (Hamro, 2021). Media sebanyak 66,1% terjadi terhadap siswa.
sosial dapat mendorong terjadinya Penelitian yang dilakukan oleh Duarte et al
perubahan perilaku pada remaja yaitu (2018) menjelaskan bahwa sebanyak 1031
bullying. Bullying adalah perilaku verbal remaja dalam waktu satu tahun terakhir,
maupun fisik yang dilakukan oleh individu 24,6% remaja melaporkan memiliki
untuk mengganggu seseorang (korban), pengalaman cyberbullying, 5,6% remaja
bullying saat ini dilakukan dengan cara mengatakan melakukan cyberbullying,
memanfaatkan adanya media sosial yang 11,1% remaja mengatakan menjadi korban
dinamakan dengan cyberbullying. Perilaku cyberbullying, serta 8,0% remaja
cyberbullying ini merupakan dampak mengatakan pernah menjadi pelaku dan
negatif dari adanya media sosial. juga korban, hal ini mengartikan bahwa
Cyberbullying adalah tindakan pelecehan prevalensi kejadian cyberbullying cukup
atau penyebaran rumor yang dilakukan tinggi. Sedangkan menurut Sartana &
secara disengaja serta berulang Afriyeni (2017) dalam penelitiannya
menggunakan elektronik (John et al., 2018). terhadap siswa di kota Padang terdapat 78%
Selain itu, cyberbullying dapat merugikan siswa mengatakan jika pernah melihat
seseorang (korban) hal tersebut juga diatur cyberbullying, 21% mengatakan pernah
dalam Undang Udang Nomor 11 Tahun menjadi pelaku serta 49% pernah menjadi
2008 jo Undang Undang Nomor 19 Tahun sasaran atau korban. Penelitian juga
2016 tentang Informasi dan Transaksi dilakukan oleh Sejiwa (2010) di beberapa
Elektronik, terkait penghinaan dan kota Indonesia yaitu Yogyakarta sebanyak
pencemaran nama baik melalui media 77,5%, Surabaya sebanyak 59,8% dan
elektronik (Paat, 2020). Jakarta sebanyak 61,1%.
Kasus bullying paling banyak adalah Cyberbullying mempunyai dampak
cyberbullying, saat ini jumlah kasus dalam negatif terhadap remaja (korban) yaitu,
cyberbullying terhadap remaja yaitu 84% merasa cemas, depresi, perilaku untuk
(Laksana, 2017). Penelitian ini sama penyalahgunaan zat terlarang, dan
dengan hasil penelitian Rumra & Rahayu mempunyai masalah somatik. Selain itu,
(2021) yang mengatakan bahwa remaja tindakan cyberbullying menimbulkan rasa
yang berada diusia 12-16 tahun rentan khawatir bagi korban (Ningrum & Amna,
untuk melakukan cyberbullying. Dari hasil 2020). Di Indonesia jumlah remaja korban
penelitian yang berkaitan dengan kekerasan cyberbullying yaitu 80%, dan hampir setiap
terhadap remaja salah satunya merupakan harinya remaja mendapatkan cyberbullying
bentuk perundungan, yang dilaporkan (Safaria, 2016). Menurut catatan dari

3
UNICEF (United Nations Children’s Fun) dengan perilaku self-harm yaitu sebesar
tahun 2016, cyberbullying (korban) di 4,3% terhadap laki laki serta 3,4% terhadap
negara Indonesia mencapai 41% sampai perempuan. Pada tahun 2015 di Indonesia
50% (Harususilo, 2018). Penelitian ini mengalami peningkatan sekitar 3,9%
sejalan dengan penelitian yang dilakukan terhadap remaja yang mengalami perilaku
Parkington karisa pada tahun (2012) bahwa self-harm (Khalifah, 2019).
akibat dari perilaku cyberbullying terhadap Berdasarkan hasil studi pendahuluan
remaja adalah mengalami yang sudah dilakukan peneliti pada tangal
ketidaknyamanan yaitu 32%, gejala depresi 13 November 2021 melalui wawancara
15% serta perilaku tidak baik seperti dengan 12 remaja laki laki dan perempuan
melukai diri sendiri sebanyak 37%. SMP di Karanganyar, didapatkan 4 remaja
Cyberbullying merupakan masalah mengaku pernah mengalami korban
yang besar dan menimbulkan beragam cyberbullying, Bahkan 2 diantaranya
dampak pada remaja, berdasarkan mengaku bahwa pernah membully teman
penelitian yang dilakukan oleh Sukmawati sekelas ataupun teman diluar lingkungan
& Kumala (2020) mengatakan bahwa sekolah dan mengaku bahwa itu hanya
dampak cyberbullying terhadap remaja sebuah lelucon dan sebagai keseruan
meliputi dampak psikologis, psikososial, tersendiri, Meskipun demikian 5 remaja
fisik, dan akademis. Sedangkan menurut lainnya yang saat diwawancarai mengaku
Hana & Suwarti (2020) dampak psikologis hanya pernah melihat dan belum pernah
yang diakibatkan oleh perilaku menjadi korban atau pelaku cyberbullying.
cyberbullying yaitu korban merasa tertekan Selain itu 1 remaja sempat enggan untuk
dan takut untuk bertemu pelaku hingga menjawab pertanayaan yang diberikan,
mengakibatkan depresi serta berkeinginan Berdasarkan uraian latar belakang
untuk melukai diri sendiri (self-harm). tersebut, peneliti ingin melakukan
Self-harm merupakan tindakan yang penelitian “Hubungan Perilaku
disengaja untuk melukai dirinya sendiri Cyberbullying dengan Self-harm pada
(Dorol Beauroy-Eustache & Mishara, Remaja Sekolah Menegah Pertama di
2021). Self-harm dapat diartikan sebagai Karanganyar”.
perilaku atau sengaja melukai dirinya
METODE DAN ALAT UKUR
sendiri, serta melukai dirinya sendiri tanpa
Jenis penelitian ini adalah penelitian
ide untuk bunuh diri (John et al., 2018).
analitik korelasional, dengan metode
WHO (2017) memperkirakan bahwa
transversal atau crossectional (Dharma,
remaja pada usia 13 sampai 17 tahun rentan

4
2011). Populasi dalam penelitian ini adalah
No Jenis Frekuensi Persentase
remaja di Sekolah Menengah Pertama kelamin (f) (%)
Negeri 02 Jumantono dengan pengambilan 1. Laki Laki 97 50%

sampel menggunakan metode probability 2. Perempuan 97 50%


sampling yaitu cluster sampling sesuai Dari hasil penelitian yang dilakukan
dengan kriteria inklusi dan ekskusi yang oleh peneliti, dalam karakteristik responden
dilaksanakan pada bulan Februari – April berdasarkan jenis kelamin sesuai dengan
2022. Sementara alat pengambilan data tabel 1 bahwa responden dalam penelitian
menggunakan 2 kuisoner yaitu kuisoner ini antara laki laki dan perempuan
cyberbullying yang diambil dari penelitian berjumlah sama yaitu (50%) responden laki
Yohanna Viscanesia Sinaga pada tahun laki dan (50%) responden perempuan. Dari
2016 dan di uji validitas dan reliabilitas hasil penelitian yang dilakukan oleh
kemali oleh Yeni Dwi Aryati pada tahun Rachmatan & Ayunizar (2017) dengan
2018 dengan jumlah 10 item pertanyaan (50,%) remaja berjenis kelamin perempuan
yang memiliki jawaban pertanyaan “Ya=2” dan (50%) berjenis kelamin laki laki dari
dan “Tidak=1”, sementara kuisoner self- 364 responden menyatakan bahwa tidak
harm yang dikembangkan oleh Sansone terdapat perbedaan antara perilaku
pada tahun 1998 dan diterjemahkan cyberbullying yang dilakukan oleh remaja
kedalam Bahasa Indonesia oleh Agustin et perempuan serta laki laki, dengan demikian
al pada tahun 2019 dengan jumlah 19 item dapat disimpulkan bahwa perempuan
pertanyaan yang memiliki jawaban maupun laki laki mempunyai kesempatan
pertanyaan “Ya=2” dan “Tidah=1”. dalam melakukan cyberbullying. Berbeda
Kuisoner disebar melalui google form. dengan penelitian yang dilakukan oleh
Selanjutnya, pengolahan dan analisis Patchin & Hinduja (2017) bahwa pada
data dilakukan menggunakan program tahun 2004 sampai 2016 remaja laki laki
Microsoft Excel dan Statistical Package for lebih sering melakukan cyberbullying
the Social Sciences (SPSS) yaitu dengan daripada remaja perempuan.
menggunakan Spearman rho. Pecino & Duran (2016) mengatakan
bahwa perbedaan jenis kelamin tidak selalu
HASIL DAN PEMBAHASAN sama dalam perilaku cyberbullying, tetapi
a. Karakteristik Berdasarkan Jenis beberapa penelitian melaporkan jika
Kelamin cyberbullying lebih banyak dilakukan oleh
Tabel 1. Distribusi Frekuensi laki laki. Pada dasarnya cyberbullying yang
Menurut Jenis Kelamin dilakukan oleh remaja perempuan lebih

5
mengarah terhadap hinaan atau ejekan, yang menggambarkan bahwa prevalensi
menyebar rumor mengenai kejelekan cyberbullying adalah 11% sampai 48,2%.
seseorang, sementara remaja laki laki Prevalensi yang tinggi juga dialami dengan
cenderung mengancam atau menyakiti kejadian self-harm di Indonesia. WHO
mereka melalui media seseorang. Sehingga (2017) memperkirakan bahwa remaja pada
seseorang yang mengalami cyberbullying usia 13 sampai 17 tahun rentan dengan
akan merasa khawatir dan adanya dampak perilaku self-harm yaitu sebesar 4,3%
yang lebih serius, salah satunya dampak terhadap laki laki serta 3,4% terhadap
tersebut adalah self-harm. perempuan. Pada tahun 2015 di Indonesia
mengalami peningkatan sekitar 3,9%
b. Karakteristik Berdasarkan Usia dan terhadap remaja yang mengalami perilaku
kelas Responden self-harm (Khalifah, 2019). Pernyataan
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Usia diatas selaras dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti, dalam karakteristik
Karakteristik Mean (± Median
SD) ( Min – responden berdasarkan kelas didapatkan
Max)
Usia 13,73 (± 14 ( 11 (35,1%) responden berasal dari kelas 8,
1,138) – 16 ) kemudian (33,5%) responden berasal dari
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kelas kelas 9, dan (31,4%) responden berasal dari
kelas 7 dimana pelajar SMP adalah remaja
No Kelas Frekuensi Persentase
(f) (%) yang memiliki rentang umur 11 tahun
1. kelas 7 61 31,4%
sampai 16 tahun.
2. kelas 8 68 35,1%

3. kelas 9 65 33,5% c. Karakteristik Berdasarkan Kategori


Dari hasil penelitian yang dilakukan Cyberbullying
oleh peneliti, didapatkan hasil bahwa usia Tabel 4. Distribusi Frekuensi menurut
Kategori Cyberbullying
minimal responden adalah 11 tahun
No Kategori Frekuensi Persentase
sedangkan usia maksimal adalah 16 tahun
Cyberbullying (f) (%)
dengan rata rata 13,73 dan standar deviasi
1. Pelaku 19 9,8%
1,138. Beberapa penelitian mengenai
2. Korban 106 54,6%
cyberbullying terhadap remaja di Indonesia
3. Pelaku dan 69 35,6%
memasuki angka yang cukup tinggi, Korban
Tjongjono et al (2019) melakukan Dari hasil penelitian yang dilakukan
penelitian kepada remaja SMP dengan oleh peneliti, didapatkan (54,6%)
rentang usia 12 sampai 15 tahun di Jakarta responden pernah mengalami cyberbullying

6
sebagai korban, (35,6%) sebagai pelaku dan
juga korban, serta (9,8%) responden d. Karakteristik Berdasarkan Kategori
menjadi pelaku dari 194 responden. Self-harm
Sementara hasil penelitian yang dilakukan Tabel 5. Distribusi Frekuensi
Kategori Self-harm
oleh Sartana & Afriyeni (2017) dengan total
partisipan 157 laki laki dan 196 perempuan No Kategori Frekuensi Persentase
Self-harm (f) (%)
yang berusi 12 sampai 15 tahun,
menunjukkan (78%) responden pernah 1. Bukan 133 68,6%
Pelaku
mengaku melihat perilaku cyberbullying,
2. Pelaku 61 31,4%
(21%) responden pernah mengaku menjadi
pelaku serta (49%) responden pernah Dari hasil penelitian yang dilakukan
mengaku menjadi korban cyberbullying. peneliti, dalam karakteristik responden
Sementara bentuk cyberbullying yang berdasarkan kategori self-harm didapatkan
paling sering dialami korban berupa 31,4% remaja melakukan self-harm akibat
ejekan, fitnah, bahan pembicaraan atau perilaku cyberbullying dan 68,6% remaja
gosip. sampai berupa ancaman. Sementara tidak melakukan self-harm. Hal tersebut
untuk alasan pelaku melakaukan perilaku selaras dengan hasil studi pendahuluan
cyberbullying tersebut adalah untuk balas yang dilakukan oleh Sibarani et al (2021)
dendam, menyembunyikan identitas pelaku bahwa 80% responden memiliki keinginan
karena tidak menyukai korban, serta hanya untuk menyakiti diri sendiri, 35%
untuk bahan bercanda. Sehingga korban responden melukai diri serta 40%
akan merasa marah, malu, takut, serta responden melakukan lebih dari satu
korban tidak dapat berkonsentrasi dalam tindakan self-harm. Menurut Apsari (2022)
belajar, selain itu korban mengaku jika perilaku self-harm yang sering dilakukan
dampak mental cyberbullying lebih serius adalah mengiris, menyayat kulit
dibanding dengan bullying (secara nyata) menggunakan benda tajam
(Sartana & Afriyeni, 2017). Penelitian
diatas sejalan dengan penelitian yang e. Karakteristik Variabel Perilaku
dilakukan Tjongjono et al pada tahun 2019 Cyberbullying
dari 274 responden mendapatkan hasil Tabel 6. Karakteristik Variabel
Perilaku Cyberbullying pada remaja
bahwa (23%) responden pernah menjadi
pelaku sekaligus korban cyberbullying, Variabel Mean (± Median
SD) (Min – Max)
(14,2%) menjadi pelaku cyberbullying, Perilaku 11,02 (± 10 ( 10 – 16
serta (11%) menjadi korban cyberbullying. Cyberbullying 1,679) )

7
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa cyberbullying yang paling banyak terjadi
nilai tengah perilaku cyberbullying pada adalah mengolok olok individu yang tidak
remaja adalah 10 dengan skor nilai paling disukai, membuat kesal, menjadikan
rendah 10 poin sementara nilai paling tinggi individu sebagai bahan ejekan untuk balas
adalah 16 poin dari 194 responden. dendam, serta menyebar kejelekan individu
yang bertujuan membuat malu korban
f. Karakteristik Variabel Self-harm cyberbullying. Sejalan dengan penelitian
Tabel 7. Karakteristik Variabel Self- yang dilakukan oleh Sartana & Afriyeni
harm pada remaja
(2017) bahwa perilaku cyberbullying yang
Variabel Mean (± SD) Median (Min sering terjadi adalah ingin balas dendam,
– Max)
meluapkan kemarahan serta menjadikan
Self- 21,4 (± 3,005) 20 ( 19 – 33 )
harm bahan ejekan individu yang dibenci. Self-
Berdasarkan Tabel 7 diketaui bahwa harm pada penelitian ini mendapatkan hasil
nilai tengah perilaku self-harm pada remaja rata rata 21,4 dengan standar deviasi 3,005
adalah 20 dengan skor nilai paling rendah serta dengan nilai paling rendah adalah 19
adalah 19 poin sementara nilai paling tinggi poin sementara nilai paling tinggi adalah 33
adalah 33 poin. poin. Self-harm merupakan tindakan yang
disengaja untuk melukai dirinya sendiri
g. Analisis Hubungan perilaku (Dorol Beauroy-Eustache & Mishara,
cyberbullying dengan self-harm pada 2021). Self-harm juga dapat diartikan
remaja sebagai bentuk perilaku individu yang
Perilaku cyberbullying pada remaja dilakukan dalam meluapkan emosional
SMP di Karanganyar mendapatkan hasil dengan cara melukai diri tanpa tujuan
rata rata 11,02 serta dengan standar deviasi bunuh diri (Wibisono, 2013). Sementara
±1,679 dan nilai paling tinggi adalah 16 itu, self-harm yang paling banyak dilakukan
poin dari 194 responden. Dalam penelitian remaja SMP di Karanganyar adalah
yang dilakukan oleh Jalal dkk (2020) menahan lapar dengan tujuan untuk
mengatakan bahwa cyberbullying adalah menyakiti diri sendiri, memukul diri
tindakan bullying yang sering dialami oleh sendiri, melukai diri, serta mencegah
individu diusia remaja. Sari Rumra & penyembuhan luka yang dialami remaja.
Agustina Rahayu (2021) mengatakan Analisis hubungan perilaku cyberbullying
bahwa cyberbullying mampu memberikan dengan self-harm pada remaja SMP di
dampak yang negatif terhadap keadaan Karanganyar, berdasarkan hasil penelitian
emosional serta psikologis remaja. Perilaku didapatkan hasil uji korelasi signifikansi

8
sebesar 0,000 yaitu p<0,05 dengan nilai menerus akan merasa tertekan, marah,
korelasi 0,442 yang memiliki kekuatan emosi, cemas, depresi, dan berujung pada
sedang dengan arah korelasi positif, artinya tindakan melukai diri sendiri (self-harm).
hipotesis (H0) ditolak dan (Ha) dalam Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil
penelitian ini diterima dimana adanya penelitian yang dilakukan oleh peneliti
hubungan antara perilaku cyberbullying bahwa 31,4% responden melakukan self-
dengan self-harm pada remaja SMP di harm akibat perilaku cyberbullying, Jans et
Karanganyar. Peneliti berpendapat bahwa al (2018) mengatakan faktor penyebab
perilaku cyberbullying pada remaja terjadi seseorang melakukan perilaku melukai diri
akibat emosi remaja masih labil, sehingga yaitu, adanya permasalahan di sekolah,
remaja belum mampu untuk menahan adanya masalah hubungan percintaan,
emosi serta menyelesaikan suatu masalah. adanya masalah dengan teman serta stress
Dengan demikian, remaja melakukan dalam menjalankan kehidupan.
tindakan negatif untuk meluapkan atau
KESIMPULAN
menyelesaikan masalahnya kepada orang
Terdapat hubungan perilaku
lain serta menggunakan media untuk
cyberbullying dengan self-harm pada
menyembunyikan identitas ataupun dengan
remaja SMP di Karanganyar dengan nilai
tujuan lainnya. Tindakan remaja dalam
hasil p-value 0,000 dengan nilai korelasi
mengekspresikan atau meluapkan
0,442 yang memiliki kekuatan sedang
emosinya berupa tindakan cyberbullying.
dengan arah korelasi positif. Sehingga
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan
dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
oleh Handayani (2020) bahwa masa
perilaku cyberbullying semakin tinggi pula
pubertas, hubungan bersama teman serta
self-harm yang dilakukan oleh remaja.
kebiasaan sosial di sekolah dapat
mempengaruhi remaja dalam melakukan SARAN
perilaku cyberbullying. Kurangnya Dari adanya hasil penelitian ini,

kemampuan pelaku merasakan empati dapat digunakan untuk tambahan referensi

dimana remaja yang tidak memiliki rasa serta wawasan tentang perilaku

empati dan etika yang tidak baik, biasanya cyberbullying dengan self-harm pada

memiliki kesulitan dalam mengontrol remaja. Selain itu peneliti menyarankan

perilakunya (Jalal dkk, 2020). Sehingga kepada penelitian selanjutnya untuk

peneliti berpendapat bahwa dengan adanya meneliti lebih lanjut mengenai hubungan

perilaku cyberbullying tersebut, individu antara pelaku cyberbullying, korban atau

yang mendapatkan perlakuan secara terus kedua nya dengan kejadian self-harm

9
secara lebih rinci sehingga dapat Kuat” Dalam Penanganan Korban
Cyberbullying (Studi Kasus Pada
bermanfaat bagi berbagai sektor.
Siswa Sma Negeri 9 Yogyakarta). G-
Couns: Jurnal Bimbingan Dan
Konseling, 4(2), 230–241.
Harususilo, Y. E. (2018). Comic 2018
Daftar Pustaka Melawan Perundungan Siber.
Agustin, D., Fatria, R. Q., & Febrayosi, P. Kompas.Com. Link :
(2019). Analisis Butir Self-Harm Https://Edukasi.Kompas.Com/Read/2
Inventory. 3(2), 396–402. 018/10/08/10570981/Comic-2018-
Apsari, N. C. (2022). Perilaku Self-Harm Melawan-Perundungan-
Atau Melukai Diri Sendiri Yang ( Self- Siber?Page=All . diakses pada : 03
Harm Or Self-Injuring Behavior By November 2021
Adolescents ). 4(2), 213–224. Hurlock, E. B. (2012). Psikologi
Bottino, S. M. B., Bottino, C. M. C., Perkembangan : Suatu Pendekatan
Regina, C. G., Correia, A. V. L., & Sepanjang Rentang Kehidupan (5th
Ribeiro, W. S. (2015). Cyberbullying Ed). Erlangga.
E Saúde Mental Dos Adolescentes: Jalal Dkk. (2020). Faktor-Faktor
Revisão Sistemática. Cadernos De Cyberbullying Pada Remaja. Jurnal
Saude Publica, 31(3), 463–475. Ikra-Ith Humaniora, 5(2), 146–154.
Dharma, Kelana Kusuma. (2011). Jans, T., Vloet, T. D., Taneli, Y., & Warnke,
Metodologi Penelitian Keperawatan. A. (2018). Stemmingsstoornissen -
Cv. Trans Info Media. Suicidaliteit En Automutilatie 2018.
Dorol Beauroy-Eustache, O., & Mishara, B. Iacapap Textbook Of Child And
L. (2021). Systematic Review Of Risk Adolescent Mental Health, 1–41.
And Protective Factors For Suicidal John, A., Glendenning, A. C., Marchant, A.,
And Self Harm Behaviors Among Montgomery, P., Stewart, A., Wood,
Children And Adolescents Involved S., Lloyd, K., & Hawton, K. (2018).
With Cyberbullying. Preventive Self-Harm, Suicidal Behaviours, And
Medicine, 152(September), 106684. Cyberbullying In Children And
Duarte, C., Pittman, S. K., Thorsen, M. M., Young People: Systematic Review.
Cunningham, R. M., & Ranney, M. L. Journal Of Medical Internet
(2018). Correlation Of Minority Research, 20(4).
Status , Cyberbullying , And Mental Kementerian Kesehatan Ri. (2018).
Health : A Cross-Sectional Study Of Menkes: Remaja Indonesia Harus
1031 Adolescents. 39–48. Sehat. Kementerian Kesehatan Ri.
Hamro, Z. (2021). Fenomena Diakses pada : 24 Oktober 2021 . Link
Cyberbullying Pada Kalangan :
Remaja Di Dunia Maya. Pilarpkbi. Https://Www.Kemkes.Go.Id/Article/
Link : View/18051600001/Menkes-Remaja-
Https://Pilarpkbijateng.Or.Id/2020/04 Indonesia-Harus-Sehat.Html
/20/Fenomena-Cyberbullying-Pada- Khalifah, S. (2019). Dinamika Self-Harm
Kalangan-Remaja-Di-Dunia-Maya/ . Pada Remaja. Universitas Islam
Diakses pada : 5 Januari 2022 Negeri Sunan Ampel Surabaya, 8(5),
Hana, D. R., & Suwarti, S. (2020). Dampak 55.
Psikologis Peserta Didik Yang Laksana, B. A. (2017). Mensos: 84% Anak
Menjadi Korban Cyber Bullying. Usia 12-17 Tahun Mengalami
Psisula: Prosiding Berkala Psikologi, Bullying. Detik News. Link :
1(11), 20–28. Https://News.Detik.Com/Berita/D-
Handayani, N. (2020). Pelatihan “Remaja 3568407/Mensos-84-Anak-Usia-12-

10
17-Tahun-Mengalami-Bullying . Rumra, N. S., & Rahayu, B. A. (2021).
Diakses pada : 28 Oktober 2021 Perilaku Cyberbullying Remaja.
Ningrum, F. S., & Amna, Z. (2020). Jurnal Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa, 3(1),
Psikologi Dan Kesehatan Mental 41–52.
Cyberbullying Victimization Dan Safaria, T. (2016). Prevalence And Impact
Kesehatan Mental Pada Remaja. Of Cyberbullying In A Sample Of
Organization, W. H. (2017). Mental Health Indonesian Junior High School
Status Of Adolescents In South-East Students. Turkish Online Journal Of
Asia: Evidence For Action. Regional Educational Technology, 15(1), 82–
Office For South-East Asia. Diakses 91.
pada : 2 Oktober 2021 . Link : Sari Rumra, N., & Agustina Rahayu, B.
Http://Apps.Who.Int/Iris/Handle/106 (2021). Perilaku Cyberbullying
65/254982 Remaja. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Paat, L. N. (2020). Kajian Hukum Terhadap Jiwa, 3(1), 41–52.
Cyber Bullying Berdasarkan Undang Sartana, & Afriyeni, N. (2017). Perilaku
Undang Nomor 19 Tahun 2016. Perundung Maya (Cyberbulling) Pada
Endocrine, Vol. 06, N(6), 6. Remaja Awal. Journal Psikologis
Parkington Karisa, Ohn C. L. (2012). Insight, 1(1), 25–39.
Electronic Bullying And Suicide: A Sejiwa. (2010). Penelitian Cyberbullying.
Retrospective Analysis Of 22 Cases. Yayasan Semai Jiwa. Link :
Dalhousie University Department Of Http://Sejiwa.Org/Bullying-
Pediatrics Research Dayat: Halifax, Researches/ . Diakses pada ; 24
Nova Scotia, Canada`Affiliation: Oktober 2021
Department Of Pediatrics, Dalhousie Sibarani, D. M., Niman, S., Parahyangan,
University & Iwk Health Centre. K. B., & Barat, P. B. (2021). Self-
Patchin, J. W., & Hinduja, S. (2017). Harm Dan Depresi Pada Dewasa
Digital Self-Harm Among Muda. 9(4), 795–802.
Adolescents. Journal Of Adolescent Sukmawati, A., & Kumala, A. P. B. (2020).
Health, 61(6), 761–766. Dampak Cyberbullying Pada Remaja.
Rachmatan, R., & Ayunizar, S. R. (2017). Alauddin Scientific Journal Of
Cyberbullying Pada Remaja Sma Di Nursing, 1(1), 55–65.
Banda Aceh. Jurnal Insight Fakultas Tjongjono, B., Gunardi, H., Pardede, S. O.,
Psikologi Universitas & Wiguna, T. (2019). Perundungan-
Muhammadiyah Jember, 13(2), 67– Siber (Cyberbullying) Serta Masalah
79. Emosi Dan Perilaku Pada Pelajar Usia
Rachmatan, R., & Rayyan, R. (2018). 12-15 Tahun Di Jakarta Pusat. Sari
Harga Diri Dan Perundungan Siber Pediatri, 20(6), 342.
Pada Remaja. Insan Jurnal Psikologi Who. (2018). Adolescent Health In The
Dan Kesehatan Mental, 2(2), 120. South-East Asia Region. South-East
Rifauddin, M. (2016). Fenomena Asia. Link :
Cyberbullying Pada Remaja (Studi Https://Www.Who.Int/Southeastasia/
Analisis Media Sosial Facebook). Health-Topics/Adolescent-Health .
Khizanah Al-Hikmah : Jurnal Ilmu Diakses pada : 24 Oktober 2021
Perpustakaan, Informasi, Dan Wibisono, B. K. (2013). Faktor-Faktor
Kearsipan, 4(1), 35–44. Penyebab Perilaku Melukai-Diri Pada
Roberto Martinez-Pecino, M. D. (2019). I Remaja Perempuan. Calyptra, 2(2),
Love You But I Cyberbully You: The 1–12.
Role Of Hostile Sexism. Vol 3(Issue
4).

11

You might also like