You are on page 1of 41

PENERAPAN PADA ASUHAN

KEBIDANAN PADA KASUS


KEGAWATDARURATAN PADA BAYI
BARU LAHIR
Dosen Pengajar :
Shentya Fitriana SST., M.Keb
Anggota
Kelompok:
Pembahasan

Dhiya Andri F P3.73.24.1.20.004 kegawatdaruratan pada bayi kejang


kegawatdaruratan pada bayi asfiksia
kegawatdaruratan pada bayi hipotermi
kegawatdaruratan pada bayi hipoglikemia
kegawatdaruratan pada bayi hiperglikemia
Sinta Dewi P3.73.24.1.20.038
25% BAYI KEJANG

75%
Definisi
Secara umum kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan
sementara sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan
listrik serebral yang berlebihan.

Kejang pada neonatus adalah kejang yang terjadi pada 4 minggu pertama
kehidupan dan paling sering terjadi pada 10 hari pertama kehidupan.Kejang
tersebut berbeda pada anak atau orang dewasa karena kejang tonik klonik umum
cenderung tidak terjadi pada bulan pertama kehidupan (Johnstons, 2007).

Kejang pada bayi baru lahir berkaitan dengan penyebab yang mendasari,seperti
ensefalopati iskemik-hipoksik,gangguan metabolik (hipoglikemia dan
hipokalsemia), infeksi neonatus (meningitis dan ensefalitis),serta perdarahan
intrakranial
Tanda Dan Gejala
1. Tremor
2. Hiperaktif
3. Kejang-kejang
4. Tiba-tiba menangis melengking
5. Tonus otot hilang disertai atau tidak dengan kehilangan kesadaran.
6. Gerakan yang tidak menentu (involuntary movements)
7. Nistagmus atau mata mengedip-edip paroksismal
8. Gerakan seperti mengunyah dan menelan
Macam-Macam Kejang
1. Bentuk kejang yang hampir tidak terlihat (Subtle) yang sering tidak
diinsafi sebagai kejang. Terbanyak di dapat pada neonatus berupa :
Deviasi horizontal bola mata
Getaran dari kelopak mata (berkedip-kedip)
Gerakan pipi dan mulut seperti menghisap, mengunyah, mengecap,dan
menguap
Opnu berulang
Gerakan tonik tungkai
2. Kejang klonik multifokal (miogrator)
3. Kejang tonik
4. Kejang mioklonik
5. Kejang umum
6. Kejang fokal
Penanganan
Prinsip dasar tindakan mengatasi kejang pada bayi baru lahir sebagai berikut :
Menjaga jalan nafas tetap bebas dengan resusitasi (Perhatikan ABC
resusitasi).
Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang kejang/Drug.
(Misal:diazepam,fenobarbital fenitoin/difenilhidantoinato).
Mencari dan mengamati faktor penyebab kejang. (Perhatikan riwayat
kehamilan,persalinan dan kelahiran,kelainan fisik ditemukan,bentuk
kejang,dan hasil laboratorium).
Berdasarkan kasus Kejang pada Neonatus
Kewenangan Bidan Pada Permenkes no.28 tahun 2017 :

1. Pasal 20 Ayat (1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 18 huruf b diberikan pada bayi baru
lahir, bayi, anak balita, dan anak prasekolah. Ayat (2) Dalam
memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Bidan berwenang melakukan:
pelayanan neonatal esensial;
penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan
perujukan;
pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak
prasekolah;
konseling dan penyuluhan.
Ayat (4) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan jalan
nafas, ventilasi tekanan positif dan/atau kompresi jantung;
penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan BBLR melalui
penggunaan selimut atau fasilitasi dengan cara menghangatkan tubuh
bayi dengan metode kangguru;
penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alkohol atau
povidon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih dan kering;
membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir dengan
infeksi gonore (GO).
25% BAYI ASFEKSIA

75%
DEFINISI
asfiksia merupakan kondisi dimana bayi tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur saat lahir atau
beberapa saat setelah lahir sehingga bayi tidak dapat
memasukkan 𝑂2 dan tidak dapat mengeluarkan 𝐶𝑂2
dari dalam tubuhnya.
Kejadian asfiksia biasanya diawali dengan gawat janin
pada saat masih berada didalam uterus. Asfiksia bayi
baru lahir akan terjadi jika terdapat gangguan pada
pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke
janin.
STADIUM
Stadium Dispnea
Stadium Kejang
Stadium Apnea
Stadium Final

Masa dari asfiksia timbul sampai terjadinya kematian


sangat bervariasi, umumnya terjadi kisaran 3-5 menit. Maka
dari itu, pada bayi baru lahir dengan asfiksia membutuhkan
penanganan segera.
PENYEBAB
Asfiksia dapat disebabkan oleh beberapa keadaan pada ibu
yang berujung kepada berkurangnya aliran darah ibu
melalui plasenta, sehingga aliran oksigen ke janin pun
menjadi berkurang. Selain keadaan ibu, keadaan tali pusat,
dan keadaan bayi juga dapat menjadi penyebab terjadinya
asfiksia pada bayi baru lahir.
DIAGNOSIS
sebelum lahir, DJJ lebih cepat dari 160 kali per menit atau
kurang dari 100 kali per menit, halus dan irregular; Terdapat
pengeluaran mekonium. Setelah lahir, bayi tampak pucat
dan kebiruan; Tidak bernafas; Kejang, nistagmus, dan
menangis kurang baik/ tidak menangis (terjadi jika bayi
sudah mengalami perdarahan di otak).
KLASIFIKASI
Asfiksia Sedang
Asfiksia Berat Nilai apgar 4-6
Nilai apgar 0-3 Frekuensi jantung menurun 60-
Frekuensi jantung <40x/menit 80x/menit
Tidak ada usaha nafas Usaha nafas lambat Tonus otot
Tonus otot lemah, bahkan biasanya dalam keadaan baik
hampir tidak ada Bayi masih bisa bereaksi
Bayi tidak dapat memberikan terhadap rangsangan yang
reaksi jika diberi rangsangan diberikan
Bayi tampak pucat bahkan Bayi tampak sianosis
sampai berwarna kelabu Tidak terjadi kekurangan O2
Terjadi kekurangan O2 yang yang bermakna selama proses
berlanjut sebelum atau sesudah persalinan
persalinan
Asfiksia Ringan
Nilai apgar 7-10
Takipnea dengan nafas
>60x/menit
Bayi tampak sianosis
Adanya retraksi sela iga
Bayi merintih (grunting)
Adanya nafas cuping hidung
Bayi kurang aktivitas
Dari pemeriksaan auskultasi
diperoleh wheezing positif
PENATALAKSANAAN
Bila ada gawat janin utamanya sebelum aterm, yang terpikir penyakit
membran hyalin (pematangan paru) pada bayi.

Penatalaksanaan :
Pertahankan kehamilan (kolaborasi medis) dengan pemberian tokolitik dan
antibiotik untuk mencegah infeksi. Kehamilan < 35 minggu, kehamilan
tidak dapat dipertahankan untuk percepat pematangan paru dengan
kortikosteroid dosis tunggal

Persiapan sebelum lahir


Menyiapkan alat-2 resusitasi (dari perawatan perinatologi)
1. Meja resusitasi, lampu penghangat
2. Penghisap lendir disposable dan suction pump bayi
3. Ambulans incubator 4. 0 2 dengan flowmeter
Resusitasi
1. Tentukan skor apgar 1 dan 5 menit (masing-
masing untuk menentukan diagnosa/ada
tidaknya asfiksia dan berikutnya untuk
menentukan prognosis bayi)
2. Lakukan resusitasi tahap 1-5 sesuai kondisi bayi
Kewenangan bidan dalam
penatalaksanaan asfiksia

sesuai dengan pasal 50 dan pasal 59 Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Kebidanan. Serta pada Kepmenkes Nomor
HK.01.07/MENKES/320/2020 tentang Standar Profesi
Bidan mengenai keterampilan klinis dalam praktik
kebidanan salah satunya yaitu melakukan tatalaksana
awal kegawatdaruratan neonatal dan rujukan.
Penanganan awal asfiksia pada bayi baru lahir dapat
dilakukan oleh bidan melalui pembersihan jalan nafas,
ventilasi tekanan positif, dan/atau kompresi jantung,
seperti yang tertera pada Permenkes Nomor 28 Tahun
2017 Pasal 20. Penanganan awal yang dimaksud
mengacu pada Langkah awal dan tindakkan resusitasi.
25% BAYI
HIPOTERMIA
75%
Definisi
Hipotermi didefinisikan sebagai keadaan termal yang tidak normal dimana
suhu tubuh bayi turun dibawah 36,5ºC. Penurunan suhu tubuh secara progresif
menyebabkan efek yang dapat merugikan mulai dari gangguan metabolik
hingga kematian. Hipotermi adalah bayi baru lahir dengan suhu tubuh sampai
di bawah 36,5- 37,5ºC.

Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu : jaringan lemak subkutan


tipis, perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar,
cadangan glikogen dan brown fat sedikit, BBL (Bayi Baru Lahir) tidak
mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan,
kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang berisiko
tinggi mengalami hipotermi.
Klasifikasi
Hipotermia Sedang (stress dingin)
Hipotermi akibat bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah, waktu
timbulnya hipotermi sedang adalah kurang dari 2 hari . Hipotermi
sedang yaitu suhu antara 32- 36ºC,

Hipotermia Berat (cedera dingin)


Hipotermi ini terjadi karena bayi terpapar suhu lingkungan yang
rendah cukup lama akan timbul selama kurang dari 2 harii. Hipotermi
berat yaitu suhu tubuh <32ºC.

Hipotermia dengan Suhu tidak stabil


Merupakan gejala yang timbul tanpa terpapar dengan suhu dingin
atau panas yang berlebihan dengan gejala suhu bisa berada pada
rentang 36-390C meskipun dengan suhu ruangan yang stabil
Tanda Dan Gejala
Tanda stadium lanjut
Tanda hipotermi berat hipotermi yaitu : muka,
Tanda hipotermi sedang yaitu : Sama dengan ujung kaki dan tangan
yaitu : Aktivitas hipotermi sedang berwarna merah terang,
berkurang, Letargis, ditambah dengan bibir bagian tubuh lainnya
Tangisan lemah, Kulit dan kuku kebiruan, pucat, kulit mengeras
berwarna tidak rata pernafasan lambat, merah dan timbul
(cutis marmorata), pernafasan tidak teratur, oedema terutama pada
Kemampuan menghisap bunyi jantung lambat. punggung, kaki dan
lemah dan Kaki terasa tangan (sklerema).
dingin.
Penatalaksanaan
1. Bayi aterm.
Letakkan BBL pada Radiant Warmer, keringkan untuk menghilangkan panas melalui
evaporasi, tutup kepala, bungkus tubuh segera, bila stabil dapat segera rawat gabung
sedini mungkin setelah lahir bayi dapat disusukan.

2. Bayi preterm.
Seperti prosedur diatas masukkan ke inkubator dengan servo control atau radiant
warmer dengan servo controle.

3. Bayi BBLR.
Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat dan kering, memakai
topi dan selimut; Bila ada ibu/pengganti ibu anjurkan menghangatkan bayi dengan
melakukan kontak kulit dengan kulit; Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila
bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras; Periksa ulang suhu bayi 1 jam kemudian.
Kewenangan Bidan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan. Serta
pada Kepmenkes Nomor HK.01.07/MENKES/320/2020 tentang Standar Profesi
Bidan mengenai keterampilan klinis dalam praktik kebidanan salah satunya yaitu
melakukan tatalaksana awal kegawatdaruratan neonatal dan rujukan.

Ayat (4) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) huruf b salah satunya meliputi: penanganan awal hipotermia
pada bayi baru lahir dengan BBLR melalui penggunaan selimut atau fasilitasi dengan
cara menghangatkan tubuh bayi dengan metode kangguru;
25% BAYI
HIPOGLIKEMIA
75%
Definisi
Hipoglikemia merupakan suatu kelainan metabolic yang bersifat sementara
akibat kekurangan produksi glukosa karena kurangnya depo glikogen.

Hipoglikemia adalah keadaan hasil pengukuran kadar glukosa darah yang


kurang, Untuk neonatus aterm berusia kurang dari 72 jam, disebut
hipoglikemia bila kadar gula plasma <35 mg/dL. Sedangkan untuk neonatus
prematur dan KMK yang berusia kurang dari 1 minggu, disebut
hipoglikemia bila kadar gula darah plasma kurang dari 25 mg/dl.

Patofisiologi
Hipoglikemi sering terjadi pada berat lahir
rendah (BBLR), karena cadangan glukosa
rendah. Kejadian hipoglikemia lebih sering
didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes
mellitus. Pada ibu diabetes mellitus (DM) terjadi
transfer glukosa yang berlebihan pada janin
sehingga respons insulin juga meningkat pada
janin. Saat lahir dimana jalur plasenta terputus
maka transfer glukosa berhenti sedangkan
respon insulin masih tinggi (transient
hiperinsulinism) sehingga terjadi hipoglikemia.
Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan
glukosa yang ada karena meningkatkan
penggunaan cadangan glukosa.
Tanda dan gejala
Tremor
Sianosis
Apatis
Kejang
Apnea intermiten
Tangisan lemah/melengking
Letargi
Kesulitan minum
Gerakan mata berputar/nistagmus
Keringat dingin
Pucat
Hipotermi
Refleks hisap kurang
Muntah
Diagnosis
Secara klinis diagnosis hipoglikemia ditegakkan berdasarkan:
Adanya gejala klinis hipoglikemia,
Kadar glukosa plasma yang rendah (kurang dari 45 mg/dL atau 25 mg/dL tergantung
usia),
Respon klinik yang positif terhadap pemberian gula

Kelompok berisiko tinggi yang membutuhkan skrining untuk hipoglikemia pada satu jam
pertama kehidupan meliputi:
Bayi yang baru lahir yang beratnya lebih dari 4 kg atau kurang dari 2 kg;
Besar usia kehamilan (LGA), kecil untuk usia kehamilan (SGA), dan bayi dengan pembatasan
pertumbuhan intrauterin;
Bayi yang lahir dari ibu tergantung insulin atau ibu dengan diabetes gestasional;
Usia kehamilan kurang dari 37 minggu;
Bayi yang baru lahir diduga sepsis atau lahir dari seorang ibu yang diduga menderita
korioamnionitis;
Penatalaksanaan
Kewenangan Bidan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan. Serta pada
Kepmenkes Nomor HK.01.07/MENKES/320/2020 tentang Standar Profesi Bidan mengenai
keterampilan klinis dalam praktik kebidanan salah satunya yaitu melakukan tatalaksana
awal kegawatdaruratan neonatal dan rujukan.
Tindakan Bidan:
Pengamatan keadaan umum bayi dan TTV
Cegah kehilangan panas bayi
Kolaborasi dengan dokter spesialis dalam pemberian obat dan oksigen
Pemantauan nilai laboratorium
Lakukan rangsangan taktil
Jelaskan dan sarankan ibu mengenai pentingnya pemberian ASI Eksklusif
Lakukan penilaian bayi
25% BAYI
HIPERGLIKEMIA
75%
Definisi
Hiperglikemia adalah kadar gula darah glukosa yang tinggi.
Hiperglikemia pada bayi baru lahir lebih jarang terjadi, gula yang
diberikan melalui infus bisa menyebabkan peningkatan kadar gula
darah yang berlebihan.

Hiperglikemia neonatus biasanya didefinisikan sebagai glukosa


serum lebih besar dari 150 mg/dl atau glukosa darah utuh lebih besar
dari 125 mg/dl terlepas dari usia kehamilan atau pasca menstruasi.
Biasanya, target aman untuk kadar glukosa darah neonatus adalah
70 hingga 150 mg/dl.
Patofisiologi
Pada periode postnatal awal, homeostasis glukosa terjadi melalui glikogenolisis dan
glukoneogenesis. Mekanisme pengaturan kritis homeostasis glukosa lambat pada hari-
hari awal, terutama di antara neonatus prematur.

Mekanisme hiperglikemia neonatal bersifat multifaktorial. Risiko hiperglikemia


meningkat dengan tingkat keparahan penyakit yang menyertainya. Penyebab paling
umum adalah tingkat infus glukosa eksogen yang tinggi pada bayi prematur yang sudah
berisiko mengalami hiperglikemia karena alasan berikut:

1. Penurunan kemampuan untuk menekan produksi glukosa endogen,


2. Penurunan respon insulin glukosa, dan
3. Simpanan glikogen dan lemak yang terbatas.
Tanda dan gejala
Tingginya kadar gulah darah bisa merupakan
suatu tanda bahwa bayi memiliki stress pada
tubuh akibat adanya gangguan tertentu, misalnya
infeksi, gangguan nafas, atau gagal jantung.

Gejala awal umumnya yaitu akibat tingginya kadar


glukosa darah, polipagi, polidipsi, dan poliuri.
Kelainan kulit, gatal gatal, kulit kering,
Rasa kesemutan, kram otot.
Visus menurun
Penurunan berat badan.
Kelemahan tubuh dan luka yang tidak sembuh
sembuh.
Penatalaksanaan
Untuk bayi yang memerlukan glukosa
tambahan, maka pemberian glukosa pada bayi
dapat diturunkan. Pada bayi dengan diabetes
transient, hiperglikemia hanya berlangsung
sementara dan akan membaik dengan
Characteristics
sendirinya, biasanya dalam waktu beberapa
minggu. Selama waktu tersebut kadar gula darah
harus dipantau dan dijaga dengan baik. Selain
itu, hidrasi tubuh bayi yang mengalami
hiperglikemia yang harus diperhatikan agar bayi
tidak mengalami dehidrasi. Setiap cairan dan
elektrolit yang hilang pada bayi harus diganti.
Tetapi jika terjadi hiperglikemia menetap, maka
perlu dilakukan penanganan lebih lanjut.
Pencegahan
Tindakan pencegahan berikut membantu dalam praktik untuk
mencegah hiperglikemia.
1. Inisiasi dini pemberian makanan enteral
2. Suplementasi awal asam amino di TPN, menyebabkan
peningkatan sekresi insulin yang mencegah hiperglikemia.
3. Menargetkan GIR optimal dan fisiologis di TPN sesuai
pemantauan glukosa
4. Membatasi infus lipid IV selama hiperglikemia
5. Pendekatan yang lebih langsung dan cepat adalah dengan
mengurangi infus katekolamin
6. Hentikan infus katekolamin dan pengobatan glukokortikoid
segera setelah kondisi bayi membaik.
Kewenangan Bidan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang


Kebidanan. Serta pada Kepmenkes Nomor HK.01.07/MENKES/320/2020
tentang Standar Profesi Bidan mengenai keterampilan klinis dalam praktik
kebidanan salah satunya yaitu melakukan tatalaksana awal
kegawatdaruratan neonatal dan rujukan.
THE END
TERIMA KASIH

You might also like