You are on page 1of 18

Teori Konstruktivisme dan Implementasinya

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran

Dosen Pembimbing:
Dr. Ibut Priono Leksono, M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Alfian Barkah Rahmadini (18-800-0031)


2. Hanif Faizah Afrillia (18-800-0029)
3. Maria Agnes (18-800-0032)
4. Devita Yunia Putri (18-800-0030)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT karena dapat
terselesaikannya makalah “Teori Konstruktivisme dan Implementasinya”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran sebagai
penunjang pembelajaran. Tugas ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan beberapa
pihak yang telah membantu penyusun. Pada kesempatan ini penyusun ingin
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Ibut Priono Leksono, M,Pd.. selaku dosen pembimbing yang telah
membantu dan memotivasi penyusun dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
2. Seluruh pihak yang telah banyak membantu penyusun.
Untuk penyempurnaan makalah, kritik dan saran yang membangun selalu
penyusun nantikan. Agar di kesempatan selanjutnya makalah yang disusun oleh
penyusun dapat lebih baik. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi
berbagai pihak.

Surabaya, 09 Mei 2019


Hormat kami

Penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.............................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................................2

C. TUJUAN PENULIS.................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

A. PENGERTIAN TEORI KONSTRUKTIVSME.....................................................3

B. CIRI-CIRI TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME.........................................4

C. KARAKTERISTIK TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME...........................5

D. PRINSIP PENDEKATAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME................5

E. TOKOH-TOKOH TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME.............................6

F. HUBUNGAN KONSTRUKTIVISME DENGAN TEORI BELAJAR LAIN........9

G. IMPLIKASI KONSTRUKTIVISME TERHADAP PEMBELAJARAN................9

H. HAKIKAT PEMBELAJARAN TEORI KONSTRUKTIVISME.........................11

I. KELEBIHAN DAN KELEMEHAN TEORI KONSTRUKTIVISME.................11

BAB III PENUTUP.........................................................................................................13

A. KESIMPULAN....................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Peserta didik dan guru merupakan komponen utama dalam proses
pembelajaran, kedua komponen tersebut saling berinteraksi. Guru berperan untuk
membantu Peserta didik agar belajar secara aktif dan kreatif, sedangkan peserta
didik menerima berbagai konsep atau pengetahuan yang ditransformasikan guru.

Guru harus meningkatkan kesempatan belajar bagi peserta didik (kuantitas)


dan meningkatkan mutu (kualitas) mengajarnya agar dapat mengajar dengan
efektif. Kesempatan belajar peserta didik dapat ditingkatkan dengan cara
melibatkan Peserta didik secara aktif dalam belajar. Hal ini berarti kesempatan
belajar makin banyak dan optimal serta guru menunjukkan keseriusan saat
mengajar. Dalam meningkatkan kualitas dalam mengajar hendaknya guru mampu
merencanakan program pengajaran dan sekaligus mampu pula melakukannya
dalam bentuk interaksi belajar mengajar.

Peran bimbingan dalam proses pembelajaran, guru diharapkan mampu


membantu murid untuk memperhalus, menginternalisasikan dan
mengintegrasikan sistem nilai dan pola-pola perilaku yang dipelajari melalui
pendidikan secara umum

Peran serta tanggung jawab guru bukan sekedar sebagai penyampai pelajaran,
bukan pula sebagai penerapan metode pembelajaran, melainkan guru adalah
memiliki ”pribadi” yang secara keseluruhannya diwujudkan dalam bentuk
interaksi dengan anak didiknya.

Peranan guru dalam menerapkan teori konstruktivisme adalah hanya sebagai


fasilitator atau pencipta kondisi belajar yang memungkinkan peserta didik secara
aktif mencari sendiri informasi, mengasimilasi dan mengadaptasi sendiri
informasi dan mengkonstruksinya menjadi pengetahuan yang baru berdasarkan
pengetahuan yang telah dimiliki masing-masing.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian teori belajar konstruktivistik?

2. Apa saja prinsip-prinsip konstruktivistik?

3. Bagaimana konstruktivistik dalam pembelajaran?

4. Kelebihan dan kekurangan teori belajar konstruktivistik?


5. Bagaimana tentang lingkungan dalam pembelajaran konstruktivistik?

C. TUJUAN PENULIS
1. Memahami pengertian dari teori konstruktivistik..
2. Memahami prinsip dari konstruktivistik.
3. Memahami pembelajaran konstruktivistik.
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan konstruktivistik.
5. Mengetahui lingkungan pembelajaran konstrutivistik.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TEORI KONSTRUKTIVSME

Teori kontruktivisme berbeda dengan teori behavioristik yang memahami


hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan
respon, teori kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia
membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada
pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Pengetahuan tidak bisa ditransfer
dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri
tentang apa yang diketahuinya. Jadi Teori Konstruktivisme dapat didefinisikan
sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan menciptakan sesuatu
makna dari apa yang dipelajari.

Belajar menurut teori konstruktivisme bukanlah sekdar menghafal, akan tetapi


proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah
hasil pemberian dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses
mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari pemberian
tidak akan bermakna. Jadi teoti konstruktivisme mempunyai pemahaman tentang
belajar yang lebih menekankan pada proses dari pada hasil. Hasil belajar sebagai
tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam
belajar juga dinilai penting. Dalam proses belajar, hasil belajar, cara belajar,cara
belajar, dan strategi belajar akan mempengaruhi perkembangan tata pikir dan
skema berpikir seseorang.

Teori kontruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan


terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya tersebut dengan
kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhan tersebut dengan
bantuan fasilitas. Jadi teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk
belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain
yang diperlukan guna mengembankan dirinya sendiri.

Adapun tujuan dari teori ini adalah sebagai berikut :

a) Adaanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu
sendiri
b) Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan
mencari sendiri pertanyaannya
c) Mmebantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep
secara lengkap
d) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri
e) Lebih menekankan pada bagaimana proses belajar itu.

B. CIRI-CIRI TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME

Ciri-ciri pembelajaran berdasarkan teori konstruktivistik menurut Hamzah


(Zakaria Effandi, 2007: 101) adalah sebagai berikut:

1) tahap persepsi (mengungkap konsepsi awal dan membangkitkan motivasi),


2) tahap eksplorasi,
3) tahap perbincangan dan penjelasan konsep,
4) tahap pengembangan dan aplikasi konsep.

Adapun ciri-ciri umum pembelajaran secara konstruktivisme:

1) Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru mulai


penglibatan dalam dunia sebenarnya.
2) Menggalakkan soalan/ide yang dimulakan oleh murid dan menggunakannya
sebagai panduan merancang pengajaran.
3) Menyongkong pembelajaran secara koperatif mengambil kira sikap dan
pembawaan murid.
4) Mengambil kira dapatan kajian bagaimana murid belajar sesuatu ide.
5) Menggalakkan dan menerima daya usaha dan autonomi murid.
6) Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid dan guru
7) Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan
hasil pembelajaran,
8) Menggalakkan proses inkuiri murid melalui kajian dan eksperimen.

C. KARAKTERISTIK TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME

1. Membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta lepas


berdasarkan ketetapan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan ide-idenya secara lebih luas,
2. Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes, untuk membuat
hubungan diantara ide-ide atau gagasannya, memformulasikan kembali ide-
ide tersebut, serta membuat kesimpulan-kesimpulan,
3. Guru bersama-sama siswa mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia adalah
kompleks, dimana terdapat bermacam-macam pandangan tentang kebenaran
yang datangnya dari berbagai interpretasi,
4. Guru mengakui bahwa proses belajar serta penilaiannya merupakan suatu
usaha yang kompleks, sukar dipahami, tidak teratur, dan tidak mudah
dikelola.

D. PRINSIP PENDEKATAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME

Prinsip-prinsip dari pendekatan konstrutivistik yang secara garis besar


diterapkan dalam belajar mengajar menurut Jacqueline Grennon Brooks dan
Martin G. Brooks (Dadang Supardan, 2007: 5) adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.


2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya
dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah.
4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi
berjalan lancar.
5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
6. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
7. Mencari dan menilai pendapat siswa.
8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa,
E. TOKOH-TOKOH TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME

1. Driver dan Bell

Driver dan Bell mengajukan karakteristik teori belajar teori belajar


konstruktivistik sebagai berkut:

1) Siswa dapat dipandang sebagai sesuatu yang pasif, tetapi memiliki tujuan;
2) Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa;
3) Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi
secara personal;
4) Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan melainkan melibatkan
pengaturan situasi kelas;
5) Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat
pembelajarn, materi, dan sumber.

2. J. Piaget

Berikut ini adalah tiga hal pokok Piaget dalam kaitanya dengan tahap
perkembangan intelektual atau tahap perkembangan konstruktivisme kognitif
atau bisa juga disebut tahap perkembangan mental, yaitu sebagai berikut:

1) Perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang


selalu terjadi dengan urutan yang sama. Setiap manusia akan
mengalami urutan-urutan tersebut dan dengan urutan yang sama;
2) Tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi
mental (pengaturan, pengekalan, pengelompokkan, pembuatan
Hipotesis dan penarikan kesimpulan yang menunjukkan adanya
tingkah laku intelektual;
3) Gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan
(equilibrium), proses pengembangan yang menguraikan interaksi
antara pengalaman (asimilasi) dan sruktur kognitif yang timbul
(akomodasi).

Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis, menegaskan bahwa


pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan
akomodasi. Menurut Ruseffendi, asimilasi adalah penyerapan informasi baru
dalam pikiran. Sedangkan akomodasi adalah menyusun kembali struktur
pikiran karena adanya informasi baru sehingga informasi tersebut mempunyai
tempat. Pengertian tentang akomodasi yang lain seperti yang dikemukakan
oleh Suparno adalah proses mental yang meliputi pembentukkan skema baru
yang cocok dengan rangsangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada
sehingga cocok dengan rangsangan itu.

3. Vigotsky

Berbeda dengan konstruktivisme kognitif yang dikemukakan oleh Piaget,


konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky memiliki
pengertian bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan
lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih
mudah dalam konteks sosial budaya seseorang. Dalam penjelasan lain,
Tanjung mengatakan bahwa inti kognitivis Vigotsky adalah interaksi aspek
internal dan eksternal yang perkenaanya pada lingkungan sosial dalam belajar.

4. Tasker

Tasker mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme


sebagai berikut:

1) Peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara


bermakna.
2) Pentingnya membuat kaitan antar gagasan dalam pengonstruksian
secara bermakna;
3) Mengaitkan antara gagasan dan informasi baru yang diterima

5. Wheatley

Wheatley mendukung pendapat diatas dengan mengajukan dua prinsip utama


dalam pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme, yaitu sebagai
berikut:

1) Pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif tetapi secara aktif oleh
struktur koqnitif siswa;
2) Fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian
melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.

Kedua pengertian diatas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak


secara aktif dalam proses pengaitan penguasaan sejumlah gagasan dan
pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungan. Bahkan secara
spesifik, Hudoyo mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah
mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari pada apa yang telah diketahui
orang lain. Oleh karena itu untuk mempelajari suatu materi yang baru,
pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan memengaruhi terjadinya
proses belajar tersebut.

6. Hanbury

Hanbury mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitanya dengan


pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

1) Siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengkonstruksi ide


yang mereka miliki;
2) Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti;
3) Strategi siswa lebih bernilai;
4) Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar
pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan sesamanya.

Berdasarkan beberapa pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa


pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih
memfokuskan pada kesukaan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman
Mereka bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atau aapa yang telah
diperhatikan dan dilakukan oleh guru.

F. HUBUNGAN KONSTRUKTIVISME DENGAN TEORI BELAJAR LAIN


Teori konstruktivisme telah banyak mempengaruhi pendidikan Sains dan
Matematika di berbagai Negara-negara maju seperti Amerika, Eropa, dan
Australia. Inti teori ini berkaitan dengan beberapa teori belajar seperti teori
Perubahan Konsep, Teori Belajar Bermakna dan Ausuble, dan Teori Skema.
1. Teori Belajar Konsep
Konstrutivisme dan Teori Perubahan Konsep memberikan pengertian bahwa
setiap orang dapat membentuk pengertian yang berbeda tersebut bukanlah akhir
pengembangan karena setiap kali mereka masih dapat mengubah pengertiannya
sehingga lebih sesuai dengan pengertian ilmuan. “Salah pengrtian” dalam
memahami sesuatu, menurut Teori Konstruktivisme dan teori Perubahan Konsep,
bukanlah akhir dari segala-galanyamelainkan justru menjadi awal untuk
pengembangan yang lebih baik.
2. Teori Bermakna Ausubel
Teori Belajar bermakna Ausuble ini sangat dekat dengan Konstruktivesme.
Keduanya menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman,
fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai.
Keduanya menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep
atau pengertian yang sudah dipunyai siswa. Keduanya mengandaikan bahwa
dalam proses belajar itu siswa aktif.
3. Teori Skema.
Menurut teori ini, pengetahuan disimpan dalam suatu paket informasi, atau
sekema yang terdiri dari konstruksi mental gagasan kita. Teori ini lebih
menunjukkan bahwa pengetahuan kita itu tersusun dalam suatu skema yang
terletak dalam ingatan kita. Dalam belajar, kita dapat menambah skema yang ada
sihingga dapat menjadi lebih luas dan berkembang.

G. IMPLIKASI KONSTRUKTIVISME TERHADAP PEMBELAJARAN

Pembelajaran konstruktivisme merupakan belajar artikulasi. Belajar artikulasi


merupakan proses mengartikulasikan ide, pikiran, dan solusi. konstruktivisme
memandang kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam upaya
menemukan pengetahuan, konsep, kesimpulan, bukan merupakan kegiatan
mekanistik untuk mengumpulkan informasi atau fakta. Dalam proses
pembelajaran siswa bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya sendiri.

Ketika siswa aktif membangun pengetahuan mereka sendiri, maka guru


membantu berperan sebagai mediator untuk membangun pengetahuan mereka
tersebut. Jelasnya belajar yang berarti terjadi melalui refleksi pemecahan masalah,
pengertian-pengertian, dan dalam proses tersebut selalu ada aktivitas untuk
memperbaharui tingkat pemikiran yang sebelumnya tidak lengkap. Hal inilah
yang mengharuskan siswa untuk selalu berperan aktif, karena keberhasilan
pembentukan pengetahuan-pengetahuan, pemikiran-pemikiran baru, baik melalui
proses akomodasi maupun melalui asimilasi.

Meskipun menurut pandangan konstruktivis upaya membangun


pengetahuan dilakukan oleh siswa melalui kegiatan belajar yang ia lakukan,
namun peran guru tetap menempati arti penting dalam proses pembelajaran.
Dalam pandangan ini, mengajar memang tidak hanya diartikan menyampaikan
informasi, akan tetapi lebih menitik beratkan perannya sebagai mediator dan
fasilitator (Suparno, 1997: 66).
Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak
(Poedjiadi, 1999: 63) adalah sebagai berikut:

1) Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah


menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk
menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi,
2) Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang
memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta
didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui
belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari
dan
3) Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang
sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan
teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi
pengetahuan pada diri peserta didik.

H. HAKIKAT PEMBELAJARAN TEOTI KONSTRUKTIVISME

Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan


begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif
secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan
kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai
botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan
kehendak guru.

Pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih


menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman
mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan
dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.
I. KELEBIHAN DAN KELEMEHAN TEORI KONSTRUKTIVISME

Kelebihan

1. Berfikir : Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk


menyelesaikan masalah, menjana idea dan membuat keputusan.
2. Faham : Oleh ksrana murid terlibat secara langsung dalam mebina
pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya
dalam semua situasi.
3. Ingat : Oleh karana murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan
ingat lebih lama semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini membina
sendiri kefahaman mereka. Justru mereka lebih yakin menghadapi dan
menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
4. Kemahiran sosial : Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan
rakan dan guru dalam membina pengetahuan baru.
5. Seronok : Oleh kerana mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat,
yakin dan berinteraksi dengan sihat, maka mereka akan berasa seronok belajar
dalam membina pengetahuan baru.

Kelemahan

Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam
proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik sepertinya kurang
begitu mendukung
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Teori kontruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan


terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya tersebut dengan
kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhan tersebut dengan
bantuan fasilitas.

Ciri-ciri pembelajaran berdasarkan teori konstruktivistik menurut Hamzah


(Zakaria Effandi, 2007: 101) : (1)tahap persepsi (mengungkap konsepsi awal dan
membangkitkan motivasi), (2)tahap eksplorasi, (3)tahap perbincangan dan

Prinsip-prinsip dari pendekatan konstrutivistik menurut Jacqueline


Grennon Brooks dan Martin G. Brooks (Dadang Supardan, 2007: 5) :
(1)Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, (2)Pengetahuan tidak dapat
dipindahkan dari guru kemurid, (3)Murid aktif megkontruksi secara terus
menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah, (4)Guru sekedar
membantu menyediakan saran dan situasi, (5)Menghadapi masalah yang relevan
dengan siswa, (6)Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah
pertanyaan, (7)Mencari dan menilai pendapat siswa. Dan (8)Menyesuaikan
kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

Tokoh-tokoh yang berperan dalam teori belajar kontruktivisme: (1)Driver dan


Bell, (2)J. Piaget, (3)Vigotsky, (4)Tasker, (5)Wheatley, dan (6)Hanbury.
Hubungan Teori Konstruktivisme dengan teori belajar lain diantaranya:
(1)Teori Kontruktivisme dengan Teori Belajar Konsep, (2)Teori Kontruktivisme
dengan Teori Bermakna Ausubel dan (3)Teori Kontruktivisme dengan Teori
Skema.
DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, C. Asri. 2012. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.


Suardi, Muhammad. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakartya: Deepublish
Aprianto, Diki. 2015. Teori Belajar Konstruktivisme.
https://www.dikyaprianto0.blogspot.com/2015/08/teori-belajar-
konstruktivisme.html?m=1. (diakses tanggal 9 mei 2019)
Alfallahu. 2013. Implikasi Teori Belajar Konstruktivisme.
https://www.alfallahu.blogspot.com/2013/04/implikasi-teori-belajar-
konstruktivisme.html?m=1. (diakses tanggal 9 mei 2019)
Burhanuddin, Afid. 2014. Kekurangan dan kelebihan Teori Kognitif dan
Konstruktivisme.
https://www.google.com/amp/s/afidburhanuddin.wordpress.com/2014/05/06/
kekurangan-kdan-kelebihan-teori-kognitif-dan-konstruktivise/amp/. . (diakses
tanggal 9 mei 2019)
Mulyana, Ani. 2012. Teori Belajar Konstruktivisme.
https://www.animulyana.blogspot.com/2012/08/teori-belajar-
konstruktivisme.html?m=1. (diakses tanggal 9 mei 2019)
Surianto. 2009. Teori pembelajaran Konstruktivisme.
https://www.google.com/amp/s/surianto200477.wordpresscom/2009/09/17/
teori-pembelajaran-konstruktivisme/.amp/ (diakses tanggal 9 mei 2019)
Wibawa, Wigih Adi. 2013. Teori Belajar Konstruktivisme.
https://www.wiare.blogspot.com/2013/02/teori-belajar-konstruktivisme.html?
m=1. (diakses tanggal 9 mei 2019)

You might also like