You are on page 1of 77

Proposal Teknis

Bab V

PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA

5.1 Pendekatan Umum


Secara garis besar tujuan utama kegiatan pengawasan teknis jalan adalah
membantu Satuan Kerja/Pejabat Pembuat Komitmen didalam melakukan
pengawasan teknis terhadap kegiatan pekerjaan konstruksi dilapangan guna
mendapatkan hasil pekerjaan konstruksi yang memenuhi persyaratan yang
tercantum didalam sepsifikasi teknis (tepat mutu), dan dilaksanakan secara tepat
biaya dan tepat waktu serta tertib administrasi.

Dalam hal ini menyiapkan informasi berupa data teknik dan melaksanakan proses
administrasi proyek, melaksanakan pemeriksaan dan pengawasan secara terus
menerus dilapangan termasuk melakukan pengujian – pengujian, mengevaluasi dan
memperbarui data serta membuat laporan – laporan dan rekomendasi bagi Pemberi
Tugas.

Agar pelaksanaan pekerjaan mencapai sasaran dan tujuan sesuai dengan harapan,
maka selama pelaksanaan pekerjaan, diharapkan ada komunikasi yang terus
menerus antara Konsultan dengan Pemberi Tugas.

5.2 Lingkup Jasa Konsultan


Penyedia jasa konsultansi yang akan membantu Satuan Kerja/Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) bertugas melaksanakan Pekerjaan Pengawasan Teknis pada
Pengawasan Pengawsan Jalan.
Agar pelaksanaan pekerjaan tersebut sesuai dengan rencana mutu, biaya, waktu
dan sasaran hasil kerja sesuai dengan kontrak, maka penyedia jasa atau konsultan
harus bekerjasama dengan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam mengawasi
pekerjaan dan akan memberikan jasa sesuai keahlian yang diperlukan untuk
pekerjaan tersebut.

Secara umum lingkup pekerjaan pengawasan jalan antara lain :

V -1
Proposal Teknis

 Menyusun Rencana Mutu Kontrak (RMK) pengawasan sesuai dokumen kontrak


pekerjaan konstruksi.
 Mempelajari hal – hal terkait dokumen kontrak pekerjaan konstruksi, termaksud
pengendalian manajemen dan keselamatan lalulintas serta SMK3K, dan Dokumen
Lingkungan.
 Membantu PPK dalam pelaksanaan PCM dan Mutual Check.
 Mencatat seluruh kesepakatan dalam Pre Construktion Meeting dan dituangkan
dalam Berita Acara tersendiri sebagai Dokumen Kegiatan.
 Mempersiapkan formulir – formulir isian, antara lain :
 Laporan Harian
 Laporan Mingguan
 Laporan Bulanan/Monthly Progress Report
 Pengecekan kesesuaian desain dilapangan
 Persiapan Gambar Kerja untuk pemeliharaan berkala dan Betttermen
 Perhitungan volume/Back Up data serta Monthly Certificate.
 Quality Control / kontrol kualitas selama periode pelaksanaan.
 Request penyediaan jasa untuk memulai pekerjaan, Pengujian Bahan
 Melakukan pengawasan, pengujian, pengecekan kuantitas dan kualitas serta
kelayakan peralatan, fasilitas dan pwerlengkapan yang dimobilisasi penyedia jasa.
 Mengecek daftar peralatan, fasilitas dan perlengkapan yang disampaikan penyedia
jasa.
 Mengecek masa berlaku kalibrasi peralatan yang akan digunakan oleh penyedia
jasa.
 Menyampaikan rekomendasi kepada Direksi Pekerjaan tentang jumlah, mutu dan
kelayakan peralatan, fasilitas dan perlengkapan yang dimobilisasi Penyedia jasa.
 Menandatangani Berita Acara Mobilisasi
 Menyampaikan laporan pelaksanaan mobilisasi kepada Direksi Pekerjaan.
 Membuat analisis untuk merumuskan parameter desain berdasarkan gambar
kerja dan parameter desain.
 Melakukan pemeriksaan dan pembahasan konsep gambar kerja.
 Memberikan rekomendasi terhadap komsep gambar kerja kepada Direksi
Pekerjaan dan Penyedia Jasa.
 Memeriksa gambar kerja yang terkait dengan metode kerja diajukan penyedia
jasa dan kontrol terhadap kuantiyas pekerjaan
 Melaporkan progres pekerjaan yang telah diselesaikan Penyedia Jasa.

V -2
Proposal Teknis

 Membuat daftar kekurangan yang telah diselesaikan (Defect & Dificiencies)


berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan.
 Membantu PPK dalam pengecekan data administrasi dan teknis pekerjaan.
 Membantu PPK dalam pelaksanaan PCM dan Mutual Check

5.3 Pendekatan Teknis

Dalam melakukan kegiatan ini perlu diuraikan secara rinci pendekatan teknis,
sehingga hasilnya benar-benar dapat dipertanggung jawabkan. Pendekatan teknis
untuk pekerjaan pengawasan teknis jalan dan jembatan antara lain :

1. Pekerjaan Persiapan dan Mobilisasi personil;


2. Pelaksanaan Pengawasan Konstruksi;
3. Pengendalian Pelaksanaan Fisik
4. Pengendalian Administrasi Konstruksi;
5. Pelaporan

5.4 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

5.4.1 Persiapan dan Mobilisasi Konsultan


Dalam hal ini Konsultan akan menyiapkan :

1. Personil/tenaga ahli dan tenaga pendukung. Apabila ada penggantian


personil terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas.
2. Kantor berikut perlengkapannya, kendaraan dan fasilitas penunjang
lainnya.
3. Peralatan/alat-alat ukur dan laboratorium dalam hal ini bukan alat
laboratorium yang lengkap tetapi hanya peralatan pendukung
pelaksanaan kerja karena yang menyiapkan lebih lengkap Kontraktor.
4. Peta, data dan peralatan penunjang.
Fasilitas akomodasi dan transportasi untuk kebutuhan Proyek
Personil yang namanya tercantum dalam jadwal atau daftar yang akan di
Mobilisasi, Sesuai dengan ketentuan yang berlaku selabat-lambatnya 15
(lima belas) hari kalender setelah diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja
(SPMK) oleh PPK.

V -3
Proposal Teknis

Tim Konsultan yang dipimpin oleh Site Engineer (SE) wajib melapor kepada
Pejabat Pembuat Komitmen Jasa Pemborongan yaitu PPK, terkait setelah
dikeluarkannya Surat Mobilisasi.

5.4.2 Pelaksanaan Pengawasan Konstruksi


Pada tahap ini Konsultan Pengawasan akan melaksanakan pekerjaan –
pekerjaan antara lain :
a. Turut serta dalam pelaksanaan rekayasa lapangan dan membantu
memeriksa shop drawing yang disiapkan oleh penyedia Jasa.
b. Melaksanakan pengawasan teknis secara professional, efektif dan
efesien sesuai dengan spesifikasi sehingga terhindar dari resiko
kegagalan konstruksi.
c. Memeriksa dan menyetujui laporan harian ddan laporan mingguan
pekerjaan konstruksi.
d. Mengevaluasi dan meyetujui Monthly certificate (MC).
e. Pengendalian mutu pekerjaan dilapangan dengan menerapkan
prosedur kerja dan uji mutu pada setiap tahapan kegiatan pekerjaan
sesuai dokumen kontrak.
f. Membuat laporan bulanan terkait progress pekerjaan dilapangan dan
membuat rekomnedasi setiap permasalahan yang timbul dilapangan
kepada Pengguna Jasa.
g. Membuat laporan teknis (bila diperlukan) pada setiap terjadinya
perubahan kinerja pekerjaan.
h. Melaksanakan koordinasi dengan P2JN dan Regional Project Consultan
(RPMC) balai terkait.

5.4.3 Pengendalian Pelaksanaan Fisik


Dalam masa konstruksi, Konsultan akan melaksanakan pengawasan dan
pemantauan terhadap pencapaian progres fisik proyek secara menerus di
lapangan dan pengendalian proyek secara sistematis dengan menggunakan
metode-metode yang sudah baku.
1. Membuat analisa, prediksi dan rekomendasi terhadap kendala-
kendala yang berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan proyek.
2. Memberikan masukan kepada Pemberi Tugas didalam menyusun
kebijakan dan langkah untuk mencegah dan mengurangi klaim.

V -4
Proposal Teknis

3. Menyediakan bantuan dan arahan yang tepat bagi Kontraktor pada


saat ditemukannya masalah yang ada hubungannya dengan
dokumen kontrak, pemeriksaan terhadap survai tanah dasar, test
pengawasan mutu, dan masalah lain yang berhubungan dengan
dipenuhinya kontrak dan kemajuan pekerjaan.
4. Menyediakan informasi yang diperlukan oleh Pemberi Tugas,
menghadiri dan mencatat semua rapat/pertemuan dengan
Kontraktor, PPTK, dan instansi terkait lainnya serta menyediakan
bantuan teknis apabila diperlukan dalam kaitannya dengan
pelaksanaan proyek dan masalah-masalah kontrak.
Sedangkan tugas Konsultan Pengawas dalam hal kontrak terhadap
Kontraktor secara garis besar akan meliputi :
 Pengendalian teknis : aspek mutu, volume, waktu dan biaya.
 Pengendalian atas proses koordinasi terkait.
 Pengendalian administrasi proyek.
 Evaluasi rencana proyek.
 Pelaporan

A. Pengendalian Teknis
Bertindak untuk dan atas nama Pemberi Tugas mengendalikan
pelaksanaan fisik pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor dengan
rentang meliputi “Pre-audit”, “Monitoring”, dan “Post-audit”.
Lingkup pengendalian antara lain meliputi :
 Aspek mutu hasil pekerjaan.
 Aspek volume pekerjaan.
 Aspek waktu penyelesaian pekerjaan.
 Aspek biaya keseluruhan pekerjaan.
Segala sesuatunya merujuk kepada ketentuan dan syarat-syarat yang
tercantum dalam kontrak pemborongan.
a.1 Rentang Kendali Pre-Audit
Kegiatan Konsultan dalam rangka pengendalian teknis dalam rentang
“pre-audit” adalah seluruh kegiatan Konsultan sebelum melakukan
pengawasan, yang terdiri dari :
a. Pengumpulan dan analisa data, informasi dan hasil perencanaan
akan menghasilkan catatan mengenai seluruh kegiatan antara lain:

V -5
Proposal Teknis

 Jenis pekerjaan.
 Kuantitas pekerjaan.
 Kualitas yang dipersyaratkan.
 Schedule pelaksanaan
 Schedule pembayaran.

b. Review Design

Pengecekan hasil perencanaan dilakukan dengan cara membawa


hasil perencanaan ke lokasi untuk menentukan apakah hasil
perencanaan tersebut telah sesuai dengan kondisi yang ada
Apabila ternyata dari hasil pengecekan design tidak sesuai dengan
kondisi lapangan, Konsultan tim pengawasan akan membuat
alternatif lain yang sesuai untuk diajukan kepada Pemberi Tugas.
c. Persiapan Konstruksi

Material dan peralatan yang didatangkan Kontraktor akan


diperiksa terlebih dahulu oleh Konsultan sehingga benar-benar
memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
Jadual waktu yang dibuat oleh Kontraktor akan diteliti terlebih
dahulu apakah sudah memadai terhadap volume pekerjaan yang
akan dilaksanakan dengan perkiraan tenaga kerja/tukang yang
akan mengerjakannya serta alat yang akan digunakan. Apabila
menurut analisa tidak seimbang antara volume dengan tenaga
kerja dan peralatan terhadap waktu yang tersedia maka Konsultan
akan menyarankan kepada Kontraktor untuk menyiapkan tenaga
kerja dan peralatan yang memadai agar bisa selesai tepat pada
waktunya.
Penyimpangan biaya keseluruhan biasanya disebabkan oleh
adanya pekerjaan tambahan sebagai akibat dari perubahan design
dan pertambahan volume pekerjaan.
Agar tidak terjadi perubahan biaya terlalu besar, Konsultan akan
mengusulkan menggantikan nilai pekerjaan tambah itu dengan
pengurangan pekerjaan lainnya sehingga terjadi kompensasi dan
tidak memerlukan biaya tambah sepanjang hal tersebut
memungkinkan dan mendapat persetujuan dari PPK /PPTK.

V -6
Proposal Teknis

Dalam hal ini, Konsultan berupaya menghindari pekerjaan tambah,


justru mengupayakan pekerjaan kurang jika memang dari evaluasi
teknis dan biaya memungkinkan untuk dilakukan pekerjaan
kurang.
d. Pre Construction Meeting (PCM)

Dalam waktu kurang dari 14 hari sejak SPMK, diadakan Pre


Construction Meeting (PCM), hal yang dibicarakan :
1) Materi
 Organisasi kerja.
 Tata cara pengaturan pelaksanaan.
 Review dan penyempurnaan terhadap schedule dikaitkan
dengan target volume, mutu dan waktu.
 Jadual pengadaan bahan, alat dan mobilisasi personil.
 Menyusun rencana dan pelaksanaan pemeriksaan lapangan
(mutual check), koordinasi dengan tim perencana.
 Menentukan lokasi bahan material (quarry), estimate
quantity dan rencana quality control bahan yang akan
digunakan.
 Pendekatan terhadap masyarakat dan Pemda setempat.
 Penyusunan rencana kendali mutu proyek.
 Pembahasan rencana mutu proyek

2) Kesamaan pengertian terhadap pasal-pasal dokumen kontrak


 Pekerjaan tambah/kurang
 Termination atau for feature.
 Maintenance & protection of traffic.
 Sub letting.
 Asuransi.
 Lainnya yang dianggap perlu.
3) Kesepakatan tentang tata cara dan prosedur
 Request, approval & examination of works.
 Shop Drawing, As Built Drawing.
 Monthly Certificate (MC).
 PHO & FHO.
 Change Order, Addendum.

V -7
Proposal Teknis

4) Kesepakatan tentang tata cara dan prosedur teknis


pelaksanaan pekerjaan utama (major items).
 Flexible pavement: agregat base, hotmix, dll.
 Struktur: pondasi tiang pancang, abutmen beton, dll.

a.2 Rentang Kendali Monitoring


Kegiatan pengendalian teknis rentang “ monitoring” adalah kegiatan-
kegiatan yang dilakukan selama masa pelaksanaan pekerjaan.
Meskipun Konsultan Pengawas telah melakukan “ pre-audit” namun
setiap langkah pelaksanaan pekerjaan akan terus dimonitor agar
kalau terjadi penyimpangan segera diketahui dan dapat diluruskan
kembali sesuai petunjuk yang benar. Selama periode ini Konsultan
akan selalu melakukan evaluasi terhadap progress dan kualitas
pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor.
Dalam melakukan monitoring, kerjasama antara anggota tim akan
kita jaga sebaik-baiknya sehingga informasi dan pelaporan bisa
berjalan dengan cepat, sehingga kerugian yang menyangkut aspek
mutu, volume, waktu dan biaya keseluruhan hasil pekerjaan dapat
dihindari atau ditekan sekecil-kecilnya. Selain mengawasi pekerjaan
fisik Konsultan Pengawas juga memonitor aspek lingkungan sekitar
proyek, agar jangan sampai pelaksana lapangan berikut tukang-
tukangnya mengganggu, mematikan serta merusak flora dan fauna
yang ada.
Faktor keselamatan kerja juga akan dimonitor secara rutin dengan
memperhatikan peraturan-peraturan yang berlaku.
a.3 Rentang Kendali Post-Audit
Setiap kemajuan penyelesaian pekerjaan akan merupakan prestasi
kerja bagi Kontraktor. Kemajuan fisik ini akan dipakai untuk
pengajuan pembayaran senilai hasil kerjanya. Namun Kontraktor
tidak akan bisa mengajukan permintaan pembayaran sebelum
mendapat rekomendasi dari Konsultan Pengawas bahwa hasil
pekerjaannya sudah memenuhi persyaratan teknis atau tidak.

V -8
Proposal Teknis

B. Pengendalian Administrasi Proyek

Dalam hal ini Konsultan Pengawas akan merancang, memberlakukan serta


mengendalikan pelaksanaan keseluruhan sistem administrasi proyek yang
diawasinya, yaitu mencakup antara lain; surat, memorandum, risalah,
laporan, contoh barang, foto, berita acara, gambar, sketsa, brosur, kontrak
dan addendum dan lain-lain yang dianggap perlu.
Langkah-langkah dan tindakan yang akan dilakukan Konsultan Pengawas
untuk maksud diatas adalah :

 Mempelajari, menanggapi, memecahkan dan menyelesaikan sampai


tuntas maksud dari surat masuk maupun keluar.
 Memperhatikan memorandum dan risalah untuk pedoman dalam
pelaksanaan tugas Konsultan.
 Mempersiapkan dan mengecek contoh barang agar memenuhi
persyaratan yang ditetapkan baik kualitas dan kuantitas.
 Membuat foto-foto dokumentasi pada setiap paket pekerjaan.
 Mempelajari dan mengecek gambar-gambar/sketsa pelaksanaan agar
sebelum maupun sesudah pekerjaan selesai tidak terjadi penyimpangan.
Membantu/menyiapkan addendum serta lain-lain yang dianggap perlu.

C. Evaluasi Rencana

Konsultan Pengawas melakukan evaluasi atas rencana proyek yang akan


dilaksanakan serta menyarankan perubahan / penyempurnaan /
penyesuaian rencana yang perlu dilakukan (bila ada) guna menjamin
tercapainya maksud dan tujuan proyek dengan sebaik-baiknya.

D. Verifikasi Hasil Pekerjaan Kontraktor

Konsultan Pengawas berwenang dan pada saatnya berkewajiban


menyatakan bahwa hasil pekerjaan Kontraktor telah memenuhi segala
persyaratan untuk proses selanjutnya yaitu persetujuan Pemberi Tugas.

E. Kontrol Sistematik Terhadap Kegiatan Lapangan

Dalam konteks lebih luas, pekerjaan supervisi mengemban juga fungsi


kontrol manajemen proyek konstruksi. Sebelum memeriksa hasil pekerjaan,
perlu diperiksa dahulu persiapan kerjanya. Persiapan pekerjaan yang

V -9
Proposal Teknis

dilakukan setengah-setengah atau dengan cara perencanaan yang


mendadak akan mengakibatkan hasil kerja yang tidak memuaskan. Untuk
menanggulangi masalah ini, diperlukan suatu kontrol yang sistematik.
Pengawas lapangan perlu menerapkan sistem kontrol yang baik di
lapangan.

Kontrol yang sistematik terhadap kegiatan di lapangan memiliki 3 tujuan


yaitu:

1. Meninjau secara periodik hasil dan kemajuan pekerjaan pada beberapa


bidang kegiatan pokok. Bilamana terdapat kekurangan yang terjadi,
maka harus dikembangkan sasaran jangka pendek dan program kerja
untuk mengantisipasinya.
2. Memastikan bahwa pekerjaan pengawasan berjalan secara benar
sehingga peringatan secara dini dapat diberikan apabila terjadi sesuatu
kesalahan.
3. Mengamankan bahwa biaya yang sudah dianggarkan oleh proyek tidak
dilampaui bila tidak terjadi perubahan kontrak.
Bidang-bidang sasaran kegiatan pokok yang perlu dikontrol pada waktu
peninjauan di lapangan yaitu :

 Pencapaian target kemajuan fisik.


 Pencapaian target keuangan.
 Pengadaan dan pembelian barang, bahan dan peralatan.
 Pemakaian tenaga kerja dan peralatan untuk menjamin efektivitas dan
efisiensi kerja lapangan.
 Pemantapan kerjasama pekerja proyek dari seluruh bagian/divisi.
 Hubungan dengan pihak pemilik.
Tiap bidang tersebut diatas ditinjau apakah situasinya mantap, kurang
memadai atau menunjukkan tendensi yang tidak menggembirakan.
Dengan mengetahui keadaan dan situasi masalah dengan benar, maka
langkah-langkah yang diambil untuk mengatasinya akan lebih cepat dan
efektif.

F. Kunjungan Lapangan/Site Visit

Frekuensi kunjungan ke lapangan tergantung dari pentingnya keadaan


lapangan, sifatnya dapat secara harian ataupun mingguan. Frekuensi

V -
Proposal Teknis

kunjungan juga dapat tergantung pada tahapan dari PPTK yang


mengelolanya beserta para timnya sesuai urgensinya.

G. Pengontrolan Proyek

Merencanakan dan membangun adalah suatu aktivitas yang dinamis, dan


yang dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor. Karena itu curve S yang
telah disetujui sebagai pegangan untuk pelaksanaan harus secara periodik
atau sesuai kondisi dicheck kembali :

 Apakah waktu yang direncanakan telah ditepati.


 Akan ditepati dalam jangka panjang atau segera dan/atau.
 Nantinya akan ditepati (jangka panjang).
Bila perlu dapat diadakan perubahan baru untuk mengendalikan jalannya
proyek seperti yang dikehendaki.
1. Jarak Waktu Kontrol
Jarak waktu kontrol dapat dibedakan menjadi 2 macam rentang
waktu yaitu :
 1 – 2 minggu untuk aktivitas yang kritis atau bisa kurang dari 1
minggu.
 2 – 4 minggu untuk aktivitas-aktivitas yang tidak kritis.
2. Cara Mengontrol
Dibedakan 3 cara mengontrol, sebagai berikut :
Untuk sebuah aktivitas yang akan dimulai : disajikan langkah-langkah
cara mengontrol seperti flow chart Gambar G-1.

V -
Proposal Teknis

Dapatkah Pekerjaan Dimulai ?


Tidak

Alasannya ?
Ya Ada Keterlambatan ?

Diperlukan Penanganan Pemecahannya


OK

GAMBAR G.1.
FLOW CHART LANGKAH - LANGKAH CARA MENGONTROL UNTUK AKTIVITAS YANG AKAN DIMULAI

 Untuk menguji pekerjaan yang seharusnya sudah dimulai : disajikan


langkah-langkah cara mengontrol seperti flow chart Gambar G-2.

V -
Proposal Teknis

Pekerjaan yang seharusnya sudah mulai

Apakah pekerjaan ini Berapa lama ditangguhkan ?


sesuai
Tidak k Ada Float ?
schedule mulainya ?

Kenapa
Ya
Tida
OK Tangani
OK
tidak dimulai ?
Apa penangguhannya

Berapa lama terlambat ?


Kenapa ?
Apa prestasinya sampai waktu Tidak
kontrak tercapai ?

Ya

OK Apa prestasinya bisa dikejar ?

Tidak

Ya

OK Berapa lama perpanjangan ?


Ada Float ?

Tangani

GAMBAR G.2.
FLOW CHART LANGKAH - LANGKAH CARA MENGONTROL PEKERJAAN YANG SEHARUSNYA & SUDAH DIMULAI

 Uji pekerjaan yang seharusnya sudah selesai : disajikan langkah-


langkah cara mengontrol seperti flow chart Gambar G- 3.

V -
Proposal Teknis

Pekerjaan yang seharusnya selesai


Tidak

Sisa waktu sampai selesai ? Alasan keterlambatan ?


Ya

OK Diperlukan Penanganan

GAMBAR G.3.
FLOW CHART LANGKAH - LANGKAH CARA MENGONTROL UNTUK AKTIVITAS SUDAH SELESAI

Untuk monitoring dan pengontrolan proyek ini akan digunakan sistem


informasi pengendalian proyek yang dilaksanakan dengan suatu aplikasi
berbasis komputer. Monitoring dan pengendalian proyek dilakukan pada
aspek-aspek berikut :
 Planning dan scheduling pekerjaan yang meliputi quantity, duration,
dates, network planning atau precedence Diagram Methode.
 Progress Performance.
 Schedule Control.
 Project cost control yang meliputi pelaporan status nilai kontrak vs
aktual, perhitungan pembayaran progress pekerjaan.
Unsur-unsur tersebut merupakan informasi dasar untuk memonitoring,
pengendalian, analisis dan manajemen proyek.
Pekerjaan pengendalian proyek ini diawali dengan pemasukan data-data
proyek (project data entry) yang akan menjadi acuan (baseline) dalam
monitoring dan pengendalian pelaksanaan proyek selanjutnya. Data-data
tersebut disimpan didalam database di kantor poyek, dan selalu di-update
untuk keperluan pelaporan dan analisa secara periodik. Berdasarkan target-

V -
Proposal Teknis

target pengendalian yang ditentukan sebelumnya maka dapat dilakukan


analisa terhadap permasalahan yang timbul dalam aspek skedul, progress
dan pembiayaan proyek. Dari analisa masalah tersebut dilakukan upaya
perbaikan untuk membawa program proyek kembali ke rencana semula.
Gambar G –4. Skematik diagramnya adalah sebagai berikut :

MONITORING SCHEDULE, PROGRES DAN BIAYA KONSTRUKSI PELAPORAN


PERIODIK
RINGKASAN
PROGRES
PEKERJAAN

PELAPORAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


SCHEDULE
PROGRES PELAPORAN
PEMBAYARAN PERIODIK
ANALISA KOMPUTER MANAJEMEN PROYEK

PELAPORAN
UPDATING SCHEDULE
PERIODIK
RINGKASAN
PEMBAYARAN

GAMBAR G.4.
SKEMA PENGENDALIAN PROYEK

Informasi yang diperoleh dari pelaporan tersebut dapat dianalisa dan


dijadikan bahan dalam pengambilan keputusan manajemen proyek.
Pelaporan proyek dibuat dengan format dan prosedur yang standar untuk
memperoleh peningkatan efisiensi, efektifitas dan optimalisasi sinergi kerja,
sehingga dapat mencapai performansi dan kualitas akhir manajemen
pembangunan proyek yang lebih baik.
Manfaat utama lainnya dari sistem ini antara lain adalah :

V -
Proposal Teknis

a. Satker dapat memonitor dan mengendalikan proyek secara terintegrasi


dengan sistem yang ada.
b. Memberikan tambahan kapasitas untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas pelayanan kepada pengguna jalan melalui penyelesaian
pembangunan jalan beserta fasilitas pendukung lainnya yang sesuai
jadual dan alokasi biaya.

H. Sistim Informasi Manajemen proyek

Sistem informasi manajemen proyek pada hakekatnya adalah suatu sistem


untuk mendukung Pimpinan Proyek dalam memantau dan mengendalikan
proyek.
Tujuan sistem ini untuk digunakan pihak Pemilik dalam mendapatkan
informasi proyek setiap saat atau secara berkala, cepat dan akurat. Sistem
ini dibuat dan dikembangkan berdasarkan studi dan evaluasi situasi dan
kondisi yang dihadapi di lapangan serta mengintegrasikan keinginan-
keinginan dari pihak PPTK Fisik yang mewakili pihak Pemilik Proyek tentang
apa-apa yang mau dimonitor dan dikendalikan.
Di project-site setiap saat hasil pekerjaan fisik berkembang bertambah
banyak dan supaya perkembangannya terjadi menurut rencana, dimana
rencana tersebut dijabarkan dalam besaran uang dan besaran waktu.
Khususnya untuk mengontrol mutu pekerjaan, peranan sistem informasi
manajemen proyek hanya sebagai penerus informasi saja. Pengontrolan
mutu pekerjaan dilakukan oleh petugas khusus dan harus dilaksanakan di
lapangan, tidak dapat dilaksanakan di kantor. Tolok ukur pengukuran mutu
pekerjaan adalah dokumen tender (Spesifikasi Pekerjaan).
Perkembangan pekerjaan yang terjadi selalu diikuti oleh perkembangan
datanya atau dimonitor dimana perkembangan suatu proyek selalu diikuti
oleh perkembangan data proyeknya. Volume data kian hari kian
membengkak sesuai dengan perkembangan pekerjaan secara fisik.
Data proyek sesungguhnya belum dapat memberikan informasi kepada
Pemberi Tugas, karena masih belum diolah, jadi masih mentah. Data
proyek yang telah dikumpulkan secara periodik kemudian diolah / diproses
untuk dijadikan informasi proyek (laporan proyek). Artinya dari laporan
proyek dapat diketahui perkembangan pekerjaan yang nyata terjadi
(prestasi aktual). Dari laporan proyek ini PPTK Fisik baru dapat

V -
Proposal Teknis

mengevaluasi tentang perkembangan proyeknya, pertumbuhan dari tiap-


tiap pekerjaan di lapangan dengan diperbandingkan terhadap rencana.
PPTK Fisik mengendalikan proyeknya dengan keputusan-keputusan yang
dibuat dan diimplementasikan ke project site. Hasil dari implementasinya
menciptakan data proyek baru dan dengan demikian siklus project
management control system berulang kembali. Siklus ini baru berhenti
apabila proyek telah selesai.

I. Pengendalian Mutu

Selama periode konstruksi, Konsultan akan senantiasa memberikan


pengawasan, arahan, bimbingan dan instruksi yang diperlukan kepada
Kontraktor guna menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan
baik, tepat kualitas untuk semua jenis pekerjan baik untuk konstruksi
flexible/regid pavement atau berupa pekerjaan beton untuk pekerjaan
jembatan dan pekerjaan lain, untuk itu akan diuraikan disini.
Aspek-aspek pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan konstruksi antara lain sebagai berikut di bawah ini namun
tidak terbatas pada:

I.1 Peralatan laboratorium.


Peralatan laboratorium yang perlu dipergunakan untuk pekerjaan
utama (major work), kalau tidak ditentukan lain adalah sebagai berikut
:

 Berat jenis.
 Analisa ukuran butir.
 Marshall Test.
 Test Ekstraksi.
 Kadar rongga udara campuran.
 Termometer logam.
 Core Drill.
 Test beton, slump, kuat tekan.
 Dan lain-lain seperti disebutkan dalam spesifikasi.

V -
Proposal Teknis

Personil/tenaga yang terkait untuk maksud pengujian harus cukup


berpengalaman dan mengenal dengan baik tentang testing
laboratorium maupun lapangan.

I.2 Penyimpanan bahan / material.


 Bahan-bahan harus disimpan dengan suatu cara yang sedemikian
rupa untuk menjamin perlindungan kualitas.
 Bahan-bahan yang disimpan harus ditempatkan sedemikian rupa
yang mudah dapat diperiksa oleh Konsultan.
 Tempat penyimpanan harus bebas dari tumbuh-tumbuhan dan
puing, harus mempunyai drainase yang lancar.
 Bahan-bahan yang diletakan langsung diatas tanah tidak boleh
digunakan dalam pekerjaan kecuali tempat kerja tersebut telah
dipersiapkan dan diberi lapisan atas dengan suatu lapisan pasir
atau kerikil setebal 10 cm.
 Bahan-bahan harus disimpan dengan cara yang sedemikian rupa
untuk mencegah segregasi dan untuk menjamin gradasi yang
sesuai serta mengontrol kadar air. Tinggi maksimum tumpukan 5
m.
 Penumpukan berbagai ragam agregat untuk hotmix, beton, harus
dipisahkan dengan papan pembatas guna mencegah pencampuran
bahan-bahan.
 Tumpukan agregat harus dilindungi dari hujan untuk mencegah
kejenuhan agregat yang akan mengakibatkan penurunan kualitas.

Gambar I – 1 . Agregat dilindungi dari hujan

V -
Proposal Teknis

I.3 Cara pengangkutan material / campuran ke lokasi kerja.


 Konsultan dapat mengenakan pembatasan bobot pengangkutan
untuk perlindungan terhadap setiap jalan atau struktur yang ada
disekitar proyek.
 Pengangkutan hotmix perlu ditutup dengan bahan tebal guna
mempertahankan suhu campuran.
 Bilamana terjadi gangguan diantara operasi berbagai pekerjaan,
Konsultan akan mempunyai wewenang untuk memerintahkan
Kontraktor dan untuk menentukan urutan pekerjaan yang
diperlukan guna mempercepat penyelesaian seluruh proyek.

I.4 Pengujian material yang akan digunakan.


 Semua material dari setiap bagian pekerjaan akan di inspeksi oleh
Konsultan. Setiap saat Konsultan akan menginspeksikan material
yang akan digunakan berdasarkan atas jadual kerja Kontraktor.
 Walaupun bahan yang disimpan telah disetujui sebelum
penyimpanan, namun dapat diperiksa ulang dan ditest kembali
oleh Konsultan.
 Material yang akan digunakan harus ditest di laboratorium untuk
mendapat persetujuan dari Konsultan, jenis dan jumlah test
seperti yang disebutkan dalam spesifikasi.

I.5 Penyiapan job mix formula campuran.


Agar mendapatkan campuran yang baik dan memenuhi persyaratan
spesifikasi, sebelum pekerjaan dimulai perlu dibuatkan dahulu suatu
Job Mix Formula yang disetujui Konsultan, antara lain untuk
pekerjaan : Hotmix dan Beton.

I.6 Pengujian rutin laboratorium selama pelaksanaan.


Selama pelaksanaan seperti yang disebutkan dalam spesifikasi,
bahan-bahan atau campuran-campuran perlu dilakukan pengujian
rutin harian atau selama pekerjaan berlangsung guna menjamin
kualitas sesuai dengan persyaratan.
Jenis dan frekuensi / jumlah test rutin ini seperti yang disebutkan
dalam spesifikasi.

V -
Proposal Teknis

I.7 Test lapangan.


Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan, produk tersebut perlu
diadakan pengujian / test lapangan seperti apa yang disebutkan
dalam persyaratan pengujian.
Gambar I - 2 menunjukkan diagram pengendalian mutu guna
memperjelas uraian di atas.

I.8 Administrasi dan formulir-formulir.


Gambar I - 3 menunjukkan kelengkapan administrasi proyek yang
umum digunakan. Form-form yang diperlukan proyek antara lain
sebagai berikut dibawah ini :
 Buku direksi
 Time schedule
 MCo (Mutual Check Awal)
Disamping itu kami lampirkan pula contoh-contoh form untuk
pengendali mutu, request of work dan lain-lain :
 Request & shop drawing
 Laporan harian
 Laporan mingguan
 Risalah rapat
 Berita acara opname pekerjaan
 Record cuaca
 Photo dokumentasi
 Change order
 Addendum
 Monthly certificate (MC)
 PHO (Provinsial Hand Over) / FHO (Final Hand Over)
 Dan lain-lain disesuaikan dengan kebutuhan proyek.

V -
Proposal Teknis

PENGAWAS PROYEK KONTRAKTOR

Survey Lokasi Sumber Bahan

Penentuan Sumber Bahan

Permohonan Pemakaian Bahan

Pemeriksaan Mutu Bahan

Periksa Mutu Bahan Proses Pengelolaan Material

Proses Penyiapan Rumusan Kerja

IMB

Pelaksanaan Pekerjaan

Pengujian Mutu

Mutu Sesuai Spesifikasi Penanganan Perbaikan

Persetujuan Mutu Hasil Pekerjaan

Dokumentasi Mutu Hasil Pekerjaan

GAMBAR I.2.
FLOW CHART PENEGENDALIAN MUTU

V -
Proposal Teknis

TAHAP AWAL TAHAP PELAKSANAAN


TAHAP PEMBAYARAN
PHO FHO

Time Schedule Monyhly Certificate


MC0 Back - Up Quantity
Dokumen Kontrak Berita Acara PHO Berita Acara FHO
Request & Shop Drawing Back - Up Quality Control
Gambar Rencana Administrasi Kantor
Quantity Sheet
Struktur Organisasi Mutu ( Pengujian )
Laporan Harian
Buku Direksi Mutu ( Dimensi )
Laporan Mingguan
Defect & Deficiensies
Risalah Rapat
BA. Opname Pekerjaan
Record Cuaca
Foto Dokumentasi
Change Order
Addendum
Quality Control
As Built Drawing

GAMBAR I.3.
ADMINISTRASI PROYEK PERIODE PELAKSANAAN FISIK

J. Pengendalian Kuantitas

Pengawasan kuantitas (Quantity Control), akan mengecek bahan-bahan /


campuran yang ditempatkan atau yang dipindahkan oleh Kontraktor atau
yang terpasang. Konsultan akan memproses bahan-bahan / campuran
berdasarkan atas :
 Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi pembayaran.
 Metode perhitungan.
 Lokasi kerja.
 Jenis pekerjaan.
 Tanggal diselesaikannya pekerjaan.

Setelah produk pekerjaan memenuhi persyaratan baik kualitas maupun


elevasi dan persyaratan lainnya, maka pengukuran kuantitas dapat
dilakukan agar volume pekerjaan dengan teliti / akurat yang disetujui oleh

V -
Proposal Teknis

Konsultan sehingga kuantitas dalam kontrak adalah benar diukur dan


dibayar oleh Konsultan dan mendapat persetujuan Permberi Tugas
Beberapa pengukuran pekerjaan tersebut antara lain :
1. Pengukuran Meter Panjang (m’)
Pengukuran dapat dilakukan dengan meteran, yaitu panjang, setelah
penampang suatu konstruksi telah sesuai dengan gambar yaitu
dimensinya.
2. Pengukuran Meter Persegi (m2)
Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran, yaitu panjang
dan lebar setelah ketebalan memenuhi persyaratan tebal minimum atau
toleransi yang dibenarkan dalam spesifikasi.
3. Pengukuran Meter Kubik (m3)
Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran untuk
panjang dan lebar. Sedangkan untuk ketebalan dapat diukur dengan
alat ukur atau core drill (untuk hotmix), sehingga panjang, lebar, dan
tebal menghasilkan volume yang akurat.

4. Pengukuran Berat (ton)


Untuk pengukuran ton dapat dilakukan dengan dua cara :
 Pertama, yaitu penimbangan dengan timbangan atau Truck Scale
(missal Hotmix di AMP).
 Kedua, dengan pengukuran meter kubik dikalikan berat jenis bahan
tersebut (berat jenis dapat diketahui dari laboratorium).
Formulir untuk perhitungan kuantitas tersebut untuk semua item
pekerjaan dalam kontrak berupa Quantity Sheet dapat disiapkan
semuanya oleh Konsultan.

Gambar J – 1 menunjukkan diagram pengendalian volume pekerjaan guna


memperjelas uraian di atas.

V -
Proposal Teknis

PENGAWAS PROYEK KONTRAKTOR

Survey

Shop Drawing

Pemasoka

Ijin Pelaksanaan

Periksa

Volume Rencana

Pengawasan
Pelaksanaan Pekerjaan

Permohonan Pemeriksaan dan


Pengujuran Pekerjaan

Diperiksa Tim Pengawas

Pengawasan Pengukuran Volume Pekerjaan

Evaluasi Tim Pengawasan

Sesuai Volume Rencana

Dapat Dipertanggung
Lebih Dari Volume
Jawabkan Secara Teknis
Rencana ( Tidak diterima /

BA. Hasil
Konsep MC
Pengukuran

Diperiksa Konsultan

M
C GAMBAR J.1.
FLOW CHART PENEGENDALIAN VOLUME PEKERJAAN

V -
Proposal Teknis

K. Pengendalian Waktu

Di dalam proyek jalan, alat berat, tenaga kerja dan jumlah jam kerja
perhari adalah sangat erat sekali hubungannya dengan waktu pelaksanaan
penyelesaian pekerjaan.
Dibawah ini adalah bagaimana pengendalian waktu perlu mendapat
perhatian agar tidak terjadi perpanjangan waktu yang tidak perlu yang
akan memboroskan waktu, tenaga dan biaya.

1. Schedule Kontraktor

Sebelum pekerjaan dimulai Konsultan akan mengecek schedule


pelaksanaan yang dibuat Kontraktor.
Apakah rencana kerja progress pekerjaan yang ditargetkan sudah layak
dan realistis. Misalnya dalam musim hujan, target pekerjaan lebih kecil
bila dibandingkan pada musim kemarau untuk pekerjaan pengaspalan
misalnya untuk kondisi kerja yang sama.
Kemudian juga construction method, urutan kerja Kontraktor apakah
sudah sistematis, konsepsional dan benar.
Selanjutnya berdasarkan schedule Kontraktor yang sudah disetujui,
Konsultan Pengawas akan mengendalikan waktu pelaksanaan tersebut.
Dari time schedule tersebut bisa dijabarkan kedalam target harian,
sehingga setiap hari apakah target volume tersebut bisa tercapai atau
tidak, bila target volume tersebut tidak tercapai maka selisih volume
harus diprogramkan/dikejar untuk schedule hari berikutnya.
Dengan time schedule yang dibuat dan disetujui itu bila dilaksanakan
dengan sebagaimana mestinya dan dikendalikan dengan baik maka
diharapkan proyek bisa diselesaikan “on schedule”.

2. Alat Berat (Heavy Equipment)

Untuk mengerjakan pekerjaan jalan, diperlukan alat berat, bisa


kombinasi/beberapa jenis alat dan jumlah alat yang mencukupi.
Pertama harus diketahui/dihitung kapasitas alat, kalau alat tersebut
adalah suatu kombinasi, maka kapasitas yang diperhitungkan adalah
yang terkecil, misal untuk pengaspalan / overlay hotmix, maka alat yang
digunakan adalah AMP, Asphalt Sprayer, Ashpalt Finisher, Tendem

V -
Proposal Teknis

Roller, Pneumatic Tire Roller dan sejumlah Dump Truck. Dari alat
tersebut dihitung produksi nyata per jam, kemudian produksi terkecil
yang digunakan untuk evaluasi pengendalian waktu. Demikian pula
peralatan pekerjaan beton baik di batching plant maupun alat angkut
beton ke lapangan harus dianalisis kapasitasnya agar sesuai dengan
kebutuhan.
Untuk rencana sekian jam kerja per hari, apakah mampu alat tersebut
menghasilkan produk hotmix dan beton seperti volume yang
ditargetkan.
Bila tidak tercapai maka perlu tindakan-tindakan antara lain :
 Menambah jumlah alat, atau
 Menambah jam kerja / overtime.
Sedemikian hingga volume pekerjaan yang direncanakan bisa
diselesaikan dalam waktu yang ditentukan.
3. Tenaga Kerja

Demikian juga untuk tenaga kerja, untuk suatu pekerjaan diperlukan


tenaga kerja yang mencukupi, sehingga pekerjaan akan bisa
diselesaikan oleh tenaga kerja sesuai dengan jadual / waktu yang
ditentukan. Bila kondisi pekerjaan diperkirakan tidak bias diselesaikan,
maka tenaga kerja perlu ditambah atau kerja dua shift atau kerja
lembur / overtime.

4. Jumlah Jam Kerja

Untuk penyelesaian suatu pekerjaan, tergantung juga pada jam kerja


per hari. Jumlah jam kerja yang sedikit akan menghasilkan produk yang
lebih kecil dari pada bila per hari jam kerjanya lebih banyak.
Jam kerja perlu disesuaikan dengan kapasitas alat, tenaga kerja,
sedemikian hingga volume pekerjaan yang ditargetkan bisa diselesaikan.
Kalau suatu pekerjaan tidak bisa diselesaikan dalam satu hari siang,
maka perlu untuk kerja malam/over time.
Untuk administrasi pengendalian waktu, agar pengendalian dapat
dicapai secara optimal maka Konsultan memahami secara sugguh-
sungguh “Network Planning” yang umumnya telah dibuat oleh
Kontraktor dengan metode lintas kritis (Critical Path Method/CPM).

V -
Proposal Teknis

Mengingat sangat pentingnya time schedule ini dalam suatu pekerjaan


pengawasan, maka Konsultan akan menganalisa secara rutin time
schedule dari Kontraktor dan akan membantu Kontraktor dalam
mereview dan menyusun kembali time schedule tersebut bila memang
diperlukan.
Pengendalian schedule pelaksanaan lainnya dapat menggunakan
“Barchart/S-Curve” yang biasa dan juga dapat digunakan “Vector
Diagram” yang baik/cocok untuk pekerjaan jalan karena dapat
mengetahui/ menunjukkan lokasi dan waktu. Schedule ini, pada arah
“absis” menunjukkan lokasi atau STA, sedangkan arah “ordinat”
menggambarkan waktu.

L. Pengendalian Biaya Pelaksanaan Proyek

Didalam kontrak pelaksanaan pekerjaan tercantum :

 Biaya proyek.
 Estimated quantity/volume pekerjaan.
 Harga satuan pekerjaan.
Guna pengendalian biaya pelaksanaan proyek, hal-hal pokok yang perlu
diperhatikan antara lain sebagai berikut :
 Pengukuran hasil pekerjaan, perlu dilakukan dengan akurat dan benar-
benar sehingga kuantitas yang dibayar sesuai dengan gambar rencana.
Dengan demikian volume dalam kontrak tidak dilampaui yang pada
akhirnya biaya yang dikeluarkan sudah sesuai dengan yang
dianggarkan.
 Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan yang sudah diterima dari
segi pengukuran/kuantitas dan kualitas, sehingga biaya yang
dikeluarkan adalah benar-benar untuk pekerjaan yang sudah memenuhi
spesifikasi.
 Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan yang tercantum dalam
kontrak dan harga satuan pekerjaan yang sudah ada dalam kontrak
pelaksanaan, sehingga biaya proyek dibayarkan sesuai dengan item
pekerjaan yang ada dalam kontrak.

V -
Proposal Teknis

M. Pemeriksaan Monthly Certificate (MC)

Kontraktor harus menyerahkan suatu nilai estimasi dari pekerjaan yang


dilaksanakan kepada Site Engineer pada setiap akhir bulan yang berjalan,
yang selanjutnya disebut sebagai “sertifikat bulanan (Monthly Certificate –
MC)”, Format sertifikat bulanan harus sesuai dengan standar atau
diusulkan oleh Konsultan dan disetujui oleh Pemberi Tugas.
Site Engineer akan memeriksa kemajuan pekerjaan yang diajukan pada
sertifikat bulanan dan apabila telah dianggap sesuai dengan sebenarnya
yang telah terjadi di lapangan, selanjutnya dapat disetujui untuk
menandatangani bersama oleh wakil Kontraktor, Konsultan, dan Satker /
PK Fisik.
Prosedur pembuatan MC dapat dilihat pada diagram alir Gambar M-1.

KONSULTAN PENGAWAS
PEMBERI TUGAS PERSETUJUAN
KONTRAKTOR

SKPD / PK Sulawesi Tengah


Pembayaran MC
MC Site Engineer Quantity Engineer

Back - Up Quantity
Back - Up Quality

GAMBAR M.1.
FLOW CHART PROSEDUR SERTIFIKASI MONTHLY CERTIFICATE

V -
Proposal Teknis

N. Pemeriksaan Pembayaran Akhir

Tim Pengawas Teknik akan memeriksa kembali seluruh pembayaran yang


telah lalu. Pembayaran terdahulu yang sudah disetujui apabila terdapat
kesalahan masih dapat dikoreksi pada pembayaran berikutnya.

Dalam tahap pembayaran akhir, perlu diperiksa dan dievaluasi kuantitas


yang telah dibayar sebelumnya, sehingga kuantitas / volume yang dibayar
dalam pembayaran akhir merupakan final quantity yang benar.

O. Prosedur Perubahan (Contract Change Order)

Perubahan terhadap pekerjaan dapat dimulai oleh Engineer atau Kontraktor


dan harus disetujui dengan suatu Perintah Perubahan yang ditandatangani
oleh kedua belah pihak. Jika dasar pembayaran yang ditetapkan dalam
suatu Perintah Perubahan tersebut menyajikan suatu perubahan dalam
struktur Harga Satuan Jenis Pembayaran atau suatu perubahan yang
diperkirakan dalam Jumlah Kontrak, maka Perintah Perubahan harus
dirundingkan dan dirumuskan dalam suatu Addendum.

P. Sertifikat Penyelesaian Akhir

Bila Kontraktor menganggap pekerjaan akan selesai, termasuk semua


kewajiban dalam Periode Jaminan, maka Kontraktor harus membuat
permohonan untuk serah terima pertama.
Setelah penyelesaian dari setiap pekerjaan perbaikan yang diminta oleh
Panitia Serah Terima, dan dilanjutkan dengan pemeriksaan akhir terhadap
pekerjaan tersebut, maka Konsultan membantu mempersiapkan Sertifikat
Penyelesaian Akhir.

Q. Pernyataan Perhitungan Akhir

Kontraktor harus membuat permohonan untuk pembayaran perhitungan


akhir, bersama-sama dengan semua rincian pendukung sebagaimana
diperlukan oleh Engineer.
Setelah peninjauan kembali oleh Engineer dan jika diperlukan, amandemen
oleh Kontraktor, Engineer akan mengeluarkan suatu pernyataan
Perhitungan Akhir yang disetujui untuk pembayaran oleh Pemberi Tugas.

V -
Proposal Teknis

R. Addendum Penutup

Berdasarkan pada rincian Pernyataan Engineer mengenai Perhitungan


Akhir. Setelah memperoleh tanda tangan Kontraktor, Engineer akan
menyampaikan addendum penutupan tersebut kepada Pemberi Pekerjaan
untuk ditandatangani bersama-sama dengan Pernyataan Perhitungan Akhir
yang disetujui.

S. Manajemen Lalu-Lintas dan Keselamatan Kerja

Pekerjaan ini yang dengan volume lalu lintas yang cukup padat
memerlukan pengaturan lalu lintas dan metoda pelaksanaan yang lebih
khusus dan teliti, baik pada saat pelaksanaan pekerjaan survai maupun
pelaksanaan pekerjaan konstruksinya agar arus lalu lintas yang ada tetap
terjaga kelancarannya dan pemakai jalanpun merasa aman melewatinya
sesuai dengan tujuan dari pembangunan itu sendiri.
Manfaat yang didapatkan pada pemeliharaan lalu lintas yang baik selama
pelaksanaan memberikan keselamatan dan kenyamanan lalu lintas yang
lebih baik pula.
Situasi semacam itu sangat membantu untuk menghilangkan persoalan-
persoalan yann diakibatkan oleh kacaunya lalu lintas yang pada gilirannya
akan menghambat pelaksanaan pembangunan proyek itu sendiri.
Untuk itulah pada proyek pembangunan tersebut diatas perlu dibuat sistem
pengaturan lalu lintas yang baik dan memenuhi standar.
Penyajian rencana pemeliharaan lalu lintas selama masa pelaksanaan
pembangunan jalan dimaksudkan menyampaikan gambaran masalah yann
ada dan yang diperkirakan terjadi pada masa pelaksanaan.
Pada tahap pelaksanaan pembangunan, diperkirakan akan ada beberapa
aktivitas antara lain :

 Pemasangan pagar untuk pengaman dan kerapian pekerjaan pada


kedua sisi jalan.
 Pekerjaan perkerasan jalan.
 Pembongkaran beton.
 Pemasangan form work.
 Pengecoran beton.
 Pekerjaan tanah, menggali dan mengangkut keluar lokasi.
 Pekerjaan lainnya.

V -
Proposal Teknis

Semua kegiatan tersebut di atas jelas menjadi kendala bagi kelancaran dan
keselamatan kerja bagi pemakai jalan maupun bagi pekerja proyek.
Oleh sebab itu penanganan khusus sangat diperlukan agar tercapai hasil
yang optimal dan sesedikit mungkin akibat buru yang ditumbulkannya.
Untuk mengantisipasi pengurangan lebar jalur efektif, bahu jalan dibagian
luar yang sudah diperkeras bisa dipakai sebagai jalur lalu lintas khusus
untuk kendaraan penumpang sedan dan jeep atau sejenisnya dan alternatif
lain dengan membuat jalur baru dengan memanfaatkan areal yang kosong
disekitar lokasi pekerjaan tersebut.
Demikian pula mengenai penanganan pembuangan tanah hasil galian
haruslah dengan penanganan yang baik, misalnya dimana Dump Truck
harus masuk dan keluar dari lokasi proyek. Tidak kalah pentingnya dari
penanganan tersebut di atas adalah cara pemuatan dan transportasi
pembuangan tanah hasil galian haruslah memperhatikan wawasan
lingkungan.
Tanah yang dimuat di atas Dump Truck harus diberi penutup agar tidak
tercecer di atas permukaan jalan yang ada, sebab bila turun hujan akan
menjadi licin dan dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas yang pada
gilirannya menghambat arus lalu lintas yang ada.
Didalam pelaksanaan traffic management untuk proyek ini kriteria
penanganan dibagi menjadi 2 bagian :

1. Pelayanan Umum

Indikasi yang diperlukan dalam pelayanan umum adalah sebagai berikut


:
a. Efektivitas Sistem Informasi
Sistem informasi bersifat pemberitahuan kepada calon pemakai jalan
selama pelaksanaan yang tujuannya memberikan informasi bahwa
akan ada proyek pembangunan.
Sistem ini dapat diwujudkan dalam 2 media, yaitu :
 Melalui media cetak yang bersifat pengumuman.
 Pembagian “pamflet”

V -
Proposal Teknis

b. Mengurangi Kemacetan
Dalam mengatasi adanya kemacetan lalu lintas, dapat dilakukan
dengan perambuan sementara selama pelaksanaan pekerjaan dan
dengan menyiagakan satuan penanggulangan gangguan.

2. Keselamatan Kerja

Indikasi diperlukan dalam keselamatan kerja meliputi hal-hal sebagai


berikut :
a. Disiplin Kerja
 Pengendalian pelaksanaan di lapangan secara ketat dan terus
menerus dimonitor dengan perlengkapan komunikasi untuk dapat
saling berhubungan setiap saat dengan cepat.
 Pengendalian waktu dimaksudkan agar penyelesaian proyek sesuai
jadual yang telah ditetapkan.
b. Peniadaan Kecelakaan Fatal
 Pembuatan sesuai dengan standar perambuan.
 Pemasangan pagar pengaman yang juga berfungsi sebagai
penciptaan kerapian kerja sepanjang daerah proyek (kiri dan
kanan) dan diberi lampu-lampu agar mudah terlihat pada malam
hari.
Kecelakaan lalu lintas adalah aspek negatif dari meningkatnya mobilitas
transportasi. Keseimbangan antara mentalitas pengemudi, kemajuan
teknologi kendaraan dan penyediaan prasarana lalu lintas merupakan
unsur-unsur yang menentukan mobilitas transportasi yang semakin
dinamis, cepat dan semakin nyaman sesuai dengan tuntutan keadaan.
Ketidak seimbangan dari salah satu unsur tersebut di atas dalam
beradaptasi akan menyebabkan kesenjangan yang cenderung kepada
terjadinya kecelakaan.
Bekerja pada sebuah proyek jalan yang sedang beroperasi baik pada
tahapan perencanaan maupun tahap pelaksanaan menanggung resiko
tinggi pada terjadinya kecelakaan yang setiap saat bisa terjadi. Untuk
itulah maka diperlukan persyaratan keselamatan kerja pada pelaksanaan
proyek yang berbeda pada ruas jalan yang sedang beroperasi.

V -
Proposal Teknis

Dalam pelaksanaan proyek ada beberapa faktor keselamatan kerja yang


terkait antara lain : Faktor perambuan darurat, Sistem transportasi pada
lokasi proyek, Atribut pada tenaga kerja, Astek, Dan lain-lain.

Pada tahap pelaksanaan, yang mana banyak aktivitas jenis pekerjaan


yang ditangani dan melibatkan banyak tenaga yang bekerja, maka
keselamatan kerja dari pada semua eksponen terkait menjadi faktor
utama dari kelancaran progress yang hendak dicapai.
Pada tahap ini, gambaran pencapaian keselamatan kerja dapat
dijelaskan sebagai berikut :

1. Perambuan Darurat

Seperti pada tahap perencanaan, maka perambuan pada tahap


pelaksanaan pun mempunyai andil besar dalam keselamatan kerja
yang memberikan rasa aman dalam melaksanakan pekerjaan bagi
para pekerja yang berada pada daerah perambuan.
Rambu-rambu darurat yang diperlukan pada tahap pelaksanaan
misalnya rambu peringatan, rambu perintah dan larangan serta
rambu petunjuk, juga rubber cone serta lighting yang pengaturan
letak penempatan serta jaraknya seperti ditunjukkan pada keperluan
“rambu darurat”.
Disamping itu diperlukan pagar pembatas antara daerah kerja dan
lajur yang beroperasi yang diletakan sepanjang daerah kerja. Pagar
pembatas dicat dengan warna crossing “kuning-biru” dan pada setiap
jarak tertentu diberi tanda “spot light” atau cat berpendar yang bisa
terlihat bila kena sorot lampu pada malam hari. Bisa juga dengan
lampu-lampu sebagai pengganti spot light.
2. Sistem Transportasi Pada Lokasi Proyek

Pengaturan transportasi, adalah sebagai berikut :

 Pintu keluar/masuk kendaraan proyek pada daerah kerja


ditentukan, rute perjalanan pembuangan dibuat searah dengan
arus lalu lintas, pada prinsipnya tidak boleh ada arah crossing
sehingga tidak ada konflik. Dump truck yang menunggu giliran
pengangkutan, antri dan berderet ke belakang namun harus masih
tetap dalam area perambuan.

V -
Proposal Teknis

 Untuk pengangkutan tanah, tiap dump truck harus dilengkapi


dengan penutup bak belakang. Ini dimaksudkan agar tanah yang
diangkut tidak tercecer dimuka jalan, sebab tanah yang tercecer
tersebut sangat licin bila sedikit saja kena air hujan dan ini dapat
mengakibatkan kecelakaan fatal.

 Mobilisasi peralatan berat ke lapangan juga harus memperhatikan


keselamatan dari peralatan maupun operatornya, dan bila perlu
minta bantuan pengawal dari pihak kepolisian.

3. Atribut Pada Tenaga Kerja

Semua tenaga kerja disarankan mengenakan atribut yang mudah


dikenal dan terlihat dari jarak yang cukup jauh dan ini bisa terpenuhi
dengan pemakaian baju rompi refleksionis warna orange menyolok
yang harus selalu dikenakan pada saat melaksanakan tugas.

Penggunaan topi di lapangan juga dianjurkan, sebab sangat


membantu mengurangi keletihan akibat terik matahari. Bekerja pada
kondisi badan letih yang dipaksakan apalagi di jalan yang padat lalu
lintas yang beroperasi sangat membahayakan dan mengurangi
akurasi kerja.
4. Astek (Asuransi Tenaga Kerja)

Jaminan perlindungan keselamatan tenaga kerja pada daerah


beresiko tinggi adalah mutlak diperlukan. Setiap tenaga kerja
tersebut harus dijamin dengan asuransi tenaga kerja yang lebih
dikenal dengan Astek.

T. Pengaturan Lalu-Lintas Selama Kontruksi

1. Umum

a) Pertimbangan Lalu Lintas

Data lalu lintas adalah informasi utama dalam perencanaan


pengaturan lalu lintas untuk setiap tahap pelaksanaan konstruksi.
Data lalu lintas yang dibutuhkan meliputi (paling tidak) :

 Karakteristik lalu lintas (arah arus lalu lintas);

V -
Proposal Teknis

 Volume lalu lintas untuk setiap jenis kendaraan;


 Volume lalu lintas dipersimpangan (di setiap jalannya);
 Tipe kendaraan yang melewati proyek;
 Rute dan jadual bus kota; dan
 Rambu dan marka jalan yang ada.

b) Pertimbangan Kondisi Jalan yang Ada

Survai dan studi yang harus dilakukan untuk mengetahui kondisi jalan
yang ada secara lebih detail meliputi :

 Lebar tiap lajur;


 Klasifikasi dari lajur jalan;
 Jumlah lajur;
 Lokasi dan ukuran median;

c) Pertimbangan Kondisi Utilitas Umum

Jaringan listrik, pipa air bersih dan telepon yang ada saat ini harus
terlihat / tercantum dalam gambar rencana baik pada gambar denah
maupun profil bangunan. Hal lain yang penting adalah data yang
lebih detail tentang tipe, ukuran, jumlah dan elevasi dari jaringan
atau kabel harus diteliti bersama - sama dengan instansi yang terkait
secepat mungkin.
Berikutnya, selain tentang jaringan listrik, air bersih dan telepon,
informasi tentang sistem air buangan (kotor/limbah), saluran
drainase dan fasilitas lain di sepanjang jalan yang akan
mempengaruhi pelaksanaan konstruksi harus dipelajari dengan
seksama.
Semua penelitian dan survai tentang utilitas umum termasuk sistem
drainase dan fasilitas lain yang mempengaruhi konstruksi harus
dilaksanakan sebelum konstruksi dimulai.

2. Kriteria Pengaturan Lalu Lintas

a) Tujuan Pengaturan Lalu Lintas

Adalah tidak mungkin untuk menghilangkan gangguan pelaksanaan

V -
Proposal Teknis

konstruksi terhadap pemanfaat jalan dan penduduk yang tinggal di


sekitar proyek, untuk pekerjaan yang terletak di daerah lalu-lintasnya.
Oleh karenanya segala usaha harus dilakukan untuk mengurangi
gangguan terhadap lalu-lintas di lokasi pekerjaan. Semua kegiatan
konstruksi harus direncanakan dan dijadualkan secara baik dengan
bekerjasama dengan instansi yang berwenang dan instansi lain yang
terkait.
Semua bangunan sementara, pengaturan lalu-lintas dan
perlengkapannya (rambu lalu-lintas) serta fasilitas untuk keamanan
pemakai jalan, termasuk staff dan pekerja Kontraktor didalam areal
proyek, harus direncanakan, dibangun dan dipasang sesuai dengan
hukum, dan peraturan dari Dep.PU
b) Fasilitas untuk Pengaturan Lalu Lintas

Dalam mengadakan fasilitas konstruksi/pembangunan, dengan kata


lain, untuk mengatur lalu-lintas berikut ini peralatan keselamatan dan
fasilitas/rambu-rambu yang akan digunakan dan dipasang di lokasi
selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung.
 Klasifikasi Peralatan Pengaturan lalu lintas

Peralatan berikut, tetapi tidak terbatas hanya ini, yang akan


dipergunakan.
 Penghubung tetap;
 Penghubung yang dapat dipindah;
 Traffic Cones;
 Rambu-rambu konstruksi (yang bersifat tetap);
 Rambu konstruksi yang dapat dipindah-pindah;
 Rambu-rambu peringatan & marko reflektor;
 Lampu kedip (flasing light);
 Pagar (Fence);
 Orang pemegang bendera (pengatur); dan
 Papan (rambu) petunjuk.
 Pemasangan Peralatan

Item berikut ini akan diatur berdasarkan peraturan lalu-lintas


yang berlaku :

V -
Proposal Teknis

 Lokasi dan batas pemasangan peralatan dan rambu-rambu


 Batas transisi untuk pengaturan lalu-lintas
 Jarak antara cones dengan penghalang
 Pengaturan/pemasangan pagar
 Pemasangan Rambu-rambu Darurat Pekerjaan

Agar lalu-lintas lebih teratur, maka perlu dipasang rambu-rambu


darurat pekerjaan dengan jarak-jarak yang sudah ditetapkan.

c) Penanganan dan Pengaturan Terhadap Jaringan Utilitas yang Ada

Tiga langkah utama yang akan dilakukan dalam menangani jaringan


utilitas yang berada di lokasi proyek adalah :
 Pemindahan Permanen (Tetap)

Pemindahan permanen dari jaringan utilitas akan dilakukan oleh


instansi yang bersangkutan (atau perumahan seperti PLN, PDAM
dan lain-lain) yang memiliki utilitas tersebut.
 Pemindahan Sementara Selama Masa Konstruksi

Pemindahan sementara selama masa konstruksi dan dikembalikan


ketempat semula atau ketempat yang baru setelah masa
konstruksi selesai akan dilakukan oleh instansi (perusahaan) yang
memiliki utilitas tersebut.
 Peralatan Pengamanan Khusus Akan Diberikan Kepada Jaringan
Utilitas Selama Masa Konstruksi

Untuk hal ini tidak diperlukan lahan atau tempat khusus untuk
relokasi baik untuk sementara maupun menetap, pengamanan
khusus untuk menghindari kerusakan dari utilitas tersebut akan
dilakukan oleh Kontraktor .

Disamping itu, jika sistem drainase yang ada, saluran di sisi jalan
dan fasilitas drainase lainnya terganggu atau rusak selama masa
konstruksi, semua sistim dan fasilitas ini harus diperbaiki oleh
Kontraktor sesuai dengan standard dan kebutuhan instansi
pemerintah yang berwenang.

V -
Proposal Teknis

3. Urutan Pelaksanan Konstruksi dan Pengaturan Lalu Lintas

Rencana pengaturan lalu-lintas harus dibuat sesuai dengan tahapan dan


program pelaksanaan pembangunan. Pengaturan lalu-lintas akan
meliputi, walaupun tidak terbatas pada hal-hal berikut :

 Untuk pelaksanaan pembangunan, lokasi dan areal yang dibutuhkan


seminimum mungkin dengan cara pemasangan peralatan dan rambu-
rambu lalu-lintas.
 Rencana penempatan peralatan dan rambu lalu-lintas untuk setiap
tahapan konstruksi.
 Pengalihan lalu-lintas, arus lalu lintas.
 Ringkasan tentang rencana pengaturan lalu-lintas untuk setiap
tahapan konstruksi termasuk klasifikasi (tipe), jumlah dan dimensi
dari penghalang, traffic cones, rambu konstruksi, lampu kedip,
marka, dan lain-lain.

4. Penerapan (Pelaksanaan)

a) Rencana Pengaturan Lalu Lintas

Pelaksanaan konstruksi dalam sub koridor ruas jalan yang akan


dibangun harus diteliti secara menyeluruh untuk kemudian menyusun
rencana pengaturan lalu lintas yang dibutuhkan.
Rencana pengaturan lalu lintas harus sedemikian rupa sehingga
masih layak untuk dilaksanakan dan memberi dampak yang baik
terhadap lalu lintas, selama pengembangan ruas jalan yang ada.
b) Pemberitahuan Tentang Rencana Pengaturan Lalu Lintas

Bila rencana pengaturan lalu lintas yang meliputi komponen proyek,


pembatasan areal untuk setiap tahapan, jalan sementara, alternatif
pengalihan, batasan kecepatan dan peralatan pemberitahuan dan
peringatan lainnya telah dibuat dan disetujui oleh instansi pemerintah
yang berwenang, maka rencana tersebut harus diumumkan baik
melalui radio, atau media komunikasi lain yang dapat diketahui oleh
pemanfaat jalan, penduduk setempat dan pekerja Kontraktor.
Dengan pengumuman ini, setiap pengendara mobil, pejalan kaki,
penduduk disekitarnya dan juga pekerja Kontraktor akan mengetahui
dan mengerti tentang rencana pengaturan lalu lintas ini, sehingga

V -
Proposal Teknis

akan mengurangi gangguan terhadap lalu lintas.


c) Pembentukan Grup Koordinasi Lalu Lintas

Grup Koordinasi Pengaturan Lalu Lintas (GKPL) harus memperhatikan


tentang Strategi Rencana Pengaturan Lalu Lintas untuk mengurangi
gangguan akibat pelaksanaan konstruksi paket dalam proyek ini.
GKPL harus dibentuk dari perwakilan instansi-instansi seperti berikut
ini :
 DISHUB;
 PEMDA setempat;
 Staf Satker / PK Fisik;
 Kepolisian;
 Konsultan Supervisi; dan
 Kontraktor.
Sebelum pelaksanaan konstruksi, rencana dan faktor utama dalam
pengaturan lalu lintas harus didiskusikan dan disetujui oleh GKPL.
Selama masa konstruksi GKPL harus mengadakan pertemuan secara
berkala atau saat lain yang dianggap penting untuk mendiskusikan
dan kesepakatan untuk setiap masalah pengaturan lalu lintas.
Jika GKPL tidak dapat mengambil keputusan (kesepakatan), masalah
ini harus dibawa ke forum yang lebih tinggi agar pelaksanaan
konstruksi dapat berjalan dengan lancar .

d) Pembentukan Grup Koordinasi Utilitas

Grup Koordinasi Utilitas (GKU) harus memperhatikan masalah relokasi


yang merupakan hal penting dalam pelaksanaan konstruksi paket
proyek ini. GKU harus terdiri dari wakil-wakil pemerintah, wakil dari
perusahaan pengelola utilitas (PLN, PDAM dll), Konsultan Supervisi
dan Kontraktor. Setiap persoalan utilitas harus didiskusikan, disetujui
dan diputuskan oleh semua anggota GKU.

e) Kerjasama yang Baik Antar Bagian yang Terlibat

Hal yang harus diperhatikan, berhasil atau tidaknya pengaturan lalu


lintas ini bergantung pada kerjasama yang baik antara pengendara

V -
Proposal Teknis

kendaraan, pejalan kaki, penghuni setempat dan pekerja Kontraktor


yang akan terkena langsung oleh rencana pengaturan lalu lintas.
Rencana pengaturan lalu-lintas harus disesuaikan dengan situasi
lapangan dari waktu ke waktu pada setiap tahap pelaksanaan
konstruksi. Perbaikan dari Rencana Pengaturan Lalu-lintas harus
disetujui dan disepakati oleh Konsultan dan GKPL.
Konsultan Supervisi harus memonitor dan mengontrol secara rutin
apakah peralatan pengatur lalu-lintas beserta rambu-rambunya
benar- benar dilakukan oleh Kontraktor.
Sebagai tambahan, biaya yang cukup (ongkos) harus disediakan
agar Kontraktor dapat memasang peralatan pengaturan lalu-lintas
baik dalam jumlah maupun variasi (tipe) sesuai dengan Rencana
Pengaturan lalu-lintas yang telah disepakati oleh semua pihak
(GKPL) dan disetujui oleh DLLAJ agar pengaturan lalu-lintas dapat
dilaksanakan secara optimum agar pelaksanaan konstruksi di
lapangan dapat berjalan dengan lancar.
Mengingat pentingnya Astek pada pelaksanaan pekerjaan tersebut
maka Astek tidak bisa dipisahkan dari dokumen kontrak, jadi
merupakan satu kesatuan dalam dokumen kontrak.

U. Pengaturan Tentang Pekerjaan Fisik Proyek

a. Pematokan dan Pengukuran


Suatu pembangunan membutuhkan pelaksanaan seluruh elemen-
elemennya pada posisi yang benar.
Untuk memindahkan suatu Gambar Rencana dari atas kertas ke suatu
bangunan di lapangan, maka dibutuhkan :
 Disana harus ada sejumlah titik kontrol pengukuran yang harus
dikaitkan pada suatu sistem koordinat yang tetap;
 Perencanaan konstruksi harus dikaitkan pada sistem koordinat yang
sama.

Apabila terdapat ketidak-jelasan informasi dan menimbulkan keraguan


interpretasi, maka Pengawas Lapangan harus menghubungi perencananya
untuk mendapatkan kejelasan. Kontraktor bertanggung jawab dalam
penentuan dan pematokan secara keseluruhan, sedang Pengawas

V -
Proposal Teknis

Lapangan harus memastikan bahwa Kontraktor mendapatkan informasi


yang tepat serta menyiapkan titik-titik kontrol yang dipasang.
Pengukuran Horizontal
Pengukuran horizontal didasarkan baik pada sistem kontrol garis ataupun
sistem koordinat, namun bila dibutuhkan dapat merupakan kombinasi dari
kedua sistem diatas.
Pengukuran Vertikal
Ketinggian permukaan tanah dapat diukur dari titik Bench Mark. Geometri
vertikal garis kontrol biasanya telah ditentukan. Data ini merinci rangkaian
titik tangen vertikal, ketinggian dan kemiringan permukaan akhir.
Titik Kontrol Survai
Suatu jaringan titik kontrol survai ditentukan untuk mencakup seluruh
daerah proyek, dan ditempatkan pada posisi yang tepat didalam pekerjaan
konstruksi. Jarak antara titik-titik kontrol dianjurkan kira-kira 50 meter.
Titik-titik kontrol survai sebaiknya berada dekat dengan lokasi pekerjaan
tetapi bebas dari area kegiatan, dimaksudkan untuk menghindari
kemungkinan adanya pergeseran posisi akibat aktivitas pekerjaan termasuk
pengoperasian dari peralatan. Untuk itu letak titik-titik kontrol tersebut
harus selalu dicek secara teratur. Perubahan letak titik kontrol juga dapat
terjadi pada dasar tanah, pada timbunan pelapisan tanah yang mudah
mampat atau proses dalam tanah itu sendiri, seperti proses yang terjadi
akibat besarnya variasi kadar kelembaban.
Penentuan Elemen-elemen Struktur
Letak dari elemen-elemen utama ditentukan berdasarkan pada sistem
referensi yang digunakan.
Titik offset referensi harus ditetapkan untuk tiap pilar dan kepala jembatan.
Letak dan jarak offset tiap-tiap titik referensi harus hati-hati diputuskan dan
dikenali di lapangan dan untuk menyiapkan tahap penentuan kembali yang
mudah bagi letak pilar dan kepala jembatan selama pelaksanaan pekerjaan
sehingga titik-titik ini tidak terganggu.
Letak elemen-elemen kecil lain seperti kerb, parapet, galian drainase
ditentukan berdasarkan pada letak elemen-elemen dengan
mempertimbangkan pengukuran.
Penempatan dan pematokan letak elemen-elemen yang telah ditentukan
harus diperiksa. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara terpisah dan

V -
Proposal Teknis

dilakukan oleh Staf Engineer dengan menggunakan peralatan lain yang


berbeda dengan peralatan yang digunakan pada saat penempatan dan
pematokan awal.
Bagi Kontraktor yang melaksanakan pemeriksaan ulang atas hasil
pekerjaannya sendiri, dianjurkan untuk menggunakan metoda lain yang
berbeda dengan metoda yang telah digunakan pada saat awal
penempatan dan pematokan. Untuk menghindari kesalahan dari ketidak-
tepatan identifikasi patok, ketidak-tepatan penandaan atau kesalahan
dalam melaksanakan survai, maka pengukuran jarak dan beda tinggi
dilakukan dengan memeriksa hasil pekerjaan dari titik awal suatu sisi
sampai pada titik akhir pada sisi yang lain, kemudian diikatkan pada titik
kontrol hasil survai pertama. Pemeriksaan ini tidak diperkenankan
dilakukan hanya dengan mengukur dari satu titik akhir saja atau dua titik
akhir pada sisi yang terpisah.
Penentuan dan pematokan posisi pondasi merupakan yang paling kritis.
Beberapa unsur-unsur penting seperti jarak antara beton kopel tiang (pile
cap) harus selalu diperiksa ulang sesuai dengan ukuran bangunan atas,
sebelum pekerjaan konstruksi dimulai, terutama bila bangunan atas tidak
horizontal.
Pada penentuan dan pematokan kolom-kolom, ketegakan dapat dikontrol
dari pangkal kolom yang dibuat secara akurat, pengukuran dengan unting-
unting atau bila mungkin dapat dilakukan dengan Theodolit 2 arah.
Ketinggian kolom juga dapat dikontrol dengan pita ukur atau dengan cara
pengukuran beda tinggi (levelling).
Posisi horizontal Crosshead dapat ditentukan dari titik tetap di puncak
kolom menggunakan koordinat-koordinat atau dari posisi garis poros yang
ditransfer dari dasar dengan menggunakan Theodolit.
Untuk landasan, ditempatkan secara tepat pada dasarnya yang telah diberi
tanda garis tengah. Beberapa perencanaan mensyaratkan balok atau
gelegar didukung pada landasan sementara. Penentuan landasan
sementara dilakukan dengan cara yang sama seperti landasan yang tetap.
Titik-titik untuk penentuan balok dan gelegar dipindahkan dari permukaan
tanah ke balok melintang (cross head).
Pengukuran horizontal lantai ditentukan dari garis tengah yang ditransfer
ketempat yang sesuai pada pekerjaan tetap seperti balok melintang (cross

V -
Proposal Teknis

head), dinding, pelat lantai dan sebagainya.


b. Material / Bahan
Beton Semen
Konsultan Supervisi harus memastikan bahwa Kontraktor memenuhi syarat-
syarat teknik yang berhubungan dengan pemakaian, penyimpanan dan
umur semen.

Agregat
Pemilihan agregat yang sesuai sangat penting pada produksi beton yang
baik. Agregat beton harus terdiri dari partikel-partikel yang bersih, keras
dan tahan serta cukup kuat untuk menahan beban yang diterima oleh
beton. Pada umumnya, agregat tersebut terdiri dari pasir atau kerikil alam,
atau batu pecah.
Agregat beton harus :
 Cukup kuat dan keras untuk dapat menghasilkan beton dengan
kekuatan tekan yang memenuhi syarat, dan tahan terhadap abrasi;
 Bersih atau bebas dari kotoran seperti zat-zat organik, karena dapat
menghambat pembekuan dan pengerasan beton. Tidak mengandung
lanau dan lempung karena dapat memperlemah beton. Partikel-
partikel yang lemah dan lunak dapat mengurangi kekuatan beton dan
dapat hancur bila terbuka terhadap cuaca. Lempung atau bahan lemah
lainnya yang menutupi permukaan agregat dapat mengurangi ikatan
antara agregat dan pasta elemen.
Gradasi
Agregat yang bergradasi baik akan menghasilkan beton yang mudah
dikerjakan agregat yang tidak memenuhi gradasi yang disyaratkan
cenderung untuk terjadi pemisahan (segregation) dan airnya akan
merembes keluar (bleeding).
Gradasi pasir dimana satu atau dua ukuran partikel sangat dominan harus
dihindarkan. Pasir demikian mempunyai kadar udara yang besar, oleh
karena itu memerlukan pasta semen dalam jumlah besar untuk dapat
menghasilkan campuran yang dapat dikerjakan dengan baik.
Bentuk Partikel dan Tekstur Permukaan
Bentuk partikel dan agregat akan kemampuan pengerjaan pada beton.
Partikel serpihan (flakey) bersudut tidak hanya menyulitkan dalam

V -
Proposal Teknis

pengerjaan tetapi juga menyebabkan pemisah, maka harus dihindari.


Kekuatan maksimum, dengan sedikit kesulitan dalam pengerjaan, akan
dihasilkan oleh agregat pecah (crushed) dengan pelekatan permukaan dan
mempengaruhi antara muka batuan yang tidak rata.
Ukuran Maksimum
Penghematan yang paling besar didapatkan bila ukuran agregat maksimum
terbesar digunakan. Faktor-faktor yang membatasi gradasi adalah
kemampuan peralatan pengaduk, pengangkat dan pengecoran untuk dapat
menangani ukuran-ukuran lebih besar, dan jarak bebas (spacing) antara
acuan dan tulangan. Ukuran agregat maksimum tidak boleh melebihi dua
pertiga jarak bebas antara tulangan atau tiga perempat selimut beton
hingga penulangan. Dalam syarat-syarat teknik, penggunaan beton pada
berbagai bagian pekerjaan diberi batasan yang menggambarkan batas-
batas tersebut.
Air
Air yang dipakai untuk beton tidak boleh mengandung garam, larutan zat
organik, atau bahan lain yang akan mengganggu hidrasi semen.
Air yang dapat diminum biasanya memuaskan. Jika ada keraguan, suatu
batch percobaan beton harus dibuat dan diuji untuk membandingkan
tingkat pengerasan dan kekuatan ultimatenya dengan beton serupa yang
dibuat dengan air murni I segar.
Air bau tidak boleh digunakan menyebabkan korosi pada penulangan,
karena menyebabkan korosi pada penulangan.
Udara
Kehadiran rongga didalam beton sangat mengurangi kekuatannya. Jumlah
sekecil 5 persen dapat mengurangi kekuatan dengan 30 persen, dan 2
persen dapat mengurangi kekuatan 10 persen.
Rongga pada beton adalah :
 Gelembung udara yang tertahan, atau
 Ruangan yang tertinggal setelah air berlebihan dihilangkan, hal ini
tergantung pada ratio semen air (water cement ratio) dari campuran
Telah biasa dilaksanakan untuk entrain udara hingga 8 persen dalam beton
dengan menggunakan campuran tambahan yang sesuai. Gelembung udara
tersebut jauh lebih kecil (0,05 mm) dari pada gelembung yang secara tidak
sengaja masuk atau tertahan, dan terpisah-pisah sehingga tidak berbentuk
saluran untuk lewatnya air dan permeabilitas beton tidak bertambah.

V -
Proposal Teknis

c. Penyimpanan
Bahan Semen
Harus disimpan didalam gudang semen atau bangunan tahan cuaca dan
teratur agar dapat digunakan dengan urutan sesuai pengiriman. Semen
yang disimpan lebih dari empat bulan harus diuji kembali sebelum
digunakan.
Agregat
Agregat harus disimpan dalam bak (bin) atau tempat penimbunan
(stockpile) berdekatan dengan pekerjaan dengan tiap ukuran dipisah dari
ukuran lainnya secara pasti untuk mencegah saling tercampur. Lantai
penimbunan harus kering dan dilapisi kerikil atua bahan untuk mencegah
bercampurnya timbunan dengan tanah.
Daftar Simak Pemeriksaan
Sebuah daftar simak untuk pemeriksaan sekur jenis perancah kerja
(scaffolding) adalah :
 Periksa agar terdapat landasan atau dasar yang kuat di bawah kaki tiap
kerangka pada pekerjaan itu dan bahwa pondasi cukup kering/ada
drainase;
 Periksa agar semua pelat dasar atau sekrup-sekrup penyesuaian rapat
pada landasan atau dasar tersebut. Semua sekrup penyesuaian harus
rapat terhadap kaki kerangka;
 Harus diperoleh kopi dari gambar layout perancah. Pastikan bahwa jarak
antara (spacing) menara dan jarak antara penguat melintang menara
tidak melebihi jarak antara pada gambar. Bila perlu variasi dari layout
karena masalah di lapangan, dibicarakan dengan Engineer yang
membuat gambar untuk mendapatkan persetujuan perubahan layout;
 Kerangka harus diperiksa untuk alinemen pada kedua arah. Toleransi
maksimum untuk kerangka yang kurang tegak adalah 1 : 300. Jika
kerangka melampaui toleransi ini, dasar kerangka harus disesuaikan
sampai memenuhi batas toleransi;
 Periksa agar tidak terdapat celah (gap) pada ruas sambungan vertikal
atau sambungan pada kerangka. Adanya celah mungkin berarti adanya
distorsi atau letak dasar tidak tepat;
 Semua kerangka harus saling dihubungkan pada semua menara
penguat melintang berada di tempat;

V -
Proposal Teknis

 Pada waktu memeriksa penguat melintang, periksa pula alat pengunci


untuk memastikan bahwa semua alat tersebut sudah tertutup atau
rapat.
d. Pekerjaan Jalan/Pavement
 Penentuan Batas-batas Pekerjaan
Sebelum pekerjaan dimulai perlu diadakan pengukuran, khususnya
berkenaan dengan ukuran lebar jalan, lokasi jalan, elevasi permukaan
dan struktur drainase.
Kontraktor dan Konsultan akan mencapai persetujuan terlebih dahulu
mengenai ketepatan pengukuran agar hasil pekerjaan sesuai dengan
Gambar kontrak.
 Pekerjaan Pengaspalan / Hotmix
Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan suatu lapisan hotmix, campuran
tersebut harus dicampur dalam Asphal Mixing Plant, dihampar dan
dipadatkan pada suatu permukaan yang disetujui oleh Konsultan.

Pelapisan aspal direncanakan dengan menggunakan prosedur khusus


yang diberikan dalam spesifikasi, untuk menjamin bahwa asumsi-asumsi
rencana mengenai kadar aspal efektif, rongga udara, stabilitas, dan
ketebalan lapisan aspal benar-benar terpenuhi.
Equipment yang digunakan pada umumnya terdiri dari Asphalt Mixing
Plant, Asphalt Sprayer, Asphalt Finisher, Tendem Roller, Pneumatic Tire
Roller dan Dump Truck.

V -
Proposal Teknis

Gambar U – 1 . Peralatan penghampar campuran aspal panas (asphalt finisher)


tipe
Roda Ban (Wheel type)

Untuk mendapatkan campuran hotmix yang memenuhi spesifikasi, test-


test antara lain sebagai berikut ini perlu dilaksanakan :
a. Marshall test;
b. Extraction test;
c. Suhu campuran;
d. Density;
e. Core drill;
f. Dan lain-Iain yang disebutkan dalam spesifikasi.

 Jenis dan Fungsi Lapisan Perkerasan


Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan
diatas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut
berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas dan menyebarkannya ke
lapisan dibawahnya.
Konstruksi perkerasan terdiri dari :
a. Lapisan Permukaan (Surface
Course) Lapis permukaan berfungsi
sebagai :
 Lapis perkerasan penahan beban roda;
 Lapis kedap air;
 Lapis aus;
 Lapis yang menyebarkan beban ke lapisan bawah.
Jenis lapisan permukaan yang umum dipergunakan di Indonesia
antara lain : Wearing Course.
b. Lapisan Pondasi Atas (Base Course)
Fungsi lapisan pondasi atas ini antara lain sebagai :
 Menahan gaya lintang beban roda dan menyebarkan beban
kelapisan dibawahnya;
 Lapisan peresapan;
 Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Jenis lapis pondasi atas yang umum dipergunakan di Indonesia
antara lain :
 Aspal beton (Asphalt Concrete Base/Asphalt Treated Base);

V -
Proposal Teknis

 Agregat bergradasi baik : Batu pecah kelas A;


 Stabilisasi : Cement treated base, Lime treated base.
c. Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)
Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai
:
 Menyebarkan beban roda ke tanah dasar;
 Efisiensi penggunaan material;
 Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih mahal;
 Lapis peresapan;
 Lapis pertama agar pekerjaan dapat berjalan lancar;
 Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar
naik ke lapis pondasi atas.
Jenis lapisan pondasi bawah yang umum sering dipergunakan:
 Agregat bergradasi baik : Batu pecah kelas B;
 Stabilitasi : Cement treated subbase, Lime treated subbase, Soil
cement stabilization, Soil lime stabilization.
d. Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika
tanah aslinya baik, tanah baik yang didatangkan dari tempat lain
dan dipadatkan.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat
ditentukan oleh sifat-sifat daya dukung tanah dasar.

Konstruksi Perkerasan
Tanah Dasar
 Tanah dasar yang baik untuk konstruksi perkerasan jalan adalah
tanah dasar yang berasal dari lokasi itu sendiri atau didekatnya,
yang telah dipadatkan sampai tingkat kepadatan tertentu sehingga
mempunyai daya dukung yang baik serta berkemampuan
mempertahankan perubahan volume selama masa pelayanan
walaupun terdapat perbedaan kondisi lingkungan.
 Sifat masing-masing jenis tanah tergantung dari tekstur,
kepadatan, kadar air, kondisi lingkungan, dan lain sebagainya.
Agregat
Agregat batuan merupakan komponen utama dari Iapisan
perkerasan jalan yaitu mengandung 92 - 95% agregat berdasarkan
persentase berat.

V -
Proposal Teknis

Dengan demikian daya dukung, keawetan dan mutu perkerasan jalan


ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran agregat
dengan material lain.
Sifat dan kualitas agregat menentukan kemampuannya dalam
memikul beban lalu lintas. Sifat agregat yang menentukan
kualitasnya sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan dapat
dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu:
 Kekuatan dan keawetan (strength dan durability) lapisan
perkerasan dipengaruhi oleh : gradasi, ukuran maksimum, kadar
lempung kekerasan dan ketahanan, bentuk butir, tekstur
perrnukaan.
 Kemampuan dilapisi aspal dengan baik, dipengaruhi oleh
porositas, kernungkinan basah dan jenis agregat.
 Kemudahan dalarn pelaksanaan dan rnenghasilkan lapisan yang
nyaman dan aman, dipengaruhi oleh : tahanan geser (skid
resistance), carnpuran yang rnernberikan kernudahan dalarn
pelaksanaan (workability).
Gradasi
Gradasi atau distribusi partikel-partikel berdasarkan ukuran agregat
merupakan hal yang penting dalam menentukan stabilitas
perkerasan.
Gradasi agregat mempengaruhi besarnya rongga antar butir yang
akan menentukan stabilitas dan kemudahan dalam proses
pelaksanaan.
Gradasi agregat dapat dibedakan atas :
 Gradasi Seragam (Uniform Graded)
Adalah agregat dengan ukuran yang hampir sama atau
mengandung agregat halus yang sedikit. Gradasi seragam disebut
juga gradasi terbuka. Agregat dengan gradasi seragam akan
menghasilkan lapisan perkerasan dengan sifat permeabiitas tinggi,
stabilitas kurang dan berat volume kecil.
 Gradasi Rapat (Dense Graded)
Merupakan campuran agregat kasar dan halus dalam porsi yang
berimbang, sehingga dinamakan juga agregat bergradasi baik
(well graded). Agregat dengan gradasi rapat akan menghasilkan

V -
Proposal Teknis

lapisan perkerasan dengan stabilitas tinggi, kurang kedap air,


sifat drainase jelek dan berat volume besar.
 Gradasi Buruk (Poorly Graded)
Merupakan campuran agregat yang tidak memenuhi 2 kategori
diatas. Agregat bergradasi buruk yang umum digunakan untuk
lapisan perkerasan lentur yaitu gradasi senjang (gap graded),
merupakan campuran agregat dengan 1 fraksi hilang atau sedikit
sekali. Agregat dengan gradasi senjang akan menghasilkan
lapisan perkerasan yang mutunya terletak antara kedua jenis di
atas.
 Kadar lempung
Lampung mempengaruhi mutu campuran agregat dengan aspal,
karena :
 Lempung membungkus partikel-partikel agregat sehingga
ikatan antara agregat dan aspal berkurang.
 Luas daerah yang harus diselimuti aspal bertambah.
 Tipisnya lapisan aspal mengakibatkan lapisan mudah
teroksidasi sehingga lapisan cepat rapuh/getas.
 Lempung cenderung menyerap air yang berakibat hancurnya
lapisan aspal.
 Daya Tahan Agregat
Daya tahan agregat adalah ketanahan agregat untuk tidak hancur
/ pecah oleh pengaruh mekanis ataupun kimia.
 Bentuk dan Tekstur Agregat
Bentuk dan tekstur mempengaruhi stabilitas dari lapisan
perkerasan yang dibentuk oleh agregat tersebut.
 Partikel agregat bulat saling bersentuhan dengan luas bidang
kontrak kecil sehingga menghasilkan daya interlocking yang
lebih kecil dan lebih mudah tergelincir.
 Partikel agregat berbentuk lonjong mempunyai sifat
interlocking hampir sama dengan yang berbentuk bulat.
 Partikel berbentuk kubus mempunyai bidang kontak yang lebih
luas, memberikan interlocking/saling mengunci yang lebih
besar, dengan demikian kestabilan yang diperoleh lebih besar
dan lebih tahan terhadap deformasi yang timbul. Agregat

V -
Proposal Teknis

berbentuk kubus ini paling baik digunakan sebagai bahan


konstruksi perkerasan jalan.
 Agregat berbentuk pipih mudah pecah pada waktu
pencampuran, pemadatan, ataupun akibat beban lalu lintas,
oleh karena itu banyaknya agregat pipih ini dibatasi dengan
menggunakan nilai indeks kepipihan yang disyaratkan.
 Daya Lekat Terhadap Aspal
Faktor yang mempengaruhi lekatan aspal dan agregat dapat
dibedakan atas 2 bagian yaitu :
 Sifat mekanis yang tergantung dari : Pori-pori dan absorbsi,
bentuk dan tekstur permukaan, ukuran butir.
 Sifat kimiawi dari agregat.
 Berat Jenis (Specific Gravity)
Besarnya berat jenis agregat penting dalam perencanaan
campuran agregat dengan aspal karena umumnya direncanakan
berdasarkan perbandingan berat dan juga untuk menentukan
banyak pori. Agregat dengan berat jenis yang kecil mempunyai
volume yang besar sehingga dengan berat yang sama
membutuhkan jumlah aspal yang lebih banyak. Disamping itu
agregat dengan kadar pori besar membutuhkan jumlah aspal
yang banyak.
Aspal
Sebagai salah satu material konstruksi perkerasan lentur, aspal
merupakan salah satu komponen kecil, umumnya 4 - 8%
berdasarkan berat, tetapi merupakan komponen yang relatif
mahal. Sifat aspal akan berubah akibat panas dan umur, aspal
akan menjadi kaku dan rapuh dan akhirnya daya adhesinya
terhadap partikel agregat akan berkurang. Perubahan ini dapat
diatasi / dikurangi jika sifat-sifat aspal dikuasai dan dilakukan
langkah-langkah yang baik dalam proses pelaksanaan.
Aspal minyak dapat dibedakan :
 Aspal keras / panas (Asphalt Cement = AC).
 Aspal dingin / cair (Cut Back Asphalt) : RC (Rapid Curing cut
back), MC (Medium Curing cut back), SC (Slow Curing cut
back). Aspal emulsi (Emulsion Asphalt).

V -
Proposal Teknis

Aspal yang dipergunakan pada konstruksi perkerasan jalan


berfungsi sebagai :
 Bahan pengikat;
 Bahan pengisi.
Berarti aspal haruslah mempunyai daya tahan (tidak cepat rapuh)
terhadap cuaca, rnernpunyai adhesi dan kohesi yang baik dan
memberikan sifat elastis yang baik.
Bahan Aditif Anti Pengelupasan
Aditif kelekatan dan anti pengelupasan ( anti striping agent) harus
ditambahkan dalam bentuk cairan kedalam campuran agregat
dengan mengunakan pompa penakar (dozing pump) pada saat
proses pencampuran basah di pugmil. Kuantitas pemakaian aditif
anti striping dalam rentang 0,2% - 0,3 % terhadap berat aspal.
Anti striping harus digunakan untuk semua jenis aspal tetapi tidak
boleh tidak digunakan pada aspal modifikasi yang bermuatan
positif. Jenis aditif yang digunakan haruslah yang disetujui Direksi
Pekerjaan. Penyediaan aditif dibayar terpisah dari pekerjaan aspal.

Aspal Beton Campuran Panas (Hotmix)


Hotmix merupakan salah satu jenis dari lapis perkerasan lentur.
Jenis perkerasan irii merupakan campuran antara agregat dan
aspal pada suhu tertentu (dicampur dalam keadaan panas).
(1) Klasifikasi Aspal Beton
Berdasarkan fungsinya aspal beton campuran panas dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
 Sebagai lapis permukaan;
 Sebagai lapis pondasi atas;
 Sebagai lapis pembentukan pondasi/permukaan.
(2) Karakteristik Campuran
Karakteristik campuran yang harus dimiliki oleh campuran
aspal beton campuran panas adalah :
 Stabilitas;
 Durabilitas;
 Fleksibilitas;
 Tahanan geser (skid resistance);

V -
Proposal Teknis

 Kedap air;
 Kemudahan pengerjaan (workability);
 Fatique resistance.

(3) Perencanaan Campuran


Campuran antara agregat dan aspal harus ditentukan /
direncanakan seoptimal mungkin sehingga dihasilkan
lapisan perkerasan dengan kualitas yang baik, meliputi
gradasi agregat (dengan juga memperhatikan mutu agregat)
dan kadar aspal sehingga dihasilkan lapisan perkerasan yang
dapat memenuhi kriteria sebagai berikut :
 Kadar aspal cukup memberikan kelenturan;
 Stabilitas cukup memberikan kemampuan memikul beban
sehingga tak terjadi deformasi yang merusak;
 Kadar rongga cukup memberikan kesempatan untuk
pemadatan tambahan akibat beban berulang dan flow
dari aspal;
 Dapat memberikan kemudahan kerja.
Perencanaan campuran diperlukan untuk mendapatkan
campuran yang memenuhi spesifikasi. Metode perencanaan
campuran yang umum dipergunakan di Indonesia antara lain
yang bersumber dari BS594 yang lebih dikenal dengan nama
metode CQCMU.

V -
Proposal Teknis

Kombinasi Agregat

Proporsi Agregat

B.J. Kering
B.J. Permukaan
B.J. Semu

Stability Air Void


Course Agregate Medium Agregate Fine Agregate Marshall Quotient Void Filled
B.J. Total Agregat
B.J. Semu Marshall Test
B.J. Efektif Analisa Saringan

Bulk Density Stability


Kadar Aspal Optimum
Air Void
Bahan Aditif Anti Pengelupas Marshakk Quotient Void Filled
Penyerapan Agregat
Terhadap Aspal
Spesifikasi Campuran

Analisa

Berapa Jenis Aspal


Kadar Aspal

GAMBAR U.2.
DIAGRAM PREPARATION JOB MIX FORMULA HOTMIX

Gambar U–2 menunjukkan prosedur penyiapan rencana campuran


kerja (job mix formula) hotmix.

(1) Asphalt Mixing Plant


Proses pencampuran aspal beton campuran panas yang dilakukan
Saringan
pada temperatur sesuai spesifikasi sehingga siap dihampar
dilokasi, dilakukan di Asphalt Mixing Plant (AMP).
Jenis AMP sesuai dengan komponen-komponen yang memiliki AMP
dibagi atas 2 jenis yaitu :
 Alat pencampur dengan penakaran (Batch plant);
 Alat pencampur tipe menerus (Continous plant), dalam proyek ini
tidak direkomendasikan untuk digunakan.

V -
Proposal Teknis

Gambar U – 3. AMP dengan penakaran (Batch plant)

Pada Proyek ini AMP harus di lengkapi dengan Tangki


penyimpanan aditif dengan kapasitas minimal dapat menyimpan
bahan aditif untuk satu hari produksi campuran beraspal dan
harus dilengkapi dengan dozing pump sehingga dapat memasok
langsung aditif ke pugmil dengan kuantitas dan tekanan tertentu.

(2) Permasalahan yang Dapat Mempengaruhi Kualitas Hotmix


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas aspal beton
antara lain :
 Penimbunan agregat, yang dapat menyebabkan terjadinya
segresi & degredasi serta kontaminasi, jika dapat mengikuti
proses yang benar;
 Over heating baik agregat maupun aspal;
 Under heating baik agregat maupun aspal;
 Campuran rencana yang tidak tepat;
 Agregat yang basah;

V -
Proposal Teknis

Gambar U – 3. cold bin yang tertutup

 Komponen AMP mengalami kerusakan yang tidak diketahui;


 Pengaturan masing-masing komponen tidak memenuhi
persyaratan yang diminta;
 Penimbangan yang tidak baik / terkontrol baik;
 Pemuatan ke truck pengangkut yang kurang baik sehingga
terjadi segregasi;
 Penghamparan yang kurang baik sehingga terjadi segregasi;
 Tebal penghamparan yang terlalu tebal;
 Alat pemadat dan proses pemadatan yang tidak baik;
 Temperatur penghamparan dan pemadatan yang tidak tepat;
 Kondisi lokasi jalan sebelum penghamparan tidak memenuhi
persyaratan;
 Jangka waktu dari proses pemadatan sampai jalan tersebut
dibuka untuk lalu-lintas umum terlalu cepat.
(3) Pemadatan Hotmix
Pemadatan dilakukan dalam 3 tahap yang
berurutan : Pemadatan Awal (Breakdown Rolling)
Berfungsi untuk mendudukan material pada posisinya dan
sekaligus memadatkannya. Alat yang digunakan adalah Tandem
Roller. Seperti terlihat pada Gambar U – 4.

V -
Proposal Teknis

Gambar U – 4. Pemadatan Awal (Breakdown Rolling)


Pemadatan Antara / Kedua (Secondary Rolling)
Merupakan pemadatan seperti pemadatan akibat beban lalu-lintas.
Alat yang digunakan adalah Pneumatic Tire Roller.
Pemadatan Akhir (Finishing Rolling)
Untuk menghilangkan jejak-jejak roda ban. Penggilasan dilakukan
pada temperatur diatas titik lembek aspal. Alat pemadat yang
digunakan adalah Tandem Roller.

e. Bagan Alir Pekerjaan Fisik


Untuk memperjelas suatu gambaran dari tugas dan kewajiban
supervisi sehubungan dengan aktivitas dari proyek ini, maka dibuat
suatu bagan alir (diagram alir) tersebut sebagai berikut :
1) Bagan alir Pengendalian Pekerjaan Tanah (Gambar U-5)
2) Bagan alir pelaksanaan pekerjaan Sub Base Course (Gambar U-
6)
3) Bagan alir Pelaksanaan Pekerjaan Tack Coat/Prime Coat
(Gambar U-7)
4) Bagan alir Pelaksanaan Hotmix (Gambar U-8)
5) Bagan alir Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Beton Bertulang
(Gambar U-9)
6) Bagan alir Pelaksanaan Saluran Samping (Gambar U-10).

V -
Proposal Teknis

Pembersihan Lahan

Pemeriksaan Kondisi Tanah Asli Jelek Galian dan Buang s/d Subgrade

Baik
Kontrol Kualitas Perbaikan Tanah

Mencari Lokasi Pengambilan Bahan Timbunan Daerah Galian


Daerah Timbunan

Diratakan / dipadatkan

Pemeriksaan Bahan

Tidak

Baik
Percobaan Peralatan Lapangan Penghamparan Lapisan Bahan Timbunan

Pemadatan Lapisan

Peralatan

Pemeriksaan Kadar Air

Tidak

Pemeriksaan Kepadatan

Tidak

Tidak
Kontrol Elevasi

Siap

GAMBAR U.5.
BAGAN ALIR PENGENDALIAN PEKERJAAN TANAH

V -
Proposal Teknis

Pematokan, Pengukuran Pencampuran Material

Persiapan Lapangan Pemeriksaan Kualitas Tidak Pencampuran Material atau di Rejected

Penyiapan Material Pengangkutan ke Lapangan

Penyebaran dan Perataan Ya Pemeriksaan Kualitas Tidak


Rejected

Tidak

Pemeriksaan Kerataan dan Ketebalan

Ya

Pemadatan

Tidak

Pemeriksaan Kepadatan Lapisan Pemeriksaan Permukaan


Perbaikan
Ya Tidak

Ya

Pekerjaan Sub Base Selesai

GAMBAR U.6.
BAGAN ALIR PELAKSANAAN SUB BASE

V -
Proposal Teknis

Penyiapan Peralatan
Pencampuran Aspal Tack Coat / asphalt Sprayer
Prime Coat
Compresor

Perbaikan
Komposisi Campuran

Check Mutu Sesuai Penyajian ke Asphalt Sprayer


Tidak Sesuai Campuran Spek

Persiapan / Pembersihan Lapangan Pemanasan dan Pengangkutan ke Lapangan

Check Permukaan Lapangan Kalibrasi Volume


Tidak

Tidak Sesuai
dengan Pn
Tinggi datang Nozle, Pengaturan Nozle, Check Sprayer
Penyemprotan ercobaa
Perbaikan

Pengaturan Kecepatan Kendaraan Penggerak Asphalt Sprayer Ya


Temperatur Sesuai Spek.
Check Temperatur Pengaturan Pemasangan
Tidak Sesuai Speksifikasi

Perbaikan Tinggi datang


Check
Nozle, Kecepatan
( Paper Test )
endaraan
Kak Pengger

Pekerjaan Tack Coat / Prime CoatPekerjaan


Selesai HOTMIX
Temperatur Sesuai Spek.

GAMBAR U.7.
BAGAN ALIR PELAKSANAAN TACK COAT / PRIME COAT

V -
Proposal Teknis

Pengukuran Permukaan Pencampuran Material di AMP

Persiapan Lapangan Pemeriksaan Kualitas Tidak Sesuai


Speksifikasi

Penyiapan Asphalt Finisher Pengangkutan ke Lapangan Di Buang / Rejected

Penyrbaran dan Perataan Ya Pemeriksaan Kualitas Tidak Sesuai


Speksifikasi

Pemeriksaan Kerataan dan Ketebalan


Tidak

Ya

Pemadatan

Pemeriksaan Kepadatan Lapangan Pemeriksaan Permukaan


Perbaikan
Tidak Ya Tidak

Ya

Pekerjaan Hotmix Selesai

GAMBAR U.8.
BAGAN ALIR PELAKSANAAN HOTMIX

V -
Proposal Teknis

Persiapan

Pemasangan Form Work Campuran Material Beton yang telah disetujui

Pemasangan Tulangan
Mengaduk Bahan

Tindakan Perbaikan Tidak Perbaikan Komposisi


Cor Beton Slump Test

Ya Tidak

Pemeliharaan Test Kubus Buang

Tidak

Bongkar Form Work

Hasil Analisis Tidak Hasil Test Kuat Tekan

Ya

Ya Finishing

Stop

GAMBAR U.9.
BAGAN ALIR PELAKSANAAN STRUKTUR BETON BERTULANG

V -
Proposal Teknis

Gambar Kerja

Check dan
Tidak Perubahan
Penyesuaian

Ya

Pengukuran
dan
Penentuan Penentuan Daerah
Titik Elevasi Aliran pada Arah
Pekerjaan
Penggalian Check Elevasi

Check
Tidak Elevasi

Check
Tidak Dimensi Ya

Perbaikan
Check
Tidak Kemiringan

Tidak
Check Mutu Hasil
Kerja Keseluruhan

Stop

GAMBAR U.10.
BAGAN ALIR PELAKSANAAN SALURAN SAMPING

V -
Proposal Teknis

5.5 Program Kerja

Untuk dapat melaksanakan pekerjaan ini dengan baik, tepat sasaran dan tepat
waktu, diperlukan organisasi pelaksana pekerjaan yang kompak dan terorganisir.
Untuk mencapai tujuan, Konsultan membuat Struktur Organisasi pelaksanaan dan
deskripsi tugas dan tanggung jawab setiap personil yang terlibat dalam proyek ini.

Dengan adanya hirarki organisasi kerja yang baik, yang bisa menggambarkan alur
perintah dan alur koordinasi kerja antar komponen tim, diharapkan bisa dihasilkan
kerjasama tim yang baik sehingga semua aktivitas kerja dapat terlaksana dengan
lancar sesuai dengan yang diharapkan. Adapun rencana kerja Konsultan adalah
sebagai berikut :

5.5.1 Tahap Persiapan


a. Mobilisasi Personil
Setelah surat mobilisasi dikeluarkan oleh Satker/PPK maka Konsultan
akan segera memobilisasi personil beserta fasilitas pendukungnya, yaitu
dengan menyiapkan :

1. Personil/tenaga ahli dan tenaga pendukung. Apabila ada penggantian


personil terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas.
2. Rumah/Kantor berikut perlengkapannya, kendaraan dan fasilitas
penunjang lainnya.
3. Peralatan/alat–alat ukur dan laboratorium dalam hal ini bukan alat
laboratorium yang lengkap tetapi hanya peralatan pendukung
pelaksanaan kerja.
4. Peta, gambar desain dan data penunjang.
5. Fasilitas akomodasi dan transportasi untuk kebutuhan ke lapangan.

b. Penyiapan Kantor, Peralatan, Akomodasi dan Fasilitas Konsultan lainnya.

c. Pra Rencana Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Kontrak (Pra-RK3K).


Dalam pelaksanaan kegiatan konstruksi banyak menimbulkan berbagai
dampak yang tidak diinginkan antara lain menyangkut aspek
keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan, maka pada tahap
persiapan kegiatan konstruksi harus dikelola dengan memperhatikan
standard dan ketentuan K3 yang berlaku.

V -
Proposal Teknis

pt. Sinar PutraAbadi Palu Pra Rencana Keselamatan Dan Kesehatan


Perum Permata Garuda Blok B2 / 13 Palu
Telp. (0451) 423718 - 4704455
Sulawesi Tengah
Kerja Kontrak (PRA-RK3K)
1. Kebijakan K3
 Pimpinan Dan Karyawan PT. Sinar Putra Abadi Palu & Ass. Bertekat dan akan
bekerja secara professional untuk menerapkan Rencana Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (RK3K).
 Dalam melaksanakan kegiatan pengendalian pengawasan teknis dengan mengelola
dan memperhatikan standard an ketentuan K3 yang berlaku.
 Berkomitmen untuk mencegah kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, serta untuk
memenuhi peraturan perundang-undangan dan poersyaratan lain yang terkait
dengan K3
 Akan membuat kerangka untuk menyusun dan mengkaji sasaran dari K3
 Akan mendokumenntasikan, menerapkan dan memelihara K3.
 Akan mendokumentasikan kepada semua personil dibawah pengendalaian
perusahaan.
 Akan mengevaluasi secara berkala penerapan dari RK3K.

2. Perencanaan
1) Identifikasi Bahaya, Tingkat Resiko dan Pengendaliannya
Identifikasi Jenis Pengendalian
No. Jenis Type Pekerjaan
bahaya dan Resiko K3 Resiko K3
1 2 3 4
1. Pekerjaan Tanah :
- Galian Saluran a) Terjatuh ke lubang a) Buat papa hati-
- Galian Biasa/Batu saluran -> Luka hati (Rambu-
berat rambu)
b) Tertimbun longsor -> b) Buat Talud
Luka berat penahan tebing
c) Terpeleset licin oleh c) Buat pagar
tanah galian-> Luka pengaman di
sedang lubang
d) Tertimpa Alat berat -
d) Buat tangga
> Luka berat
naik-turun
lubang

2. Pekerjaan Aspal : a) Terjatuh/terpeleset a) Buat papa hati-


- Penyemprotan permukaan hati (Rambu-
prime/tack coat -> rambu)
Prime Coat dan Tack
Luka berat b) Menggunakan
Coat
b) terkena semprotan Alat Pelindung
- Proses produksi AC- aspal panas -> Luka Diri (ADP)
WC dan AC-BC (di berat c). Dengan
AMP) c) terkena debu menggunakan
- Penghamparan Aspal material -> Luka manajemen
AC-WC dan AC-BC ringan
traffic
d) Tertimpa material
(Pengaturan lalu
pada cold bin->
Luka berat lintas yang baik
e) Tergelincir pada d) menggunakan,
elevator di cold bin- masker
> Luka berat pelindung

V -
Proposal Teknis

wajah, kaca
mata pelindung
debu, Sarung
tangan & sepatu
keselamatan
dan baju kerja
yang rapat
e) Saling
mengingatkan
f) Kesesuaian
kapasitas alat
yang digunakan
g) Penerangan jika
sampai malam
hari.
3. Pekrjaan Struktur :
- Pekerjaan pasangan a) Bahaya Ergonomi a) Menggunakan
Batu (tertimpa batu yg alat bantu
berukuran besar, mekanis
- Pekerjaan Pembesian
mengangkat beban sedenhana.
beton berat -> Luka ringan b) Menggunakan
- Pekerjaan Struktur b) Potongan ujung besi Alat Pelindung
beton (pengecoran) mencuat -> Luka Diri (ADP) yang
sedang sesuai.
c) Tertusuk besi-> c) Ujung-ujung
Luka sedang besi ditutup dan
d) Iritasi kulit-> diberi tanda.
Luka ringan d) Menggunakan
e) kejatuhan sarung tangan,
benda/terjatuh sepatu, helmet
dalam ayaman baju rapat,
tulangan -> Luka safety shoes,
ringan e) Gunakan pagar
f) Tertusuk besi/paku- pelindung
> Luka sedang f) Tutup?lindungi
ujung besi,
singkirkan paku-
paku yang
berbahaya.
g) Koordinasi dan
saling
mengingatkan.

2) Pemenuhan Perundang-Undangan dan Persyaratan Lainnya


Daftar Peraturan Perundang-Undangan dan Persyaratan K3 yang wajib dipunyai
dan dipenuhi dalam melaksanakan pekerjaan ini adalah :
a. UU. No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. UU. No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
c. Peraturan Mmeteri Tenaga Kerja No. 1 Tahun 1980 tentang Keselamatan Dan
Kesehatan kerja Pada Konstruksi Bangunan.
d. Keputusan Bersama Menaker-MenPU No. 174 Tahun 1986 tentang Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja pada Kegiatan Konstruksi.
e. Permenaker No. 5 Tahun 1996 tentang Sistim Manajemen Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (SMK3).

V -
Proposal Teknis

f. Permen PU No. 9 Tahun 2008 Tentang Pedoman Sistim Manajemen K3


Konstruksi.

3) Sasaran K3 dan Program K3


a. Sasaran K3 :
 Mengupayakan tidak ada kecelakaan kerja yang berdampak pada korban
jiwa (Zero fatal Accident)
 Mengupayakan tingkat penerapan elemen SMK3 minimal 75 %
 Memastikan setiap orang bertanggung jawab atas SMK3 masing-masing,
orang yang terkait dan orang yang berada disekitarnya.
 Semua pekerja wajib memakai Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai bahaya
dan resiko pekerjaannya masing – masing

b. Program K3 :
 Melaksanakan Rencana K3 dengan menyediakan sumber daya K3 (APD,
Rambu – ranbu, Sanduk, Posten, pagar Pengaman, dst.) secara konsisten.
 Menerapkan SMK3 di tempat kerja non konstruksi (Kantor) antara lain :
Diupayakan semua karyawan mendapatkan pelatihan dan informasi K3 yang
memadai, menyediakan alat pemadam api.
 Melakukan inspeksi secara rutin terhadap kondisi dan cara kerja berbahaya.
 Memastikan semua pekerja untuk mematuhi peraturan yang telah ditetapkan

c. Organisasi K3

Direktur
Penangung Jawab

Emergency/Kedaruratan P3K Kebakaran

V -
Proposal Teknis

5.5.2 Tahap Pelaksanaan Pengawasan Konstruksi


a. Menyiapkan formulir – formulir dan administrasi proyek lainnya.
Form-form yang diperlukan proyek antara lain sebagai berikut dibawah
ini :
 Buku direksi
 Time schedule
 MCo (Mutual Check Awal)
Disamping itu kami lampirkan pula contoh-contoh form untuk
pengendali mutu, request of work dan lain-lain :
 Request & shop drawing
 Laporan harian
 Laporan mingguan
 Risalah rapat
 Berita acara opname pekerjaan
 Record cuaca
 Photo dokumentasi
 Change order
 Addendum
 Monthly certificate (MC)
 PHO (Provinsial Hand Over) / FHO (Final Hand Over)
 Dan lain-lain disesuaikan dengan kebutuhan proyek.

b. Pelaksanaan Pre Construction Meeting ( PCM ), Penyiapan Schedule


Dalam waktu kurang dari 14 hari sejak SPMK, diadakan Pre
Construction Meeting (PCM), hal yang dibicarakan :
1) Materi
 Organisasi kerja.
 Tata cara pengaturan pelaksanaan.
 Review dan penyempurnaan terhadap schedule dikaitkan dengan
target volume, mutu dan waktu.
 Jadual pengadaan bahan, alat dan mobilisasi personil.
 Menyusun rencana dan pelaksanaan pemeriksaan lapangan
(mutual check), koordinasi dengan tim perencana.
 Menentukan lokasi bahan material (quarry), estimate quantity dan
rencana quality control bahan yang akan digunakan.

V -
Proposal Teknis

 Pendekatan terhadap masyarakat dan Pemda setempat.


 Penyusunan rencana kendali mutu proyek.
 Pembahasan rencana mutu proyek
2) Kesamaan pengertian terhadap pasal-pasal dokumen kontrak
 Pekerjaan tambah/kurang
 Termination atau for feature.
 Maintenance & protection of traffic.
 Sub letting.
 Asuransi.
 Lainnya yang dianggap perlu.
3) Kesepakatan tentang tata cara dan prosedur
 Request, approval & examination of works.
 Shop Drawing, As Built Drawing.
 Monthly Certificate (MC).
 PHO & FHO.
 Change Order, Addendum.
4) Kesepakatan tentang tata cara dan prosedur teknis pelaksanaan
pekerjaan utama (major items).
 Flexible pavement: agregat base, hotmix, dll.
 Struktur: pondasi tiang pancang, abutmen beton, dll.

c. Pelaksanaan pekerjaan, schedule pengadaan material, tenaga kerja dll.


Di dalam pekerjaan peningkatan jalan, alat berat, tenaga kerja dan
jumlah jam kerja perhari adalah sangat erat sekali hubungannya dengan
waktu pelaksanaan penyelesaian pekerjaan.
Dibawah ini adalah bagaimana pengendalian waktu perlu mendapat
perhatian agar tidak terjadi perpanjangan waktu yang tidak perlu yang
akan memboroskan waktu, tenaga dan biaya.

1. Schedule Kontraktor

Sebelum pekerjaan dimulai Konsultan akan mengecek schedule


pelaksanaan yang dibuat Kontraktor.
Apakah rencana kerja progress pekerjaan yang ditargetkan sudah
layak dan realistis. Misalnya dalam musim hujan, target pekerjaan

V -
Proposal Teknis

lebih kecil bila dibandingkan pada musim kemarau untuk pekerjaan


pengaspalan misalnya untuk kondisi kerja yang sama.
Kemudian juga construction method, urutan kerja Kontraktor apakah
sudah sistematis, konsepsional dan benar.
Selanjutnya berdasarkan schedule Kontraktor yang sudah disetujui,
Konsultan Pengawas akan mengendalikan waktu pelaksanaan
tersebut.
Dari time schedule tersebut bisa dijabarkan kedalam target harian,
sehingga setiap hari apakah target volume tersebut bisa tercapai atau
tidak, bila target volume tersebut tidak tercapai maka selisih volume
harus diprogramkan/dikejar untuk schedule hari berikutnya.
Dengan time schedule yang dibuat dan disetujui itu bila dilaksanakan
dengan sebagaimana mestinya dan dikendalikan dengan baik maka
diharapkan proyek bisa diselesaikan “on schedule”.
2. Alat Berat (Heavy Equipment)

Untuk mengerjakan pekerjaan jalan, diperlukan alat berat, bisa


kombinasi/beberapa jenis alat dan jumlah alat yang mencukupi.
Pertama harus diketahui/dihitung kapasitas alat, kalau alat tersebut
adalah suatu kombinasi, maka kapasitas yang diperhitungkan adalah
yang terkecil, misal untuk pengaspalan / overlay hotmix, maka alat
yang digunakan adalah AMP, Asphalt Sprayer, Ashpalt Finisher,
Tendem Roller, Pneumatic Tire Roller dan sejumlah Dump Truck. Dari
alat tersebut dihitung produksi nyata per jam, kemudian produksi
terkecil yang digunakan untuk evaluasi pengendalian waktu.
Demikian pula peralatan pekerjaan beton baik di batching plant
maupun alat angkut beton ke lapangan harus dianalisis kapasitasnya
agar sesuai dengan kebutuhan.
Untuk rencana sekian jam kerja per hari, apakah mampu alat
tersebut menghasilkan produk hotmix dan beton seperti volume yang
ditargetkan.
Bila tidak tercapai maka perlu diambil tindakan-tindakan antara lain :
 Menambah jumlah alat, atau
 Menambah jam kerja / overtime.
Sedemikian hingga volume pekerjaan yang direncanakan bisa
diselesaikan dalam waktu yang ditentukan.

V -
Proposal Teknis

3. Tenaga Kerja

Demikian juga untuk tenaga kerja, untuk suatu pekerjaan diperlukan


tenaga kerja yang mencukupi, sehingga pekerjaan akan bisa
diselesaikan oleh tenaga kerja sesuai dengan jadual / waktu yang
ditentukan. Bila kondisi pekerjaan diperkirakan tidak bisa
diselesaikan, maka tenaga kerja perlu ditambah atau kerja dua shift
atau kerja lembur / overtime.
4. Jumlah Jam Kerja

Untuk penyelesaian suatu pekerjaan, tergantung juga pada jam kerja


per hari. Jumlah jam kerja yang sedikit akan menghasilkan produk
yang lebih kecil dari pada bila per hari jam kerjanya lebih banyak.
Jam kerja perlu disesuaikan dengan kapasitas alat, tenaga kerja,
sedemikian hingga volume pekerjaan yang ditargetkan bisa
diselesaikan. Kalau suatu pekerjaan tidak bisa diselesaikan dalam
satu hari siang, maka perlu untuk kerja malam/over time.

Untuk administrasi pengendalian waktu, agar pengendalian dapat


dicapai secara optimal maka Konsultan memahami secara sugguh-
sungguh “Network Planning” yang umumnya telah dibuat oleh
Kontraktor dengan metode lintas kritis (Critical Path Method/CPM).
Mengingat sangat pentingnya time schedule ini dalam suatu
pekerjaan pengawasan, maka Konsultan akan menganalisa secara
rutin time schedule dari Kontraktor dan akan membantu Kontraktor
dalam mereview dan menyusun kembali time schedule tersebut bila
memang diperlukan.
Pengendalian schedule pelaksanaan lainnya dapat menggunakan
“Barchart/S-Curve” yang biasa dan juga dapat digunakan “Vector
Diagram” yang baik/cocok untuk pekerjaan jalan karena dapat
mengetahui/ menunjukkan lokasi dan waktu. Schedule ini, pada arah
“absis” menunjukkan lokasi atau STA, sedangkan arah “ordinat”
menggambarkan waktu.

V -
Proposal Teknis

d. Pengawasan pekerjaan persiapan kontraktor


 Mobilisasi peralatan kontraktor
Mengadakan pengawasan terhadap mobilisasi dari pihak fisik
(kontraktor) yang meliputi :
a) Mendatangkan peralatan-peralatan berat dan kendaraan-
kendaraan yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek;
b) Mempersiapkan fasilitas lapangan seperti kantor lapangan, kantor
direksi, bengkel, gudang, ruang laboratorium, dan rumah staf dan
karyawan;
c) Mendatangkan peralatan laboratorium untuk keperluan
pemeriksaan mutu, serta alat-alat ukur sesuai rencana kontrak.
d) Mendatangkan personil-personil.
Semua hasil pemeriksaan dibuatkan dalam suatu Berita Acara
Mobilisasi beserta dengan bukti-bukti hasil pemeriksaan kualitas
kelaikan alat.

 Pembuatan / evaluasi kondisi base camp


Pembuatan base camp dan barak kerja lebih baik dilokasi quarry
dimana sumber material ditempat tersebut cukup banyak untuk
digunakan. Harus dievaluasi kondisinya layak untuk di tempati sampai
dengan selesainya pekerjaan.

e. Pengawasan pengambilan sample material dan pengujian material dasar


untuk pembuatan Job Mix Formula.
 Semua material dari setiap bagian pekerjaan akan di inspeksi oleh
Konsultan. Setiap saat Konsultan akan menginspeksikan material yang
akan digunakan berdasarkan atas jadual kerja Kontraktor.
 Walaupun bahan yang disimpan telah disetujui sebelum penyimpanan,
namun dapat diperiksa ulang dan ditest kembali oleh Konsultan.
 Material yang akan digunakan harus ditest di laboratorium untuk
mendapat persetujuan dari Konsultan, jenis dan jumlah test seperti yang
disebutkan dalam spesifikasi.
Selama pelaksanaan seperti yang disebutkan dalam spesifikasi, bahan-
bahan atau campuran-campuran perlu dilakukan pengujian rutin harian

V -
Proposal Teknis

atau selama pekerjaan berlangsung guna menjamin kualitas sesuai dengan


persyaratan.
Jenis dan frekuensi / jumlah test rutin ini seperti yang disebutkan dalam
spesifikasi.

f. Pengawasan pembuatan Job Mix Formula ( JMF )


Agar mendapatkan campuran yang baik dan memenuhi persyaratan
spesifikasi, sebelum pekerjaan dimulai perlu dibuatkan dahulu suatu Job
Mix Formula yang disetujui Konsultan, antara lain untuk pekerjaan :
Hotmix dan Beton.

 Agregat
 Hotmix
 Beton
Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan, produk tersebut perlu diadakan
pengujian / test lapangan seperti apa yang disebutkan dalam
persyaratan pengujian.

g. Pengawasan pemasangan patok ROW & Center Line


h. Pemeriksaan metode pengaturan lalu lintas
i. Review Design ( bila ada )

5.5.3 Tahap Pengendalian Pelaksanaan Fisik


a. Pengawasan / monitoring pelaksanaan fisik, meliputi :
 Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu memegang peranan yang sangat penting karena
berkaitan dengan cara kerja kontraktor dan konsultan. Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dari pelaksanaan dilapangan.
Sistem kendali mutu ini akan disiapkan oleh konsultan secara sistematis
dengan form – form yang telah dibuat sebelumnya. Form tersebut akan
dibahas pada saat awal konstruksi sehingga dapat dievaluasi dengan
baik dan dilakukan perubahan – perubahan seperlunya oleh konsultan
apabila ada hal – hal yang perlu disesuaikan dengan keadaan masing –
masing proyek. Dengan diterapkannya secara khusus sistem ini maka
akan semakin mudah untuk melakukan kontroling dalam bidang mutu

V -
Proposal Teknis

dan diharapkan pelaksanaan pekerjaan juga dapat dilaksanakan dengan


lebih cepat dan bermutu.

 Pengendalian Kuantitas
Pengawasan kuantitas (Quantity Control), akan mengecek bahan-bahan
/ campuran yang ditempatkan atau yang dipindahkan oleh Kontraktor
atau yang terpasang. Konsultan akan memproses bahan-bahan /
campuran berdasarkan atas :
a. Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi pembayaran.
b. Metode perhitungan.
c. Lokasi kerja.
d. Jenis pekerjaan.
e. Tanggal diselesaikannya pekerjaan.
Setelah produk pekerjaan memenuhi persyaratan baik kualitas maupun
elevasi dan persyaratan lainnya, maka pengukuran kuantitas dapat
dilakukan agar volume pekerjaan dengan teliti / akurat yang disetujui
oleh Konsultan sehingga kuantitas dalam kontrak adalah benar diukur
dan dibayar oleh Konsultan dan mendapat persetujuan Permberi Tugas.

 Pengendalian Biaya
Pengukuran hasil pekerjaan, perlu dilakukan dengan akurat dan benar-
benar sehingga kuantitas yang dibayar sesuai dengan gambar rencana.
Dengan demikian volume dalam kontrak tidak dilampaui yang pada
akhirnya biaya yang dikeluarkan sudah sesuai dengan yang
dianggarkan.
Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan yang sudah diterima dari
segi pengukuran/kuantitas dan kualitas, sehingga biaya yang
dikeluarkan adalah benar-benar untuk pekerjaan yang sudah memenuhi
spesifikasi.
Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan yang tercantum dalam
kontrak dan harga satuan pekerjaan yang sudah ada dalam kontrak
pelaksanaan, sehingga biaya proyek dibayarkan sesuai dengan item
pekerjaan yang ada dalam kontrak.

V -
Proposal Teknis

 Pengendalian Waktu
Di dalam proyek jalan, alat berat, tenaga kerja dan jumlah jam kerja
perhari adalah sangat erat sekali hubungannya dengan waktu
pelaksanaan penyelesaian pekerjaan.
Hal yang perlu diperlu di kendalikan adalah : Schedule Kontraktor, Alat
Berat (Heavy Equipment), Tenaga Kerja, Jumlah Jam Kerja

b. Rekomendasi terhadap :
 Sertifikat Bulanan ( MC )
Kontraktor harus menyerahkan suatu nilai estimasi dari pekerjaan yang
dilaksanakan kepada Site Engineer pada setiap akhir bulan yang
berjalan, yang selanjutnya disebut sebagai “sertifikat bulanan (Monthly
Certificate – MC)”, Format sertifikat bulanan harus sesuai dengan
standar atau diusulkan oleh Konsultan dan disetujui oleh Pemberi Tugas.
Site Engineer akan memeriksa kemajuan pekerjaan yang diajukan pada
sertifikat bulanan dan apabila telah dianggap sesuai dengan sebenarnya
yang telah terjadi di lapangan, selanjutnya dapat disetujui untuk
menandatangani bersama oleh wakil Kontraktor, Konsultan, dan PPTK
Fisik.

 Contract Change Order ( CCO ) bila ada


Perubahan terhadap pekerjaan dapat dimulai oleh Engineer atau
Kontraktor dan harus disetujui dengan suatu Perintah Perubahan yang
ditandatangani oleh kedua belah pihak. Jika dasar pembayaran yang
ditetapkan dalam suatu Perintah Perubahan tersebut menyajikan suatu
perubahan dalam struktur Harga Satuan Jenis Pembayaran atau suatu
perubahan yang diperkirakan dalam Jumlah Kontrak, maka Perintah
Perubahan harus dirundingkan dan dirumuskan dalam suatu Addendum.
c. Laporan Bulanan & pemeriksaan As Built Drawing

5.5.4 Tahap Pengendalian Administrasi Proyek


a. Penyiapan Proses Serah Terima ( PHO )
b. Laporan / Rekomendasi Serah Terima ( PHO )
c. Penyiapan Laporan Akhir
d. Serah Terima Akhir ( PHO )

V -
Proposal Teknis

Serah terima pekerjaan atau PHO (Provesional Hand Over) adalah


penyerahan hasil pekerjaan oleh Kontraktor secara menyeluruh
sesuai kontrak dan amandemennya kepada pemilik proyek, namun
mutu dan pemeliharaannya masih harus di jaga sampai masa
jaminan selesai sesuai yang diatur dalam kontrak
e. Laporan / Rekomendasi Serah Terima Akhir ( PHO )

5.5.5 Pelaporan
a. Laporan Bulanan
Laporan Bulanan memuat :
 Laporan mengenai kemajuan kegiatan Konstruksi didukung
dengan foto-foto dokumentasi dan grafik-grafik kemajuan ;
 Permasalahan-permasalahan (administrasi, teknik dan keuangan)
yang dialami oleh Kontraktor serta rekomendasi bagaimana cara
menanggulangi permasalaahan tersebut;
 Ringkasan/risalah mengenai variasi dan perintah perubahan
(change order) kontrak;
 Hasil pengujian kendali mutu, status tuntutan-tuntutan dan hal-hal
lain yang menyangkut isi kontrak;
Laporan juga harus mencantumkan rencana kegiatan bulan
berikutnya.

b. Laporan Akhir
Laporan Akhir memuat :
 Isi laporan akhir secara garis besarnya harus menceritakan secara
ringkas dan jelas mengenai metoda pelaksanaan konstruksi,
realisasi biaya pekerjaan dan perubahan-perubahan kontrak yang
terjadi;
 Struktur organisasi konsultan dan kontraktor yang ditugaskan
dalam pekerjaan
 Lokasi-lokasi sumber material dan hasil pengujian mutu pekerjaan;
 Rekomendasi tentang cara pemeliharaan hasil pekerjaan pada
masa pemeliharaan dan segala permasalahan yang kemungkinan
timbul pada pekerjaa baru dilaksanakan;

V -
Proposal Teknis

 Serta saran-saran tentang perbaikan yang perlu dilakukan pada


proyek-proyek berikutnya untuk pekerjaan yang serupa/sejenis
yang akan ditangani oleh Direktorat Jendral Bina Marga.
Untuk memudahkan penjilidan dan penggunaannya, laporan akhir ini
dapat dibuat menjadi beberapa buku yang terpisah yang terdiri dari :
1) Laporan Pendahuluan/Umum+Laporan Proses Verbal
2) Laporan Test Pengendalian Mutu.
3) Laporan Quantity (Perhitungan Akhir Kuantitas Terlaksana).
4) Foto Dokumentasi pekerjaan (awal, pertengahan dan akhir (Foto
0%, 50% dan 100%)).
Gambar terlaksana (As Built Drawing) dan foto dokumentasi proyek
(0 %, 50 % dan 100 %).

V -

You might also like