Professional Documents
Culture Documents
Bab I Briean Kaeng
Bab I Briean Kaeng
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
masyarakat. Konflik yang terjadi seringkali tidak dapat diselesaikan oleh para pihak
berlaku secara obyektif. Fungsi ini lazimnya dilaksanakan oleh suatu lembaga yang
hukum yang berlaku, maka dalam proses pengambilan keputusan, para hakim harus
mandiri dan bebas dari pengaruh pihak manapun, termasuk dari eksekutif. Dalam
pengambilan keputusan, para hakim hanya terikat pada fakta-fakta yang relevan dan
kaidah hukum yang menjadi atau dijadikan landasan hukum keputusannya. Tetapi
penentuan fakta-fakta yang termasuk fakta-fakta yang relevan dan pilihan kaidah
hukum yang mana yang akan dijadikan landasan untuk menyelesaikan kasus yang
1
Dengan demikian, jelas bahwa hakim atau para hakim memiliki kekuasaan
yang besar terhadap para pihak yang bersengketa berkenaan dengan masalah atau
konflik yang dihadapkan kepada hakim atau para hakim tersebut. Namun dengan
demikian berarti pula bahwa para hakim dalam menjalankan tugasnya sepenuhnya
memikul tanggung jawab yang besar dan harus menyadari tanggung jawabnya
tersebut, sebab keputusan hakim dapat membawa akibat yang sangat jauh pada
Keputusan hakim yang tidak adil bahkan dapat membekas dalam batin para
mandiri dan bebas dari segala bentuk campur tangan dari luar, sebagaimana yang
hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, demi terselenggaranya
negara hukum Republik Indonesia. Oleh karena itu, hakim sebagai unsur inti dalam
tugas pokok dan fungsi kekuasaan kehakiman wajib menjaga kemandirian peradilan
1
Suhrawardi K. Lubis, Etika Profesi Hakim,Sinar Grafika, 2002, Jakarta,h. 29
2
Pancasila dan UUD 1945 secara tekstual disebutkan sebagai landasan dasar
hakim sebagai obyek material harus dipandang dan dimaknai dari sudut pandang
filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, dan UUD 1945 sebagai landasan
dalam memaknai kebebasan hakim saat menjalankan tugas pokok yang dikatakan
adalah kebebasan yang bertanggung jawab dan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, maka kebebasan hakim adalah kebebasan dalam kontrol
abstrak, umum, dan universal bagi bangsa Indonesia khususnya dan dunia pada
umumnya. Apabila dikaji secara mendalam, maka pengertian yang abstrak, umum,
dan universal tersebut, sangat ideal dan memungkinkan untuk dijabarkan ke bidang
filsafat, hukum, sosial, ekonomi, dan sebagainya 2. Dengan demikian nilainilai filsafat
yang terkandung dalam Pancasila dapat dijadikan sebagai alat untuk merefleksikan
Hakim harus mampu merefleksikan setiap teks pasal yang terkait dengan fakta
nilai-nilai Pancasila dan nilai-nilai konstitusi dasar dalam UUD 1945, sehingga setiap
2
Soejadi, Pancasila sebagai Sumber Tertib Hukum Indonesia, Lukman Offset, 1999,Yogyakarta, h..88
3
oleh karakter putusan yang berKetuhanan, berperikemanusiaan, menjaga persatuan,
Putusan hakim yang baik harus mengandung 3 (tiga) pokok pertimbangan meliputi
keadilan yuridis.
Akhir-akhir ini banyak putusan, penetapan, dan tindakan hakim atau majelis
hakim yang mendapatkan kritik dan reaksi negatif dari masyarakat, yang dapat
sendiri berkesimpulan bahwa terjadinya kritik dan reaksi negatif tersebut disebabkan
peradilan.
memahami kebebasan hakim yang melekat pada dirinya sebagai kebebasan absolut,
sehingga dengan dalil prinsip kebebasan hakim tersebut, sebagian oknum hakim
3
Lihat SEMA No.10 Tahun 2005, tentang bimbingan dan petunjuk Pimpinan Pengadilan terhadap hakim/majelis
hakim dalam menangani perkara.
4
Pasal 11 UU No. 2 Tahun 1986, menyatakan bahwa Pimpinan Pengadilan Negeri terdiri dari seorang ketua dan
seorang wakil ketua; pimpinan Pengadilan Tinggi terdiri dari seorang ketua dan seorang wakil ketua.
4
dapat melegalkan segala tindakannya dan pimpinan pengadilan tidak cukup memiliki
proposal skripsi ini dengan memilih judul : “Batas-batas Kebebasan dan Pedoman
B. Rumusan Masalah.
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis
5
2. Secara praktis
E. Metode Penelitian
yang dihadapi. Dalam pembahasan masalah, penulis sangat memerlukan data dan
keterangan dalam penelitian ini. Untuk mengumpulkan data dan keterangan, penulis
1. Tipe Penelitian
metode penelitian yang dalam hal ini menggabungkan unsur hukum normatif yang
Sumber Bahan
mencakup :
undangan.
6
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
Kekuasaan Kehakiman.
literatur, karya ilmiah maupun hasil penelitian, jurnal, artikel, arsip-arsip yang
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap
bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum dan kamus bahasa
Indonesia.
1. Kerangka Teoritis
dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya untuk mengadakan
5
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2008, hlm. 6.
7
a. Teori Penegakan Hukum
Dalam penjatuhan pidana ada suatu pendapat atau teori tentang Penegakan
baik yang terwujud dalam serangkaian nilai untuk menciptakan, memelihara, dan
Faktor-faktor ini saling berkaitan dengan erat, merupakan esensi serta tolak ukur dari
5) Faktor kebudayaan, yakni sebagai. hasil karya, cipta dan rasa yang
6
Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, Sinar Baru, Bandung, 1983, hlm. 24.
8
b. Teori Pemidanaan
Selain teori mengenai penegakan hukum, terdapat teori lainnya yaitu Teori
Teori ini mendasarkan kepada penjelasan dan mencari hak dari negara untuk
menjatuhkan serta menjalankan hak tersebut. Teori pemidanaan terbagi atas 3 (tiga)
kelompok, yaitu:
1) Teori Absolut
kepada orang lain. Immanuel Kant, kejahatan sendirilah yang membuat anasir-anasir
2) Teori Relatif
Teori ini berpokok pangkal pada dasar bahwa pidana adalah alat untuk
menegakkan tata tertib (hukum) dalam masyarakat, dan untuk menegakkan tata tertib
itu diperlukan pidana. Von Feurbach menyatakan sifat menakuti dari pidana itu,
bukan pada penjatuhan pidana, tapi pada ancaman pidana yang dinyatakan dalam
undang-undang.8
7
Adami Chazaw, Pelajaran Hukum Pidana, Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 168.
8
9
3) Teori Gabungan
Pada dasarnya teori gabungan adalah gabungan teori absolut dan teori relatif.
membalas dari pidana merupakan sifat umum dari pidana, tetapi bukan tujuan dari
sebab tujuan pidana pada hakikatnya adalah pertahanan dan perlindungan tata tertib
masyarakat.9
2. Kerangka Konseptual
antara konsep-konsep yang akan di teliti. Konsep adalah kata yang menyatakan
yang digunakan dalam penelitian ini maka akan diberikan batasan-batasan yaitu:.
a. Pertimbangan Hakim
memberatkan pelaku.11
9
Ibid.
10
Ibid.
11
Fred N. Kerlinger, Asas-asas Penelitian Behavioral; Edisi Indonesia, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta, 1996, hlm. 4.
10
b. Penjatuhan Pidana
atau nestapa kepada orang yang melanggar suatu perbuatan yang dilarang dan
c. Tindak Pidana
Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum,
larangan mana yang disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu bagi siapa
yang melanggar larangan tersebut. Tindak pidana merupakan pelanggaran norma atau
gangguan terhadap tertib hukum, yang dengan sengaja atau tidak sengaja telah
dengan sengaja ataupun tidak sengaja dan diancam dengan pidana bersifat melawan
F.Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
12
12Trimen Harefa, "Pertimbangan Hukum Oleh Hakim Dalam Memutus Perkara”,
http://trimenhukumbloganda.blogspot.co.id/2014/07/pertimbangan-hukum-oleh-hakimdalam.html,
13
Adami Chazaw, Op.Cit, hlm. 23.
11
BAB II Tinjauan Pustaka
berpangkal kerangka teori, pendapat para ahli, dan berbagai sumber yang
dapat mendukung penelitian ini. Bab ini secara umum berisikan tentang
BAB III
Dalam bab ini berisi tentang hasil dari skripsi yaitu Implementasi Prinsip
Pidana.
12