Professional Documents
Culture Documents
S PKN 1808213 Chapter2
S PKN 1808213 Chapter2
KAJIAN PUSTAKA
Pada strategi pembelajaran juga terdapat empat poin penting yaitu : Belajar
untuk mengetahui Learning to know, pengetahuan merupakan jendela dunia yang
kelak akan bermanfaat bagi anak cucu atau generasi bangsa di kemudian hari.
Demikian daripada itu adanya pembelajaran pendidikan kewarganegaraan,
seyogyianya megejewantahkan peserta didik agar mengetahui sejarah
kemerdekaan Indonesia sebagai rasa cinta nasionalisme terhadap tanah air
Indonesia. Kemudian Belajar untuk Berbuat Learning To Do, Tindak selanjutnya
yaitu mengaplikasikan wawasan yang dimiliki selaras dengan perbuatan. Sebagai
contohnya pada hari ulang tahun Indonesia tanggal 17 Agustus diwajibkan bagi
seluruh warga negara Indonesia untuk mengibarkan bendera merah putih.
Sedangkan belajar untuk menjadi Learning To Be, ketika waktu kecil kita sudah
pernah ditanya mengenai cita-cita, dengan itu semenjak kecil kita sudah diajarkan
untuk bisa menjadi apa yang kita inginkan sebagai tujuan hidup dan motivasi di
kemudian hari serta berharap dan juga berusaha untuk mewujudkannya menjadi
kenyataan. Selanjutnya yaitu Belajar untuk Bersama sebagai Makhluk Sosial
Learn to Live Together, yakni dapat diketahui bahwa manusia ialah makhluk
sosial yang tak dapat hidup sendiri namun membutuhkan orang lain. Maka, untuk
menjadi insan yang sosial hendaknya saling bersosialisasi dan hidup rukun dan
saling membantu antar sesama. Contohnya dalam bermasyarakat harus saling
membantu walaupun terdapat keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Budaya.
Pada hakikatnya tak akan ada strategi pembelajaran yang dinilai paling
baik, karena tiap strategi pembelajaran saling mempunyai keunggulannya masing
- masing. Strategi pembelajaran yang diungkaokan baik dan tepat dalam mencapai
tujuan pembelajaran tertentu belum tentu baik dan tepat diaplikasikan dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang lain. Itulah sebabnya, seorang pendidik
hendaknya memiliki kepiawaian untuk menetapkan dan mengimplementasikan
beragam variasi strategi pembelajaran, supaya dalam memanifestasikan tugasnya
dapat menentukan alternatif startegi yang dirasa sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang sudah ditentukan. Berikut ini diuraikan beraneka ragam
strategi pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam pelaksanaan pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (Sanjaya, 2008, hlm. 5) :
1. Jigsaw
Strategi ini dipergunakan apabila materi yang akan dipelajari dapat dibagi
menjadi beberapa bagian. Materi tersebut tak harus dijelaskan secara berurut.
Strategi ini dapat menyertakan semua peserta didik dalam pembelajaran dan
melatih peserta didik untuk mengajarkan sesuatu pada orang lain.
2. Startegi Reading (Membaca Buku Ajar)
Strategi ini digunakan apabila waktu yang ada dalam mengulas suatu materi
sangatlah terbatas. Para peserta didik diatur untuk membaca materi yang akan
dibahas dengan diberikan dan dibuatkan kisi – kisi panduan.
3. Information Search (Mencari Informasi)
Strategi ini dapat diimplementasikan pada materi yang padat, monoton dan
menjenuhkan. Materi dapat dipetik dari beragam sumber seperti koran,
majalah, tabloid dan sebagainya.
4. Critical Incident (Pengalaman Penting)
Strategi ini pada umumnya diterapkan untuk memulai pembelajaran. Tujuan
penggunaan strategi ini yaitu untuk menyertakan peserta didik sejak awal
dengan mendorong peserta didik mengutarakan pengalamannya. Strategi ini
juga sesuai apabila diterapkan dengan tujuan pembelajarannya yang
mengajarkan peserta didik untuk berempati atau merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain.
5. Seeing How It Is (Melihat Kejadian Sebenarnya)
Strategi ini dimaksudkan untuk memahami suatu kondisi tidak lazim yang
terjadi atau dihadapi seseorang. Dengan strategi ini, peserta didik diminta
membayangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh orang yang
mengalami kondisi tersebut.
6. Brainstorming (Curah Gagasan)
Strategi ini adalah tindakan inventarisasi ide melalui curah pendapat tentang
topik tertentu dengan bebas tanpa adanya seleksi.
7. Small Group Discussion (Diskusi Kelompok Kecil)
Strategi ini bermaksud untuk mendirikan kerja sama individu maupun
kelompok., kemampuan analitis, kepekaan sosial, serta tanggung jawab antar
individu didalam kelompok.
8. Point Counterpoint (Adu Argumen)
Strategi ini bermaksud untuk memajukan diskusi, melatih argumentasi dan
menumbuhkan pemahaman yang lebih dalam berkenaan terhadap isu yang
kompleks.
9. Active Debate (Debat Aktif)
Adalah strategi yang dapat memberikan dorongan kepada peserta didik guna
berpikir kritis, argumentatif dan reflektif. Strategi ini secara aktif menyertakan
seluruh peserta didik didalam kelas, tidak hanya para pelaku debatnya atau
presenternya saja.
10. Role Playing (Bermain Peran)
Penerapan dari starategi ini bertujuan untuk mengajari peserta didik cara
berempati. Startegi ini dapat merangsang peserta didik untuk menautkan
dirinya dalam suatu peran atau keadaan tertentu hingga peserta didik dapat
memahami, mendalami dan mengerti tindakan sosial yang dilaksanakan oleh
orang lain di lingkungan sosial.
11. Poster Comment (Mengomentari Poster atau Gambar)
Strategi ini bertujuan untuk memberi stimulus dan menumbuhkan kreativitas
dan mendorong penghayatan peserta didik pada suatu masalah yang terjadi.
Dalam strategi ini peserta didik dilatih agar dapat mengemukakan
pendapatnya secara lisan mengenai suatu poster tau gambar.
12. Concept Map/Maping (Peta Konsep)
Strategi ini melatih daya kreativitas dan kemampuan tingkat analisa tinggi.
Dalam pelaksanaannya peserta didik diarahkan untuk membuat sintesis atau
diagram dari konsep utama yang saling berhubungan dengan memberi tanda
panah atau garis yang mempunyi arti dan berkaitan antar konsep tersebut.
Strategi ini bermula dari psikologi kognitif guna memperoleh pemahaman
yang lebih baik dan mudah dengan cara menautkan atau menghubungkan
antara satu konsep dengan konsep yang lain.
Studi kasus menyatakan bahwa Di negara Indonesia telah cukup banyak orang
yang “pintar”, namun sulit menjumpai orang yang “benar”. Yang pertama
bersangkutan pada kualitas kognitif, sementara yang kedua berkaitan dengan
kualitas nilai integrasi antara potensi kognitif, afektif, psikomotor, sosial dan juga
spiritual.
Skema 2 :
Pencegahannya yakni melalui Revitalisasi nilai moral dan juga pancasila yang ada
dalam Pembelajaran pendidikan Kewarganegaraan atas dasar pengalaman dan
permasalahan yang berada di masyarakat secara tegas di setiap pertemuan pada
kegiataan belajar mengajar yang dilakukan dalam pembelajaran PKN terhadap
peserta didik sebagai suatu hal yang sangat penting. Serta di terapkannya
kebiasaan – kebiasaan posistif agar Peserta Didik selalu berjuang, disiplin,
Tanggung Jawab dalam segala hal seperti yang di maksud dalam Fatwa
Pendidikan Ki Hajar Dewantara.
Skema 4:
Dampak yang dilakukan dalam penilitian ini yaitu menjadi solusi untuk dapat
mempertahankan identitas dan karakter bangsa Indonesia dengan pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan yang merupakan ada kaitannya berdasarkan
pernyataan atau fatwa pendidikan yang diamanatkan Ki Hajar Dewantara sebagai
Tokoh atau Bapak sejarah pendidikan Indonesia agar berkembang dengan seiring
zaman untuk generasi muda yang akan datang supaya tidak luntur karena
pengaruh arus globalisasi, westrenisasi dan pekembangan tekonologi informasi
yang semakin cangggih.
Pembelajaran Habitusi
oleh Pendidik kepada
Peserta Didik (VCT
Inovatif)
Pandangan Hidup
Himbauan Positif oleh Revitalisasi Nilai - Peserta didik
Pendidik pada Peserta Nilai Pancasila dengan berpedoman pada Nilai
Didik bahwa metode problem based - Nilai Pancasila yang
Pendidikan itu penting learning dikaitkan dengan fatwa
Ki Hajar Dewantara
Skema Kerangka Berfikir 2.6
Dengan demikian diharapkan setelah siswa menerima materi pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan, maka akan menjadi good citizenship dalam
menghadapi permasalahan pendidikan di Indonesia karena Pancasila sebagai
karakter bangsa Indonesia. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam
pembelajarannya mempunyai kapasitas dan kedudukan untuk menjadikan peserta
didik yang menjadi bermoral serta berkarakter dan sesuai dengan nilai-nilai dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
memiliki suatu dimensi dan hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari aspek-aspek
dalam pembentukan moralitas warga negara terutama dalam hal ini adalah peserta
didik. Dalam penelitian ini peneliti mengkaji Analisis Fatwa Pendidikan Ki Hajar
Dewantara “Ngandel, Kandel, Kendel, Bandel” dalam Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yang dapat mengakibatkan peserta didik bertindak sesuai
dengan nilai-nilai pendidikan Ki Hajar Dewantara seperti mengatasi permasalahan
penggunaan bahasa kasar, tidak sopan kepada orang yang lebih tua, bolos, dan
gaya hidup yang tidak sesuai kepribadian bangsa maka perlu ditinjau dalam segi
pendidikan moral yang dalam hal merupakan bagian dari Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan berpartisipasi untuk membangun peserta didik agar
mempunyai moralitas tinggi serta berkeyakinan sebagai mahkluk yang selalu
bergantung dan diawasi oleh Tuhan Yang Maha Esa.