Professional Documents
Culture Documents
Tugas Review Modul 1-6-Diah Puspasari-857592981 PDF
Tugas Review Modul 1-6-Diah Puspasari-857592981 PDF
Diah Puspasari
857592981
UPBJJ PURWOKERTO
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2022
MODUL 2
PENGEMBANGAN HASIL TES BELAJAR
Pendahuluan
Tes merupakan alat ukur yang teat untuk mengukur ketercapaian pada
domnan dalam ranah kognitif. Tetapi jika yang diukur adalah ranah afektif dan
psikomotorik maka tes bukan alat ukur yang valid.
Tujuan pencapaian dalam modul 2 adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan keunggulan tes onjektif an tes uraian.
2. Menjelaskan kelemahan tes objektif dan tes uraian.
3. Memilih jenis tes yang baik.
4. Memperbaiki kelemahan tes objektif dan tes uraian.
5. Merencakan tes.
6. Menjelaskan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan
perencanaan tes.
Kegiatan Belajar 1
Keunggulan dan Kelemahan Tes
1. Tes Objektif
A. Keunggulan Tes Objektif
1. Tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir rendah sampai dengan
sedang (ingatan, pemahaman, penerapan).
2. Semua / sebagian besar materi yang telah diajarkan dapat ditanyakan saat
ujian sehingga semua/ sebagian besar tujuan pembelajaran yang
ditetapkan dalam RPP dapat diukur ketercapaiannya.
3. Pemberianskor pada setiap siswa dapat dilakukan dengan cepat ,tepat, dan
konsisten karena jawaban yang benar untuk setiap butir soal sudah jelas
dan pasti.
4. Memungkinkan untuk dilakukan analisis butir soal.
5. Tingkat kesukaran soal dapat dikendalikan.
6. Informasi yang diperoleh lebih kaya.
B. Kelemahan Tes Objektif
1. Butir soal yang ditulis kebanyakan hanya mengukur proses berpikir
rendah.
2. Membuat pertanyaan tes objektif yang lebih baik lebih sukar sehingga
membutuhkan waktu lebih lama.
3. Kemampuan anak dapat terganggu oleh kemampuannya dalam membaca
dan menerka.
4. Anak tidak dapat mengorganisasian , menghubungkan, dan menyatakan
idenya sendiri karena semua alternatif jawaban untuk setiap pertanyaan
sudah diberikan oleh penulis soal.
Upaya yang ditempuh untuk meminimalkan kelamahan tersebut antara lain
sebagai berikut:
1. Untuk mengatasi agar butir soal yang ditulis tidak cederung mengukur
proses berpikir rendah, penulis harus berorintasi pada kisi-kisi soal.
2. Untuk mengatasi lamanya waktu penulisan butir soal, penulis harus
memiliki bekan penguasaan materi dan terus berlatih dalam
penguasaan penulisan. Selain itu dapat dilakukan proses pembuatan
bank soal agar dapat dimanfaatkan dalam penulisan berikutnya.
3. Mengatasi agar kemampuan anak tidak terganggu oleh kemampuan
membaca dan menerka, penulis harus menuliskan butir soal dengan
baik sesuai kaidah penulisan butir soal objektif yang telah ditentukan.
4. Menggunakan tes uraian agar siswa dapat mengemukakan
pendapatnya.
2. Tes Uraian
A. Keunggulan Tes Uraian
1. Tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir tinggi
2. Tepat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks yang tidak
dapat diukur dengan tes objektif
3. Waktu yang digunakan untukmenulis satu set tes uraian lebih cepat dari
pada waktu yang digunakan untuk menulis satu set tes objektif
4. Menulis tes uraian yang baik relative lebih mudah dari pada menulis tes
objektif.
B. Kelemahan Tes Uraian
1. Terbatasnya sampel materi yang ditanyakan
2. Sukar memeriksa jawaban siswa
Pemberian skor yang kurang objektif dan kurang konsisten dapat
disebabkan karena beberapa hal yaitu :
a. Adanya hallo effect
b. Adanya efek bawaan ( carry over effect)
c. Efek urutan pemeriksaan ( order effect)
d. Pengaruh penggunaan bahasa
e. Pengaruh tulisan tangan
Upaya untuk meminimalkan kelemahan :
1. Upaya untuk meningkatkan jumlah sampel materi yang ditanyakan saat
ujian adalah membuat tes uraian yang dapat dijawab dengan cepat oleh
siswa ( tes uraian terbatas )
2. Upaya untuk mengurangi unsure subjektivitas pemeriksa adalah dengan
memeriksa hasil ujian tanpa nama.
3. Upaya untuk mengatasi kesulitan dalam memeriksa hasil tes siswa
adalah :
a. Gunakan tes uraian terbatas
b. Gunakan 2 pemeriksa untuk memeriksa setiap hasil tes siswa
c. Sepakat tentang cara pemberian skor dengan pemeriksa kedua
d. Lakukan uji coba pemeriksaan
4. Upaya untuk mengurangi hallo effect adalah dengan menghilangkan /
menutup nama peserta tes
5. Upaya untuk menghindari carry over effect adalah dengan cara
memeriksa jawaban soal no 1 untuk keseluruhan siswa baru kemudian
baru memeriksa soal no 2 juga untuk keseluruh siswa begitu seterusnya
sampai butir soal terakhir
6. Upaya menghindari order effect adalah dengan berhenti memeriksa jika
anda sudah merasa lelah dalam memeriksa.
Kegiatan Belajar 2
Mengembangkan Tes
A. Tes Objektif
1. Tes benar salah / true false item
Fungsi :
a. Mengukur kemampuan siswa untuk mengidentifikasi kebenaran suatu
pernyataan mengenai fakta, definisi, prinsip, teori, hukum, dan
sebagainya.
b. Mengukur kemampuan siswa unuk membedakan antara fakta dengan
pendapat atau opini.
c. Mengukur hasil belajar yang lebih tinggi dari sekedar ingatan.
Keunggulan : mudah dikonstruksikan, dapat mennanyakan banyak sampel
materi, mudah penskoran, tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir
sederhana.
Kelemahan : probabilitas siswa dalam menebak jawaban sangat tinggi yaitu
50%, sebagian besar soal benar salah hanya digunakan untuk mengukur hasil
belajar siswa yang sederhana yaitu aspek ingatan.
2. Tes menjodohkan / matching exercise
Yaitu tes objektif yang ditulis dalam dua kolom. Kolom pertama adalah
pokok soal/premis dan kolom kedua adalah jawaban / respon. Keunggulan
: mudah dibuat, mudah penskorannya, dapat menguji banyak materi yang
telah diajarkan pada siswa. Kelemahan : butir soal yang dibuat cenderung
mengukur hasil belajar yang sederhana.
3. Tes pilihan ganda / multiple choice
Konstruksi tes terdiri dari dua bagian, bagian pertama adalah soal (steam)
dan bagian kedua adalah alternatif jawaban (option).
Ragam tes pilihan ganda :
a. Melengkapi pilihan ( ragam A)
Tersusun atas pokok soal dengan empat / lima alternatif jawaban.
b. Hubungan antarhal (ragam B)
Tersusun atas pokok soal terdiri dari dua pernyataan yang independen
dipisahkan dengan kata sebab.
c. Analisi kasus (ragam C)
Pertanyaan yang dirumuskan pada pokok soal dikembangkan dari kasus
yang disajikan sebelumnya.
d. Ganda kompleks (ragam D)
Tersususn atas pokok soal yang berupa pertanyaan yang disertai dengan
tiga atau empat buah alternatif jawaban.peserta diminta untuk memilih
jawaban yang benar (lebih dari satu) dari tiga atau empat alternatif
jawaban yang ada.
e. Membaca diagram , tabel, atau grafik ( ragam E )
Sama dengan ragam soal C baik struktur maupun pola jawabannya,
hanya bedanya dalam soal tidak berbentuk uraian namun bentuk tabel.
grafik atau diagram.
Mengkonstruksi tes objektif yang baik
a. Saran dalam mengkonstruksi tes B-S
1) Kalimat / pernyataan harus dapat ditentukan dijawab benar/ salah.
Hindari pernyataan yang membingungkan/ bermakna ganda.
2) Hindari penulisan butir soal yang hanya mengukur hasil belajar
yang tdk mengukur kompetensi.
3) Upayakan butir soal tsb menguji hasil belajar yang lebih tinggi
dari sekedar ingatan.
4) Hindari penggunaan pernyataan negatif apalagi pernyataan
negatif ganda.
5) Hindari penggunaan kalimat yang terlalu kompleks.
6) Pernyataan benar dan salah harus dibuat seimbang dalam hal
penulisan kalimaat.
7) Jumlah jawanan untuk pernyataan benar/ salah harusnya
seimbang.
b. Saran dalam mengkonstruksi tes menjodohkan
1) Pernyataan pernyataan dibawah kolom pertama atau kedua harus
terdiri dari pernyataan yang homogen.
2) Jumlah pernyataan kolom kedua dibuat lebih banyak dari kolom
kedua.
3) Penulisan kalimat pada respon hendaknya lebih pendek dari
premis.
4) Jika jawaban pada respon berbentuk angka penulisan harus
diurutkan.
5) Letakkan keseluruhan pernyataan premis dan respon pada
halaman yang sama.
c. Saran dalam mengkonstruksi tes pilihan ganda
B. Tes Uraian
1. Bagaimana Menulis tes Uraian yang Baik?
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonstruksi tes uraian
yaitu :
a. Tulis tes uraian berdasarkan perencanaan tes yang dibuat.
b. Gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang sukar.
c. Kembangkan butir soal dari suatu kasus.
d. Gunakan tes uraian terbatas.
e. Usahakan pertnyaan mengungkap pendapat siswa bukan hanya
fakta.
f. Rumuskan pertanyaan dengan jelas dan tegas.
g. Rancanglah pertanyaan sesuai waktu yang disediakan dalam ujian.
h. Hindari penggunaan pernyataan pilihan.
i. Tuliskan skor maksimal yang dapat diperoleh siswa apabila ia
mengerjakan soal dg benar.
2. Bagaimana Memeriksa Hasil Tes Uraian?
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat pedoman
penskoran adalah:
a. Tuliskan jawaban terbaik dari pertanyaan tersebut!
b. Jika ada jawaban lain maka jawaban tersebut harus ditulis.
c. butir, konsep atau kata kunci apa yang penting yang harus muncul
pada jawaban tersebut.
d. Adakah butir, kata kunci / konsep yang lebih penting dari yang lain.
e. Beri skor pada setiap butir, kata kunci / konsep yang harus muncul
pada jawaban tersebut.
f. Butir , kata kunci, atau konsep yang lebih penting dapat diberi skor
lebih dari yang lain.
g. Cantumkan jumlah skor maksimal pada bagian kanan atas setiap
butir soal.
Untuk meningkatkan reabilitas hasil peskoran maka pemeriksaan
hasil tes uraian dilakukan sebagai berikut:
Kegiatan Belajar 3
Perencanaan Tes
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat kisi-kisi antara lain :
1. Pemilihan sampel materi yang akan diujikan. Pemilihan
sampel materi harus diupayakan serepresentatif mungkin.
2. Penentuan jenis tes yang akan digunakan. Penentuan jenis tes yang
akan digunakan apakah akan menggunakan tes pilihan ganda, tes
uraian, atau gabungan antara keduanya harus diperhitungkan terutama
terkait dengan materi, jumlah butir soal dan waktu tes yang
disediakan.
3. Jenjang kemampuan berpikir yang diujikan harus sesuai dengan
kemampuan berpikir yang dilatihkan selama proses pembelajaran.
4. Ragam tes yang digunakan
5. Sebaran tingkat kesukaran.
6. Waktu yang disediakan untuk pelaksanaan ujian
7. Jumlah butir soal yang akan ditanyakan tergantung waktu ujian yang
disediakan.
Jika tujuan pembeljran yang akan diukur tersebar mulai dari proses berpikir
rendah sampai berpikir tinggi, kitab isa menggunakan gabuangan antara tes
pilihan dan tes uraian.
Tuangkanlah ha-hal tersebut dalam format kisi-kisi. Berikut adalah cara
mempermudah pengisian format kisi-kisi:
1. Siapkan format kisi-kisi dan buku materi yang akan digunakan sebagai
sumber dalam pembuatan kisi-kisi
2. Tentukan pokok bahasan yang akan dipilih sebagai sampel materi yang
akan diujikan.
3. Tentukan berapa banyak jumlah butir soal yang kayak ditanyakan dalam
satu waktu ujian
5. Distribusikan jumlah butir soal per sub pokok bahasan ke dalam kolom-
kolom proses berpikir dan tingkat kesukaran butir soal.
MODUL 3
PENGEMBANGAN ASESMEN ALTERNATIF
Pendahuluan
Penggunaan asesmes alternatif dalam penilaian hasil belajar siswa merupakan
jawaban atas adanya kelemahan pada asesmen tradisional yang hanya menggunakan
tes tertulis paper and pencil ten). Tes temales tidak mampu mengukur hasil belajar
siswa yang kompleks, bahwa umumnya tos tertulis hanya mampu mengukur hasil
belajar siswa dalam ranah kognitif dan keterampilan sederhana. Dengan menggunakan
asesmen alternatif. Anda akan mampu mengukur keseluruhan hasil belajar siswa, tidak
hanya ranah kognitif tetapi juga tanah afektif dan psikomotor. Asestien alternatif juga
mampu mengukur proses belajar
Kegiatan Belajar 1
Konsep Dasar Asesmen Alternatif
A. LATAR BELAKANG
Pada penggunaan asesmen alternatif hanya menggunakan tes tertulis (paper
and pencil test) Test tertulis hanya dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar
dalam ranah kognitif dan ketrampilan sederhan namun tidak dapat mengukur hasil
belajar yang kompleks. Namun dalam kenyataannya tes ini dilakukan tanpa
memperhatikan proses pembelajaran . Yang membuat tes ini tidak hanya guru asli
tetapi dapat dilakukan oleh guru lain asalkan guru tersebut mengethui kompetensi
dasar yang akan dicapai dan menguasai materi. Didalam tes ini berorientasi pada
pencapaia hasil belajar siswa bukan pada proses belajar. Kelemahan yang timbul
dalam proses tes ini dalam pembelajaran yang dikenal dengan asesmen alternatif.
C. LANDASAN PSIKOLOGIS
Assesment alternatif tidak hanya menilai hasil/produk belajar saja namun
menilai proses belajarnya juga. Assesment alternatif juga mengacu dari beberapa
teori diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Teori Fleksibilitas Koqnitif dari R.Spiro (1990)
Teori ini menyatakan bahwa hakikat belajar adalah kompleks dan tidak
terstruktur.
2. Teori Belajar Bruner (1996)
Mengatakan bahwa belajar ialah suatu proses aktif dilakukan siswa dengan
cara mengkontruksi sendiri gagasan baru ,pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki.Dalam teori ini diharapkan siswa dapat menerapkan kempuannya
kedalam hal yang lebih luas.
Kegiatan Belajar 2 :
Bentuk Asesmen Kinerja
Struktur Asesmen kinerja Terdiri dari tugas (Task) dan kinerja penilaian
(Rubric).
A. TUGAS (TASK)
Informasi kinerja siswa dapat diperoleh dari berbagai jenis tugas atau
tagihan antara lain:
1. Computer adaptive testing,
2. Tes pilihan ganda yang diperluas
3. Tes uraian terbuka
4. Tugas individu
5. Tugas kelompok
6. Proyek
7. Interview
8. Pengamatan
Langkah-langkah yang harus diperhatikan guru dalam menyusun tugas
adalah :
1. Mengidentifikasi pengetahuan dan ketrampilan yang akan dimiliki siswa
setelah mereka mengerjakan tugas tersebut.
2. Merancang tugas yang memungkinkan siswa dapat menunjukkan
kemampuan siswa dalam berpikir dan ketrampilan. Setiap tugas
hendaknya memiliki kedalaman dan keluasaan yang sesuai dengan
tingkat perkembangan siswa.
3. Menetapkan kriteria keberhasilan. Setelah tugas disusun dengan baik
maka tugas guru selanjutnya adalah menetapkan kriteria keberhasilan
yang akan digunakan sebagai patokan untuk menilai kinerja
siswa.Kriteria keberhasilan yang dibuat sebaiknya secara rinci sehingga
dapat menilai setiap kinerja yang diharapkan. Kriteria tersebut
diperlukan agar guru dapat memberikan penilaian yang
obyektif.Sebelum tugas dan rubrik digunakan , kita perlu menilai kualitas
rubrik dan tugas yang telah kita buat.
B. KRITERIA PENILAIAN (RUBRIC)
Berdasarkan jenisnya ribrik dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Holistic rubric merupakan rubrik yang dimensi atau aspek yang akan
dinilai serta deskripsinya dibuat secara umum. Karena sifatnya seperti itu,
holistic rubric dapat digunakan untuk menilai berbagai jenis kinerja.
2. Analytic rubric merupakan rubrik yang dimensi atau aspek kinerjanya
serta deskripsi setiap aspeknya dibuat lebih rinci. Karena sifatnya yang
seperti itu, analythic rubric hanya dapat digunakan untuk menilai kinerja
tertentu.
Kegiatan Belajar 3 :
Asesmen Portofolio
C. PELAKSANAAN PORTOFOLIO
Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dan disepakati dengan siswa
maka tugas guru kemudian adalah melaksanakan asesmen portofolio sesuai dengan
apa yang telah direncanakan. Dalam pelaksanaan tersebut, tugas guru adalah:
E. TAHAP PENILAIAN
1. Penilaian dimulai dengan menetapkan kriteria penilaian yang disepakati
bersama antara guru dengan siswa pada awal pembelajaran
2. Kriteria penilaian yang telah disepakati diterapkan secara konsisten. Bila ada
perubahan atau ada persepsi yang berbeda dalam menerjemahkan kriteria
tersebut maka masalah tersebut harus dibicarakan bersama – sama antara
guru dengan murid pada waktu pertemuan berkala yang telah dirancang.
3. Hasil penilaian selanjutnya digunakan sebagai penentuan tujuan
pembelajaran berikutnya.
4. Penilaian dalam asesmen portofolio pada dasarnya dilakukan secara terus
menerus dan berkesinambungan.
Kegiatan Belajar 4 :
Penilaian Ranah Afektif
A. KONSEP DASAR
Kemampuan efektif meruapakan bagian dari hasil belajar siswa yang sangat
penting. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor sangat
ditentukan oleh kondisi afektif siswa. Siswa yang memiliki minat belajar dan sikap
positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tersebut
sehingga mereka akan dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun
para guru sadar akan hal ini tetapi belum banyak tindakan yang dilakukan guru
untuk meningkatakan minat dan mengembangkan sikap positif terhadap mata
pelajaran. Fakta yang ada sampai saat ini pembelajaran masih di dominasi pada
pengembangan ranah kognitif. Menurut Krathwohl (dalam Groundlund and Linn,
1990), ranah fektif terdiri atas 5 level yaitu:
1. Receiving merupakan keinginan siswa untuk memperhatikan suatu gejala atau
stimulus misalnya aktifvitas dalam kelas, buku atau musik.
2. Responding merupakan partisipasi aktif siswa untuk merespon gejala yang
dipelajari. Hasil pembelajaran pada level ini menekankan pada perolahan
respon, leinginan memberi respon, atau kepuasan dalam memberi respon.
3. Valuing merupakan kemampuan siswauntuk memberikan nilai, keyakinan atau
sikap dan menunjukkan suatu derajat internalisasi dan komitmen.
4. Organization merupakankemampuan anaka untuk mengorganisasi nilai yang
satu dengan yang lain dan konflik antar nilai internal dan konsisten.
5. Characterization merupakan level tertinggi dalam ranah afektif. Pada level ini
siswa sudah memiliki sistem sudah memiliki sistem nilai yang mampu
mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu hingga menjadi pola
hidupnya.
Karakteristik yang penting dalam ranah afektif adalah sikap, minat, konsep diri,
dan nilai.
1. Sikap
Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila pihak sekolah mampu
mengubah sikap siswa dari sikap negatif menjadi sikap positif.
2. Minat
Menurut Getzel, minat adalahsuatu disposisi yang terorganisir
melaluipegalaman yang mendorong sesorang untuk memperoleh objek khusus,
aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan memperoleh sesuatu.
3. Konsep diri
Dengan mengetahui informasi konsep diri setiap siswa, sekolah diharapkan
mampu menyediakan lingkungan belajar yang kondusif serta memotivasi siswa
dengan tepat.
4. Nilai
Sekolah perlu membantu siswa untuk menentukan dan menguatkan nilai yang
bermakna bagi siswa agar siswa mampu mencapai kebahagiaan diri dan
mampu memberikan hal yang positif bagi masyarakat.
2. Wawancara
Dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka atau tertutup.
3. Angket atau kuisioner
Merupakan suatu perangkat pertanyaan atau isian yang sudah disediakan
pilihan jawaban baik berupa pilihan petanyaan atau pilihan bentuk angka
4. Teknik proyektil
Merupakan tugas atau pekerjaan yang belum pernah dikenal siswa. Para
siswa diminta untuk mendiskusikan hal tersebut menurut penafsirannnya.
5. Pengukuran terselubung.
Merupakan pengamatan tentag sikap dan tingkah laku sesorang dimana
yang diamati tidak tahu bahwa ia sedang diamati.
Kegiatan Belajar 1
Mengumpulkan dan Mengolah Informasi Hasil Belajar
Kegiatan Belajar 2
Pendekatan dalam Pemberian Nilai
A. PENGORGANISASIAN INFORMASI HASIL BELAJAR SISWA
Informasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes, pada awalnya masih
berupa skor mentah (raw score) yang berupa data terserak (belum tertata). Data
hasil belajar siswa tersebut perlu ditata agar lebih mudah dipahami. Seanjutnya data
tersebut diolah dan diinterpretasikan untuk kemudian diambil keputusan tentang
bagaimana pencapaian hasil belajar siswa.
Cara membuat daftar distribusi frekuensi adalah sebagai berikut:
1. Tentukan rentang, data terbesar diurangi data terkecil.
2. Tentukan banyak kelas interval yang diperlukan
Banyak kelas = 1+3,3 log n, dimana n adalah banyak data
3. Tentukan Panjang kelas interval (p), degan menggunakan aturan sebagai
berikut:
P= Rentang
Banyak kelas
4. Tentukan ujung bawah kelas interval untuk data terkecil.
5. Masukkan semua data ke dalam kelas interval.
3. Penilaian
Pengertian penilaian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh informasi tentang pencapaian hasil belajar siswa dan menggunakan
informasi tersebut untuk mencapai tujuan pendidikan.
Prinsip-prinsip penilaian antara lain:
1) Berorientasi pada pencapaian kompetensi
2) Valid
3) Menyeluruh
4) Adil dan objektif
5) Berkesinambungan
6) Menyeluruh
7) Bermakna
Kegiatan Belajar 1 :
Validitas Dan Reliabitas Hasil Pengukuran
di mana:
ryy = reliabilitas sebelum penambahan butir soal
rxx = reliabilitas setelah penambahan butir soal
J = rasio jumlah butir soal setelah dan sebelum penambahan
Kegiatan Belajar 2 :
Analisis dan Perbaikan Instrumen
Dimana :
P : Indeks tingkat kesukaran butir soal
B: Jumlah peserta tes yang menjawab benar
N: Jumlah seluruh peserta
Contoh:
Jika butir soal nomor I yang Anda ujikan dapat dijawab dengan benar oleh 10
dari 40 siswa maka indeks tingkat kesukaran butir soal nomor 1 tersebut adalah
10
𝑃= = 0,25
40
Indeks tingkat kesukaran butir soal bergerak antara 0,00 sampai dengan 1,00
Indeks tingkat kesukaran butir soal (p) 0,00 apabila seluruh peserta tes tidak ada
yang dapat menjawab dengan benar dan indeks tingkat kesukaran butir soal (p)
1.00 akan tercapai apabila semua peserta tes dapat menjawab dengan benar. Jadi
butir soal yang mudah akan mempunyai p mendekati 1,00 dan butir soal yang
sukar mempunyai p mendekati 0,00. Menurut Fernandes (1984) kategori tingkat
kesukaran butir soal adalah sebagai berikut:
P > 0,75 : mudah
0,25 ≤ p ≤ 0,75: sedang
P<0,24 : sukar
Butri soal yang dianggap sangat bermanfaat (useful) adalah butir soal yang
mempunyai tingkat kesukaran dalam kategori sedang.
Dimana :
ΣA : Jumlah skor kelompok atas
ΣB : Jumlah skor kelompok bawah
N : 25 % peseerta didik
skormaks : Skor maksimal setiap butir soal
:Skor minimal setiap butir soal
skormin
Kegiatan Belajar 1
Prinsip-Prinsip Pemberian Nilai
Kegiatan Belajar 2
Penilaian Di Berbagai Jenjang Pendidikan
Aturan sebutan predikat kelulusan dan syarat yan harus dipenuhi, diatur
dalam Pasal 15 berikut :
1. Predikat kelulusan terdiri atas 3 tingkat yaitu : memuaskan, sangat
memuaskan, dan dengan pujian, yang dinyatakan pada transkrip
akademik.
2. IPK sebagai dasar penentuan predikat kelulusan program sarjana dan
program diploma adalah:
a) IPK 2,00 – 2,75 : memuaskan
b) IPK 2,76 – 3.50 : sangat memuaskan
c) IPK 3.51 – 4,00 : dengan pujian.
3. Predikat kelulusan untuk program magister:
Kegiatan Belajar 3
Pemanfaatan Hasil Tes Untuk Meningkatkan Proses Pembelajaran
A. Memanfaatkan hasil Pre Test dan Post test
1) Pre-Test adalah tes yang dilaksanakan pada awal proses pembelajaran
untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang pelajaran
yang akan disampaikan oleh guru.
2) Post-Test adalah tes yang dilaksanakan pada akhir proses pembelajaran
untuk mengetahui daya serap pelajaran yang telah disampaikan kepada
siswa dalam proses belajar mengajar.
c) Usaha perbaikan
d) Sebagai diagnosis