You are on page 1of 50

REVIEW MODUL 1-6

MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN

Tugas Evaluasi Pembelajaran


Program Studi S1 PGSD
Disusun oleh :

Diah Puspasari

857592981

UPBJJ PURWOKERTO

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TERBUKA

TAHUN 2022
MODUL 2
PENGEMBANGAN HASIL TES BELAJAR

Pendahuluan
Tes merupakan alat ukur yang teat untuk mengukur ketercapaian pada
domnan dalam ranah kognitif. Tetapi jika yang diukur adalah ranah afektif dan
psikomotorik maka tes bukan alat ukur yang valid.
Tujuan pencapaian dalam modul 2 adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan keunggulan tes onjektif an tes uraian.
2. Menjelaskan kelemahan tes objektif dan tes uraian.
3. Memilih jenis tes yang baik.
4. Memperbaiki kelemahan tes objektif dan tes uraian.
5. Merencakan tes.
6. Menjelaskan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan
perencanaan tes.

Kegiatan Belajar 1
Keunggulan dan Kelemahan Tes

1. Tes Objektif
A. Keunggulan Tes Objektif
1. Tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir rendah sampai dengan
sedang (ingatan, pemahaman, penerapan).
2. Semua / sebagian besar materi yang telah diajarkan dapat ditanyakan saat
ujian sehingga semua/ sebagian besar tujuan pembelajaran yang
ditetapkan dalam RPP dapat diukur ketercapaiannya.
3. Pemberianskor pada setiap siswa dapat dilakukan dengan cepat ,tepat, dan
konsisten karena jawaban yang benar untuk setiap butir soal sudah jelas
dan pasti.
4. Memungkinkan untuk dilakukan analisis butir soal.
5. Tingkat kesukaran soal dapat dikendalikan.
6. Informasi yang diperoleh lebih kaya.
B. Kelemahan Tes Objektif
1. Butir soal yang ditulis kebanyakan hanya mengukur proses berpikir
rendah.
2. Membuat pertanyaan tes objektif yang lebih baik lebih sukar sehingga
membutuhkan waktu lebih lama.
3. Kemampuan anak dapat terganggu oleh kemampuannya dalam membaca
dan menerka.
4. Anak tidak dapat mengorganisasian , menghubungkan, dan menyatakan
idenya sendiri karena semua alternatif jawaban untuk setiap pertanyaan
sudah diberikan oleh penulis soal.
Upaya yang ditempuh untuk meminimalkan kelamahan tersebut antara lain
sebagai berikut:
1. Untuk mengatasi agar butir soal yang ditulis tidak cederung mengukur
proses berpikir rendah, penulis harus berorintasi pada kisi-kisi soal.
2. Untuk mengatasi lamanya waktu penulisan butir soal, penulis harus
memiliki bekan penguasaan materi dan terus berlatih dalam
penguasaan penulisan. Selain itu dapat dilakukan proses pembuatan
bank soal agar dapat dimanfaatkan dalam penulisan berikutnya.
3. Mengatasi agar kemampuan anak tidak terganggu oleh kemampuan
membaca dan menerka, penulis harus menuliskan butir soal dengan
baik sesuai kaidah penulisan butir soal objektif yang telah ditentukan.
4. Menggunakan tes uraian agar siswa dapat mengemukakan
pendapatnya.
2. Tes Uraian
A. Keunggulan Tes Uraian
1. Tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir tinggi
2. Tepat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks yang tidak
dapat diukur dengan tes objektif
3. Waktu yang digunakan untukmenulis satu set tes uraian lebih cepat dari
pada waktu yang digunakan untuk menulis satu set tes objektif
4. Menulis tes uraian yang baik relative lebih mudah dari pada menulis tes
objektif.
B. Kelemahan Tes Uraian
1. Terbatasnya sampel materi yang ditanyakan
2. Sukar memeriksa jawaban siswa
Pemberian skor yang kurang objektif dan kurang konsisten dapat
disebabkan karena beberapa hal yaitu :
a. Adanya hallo effect
b. Adanya efek bawaan ( carry over effect)
c. Efek urutan pemeriksaan ( order effect)
d. Pengaruh penggunaan bahasa
e. Pengaruh tulisan tangan
Upaya untuk meminimalkan kelemahan :
1. Upaya untuk meningkatkan jumlah sampel materi yang ditanyakan saat
ujian adalah membuat tes uraian yang dapat dijawab dengan cepat oleh
siswa ( tes uraian terbatas )
2. Upaya untuk mengurangi unsure subjektivitas pemeriksa adalah dengan
memeriksa hasil ujian tanpa nama.
3. Upaya untuk mengatasi kesulitan dalam memeriksa hasil tes siswa
adalah :
a. Gunakan tes uraian terbatas
b. Gunakan 2 pemeriksa untuk memeriksa setiap hasil tes siswa
c. Sepakat tentang cara pemberian skor dengan pemeriksa kedua
d. Lakukan uji coba pemeriksaan
4. Upaya untuk mengurangi hallo effect adalah dengan menghilangkan /
menutup nama peserta tes
5. Upaya untuk menghindari carry over effect adalah dengan cara
memeriksa jawaban soal no 1 untuk keseluruhan siswa baru kemudian
baru memeriksa soal no 2 juga untuk keseluruh siswa begitu seterusnya
sampai butir soal terakhir
6. Upaya menghindari order effect adalah dengan berhenti memeriksa jika
anda sudah merasa lelah dalam memeriksa.
Kegiatan Belajar 2
Mengembangkan Tes
A. Tes Objektif
1. Tes benar salah / true false item
Fungsi :
a. Mengukur kemampuan siswa untuk mengidentifikasi kebenaran suatu
pernyataan mengenai fakta, definisi, prinsip, teori, hukum, dan
sebagainya.
b. Mengukur kemampuan siswa unuk membedakan antara fakta dengan
pendapat atau opini.
c. Mengukur hasil belajar yang lebih tinggi dari sekedar ingatan.
Keunggulan : mudah dikonstruksikan, dapat mennanyakan banyak sampel
materi, mudah penskoran, tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir
sederhana.
Kelemahan : probabilitas siswa dalam menebak jawaban sangat tinggi yaitu
50%, sebagian besar soal benar salah hanya digunakan untuk mengukur hasil
belajar siswa yang sederhana yaitu aspek ingatan.
2. Tes menjodohkan / matching exercise
Yaitu tes objektif yang ditulis dalam dua kolom. Kolom pertama adalah
pokok soal/premis dan kolom kedua adalah jawaban / respon. Keunggulan
: mudah dibuat, mudah penskorannya, dapat menguji banyak materi yang
telah diajarkan pada siswa. Kelemahan : butir soal yang dibuat cenderung
mengukur hasil belajar yang sederhana.
3. Tes pilihan ganda / multiple choice
Konstruksi tes terdiri dari dua bagian, bagian pertama adalah soal (steam)
dan bagian kedua adalah alternatif jawaban (option).
Ragam tes pilihan ganda :
a. Melengkapi pilihan ( ragam A)
Tersusun atas pokok soal dengan empat / lima alternatif jawaban.
b. Hubungan antarhal (ragam B)
Tersusun atas pokok soal terdiri dari dua pernyataan yang independen
dipisahkan dengan kata sebab.
c. Analisi kasus (ragam C)
Pertanyaan yang dirumuskan pada pokok soal dikembangkan dari kasus
yang disajikan sebelumnya.
d. Ganda kompleks (ragam D)
Tersususn atas pokok soal yang berupa pertanyaan yang disertai dengan
tiga atau empat buah alternatif jawaban.peserta diminta untuk memilih
jawaban yang benar (lebih dari satu) dari tiga atau empat alternatif
jawaban yang ada.
e. Membaca diagram , tabel, atau grafik ( ragam E )
Sama dengan ragam soal C baik struktur maupun pola jawabannya,
hanya bedanya dalam soal tidak berbentuk uraian namun bentuk tabel.
grafik atau diagram.
Mengkonstruksi tes objektif yang baik
a. Saran dalam mengkonstruksi tes B-S
1) Kalimat / pernyataan harus dapat ditentukan dijawab benar/ salah.
Hindari pernyataan yang membingungkan/ bermakna ganda.
2) Hindari penulisan butir soal yang hanya mengukur hasil belajar
yang tdk mengukur kompetensi.
3) Upayakan butir soal tsb menguji hasil belajar yang lebih tinggi
dari sekedar ingatan.
4) Hindari penggunaan pernyataan negatif apalagi pernyataan
negatif ganda.
5) Hindari penggunaan kalimat yang terlalu kompleks.
6) Pernyataan benar dan salah harus dibuat seimbang dalam hal
penulisan kalimaat.
7) Jumlah jawanan untuk pernyataan benar/ salah harusnya
seimbang.
b. Saran dalam mengkonstruksi tes menjodohkan
1) Pernyataan pernyataan dibawah kolom pertama atau kedua harus
terdiri dari pernyataan yang homogen.
2) Jumlah pernyataan kolom kedua dibuat lebih banyak dari kolom
kedua.
3) Penulisan kalimat pada respon hendaknya lebih pendek dari
premis.
4) Jika jawaban pada respon berbentuk angka penulisan harus
diurutkan.
5) Letakkan keseluruhan pernyataan premis dan respon pada
halaman yang sama.
c. Saran dalam mengkonstruksi tes pilihan ganda

1) Inti permasalahan yang ditanyakan harus dirumuskan dengan


jelas.

2) Hindari pengulangan kata yang sama pada alternatif jawaban.


3) Hindari penggunaan kalimat berlebihan pada pokok soal.
4)  Alternatif jawaban hendaknya logis, homogen dari segi materi
/ panjang pendek kalimat dan pengecoh menarik untuk dipilih.
5) Dalam merumuskan soal hindari adanya petunjuk ke jawaban
yang benar.
6) Setiap soal hanya ada satu jawaban yang benar.
7) Hindari penggunaan ungkapan negatif dlm penulisan soal.
8) Hindari alternatif jawaban yang berbunyi semua jawaban benar /
semua jawaban salah.
9) Jika alternatif jawaban berupa angka, susunlah angka tersebut
berurutan.
10) Dalam perumusan soal hindari penggunaan istilah teknis.
11) Upayakan agar jawaban soal tidak tergantung jawaban soal yang
lain.

B. Tes Uraian
1. Bagaimana Menulis tes Uraian yang Baik?
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonstruksi tes uraian
yaitu :
a. Tulis tes uraian berdasarkan perencanaan tes yang dibuat.
b. Gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang sukar.
c. Kembangkan butir soal dari suatu kasus.
d. Gunakan tes uraian terbatas.
e. Usahakan pertnyaan mengungkap pendapat siswa bukan hanya
fakta.
f. Rumuskan pertanyaan dengan jelas dan tegas.
g. Rancanglah pertanyaan sesuai waktu yang disediakan dalam ujian.
h. Hindari penggunaan pernyataan pilihan.
i. Tuliskan skor maksimal yang dapat diperoleh siswa apabila ia
mengerjakan soal dg benar.
2. Bagaimana Memeriksa Hasil Tes Uraian?
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat pedoman
penskoran adalah:
a. Tuliskan jawaban terbaik dari pertanyaan tersebut!
b. Jika ada jawaban lain maka jawaban tersebut harus ditulis.
c. butir, konsep atau kata kunci apa yang penting yang harus muncul
pada jawaban tersebut.
d. Adakah butir, kata kunci / konsep yang lebih penting dari yang lain.
e. Beri skor pada setiap butir, kata kunci / konsep yang harus muncul
pada jawaban tersebut.
f. Butir , kata kunci, atau konsep yang lebih penting dapat diberi skor
lebih dari yang lain.
g. Cantumkan jumlah skor maksimal pada bagian kanan atas setiap
butir soal.
Untuk meningkatkan reabilitas hasil peskoran maka pemeriksaan
hasil tes uraian dilakukan sebagai berikut:

1. Setiap jawaban diperiksa oleh dua orang yang masing-


masing bekerja sendiri-sendiri

2. Sebelum memulai, kedua pemeriksa harus duduk Bersama


untuk menyamakan persepsi

3. Setelah kedua pemeriksa mempunyai persepsi yang sama


maka dilakukan uji coba pemeriksaan jawaban siswa

4. Setelah persepsi kedua pemeriksa sama maka


pemeriksaaan yang sesungguhnya boleh dilakukan.

5. Setelah selesai memeriksa keseluruhan hasil tes siswa,


kedua pemeriksa harus bertemu Kembali untuk melihat
apakah ada perbedaan skor yang tinggi di antara keduanya.

Kegiatan Belajar 3
Perencanaan Tes
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat kisi-kisi antara lain :
1. Pemilihan sampel materi yang akan diujikan. Pemilihan
sampel materi harus diupayakan serepresentatif mungkin.
2. Penentuan jenis tes yang akan digunakan. Penentuan jenis tes yang
akan digunakan apakah akan menggunakan tes pilihan ganda, tes
uraian, atau gabungan antara keduanya harus diperhitungkan terutama
terkait dengan materi, jumlah butir soal dan waktu tes yang
disediakan.
3. Jenjang kemampuan berpikir yang diujikan harus sesuai dengan
kemampuan berpikir yang dilatihkan selama proses pembelajaran.
4. Ragam tes yang digunakan
5. Sebaran tingkat kesukaran.
6. Waktu yang disediakan untuk pelaksanaan ujian
7. Jumlah butir soal yang akan ditanyakan tergantung waktu ujian yang
disediakan.
Jika tujuan pembeljran yang akan diukur tersebar mulai dari proses berpikir
rendah sampai berpikir tinggi, kitab isa menggunakan gabuangan antara tes
pilihan dan tes uraian.
Tuangkanlah ha-hal tersebut dalam format kisi-kisi. Berikut adalah cara
mempermudah pengisian format kisi-kisi:

1. Siapkan format kisi-kisi dan buku materi yang akan digunakan sebagai
sumber dalam pembuatan kisi-kisi
2. Tentukan pokok bahasan yang akan dipilih sebagai sampel materi yang
akan diujikan.

3. Tentukan berapa banyak jumlah butir soal yang kayak ditanyakan dalam
satu waktu ujian

4. Sebarkan jumlah butir soal tersebut per pokok bahasan.

5. Distribusikan jumlah butir soal per sub pokok bahasan ke dalam kolom-
kolom proses berpikir dan tingkat kesukaran butir soal.
MODUL 3
PENGEMBANGAN ASESMEN ALTERNATIF

Pendahuluan
Penggunaan asesmes alternatif dalam penilaian hasil belajar siswa merupakan
jawaban atas adanya kelemahan pada asesmen tradisional yang hanya menggunakan
tes tertulis paper and pencil ten). Tes temales tidak mampu mengukur hasil belajar
siswa yang kompleks, bahwa umumnya tos tertulis hanya mampu mengukur hasil
belajar siswa dalam ranah kognitif dan keterampilan sederhana. Dengan menggunakan
asesmen alternatif. Anda akan mampu mengukur keseluruhan hasil belajar siswa, tidak
hanya ranah kognitif tetapi juga tanah afektif dan psikomotor. Asestien alternatif juga
mampu mengukur proses belajar

Kegiatan Belajar 1
Konsep Dasar Asesmen Alternatif

A. LATAR BELAKANG
Pada penggunaan asesmen alternatif hanya menggunakan tes tertulis (paper
and pencil test) Test tertulis hanya dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar
dalam ranah kognitif dan ketrampilan sederhan namun tidak dapat mengukur hasil
belajar yang kompleks. Namun dalam kenyataannya tes ini dilakukan tanpa
memperhatikan proses pembelajaran . Yang membuat tes ini tidak hanya guru asli
tetapi dapat dilakukan oleh guru lain asalkan guru tersebut mengethui kompetensi
dasar yang akan dicapai dan menguasai materi. Didalam tes ini berorientasi pada
pencapaia hasil belajar siswa bukan pada proses belajar. Kelemahan yang timbul
dalam proses tes ini dalam pembelajaran yang dikenal dengan asesmen alternatif.

B. KONSEP DASAR ASESMEN ALTERNATIF


Penilaian asesmen merupakan kegiatan yang dirancang untuk mengukur
keefektifan sistem pendidikan secara keseluruhan. Ada beberapa istilah dalam
asasmen yaitu traditional assesment , performance assesment , authentic assesment
, potofolio assesment , achievement assesment dan alternative assesment .
a. Traditional assesment mengacu pada tes tulis
b. Performance assesment yaitu siswa diminta untuk kinerja nyata dalam
dalam penyelesaian tugas.
c. Authentic Assesment yaitu penerepan siswa diluar sekolah
berdasarkan kemampuannya.
d. Portofolio assesment yaitu kumpulan hasil karya siswa.
e. Achivement assesment yaitu tes tulis untuk mengukur tingkat kemampuan
siswa.
f. Alternative assesment yaitu tes yang tidak hanya dengan tes tulis namun
merupakan alternatif dari asesmen traditional.

C. LANDASAN PSIKOLOGIS
Assesment alternatif tidak hanya menilai hasil/produk belajar saja namun
menilai proses belajarnya juga. Assesment alternatif juga mengacu dari beberapa
teori diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Teori Fleksibilitas Koqnitif dari R.Spiro (1990)
Teori ini menyatakan bahwa hakikat belajar adalah kompleks dan tidak
terstruktur.
2. Teori Belajar Bruner (1996)
Mengatakan bahwa belajar ialah suatu proses aktif dilakukan siswa dengan
cara mengkontruksi sendiri gagasan baru ,pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki.Dalam teori ini diharapkan siswa dapat menerapkan kempuannya
kedalam hal yang lebih luas.

3. Generative Learning Model dari Obsorne dan Ittrock (1983)


Menjelaskan bahwa otak tidak hanya pasif menerima informasi tetapi aktif
membentuk dan menginterpretasikan sesuatu.Lebih ke fungsi otak beserta
fungsinya.
4. Experiental learning theory dari C.Rogers (1969)
Teori yang membedakan dua jenis belajar yaitu cognitive learning
(pengetahuan) dan experiental learning (pengalaman).
5. Multiple Intelligent Theory dari Howard Gardner (1983)
Suatu kemampuan seseorang yang digunakan untuk memecahkan masalah atau
kemampuan untuk menunjukkan suatu produk yang dihargai oleh suatu budaya.

D. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN ASESMEN ALTERNATIF


1. Keunggulan asesmen alternatif :
a. Dapat menilai hasil belajar yang kompleks
b. Menyajikan hasil penilaian yang lebih kongkrit,langsung dan lengkap.
c. Meningkatkan motivasi siswa
d. Mendorong pembelajaran dalam situasi yang nyata.
e. Siswa mampu mengevaluasi diri sendiri terhadap hasil karyanya
sendiri.
f. Membantu guru untuk menilai efektifitas pembelajaran yang
dilakukan.
g. Membantu memecahkan masalah yang dihadapi di kehidupan sehari
hari
2. Kelemahan asesmen alternatif :
a. Membutuhkan banyak waktu
b. Adanya unsur subyektif dalam penilaian
c. Ketetapan penskoran rendah
d. Tidak tepat untuk kelas besar

Kegiatan Belajar 2 :
Bentuk Asesmen Kinerja

Struktur Asesmen kinerja Terdiri dari tugas (Task) dan kinerja penilaian
(Rubric).
A. TUGAS (TASK)
Informasi kinerja siswa dapat diperoleh dari berbagai jenis tugas atau
tagihan antara lain:
1. Computer adaptive testing,
2. Tes pilihan ganda yang diperluas
3. Tes uraian terbuka
4. Tugas individu
5. Tugas kelompok
6. Proyek
7. Interview
8. Pengamatan
Langkah-langkah yang harus diperhatikan guru dalam menyusun tugas
adalah :
1. Mengidentifikasi pengetahuan dan ketrampilan yang akan dimiliki siswa
setelah mereka mengerjakan tugas tersebut.
2. Merancang tugas yang memungkinkan siswa dapat menunjukkan
kemampuan siswa dalam berpikir dan ketrampilan. Setiap tugas
hendaknya memiliki kedalaman dan keluasaan yang sesuai dengan
tingkat perkembangan siswa.
3. Menetapkan kriteria keberhasilan. Setelah tugas disusun dengan baik
maka tugas guru selanjutnya adalah menetapkan kriteria keberhasilan
yang akan digunakan sebagai patokan untuk menilai kinerja
siswa.Kriteria keberhasilan yang dibuat sebaiknya secara rinci sehingga
dapat menilai setiap kinerja yang diharapkan. Kriteria tersebut
diperlukan agar guru dapat memberikan penilaian yang
obyektif.Sebelum tugas dan rubrik digunakan , kita perlu menilai kualitas
rubrik dan tugas yang telah kita buat.
B. KRITERIA PENILAIAN (RUBRIC)
Berdasarkan jenisnya ribrik dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Holistic rubric merupakan rubrik yang dimensi atau aspek yang akan
dinilai serta deskripsinya dibuat secara umum. Karena sifatnya seperti itu,
holistic rubric dapat digunakan untuk menilai berbagai jenis kinerja.
2. Analytic rubric merupakan rubrik yang dimensi atau aspek kinerjanya
serta deskripsi setiap aspeknya dibuat lebih rinci. Karena sifatnya yang
seperti itu, analythic rubric hanya dapat digunakan untuk menilai kinerja
tertentu.

Kegiatan Belajar 3 :
Asesmen Portofolio

A. PENGERTIAN DAN TUJUAN PORTOFOLIO


Portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa yang disusun secara
sistematis yang menunjukkan upaya, proses, hasil dan kemajuan belajar yang
dilakukan siswa dari waktu ke waktu.
Menurut Jon Mueller tujuan penggunaan portofolio adalah sebagai berikut :
1. Menunjukkan perkembangan hasil belajar siswa.
a. Menunjukkan perkembangan atau perubahan kinerja siswa
b. Membantu mengembangkan proses keterampilan seperti self evaluation
(evaluasi diri) dan perumusan tujuan
2. Menunjukkan kemampuan siswa
a. Menunjukkan kinerja siswa pada akhir semester dan akhir tahun
b. Menyiapkan hasil kerja terbaik untuk ditunjukkan kepada orang lain
3. Menilai keseluruhan hasil belajar siswa
a. Menyiapakan karya siswa untuk memperoleh nilai akhir
b. Menyimpan perkembangan karya siswa untuk mencapai kriteria yang telah
ditetapkan
Sedangkan asesmen portofolio adalah asesmen yang menuntut adanya kerja
sama antara murid dengan guru. Asesmen portofolio tidak hanya sekedar kumpulan
hasil karya siswa yang terpenting adalah proses seleksi yang dilakukan berdasar
kriteria tertentu untuk dimasukkan ke dalam kumpulan hasil karya. Kumpulan hasil
karya tersebut digunakan oleh siswa untuk melakukan refleksi sehingga siswa
mampu mengenal kelemahan dan kelebihan karya yang dihasilkan.
B. PERENCANAAN PORTOFOLIO
Menurut Shaklee (1997) delapan pedoman yang harus diperhatikan saat
merencanakan portofolio adalah:
1. Menentukan kriteria atau standar yang digunakan sebagai dasar asesmen
portofolio.
2. Menerjemahkan kriteria atau standar tersebut ke dalam rumusan hasil belajar
yang dapat diamati. Kriteria atau standar tersebut harus sesuai dengan umur,
kelas dan materi yang akan dinilai
3. Menggunakan kriteria, memeriksa ruang lingkup dan urutan materi dalam
kurikulum.
4. Menentukan orang yang berkepentingan secara langsung (stakeholder) dengan
portofolio siswa. Stakeholders yang terpenting dalam portofolio siswa adalah
guru, siswa, teman sekelas dan orang tua siswa.
5. Menentukan jenis – jenis bukti yang harus dikumpulkan
6. Menentukan cara yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan berdasar
bukti yang dikumpulkan
7. Menetukan sistem yang akan digunakan untuk membahas hasil portofolio,
pelaporan informasi dan asesmen portofolio.
8. Mengatur bukti – bukti portofolio berdasar umur, kelas atau isi agar kita dapat
membandingkan.

C. PELAKSANAAN PORTOFOLIO
Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dan disepakati dengan siswa
maka tugas guru kemudian adalah melaksanakan asesmen portofolio sesuai dengan
apa yang telah direncanakan. Dalam pelaksanaan tersebut, tugas guru adalah:

1. Mendorong dan memotivasi siswa.


Memberi dorongan, semangat dan motivasi kepada siswa untuk menghasilkan
karya terbaik. Tugas portofolio merupakan tugas yang diberikan sesuai dengan
kondisi yang nyata pada kehidupan siswa.
2. Memonitor pelaksanaan tugas.
Guru perlu melakukan pertemuan rutin dengan siswa guna mendiskusikan
permasalahan yang dihadapi siswa. Berilah komentar terhadap karya siswa.
Mintalah juga siswa untuk memberi komentar terhadap hasil karyanya sendiri.
Komentar yang diberikan oleh siswa sendiri terhadap hasil karyanya
diharapkan dapat digunakan utuk memperbaiki kelemahan dan hambatan yang
dialami siswa. Hasil monitoring yang dilakukan oleh guru akan dapat dijadikan
sebagai bahan bagi pembelajaran berikutnya. Agar guru memperoleh gambaran
yang utuh mengenai kemampuan siswa, guru perlu juga mengadakan
pertemuan dengan orang tua siswa. Guru dapat meminta siswa masukkan dari
orang tua siswa tentang aktivitas siswa di rumah. Orang tua daoat memberikan
masukkan tersebut secara lisan atau tertulis.
3. Memberikan umpan balik.
Umpan balik dapat berupa komentar terhadap karya sswa yang bersifat kritis
dengan tujuan untuk memperbaiaki atau meningkatkan kemampuan siswa.
4. Memamerkan hasil portofolio siswa
Pamerkanlah hasil karya siswa yang mengundang stakeholders yang
berhubungan langsung dengan fortofolio.

D. PENGUMPULAN BUKTI PORTOFOLIO


Beberapa guru memilih untuk menyimpan dua portofolio untuk setiap
siswa. Satu portofolio disimpan sebagai bukti akhir pencapaian hasil belajar siswa
dan satu lagi digunakan sebagai portofolio yang terus dikembangakan oleh siswa.
Setiap satu minggu sekali atau dua minggu sekali, guru dan siswa mereview karya
siswa kemudian memperbaikinya. Setelah itu guru dan siswa menyeleksi atau
memilih hasil perbaikan pekkerjaan untk dikumpulkan dan disimpan ke dalam
folder sebagai bukti perkembangan karya siswa.

E. TAHAP PENILAIAN
1. Penilaian dimulai dengan menetapkan kriteria penilaian yang disepakati
bersama antara guru dengan siswa pada awal pembelajaran
2. Kriteria penilaian yang telah disepakati diterapkan secara konsisten. Bila ada
perubahan atau ada persepsi yang berbeda dalam menerjemahkan kriteria
tersebut maka masalah tersebut harus dibicarakan bersama – sama antara
guru dengan murid pada waktu pertemuan berkala yang telah dirancang.
3. Hasil penilaian selanjutnya digunakan sebagai penentuan tujuan
pembelajaran berikutnya.
4. Penilaian dalam asesmen portofolio pada dasarnya dilakukan secara terus
menerus dan berkesinambungan.

Kegiatan Belajar 4 :
Penilaian Ranah Afektif

A. KONSEP DASAR
Kemampuan efektif meruapakan bagian dari hasil belajar siswa yang sangat
penting. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor sangat
ditentukan oleh kondisi afektif siswa. Siswa yang memiliki minat belajar dan sikap
positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tersebut
sehingga mereka akan dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun
para guru sadar akan hal ini tetapi belum banyak tindakan yang dilakukan guru
untuk meningkatakan minat dan mengembangkan sikap positif terhadap mata
pelajaran. Fakta yang ada sampai saat ini pembelajaran masih di dominasi pada
pengembangan ranah kognitif. Menurut Krathwohl (dalam Groundlund and Linn,
1990), ranah fektif terdiri atas 5 level yaitu:
1. Receiving merupakan keinginan siswa untuk memperhatikan suatu gejala atau
stimulus misalnya aktifvitas dalam kelas, buku atau musik.
2. Responding merupakan partisipasi aktif siswa untuk merespon gejala yang
dipelajari. Hasil pembelajaran pada level ini menekankan pada perolahan
respon, leinginan memberi respon, atau kepuasan dalam memberi respon.
3. Valuing merupakan kemampuan siswauntuk memberikan nilai, keyakinan atau
sikap dan menunjukkan suatu derajat internalisasi dan komitmen.
4. Organization merupakankemampuan anaka untuk mengorganisasi nilai yang
satu dengan yang lain dan konflik antar nilai internal dan konsisten.
5. Characterization merupakan level tertinggi dalam ranah afektif. Pada level ini
siswa sudah memiliki sistem sudah memiliki sistem nilai yang mampu
mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu hingga menjadi pola
hidupnya.
Karakteristik yang penting dalam ranah afektif adalah sikap, minat, konsep diri,
dan nilai.
1. Sikap
Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila pihak sekolah mampu
mengubah sikap siswa dari sikap negatif menjadi sikap positif.
2. Minat
Menurut Getzel, minat adalahsuatu disposisi yang terorganisir
melaluipegalaman yang mendorong sesorang untuk memperoleh objek khusus,
aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan memperoleh sesuatu.
3. Konsep diri
Dengan mengetahui informasi konsep diri setiap siswa, sekolah diharapkan
mampu menyediakan lingkungan belajar yang kondusif serta memotivasi siswa
dengan tepat.
4. Nilai
Sekolah perlu membantu siswa untuk menentukan dan menguatkan nilai yang
bermakna bagi siswa agar siswa mampu mencapai kebahagiaan diri dan
mampu memberikan hal yang positif bagi masyarakat.

B. BEBERAPA CARA PENILAIAN RANAH EFEKTIF


Menurut Ericson, penilaian afektif dapat dilakukan dengan cara:
1. Pengamatan langsung
Yaitu dengan memperhatikan dan mencatat sikap dan tingkah laku siswa
terhadap sesuatu, benda, orang, gambar atau kejadian.

2. Wawancara
Dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka atau tertutup.
3. Angket atau kuisioner
Merupakan suatu perangkat pertanyaan atau isian yang sudah disediakan
pilihan jawaban baik berupa pilihan petanyaan atau pilihan bentuk angka
4. Teknik proyektil
Merupakan tugas atau pekerjaan yang belum pernah dikenal siswa. Para
siswa diminta untuk mendiskusikan hal tersebut menurut penafsirannnya.
5. Pengukuran terselubung.
Merupakan pengamatan tentag sikap dan tingkah laku sesorang dimana
yang diamati tidak tahu bahwa ia sedang diamati.

C. LANGKAH – LANGKAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN AFEKTIF


Sama seperti dengan cara pengembangan alat ukur pada umumnya,
pengembangan alat ukur afektif dimulai dengan:
1. Merumuskan tujuan pengukuran afektif
Pengembangan alat ukur afektif bertujuan untuk mengungkap nilai dan
keyakinan siswa. Hasil pengukuran nilai berupa nilai dan keyakinan siswa yang
positif dan negatif. Sekolah berkewajiban mengembangkan nilai dan keyakinan
siswa yang positif dan menghilangkan nilai dan keyakinan yang negatif.
2. Mencari definisi konseptual dari afektif yang akan diukur
Pencarian definisi konseptual dapat anda lakukan dengan mencari buku teks
yang relevan.
3. Menentukan definisi operasioan dari setiap afektif yang akan diukur
Penentuan definisi oprasional dimaksudkan untukl menentukan cara
pengukuran definisi konseptual
4. Menjabarkan definisi operasioan variabel sesuai dengan jumlah indikator
Ketepatan pengukuran ranah afektif sangat ditentukan oleh kemamouan
penyusun instrumen (guru atau peneliti) dalam membuat atau merumuskan
indikator
5. Menggunakan indikator sebagai acuan menulis pertanyaan dalam instrumen
Penulisan instrumen dapat dilakukan dengan menggunakan skla pengukuran.
Skala pengukuran yang paling banyak digunakan adalah skala pengukuran
Liekert. Skala liekert merupakan salah satu jenis skala pengukuran rafnah
afektif yang terdiri dari sejimlah pertanyaan yang diikutu dengan penilaian
responden terhadap setiap pertanyaan dengan menggnakan lima skala mulai
dari yang paling sesuai sampai dengan yang paling tidak sesuai.
6. Mengukir kembali setiap butir pertanyaan
Penelitian kembali instrumen yang selesai ditulis sebaiknya dilakukan oleh
orang yang telah memiliki banyak pengalaman dalam mengembangkan alat
ukur afektif minimal 2 orang. Berdassarkan masukan dari kedua ahli tersebut
kita sempurnakan instrumen tersebut. Jika langkah ini selesai dilakukan maka
kita siap untk melakukan uji coba lapangan
7. Melakukan uji coba
Tujuan uji coba adalah untuk mengetahui apakah perangkat alat ukur tersebut
sudah dapat memberikan hasil pengukuran seperti yang kita inginkan.
8. Menyempurnakan Instrumen
Pada saat ini sudah banyak program analisis data yang beredar di pasaran yang
dapat kita manfaatkan untuk mengolah data. Berdasarkan data hasil uji coba
kita akan dapat memperbaiki butir - butir pertanyaan yang dianggap lemah.
9. Mengadministrasikan Instrumen
Artinya adalah pengambilan data di lapangan. Untuk mengambil data di
lapangan perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu:
a. Kesiapan perangkat instrumen
b. Tenaga lapangan
c. Kesiapan responden
MODUL 4
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN INFORMASI HASIL BELAJAR

Kegiatan Belajar 1
Mengumpulkan dan Mengolah Informasi Hasil Belajar

Tujuan utama dari kegiatan penilaian adalah untuk mengetahui apakah


kompetensi dasar yang telah ditetapkan sudah dapat dicapai oleh siswa atau belum.
Untuk keperluan tersebut guru perlu menyusun prosedur penilaian dalam bentuk
kisi-kisi pengukuran. Kisi-kisi pengukuran tersebut antara lain berisi :
a) aspek yang akan diukur : kognitif, afektif, atau psikomotor,
b) jenis alat ukur yang digunakan : tes atau non-tes,
c) teknik atau cara pengukurannya : tertulis, lisan, atau perbuatan
d) cara penskoran serta pengolahannya.
Informasi hasil belajar siswa dalam upaya mencapai kompetensi yang telah
ditentukan dapat dikumpulkan dengan menggunakan berbagai bentuk penilaian,
masalnya dari tes tertulis serta panilaian unjuk kerja. Informasi hasil belajar yang
diperoleh dari tes tertulis dikumpulkan dari hasil tes tertulis yang telah dikerjakan
siswa, baik yang berasal dari ulangan harian, tes tengah semester, ataupun tes akhir
semester. Jenis tes yang sering digunakan di lapangan adalah tes objektif dan tes
uraian.

A. Memeriksa dan Mengolah Hasil Tes


1. Memeriksa Hasil tes Objektif
Cara yang paling umum dilakukan oleh para praktisi pendidikan di lapangan
adalah dengan pemeriksaan secara manual. Cara ini tepat dilakukan jika jumlah
peserta tesnya tidak terlalu banyak. Caranya dengan membuat master kunci
jawaban pada lembar jawaban kosong. Master jawaban digunakan untuk
memeriksa hasil jawaban siswa.
Jika jumlah peserta tes sangat besar, maka pemeriksaan secara manual dirasa
tidak efektif lagi. Jika peserta tes dalam jumlah besar maka dapat menggunakan
fasilitas komputer untuk menskor dan mengolahnya. Pembacaan jawaban siswa
dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan mesin pembaca (scanner machine)
dan untuk mengolah data selanjutnya dapat digunakan komputer.
Prinsip kerja pemeriksaan jawaban dengan fasilitas komputer:
a. Semua jawaban siswa di-scan.
b. Identitas data siswa yang terisi benar dipisahkan dari yang terisi salah melalui
proses editing.
c. Data yang salah diperbaiki melalui proses up-dating.
d. Setelah semua identitas siswa benar, kunci jawaban dimasukkan ke dalam
komputer.
e. Menghitung jawaban yang benar dari setiap siswa melalui proses scoring.

2. Memeriksa Hasil Tes Uraian


Pemberian skor atau scoring merupakan masalah serius dalam pemeriksaan
hasil tes uraian. Menurut Hopkins dan kawan-kawan (1990) terdapat lima faktor
yang menjadi permasalahan pada saat memeriksa hasil tes uraian yaitu
ketidaktetapan pemeriksa dalam memberikan skor, adanya hallo effect, carri over
effect, order effect, dan adanya efek penggunakan bahasa serta tulisan siswa.
Untuk memeriksa hasil tes uraian sebaiknya mengikuti cara-cara berikut:
a. Setiap lembar jawaban siswa sebaiknya diperiksa oleh dua orang pemeriksa
b. Kedua pemeriksa menyamakan persepsi untuk mencari kesepakatan cara
memeriksa jawaban siswa.
· Pemeriksa mengujicobakan pedoman penskoran yang sudah disepakati dengan
memeriksa 5 – 10 lembar jawaban siswa. Pemeriksaan jawaban siswa dilaksanakan
setelah uji coba pemeriksaan menunjukkan hasil pemeriksaan yang baik. Pemeriksa
menentukan skor yang diperoleh setiap siswa.
3. Mengolah Data Hasil Tes
Skor mentah perlu diolah agar mudah dipahami oleh murid atau orang tua. Cara
yang paling mudah dan umum diguynakan untuk mengolah hasil tes adalah dengan
mengubah skor tersebut dalam bentuk presentase sebagai berikut:
a. Untuk tes objektif
Jumlah Jawaban yang Benar
Persentase Penguasaan = ----------------------------------------- x 100%
Jumlah Butir Soal

b. Untuk tes uraian


Jumlah Skor yang Diperoleh Siswa
Persentase Penguasaan = ------------------------------------------ x 100%
Jumlah Skor Maksimal

B. Pengumpulan dan Pengolahan Informasi hasil Belajar dari Unjuk Kerja


Siswa
Informasi hasil belajar yang diperoleh dari unjuk siswa kerja siswa, baik yang
berupa unjuk kerja yang langsung diamati guru, pembuatan laporan, pengumpulan
hasil karya, pengumpulan portofoio dan lain sebagianya. Satu hal yang tidak kalah
penting adalah informasi yang berkenaan dengan proses selama menghasilkan
karya tersebut. Untuk memperoleh informasi tersebut sudah barang tentu guru
harus mempersiapkan pedoman pengamatan yang dilengkapi dengan kriteria
penskoran. Inilah yang dikenal dengan rubrik
Pengolahan Data dari Pengukuran Unjuk Kerja Siswa (melalui Skala Rating
atau Skala Sikap dari Likert), dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
a. Hitung jumlah skor maksimal dan minimal yang mungkin diperoleh siswa untuk
semua indikator.
b. Jumlahkan skor yang diperoleh setiap siswa.
c. Bandingkan skor yang diperoleh dengan standar kompetensi yang telah
ditetapkan atau
d. Membagi jumlah skor yang diperoleh siswa dengan skor maksimal kali 100%.

Kegiatan Belajar 2
Pendekatan dalam Pemberian Nilai
A. PENGORGANISASIAN INFORMASI HASIL BELAJAR SISWA
Informasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes, pada awalnya masih
berupa skor mentah (raw score) yang berupa data terserak (belum tertata). Data
hasil belajar siswa tersebut perlu ditata agar lebih mudah dipahami. Seanjutnya data
tersebut diolah dan diinterpretasikan untuk kemudian diambil keputusan tentang
bagaimana pencapaian hasil belajar siswa.
Cara membuat daftar distribusi frekuensi adalah sebagai berikut:
1. Tentukan rentang, data terbesar diurangi data terkecil.
2. Tentukan banyak kelas interval yang diperlukan
Banyak kelas = 1+3,3 log n, dimana n adalah banyak data
3. Tentukan Panjang kelas interval (p), degan menggunakan aturan sebagai
berikut:
P= Rentang
Banyak kelas
4. Tentukan ujung bawah kelas interval untuk data terkecil.
5. Masukkan semua data ke dalam kelas interval.

B. PENDEKATAN DALAM PENILAIAN


Ada dua buah pendekatan yang sering digunakan untuk mengintepretasikan
data hasil pengukuran yaitu Penelitian Acuan norma (PAN) dan Penelitian Acuan
Kriteria (PAK)
1. Pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN)
Pendekatan penilaian acuan normal adalah suatu endekatan untuk
menginterpretasikan hasil belajar siswa dimana hasil belajar yang diperoleh seorang
siswa dibandingkan dengan hasil belajar yang diperoleh kelompoknya.
a. Harga rata-rata (means)
M= Jumlah seluruh data
Jumlah Data
b. Simpangan baku (SB)
SB= jml skor 1/6 siswa kelp atas – jml skor 1/6 peserta kelompok bawah
½ Jumlah peserta
c. Penggunaan kurva nornal
2. Pendekatan Penilaian Acuan Kriteria (PAK)
Jika dalam pendekatan Penilaian Acuan Normal (PAN) keberhasilan setiap
anak dibandingkan dengan hasil yang diperoleh kelompoknya, maka dalam PAK
keberhasilan setiap anak tidak dibandingkan dengan hasil yang diperoleh
kelompoknya tetapi keberhasilan setiap anak akan dibandingkan dengan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya.

3. Penilaian
Pengertian penilaian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh informasi tentang pencapaian hasil belajar siswa dan menggunakan
informasi tersebut untuk mencapai tujuan pendidikan.
Prinsip-prinsip penilaian antara lain:
1) Berorientasi pada pencapaian kompetensi
2) Valid
3) Menyeluruh
4) Adil dan objektif
5) Berkesinambungan
6) Menyeluruh
7) Bermakna

4. Penyajian Hasil Penilaian


Bentuk penilaian yang dilakukan guru, antara lain:
a. Penilaian dengan menggunakan angka. Dalam penilaian ini hasil belajar yang
diperoleh siswa diberikan dalam bentuk angka. Rentang angka yang
digunakan berupa 1 – 10 atau 1 – 100.
b. Penilaian dengan kategori. Dalam penilaian hasil belajar siswa disajikan
dalam bentuk kategori, misalnya Baik, Cukup, dan Kurang.
c. Penilaian dengan ;uraian atau narasi. Dalam hal ini penilaian hasil belajar
siswa disajikan dalam bentuk uraian atau narasi, misalnya siswa belum dapat
membaca lancar lancar dsb.
d. Penilaian kombinasi. Dalam penilaian ini hasil belajar siswa diberikan dalam
bentuk kombinasi penilaian baik berupa penilaian angka, kategori dan narasi.

5. Proses Pemberian Nilai


Untuk memperoleh data dan informasi sebagai dasar penentu tingkat
keberhasilan siswa dalam pencapaian kompetensi diperlukan alat ukur dan jenis
tagian sebagai berikut:
a. Kuis: digunakan untuk menyakan hal-hal prinsip dari pelajaran yang lalu secara
singkat.
b. Pertanyaan lisan di kelas: digunakan untuk mengungkap penguasaan konsep,
prinsip, atau teori saat proses pembelajaran berlangsung.
c. Ulangan harian: digunakan secara periodik untuk mengungkap pemahaman atau
keterampilan siswa terhadap apa yang telah diajarkan oleh guru.
d. Tugas individu atau kelompok: digunakan untuk menilai kemampuan siswa
dalam menerapkan berbagai konsep, prinsip, atau teori serta melatih kerja sama
dalam menyelesaikan suatu tugas
e. Ulangan semesteran: digunakan untuk mengukur pencapaian kompetemsin
siswa setelah menyelesaikan pembelajaran selama satu semester.
f. Laporan tuas atau laporan kerja: digunakan untuk mengungkap kemampuan
siswa dalam menbuat laporan dari tugas atau kerja praktek yang diberikan.
g. Ujian praktek; digunakan untukmengungkap keterampilan siswa dalam
melakukan sesuatu.
MODUL 5
KUALITAS ALAT UKUR (INSTRUMEN)

Kegiatan Belajar 1 :
Validitas Dan Reliabitas Hasil Pengukuran

A. Apakah Validitas Itu ?


Validitas adalah Ketepatan Hasil Pengukuran Menurut (Gronlunddan Linn,
1990) ada tiga jenis validitas mengacu pada ketepatan interpretasi yang dibuat
dari hasil pengukuran yaitu :
1. Validitas isi (content validity)
Mengacu pada seberapa banyak materi tes tersebut dapat mengukur keseluruhan
bahan atau materi yang telah diajarkan.
2. Validitas konstrak (construct validity)
Mengacu pada seberapa banyak alat ukur tersebut dapat mengungkap
keseluruhan konstrak yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunan tes tersebut.
Konstrak adalah konsep hipotesis yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunan
alat ukur.
3. Validitas yang dikaitkan dengan kriteria tertentu (criterion related validity)
Mengacu pada seberapa banyak materi tes dapat dengan tepat memprediksi
kesesuaian antara pengetahuan yang dimiliki sekarang dengan keberhasilannya
pada masa yang akan datang atau kesesuaian antara penguasaan suatu pengetahuan
dengan keterampilan penggunaan pengetahuan.

B. Apakah Reliabilitas Itu ?


Hasil pengukuran yang reliabel (tetap, konsisten, stabil). Hasil pengukuran yang
berhubungan dengan aspek fisik seperti mengukur panjan gmeja, berat badan,
tinggi badan, dll biasanya menghasilkan reliabilitas yang tinggi sedangkan yang
berhubungan dengan aspek psikologi dan sosial seperti dalam pengukuran mewakili
intelegensi,sikap dan konsep diri yang tidak dapat diukur dengan ketepatan dan
konsisten yang tinggi.
Menurut (gronlund dan linn, 1990) pengertian validitas mengacu pada ketepatan
hasil pengukuran maka pengertian reliabilitas mengacu pada ketetapan hasil yang
diperoleh dari suatu pengukuran. Hasil pengukuran dikatakan mempunyai
reliabilitas yang tinggi jika hasil pengukuran pertama hampir sama dengan hasil
pengukuran kedua. Dan sebaliknya hasil pengukuran dikatakan mempunyai
reliabilitas yang rendah jika hasil pengukuran pertama jauh berbeda dengan hasil
pengukuran kedua. Ada dua konsep reliabilitas adalah :
a. Untuk menghitung korelasi digunakan formula product-moment :

Dimana : r x y : koefisien korelasi dari xy


N : jumlah data
X : data pertama
Y : data kedua
Contoh:

C. Bagaimana Hubungan Antara Validitas Dan Reliabilitas ?


Alat ukur yang mempunyai reliabilitas yang tinggi belum tentu secara otomatis
mempunyai validitas yang tinggi. Sebab tingginya reliabilitas yang dihasilkan suatu
alat ukur jika tidak dibarengi dengan tingginya validitas dapat memberikan
informasi yang salah tentang apa yang ingin diukur.

D. Bagaimana Meningkatkan Reliabilitas ?


Reliabilitas suatu tes dapat ditingkatkan dengan menambah jumlah butir soal ke
dalam tes tersebut. Butiran soal yang homogen artinya butiran soal-soal yang
mengukur hal yang sama dengan butir soal yang sudah ada. Penambahan butiran
soal tidak akan menaikkan reliabilitas tes jika butiran soal yang ditambahkan
tidak homogen dengan butiran soal yang telah ada. Untuk menghitung
penambahan butir soal menggunakan rumus Spearman-Brown:

di mana:
ryy = reliabilitas sebelum penambahan butir soal
rxx = reliabilitas setelah penambahan butir soal
J = rasio jumlah butir soal setelah dan sebelum penambahan

Kegiatan Belajar 2 :
Analisis dan Perbaikan Instrumen

A. Mengapa Analisis Butiran Soal Penting?


Menganalisi soal bermanfaat untuk memperoleh informasi yang bermanfaat
bagi guru, siswa, dan proses pembelajaran itu sendiri. Menurut Niko (1983)
analisis butiran soal menggambarkan suatu proses pengambilan data, dan
penggunaan informasi tentang respon siswa terhadap setiap butiran soal. Arti
penting penggunaan analisis butiran soal adalah :
1. Untuk mengetahui apakah butir soal-butir soal yang disusun sudah berfungsi
sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh penyusun soal. Berikut hal-hal yang
menentukan apakah soal-soal yang telah disusun telah berfungsi sebagaimana
seharusnya.
a. Apakah soal-soal yang anda susun sudah sesuai untuk mengukur
perubahan tingkah laku seperti telah dirumuskan dalam tujuan
instruksional khusus?
b. Apakah tingkat kesukaran sudah anda perhitungkan?
c. Apakah soal tersebut sudah mampu membedakan antara siswa yang pandai
dengan siswa yang kurang pandai?
d. Apakah kunci soal anda buat sudah benar dengan maksud soal?
e. Jika anda menggunakan tes pilihan berganda, apakah pengecoh yang anda
pilih sudah sudah berfungsi dengan baik?
f. Apakah soal tersebut masih dapat ditafsirkan ganda atau tidak?
2. Sebagai umpan balik bagi siswa untuk mengetahui kemampuan mereka
dalam menguasai suatu materi.
3. Sebagai umpan balik bagi guru untuk mengetahui kesulitan - kesulitan yang
dialami siswa dalam memahami suatu materi.
4. Sebagai acuan untuk merevisi soal 5.
5. Untuk memperbaiki kemampuan guru dalam menulis soal.

B. Kapan Analisis Butiran Soal Dilakukan?


Validitas set soal dapat diketahui dari kisi-kisi soal sedangkan reliabilitas soal
baru dapat diketahui setelah uji coba. Dalam menganalisis butir soal paling tidak
ada dua karakteristik butir soal yang perlu diperhatikanya itu tingkat kesukaran dan
daya beda butir-butir soal.
1. Tingkat kesukaran butir soal
Tingkat kesukaran merupakan salah satu karakteristik yang dapat menunjukkan
kualitas butir soal tersebut apakah termasuk mudah, sedang atau sukar. Secara
matematis tingkat kesukaran butir soal dapat dihitung dengan rumus:
𝐵
𝑃=
𝑁

Dimana :
P : Indeks tingkat kesukaran butir soal
B: Jumlah peserta tes yang menjawab benar
N: Jumlah seluruh peserta
Contoh:
Jika butir soal nomor I yang Anda ujikan dapat dijawab dengan benar oleh 10
dari 40 siswa maka indeks tingkat kesukaran butir soal nomor 1 tersebut adalah
10
𝑃= = 0,25
40
Indeks tingkat kesukaran butir soal bergerak antara 0,00 sampai dengan 1,00
Indeks tingkat kesukaran butir soal (p) 0,00 apabila seluruh peserta tes tidak ada
yang dapat menjawab dengan benar dan indeks tingkat kesukaran butir soal (p)
1.00 akan tercapai apabila semua peserta tes dapat menjawab dengan benar. Jadi
butir soal yang mudah akan mempunyai p mendekati 1,00 dan butir soal yang
sukar mempunyai p mendekati 0,00. Menurut Fernandes (1984) kategori tingkat
kesukaran butir soal adalah sebagai berikut:
P > 0,75 : mudah
0,25 ≤ p ≤ 0,75: sedang
P<0,24 : sukar
Butri soal yang dianggap sangat bermanfaat (useful) adalah butir soal yang
mempunyai tingkat kesukaran dalam kategori sedang.

2. Daya beda butir soal


Daya beda butir soal memiliki pengertian seberapa jauh butir soal tersebut dapat
membedakan kemampuan individu peserta tes. Indeks daya beda dapat dihitung
dengan rumus:
D = P𝐴 – PB
Dimana :
D : Indeks daya beda butir soal
P𝐴 : Proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB : Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Menurut Fernandes (1984) kategori indeks daya beda butir soal adalah :
D ≥ 0,40 ∶ Sangat baik
0,30 ≤ D < 0,40 ∶ 𝐵𝑎𝑖𝑘
0,20 ≤ D < 0,30 ∶ 𝑆𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔
D < 0,20 ∶ 𝑆𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔
C. Bagaimana Melakukan Analisis Secara Sederhana?
Langkah - langkah dalam menganalisis butir soal:
1. Hitunglah jumlah jawaban yang benar untuk seluruh siswa
Berdasarkan jumlah jawaban yang benar dari seluruh siswa tersebut susunlah
skor siswa mulai dari skor tertinggi ke skor terendah
2. Berdasarkan urutan skor tersebut tertentu tentukan siswa yang masuk dalam
kelompok atas dan siswa yang termasuk dalam kelompok bawah. Untuk
menentukan berapa persen yang masuk kelompok atas dan bawah gunakan
rambu-rambu sebagai berikut (Nitko, 1983 dan Hanna, 1993):
a. Jika jumlah siswa ≤ 20 maka jumlah kelompok atas dan kelompok bawah
masing-masing 50%.
b. Jika jumlah siswa 21-40 maka jumlah kelompok atas dan kelompok bawah
masing-masing 33,3%.
c. Jika jumlah siswa ≥ 41 maka jumlah kelompok atas dan kelompok bawah
masing-masing 27%.
3. Hitunglah jumlah siswa dalam kelompok atas yang memilih tiap-tiap
alternatif jawaban yang disiapkan
4. Dengan cara yang sama hitung jumlah siswa dalam kelompok bawah yang
memilih tiap - tiap alternatif jawaban yang disediakan
5. Hitung jumlah seluruh peserta yang menjawab benar
6. Hitung tingkat kesukaran butiran soal dan daya beda dengan rumus yang
disediakan.

D. Bagaimana Menganalisis Tes Uraian?


Cara menganalisis tes uraian oleh Whitney dan Sabers (Mehrens dan Lehmann,
1984) sebagai berikut:
1. Tentukan jumlah yang termasuk dalam kelompok atas (25%) dan kelompok
bawah (25%)
2. Hitung jumlah skor kelompok atas dan jumlah skor kelompok bawah
3. Hitung tingkat kesukaran dan daya beda setiap butiran soal dengan rumus
berikut.

Dimana :
ΣA : Jumlah skor kelompok atas
ΣB : Jumlah skor kelompok bawah
N : 25 % peseerta didik
skormaks : Skor maksimal setiap butir soal
:Skor minimal setiap butir soal
skormin

E. Bagaimana Memperbaiki Butiran Soal?


Beberapa hal dalam memperbaiki butiran soal sebagai berikut:
1. Perhatikan tingkat kesukaran butir soal. Butir soal dianggap baik jika
mempunyai tingkat kesukaran (p) antara 0.25 sampai dengan 0.75 atau yang
mendekati angkat tersebut.
2. Perhatikan daya beda butir soal. Butir soal dianggap baik jika kunci atau
jawaban yang dianggap benar mempunyai daya beda positif tinggi dan
alternative jawaban mempunyai daya beda negative dan ada salah satu
alternative jawaban mempunyai daya beda positif, aka butir soal tersebut
perlu ditelaah kembali,sebab ada kemungkinan terjadi salah kunci.
F. Bagaimana Memperbaiki Non-Tes?
Prosedur memperbaiki instrumen non-tes:
1. Meminta pakar untuk meriview atau menelaah instrument uji coba
kelapangan.
2. Analisis hasil uji coba dengan menggunakan program analisis instrument
yang relevan.
Penyebab butir soal kurang baik antara lain:
1. Penggunaan bahasa kurang komukatif
2. Kalimat bersifat ambiguous (dapat ditafsirkan ganda)
3. Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator
4. Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur.
MODUL 6
PEMBERIAN NILAI DAN TINDAK LANJUT HASIL
PENILAIAN

Kegiatan Belajar 1
Prinsip-Prinsip Pemberian Nilai

A. Tujuan Penilaian Kelas


Penilaian kelas dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan
belajar siswa, guna menetapkan sampai sejauhmana siswa telah menguasai
kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Penilaian kelas
hendaknya diarahkan pada empat tujuan berikut

1) Penelusuran (keeping track) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk


menulusuri agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan
rencana
2) Pengecekan (checking up) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk
pengecekan apakah siswa sudah benar-benar paham dengan
pelajarannya.
3) Pencarian (finding-out) yaitu untuk mencari kelemahan dan kesalahan
dalam proses pembelajaran
4) Penyimpulan (summing up) atau disebut juga pelaporan tentang hasil
proses pembelajaran pada orang tua di akhir semester atau tahun
pelajaran
B. Fungsi Penilaian Kelas
1) Fungsi Motivasi yaitu penilaian harus mampu mendorong siswa untuk
makin semangat belajar
2) Fungsi belajar tuntas, penilaian kelas harus mampu untuk mengarahkan
dalam ketuntasan belajar siswa
3) Fungsi sebagai indikator efektivitas pengajaran, berarti disamping
untuk memantau kemajuan belajar siswa, penilaian kelas juga
digunakan untuk melihat seberapa jauh proses KBM telah
berhasil.
4) Fungsi Umpan Balik , hasil penilaian harus dianalisis oleh guru sebagai
bahan umpan balik bagi siswa dan guru
C. Prinsip-Prinsip Penilaian Kelas
1) Proses penilaian merupakan bagian dari pembelajaran
2) Penilaian mencerminkan masalah dunia nyata
3) Menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria
4) Penilaian harus bersifat holistik yaitu kemampuan dibidang aspek
koknitif, afektif, dan psikomotorik
5) Penilaian kelas mengacu kepada kemampuan sesuai standar yang
ditetapkan (competency Referenced)
6) Berkelanjutan (continuous) dalam rangkaian proses belajar
mengajar guru dalam satu semester
7) Didaktis untuk mendorong dan membina siswa dalam
meningkatkan hasil belajar
8) Menggali informasi, untuk memberi informasi yang cukup bagi
guru untuk mengambil keputusan dan umpan balik
9) Melihat yang benar dan yang salah.
D. Metode Penilaian Penilaian Kelas
Metode tersebut meliputi :
1. Penilaian tertulis (paper-pencil test)
2. Tes praktek (performance test)
3. Penilaian produk
4. Penilaian proyek
5. Peta perkembangan
6. Evaluasi diri siswa
7. Penilaian afektif
8. Portofolio

Kegiatan Belajar 2
Penilaian Di Berbagai Jenjang Pendidikan

A. Pedoman Pelaksanaan dijenjang Pendidikan dasar dan Menengah


PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 63
menyebutkan bahwa penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah terdiri atas:
1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik
2. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan
3. Penilaian hasil belajar oleh
pemerintah Bentuk Penilaian :
1. Ulangan Harian
2. Tugas-tugas
3. Ulangan Tengah Semester
4. Ulangan Akhir Semester
5. Ulangan Kenaikan Kelas
6. Pengamatan terhadap perubahan pelaku/sikap dan psikomotorik
7. Bentuk penilaian lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai
8. Ujian Sekolah
9. Ujian Nasional
Dalam pedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang panduannya
dikembangkan oleh BNSP, antara lain ditetapkan tentang :
1. Ketuntasan Belajar,
2. Kenaikan Kelas dan
3. Kelulusan

B. Pedoman pelaksanaan penilaian di perguruan tinggi


UU Sistem Pendidikan Nasional tahun 1989, PP No. 60 tahun 1999, SK
Mendiknas No. 233/U/2000 tahun 2000.
1. Penilaian Terhadap kegiatan dan kemajuan belajar mahasiswa dilakukan
penilaian secara berkala yang dapat berbentuk ujian, pelaksanaan tugas,
dan pengamatan oleh dosen.
2. Ujian dapat diselenggarakan melalui ujian tengah semester, ujian akhir
semester, ujian akhir program studi, ujian skripsi, ujian tesis, dan ujian
disertasi.
3. Penilaian hasil belajar dinyatakan dengan huruf A, B, C, D, dan E yang
masing- masing bernilai 4, 3, 2, 1, dan 0.

Aturan sebutan predikat kelulusan dan syarat yan harus dipenuhi, diatur
dalam Pasal 15 berikut :
1. Predikat kelulusan terdiri atas 3 tingkat yaitu : memuaskan, sangat
memuaskan, dan dengan pujian, yang dinyatakan pada transkrip
akademik.
2. IPK sebagai dasar penentuan predikat kelulusan program sarjana dan
program diploma adalah:
a) IPK 2,00 – 2,75 : memuaskan
b) IPK 2,76 – 3.50 : sangat memuaskan
c) IPK 3.51 – 4,00 : dengan pujian.
3. Predikat kelulusan untuk program magister:

d) IPK 2,75 – 3,40 : memuaskan;

e) IPK 3.41 – 3,70 : sangat memuaskan:

f) IPK 3,71 – 4,00 : dengan pujian.


4. Predikat kelulusan dengan pujian ditentukan juga dengan
memperhatikan masa studi maksimum yaitu n tahun (masa studi
minimum) ditambah 1 tahun untuk program sarjana dan tambah 0,5
tahun untuk program magister.
4. Predikat kelulusan untuk program doktor diatur oleh perguruan tinggi
yang bersangkutan.

Kegiatan Belajar 3
Pemanfaatan Hasil Tes Untuk Meningkatkan Proses Pembelajaran
A. Memanfaatkan hasil Pre Test dan Post test
1) Pre-Test adalah tes yang dilaksanakan pada awal proses pembelajaran
untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang pelajaran
yang akan disampaikan oleh guru.
2) Post-Test adalah tes yang dilaksanakan pada akhir proses pembelajaran
untuk mengetahui daya serap pelajaran yang telah disampaikan kepada
siswa dalam proses belajar mengajar.

B. Memanfaatkan Hasil Tes formatif


Tes formatif adalah tes yang bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti suatu program tertentu
(Arikunto, 2002:36). Dalam kedudukannya seperti ini tes formatif dapat
dipandang sebagai tes diagnostic pada akhir pelajaran. Teknik pre-test dan
post-test memiliki manfaat baik bagi guru, siswa, maupun program itu
sendiri.
1) Manfaat Bagi Guru
a) Mengetahui sejauh mana bahan yang diajarkan sudah diterima oleh
siswa
b) Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum

menjadi milik siswa


c) Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang telah
diberikan
2) Manfaat Bagi Siswa
a) Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan

program yang menyeluruh


b) Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa

c) Usaha perbaikan

d) Sebagai diagnosis

3) Manfaat Bagi Program


a) Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang

tepat dalam arti sesuai dengan keakapan anak


b) Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-
pengetahuan prasyarat yang belum diperhitungkan
c) Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi

hasil yang akan dicapai


d) Apakah metode, pendekatan, dan alat evaluasi yang digunakan sudah
tepat.
C. Memanfaatkan Hasil Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan- kelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat digunakan
sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang tepat
dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa.
1) Fungsi Tes Diagnostik?
Tes diagnostik memiliki dua fungsi utama, yaitu:
(a) Mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami siswa,
(b) Merencanakan tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan sesuai
masalah atau kesulitan yang telah teridentifikasi
2) Karakateristik Tes Diagnostik
Tes diagnostik memiliki karakteristik:
a) dirancang untuk mendeteksi kesulitan belajar siswa, karena itu format

dan respons yang dijaring harus didesain memiliki fungsi diagnostik,


dikembangkan berdasar analisis terhadap sumber-sumber kesalahan
atau kesulitan yang mungkin menjadi penyebab munculnya masalah
(penyakit) siswa,
b) menggunakan soal-soal bentuk supply response (bentuk uraian atau

jawaban singkat), sehingga mampu menangkap informasi secara


lengkap. Bila ada alasan tertentu sehingga mengunakan bentuk
selected response (misalnya bentuk pilihan ganda), harus disertakan
penjelasan mengapa memilih jawaban tertentu sehingga dapat
meminimalisir jawaban tebakan, dan dapat ditentukan tipe kesalahan
atau masalahnya, dan
c) disertai rancangan tindak lanjut (pengobatan) sesuai dengan kesulitan
(penyakit) yang teridentifikasi.

D. Memanfaatkan Hasil Penilaian Non Tes


Teknik penilaian non-tes dapat memberikan informasi umpan balik
bagi proses pembelajaran. Hasil penilaian sikap, penilaian diri, dan
portofolio dapat dianalis untuk menjadi masukan bagi guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Teknik non-tes yang digunakan antara
lain penilaian diri, penilaian sikap, dan portofolio.
Manfaat utama penilaian sikap adalah untuk memperoleh masukan
dan umpan balik bagi peningkatan profesionalisme guru, perbaikan proses
pembelajaran, dan pembinaan sikap siswa. Pembinaan siswa dapat
dilakukan secara pribadi maupun kelompok/klasikal. Misalnya siswa-siswa
tertentu yang cenderung bersikap negatif dalam hal-hal tertentu, diberikan
pembinaan khusus.
Dalam upaya peningkatan proses pembelajaran, hasil penilaian sikap
dapat dimanfaatkan misalnya adanya kecenderungan sikap negatif siswa
secara umum terhadap bahasan materi atau mata pelajaran tertentu.
Berdasarkan hasil penilaian sikap seperti itu, selanjutnya guru berupaya
mengkaji lebih dalam penyebabnya, sehingga dapat dilakukan tindakan
mengatasi sikap negatif tersebut. Dengan demikian pembelajaran akan lebih
efektif.
Selain itu, berdasarkan hasil penilaian sikap, guru dapat memperoleh
informasi tentang kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya berdasarkan
persepsi siswa. Informasi tersebut sangat berguna untuk peningkatan
kualitas pribadi dan profesionalisme guru. Dengan guru yang semakin
berkualitas dan profesional, maka pembelajaran akan semakin efektif.
Portofolio merupakan rangkaian atau kumpulan karya atau hasil kerja
siswa yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu, misalnya satu semester
atau tahun ajaran, bahkan selama siswa mengikuti pendidikan pada suatu
jenjang tertentu. Dalam menganalisis hasil penilaian, guru hendaknya tidak
sekedar melihat tingkat pencapaian kemampuan siswa tetapi juga harus
memiliki makna bagi semua pihak yang terkait dengan proses pembelajaran
dan pendidikan pada umumnya. Analisis hasil penilaian tidak saja untuk
mengetahui kemampuan dan kelemahan siswa dalam pembelajaran tetapi
juga melihat efektivitas pembelajaran yang dilakukan guru.
Penilaian portofolio menekankan pada penilaian proses dan hasil.
Oleh karena itu penilaian portofolio diharapkan dapat memberikan
informasi yang menyeluruh mengenai:
1. perkembangan pemahaman dan pemikiran siswa dalam kurun waktu
tentang konsep, topik, dan isu;
2. hasil karya siswa yang berkaitan dengan bakat dan keterampilan
khusus,
3. dokumen kegiatan siswa selama periode waktu tertentu,
4. refleksi nilai siswa sebagai individu dalam aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
Suatu pandangan yang kurang tepat adalah bahwa laporan penilaian
berbentuk pencapaian nilai siswa secara individual dan rata-rata sudah
dianggap cukup memadai untuk disampaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Seharusnya laporan penilaian siswa mencakup seluruh
aspek kemampuan siswa baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik,
sehingga dapat memberikan informasi yang komprehensif tentang
pencapaian kemampuan siswa dalam pembelajaran. Dengan cakupannya
yang lebih komprehensif, penilaian portofolio memberikan manfaat bagi
siswa, guru, dan orang tua siswa. Bagi siswa, penilaian portofolio berguna
sebagai: 1 umpan balik penguasaan dan kemampuannya dalam kurun waktu
tertentu,

You might also like