UNIVERSITAS TERBUKA JAWABAN : 1. Ketika berdiri sebagai CV: a) Tidak memiliki badan hukum b) Tidak memiliki batasan modal c) Tidak di izinkan WNA ikut serta sebagai pendiri d) Pendaftaran dilakukan ke Sistem Administrasi Badan Usaha Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia e) Nama tidak harus unik Ketika berdiri sebagaiPT: a) Berbadan hukum b) Minimal memiliki modal sebesar Rp. 50.000.000 c) Dalam pendiriannya WNA di izinkan untuk ikut serta d) Pendaftaran harus melalui notaris dan harus disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia e) Nama harus unik. Unik adalah nama yang tidak memiliki oleh PT lainnya. PT merupakan sebuah badan hukum untuk mengoperasikan usaha yang memiliki modal berbentuk saham-saham, yang pemiliknya memiliki bagian perusahaan sebanyak saham yang dimilikinya. Sedangkan CV merupakan sebuah bentuk badan usaha berbentuk persekutuan yang didirikan oleh lebih dari satu orang dengan ketentuan sebagian para anggotanya memiliki tanggung jawab tak terbatas dan sebagian anggota lainnya memiliki tanggung jawab terbatas. 2. 7 tahapan prosedur mengubah bentuk badan usaha dari CV menjadi PT secara berurutan, yaitu dimulai dari menyelesaikan perikatan yang telah terjadi antara pengurus CV dengan pihak ketiga, membuat akta pendirian PT dan mendaftarkan pendirian PT ke Menteri Hukum dan HAM, hingga mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham (“RUPS”) pertama. Penjelasan lebih lanjut dapat Anda baca ulasan di bawah ini : 1) Menyelesaikan perikatan CV sebelumnya Pertama-tama yang perlu dilakukan adalah menyelesaikan perikatan CV yang telah terjadi antara para pengurus CV dengan pihak ketiga. 2) Menyesuaikan Anggaran Dasar Meskipun sebelumnya CV telah memiliki Anggaran Dasar tersendiri, tetapi dalam Anggaran Dasar CV tidak ada ketentuan mengenai modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor. Oleh karenanya, prosedur mengubah bentuk badan usaha dari CV menjadi PT secara berurutan selanjutnya adalah menyesuaikan anggaran dasar terlebih dahulu. 3) Membuat Akta Pendirian PT Setelah menyesuaikan anggaran dasar, selanjutnya prosedur mengubah bentuk badan usaha dari CV menjadi PT secara berurutan adalah para pendiri PT membuat Akta Pendirian PT yang memuat anggaran dasar dan keterangan lain berkaitan dengan pendirian PT. 4) Mengajukan Permohonan Pendirian PT Para pendiri melalui notaris mengajukan permohonan pendirian PT persekutuan modal dengan mengisi format isian pendirian secara elektronik melalui SABH, dilengkapi dengan dokumen pendukung. 5) Menteri menerbitkan sertifikat pendaftaran Tahap selanjutnya, Menteri Hukum dan HAM lalu menerbitkan sertifikat pendaftaran badan hukum PT secara elektronik dan pemohon dapat mencetaknya secara mandiri menggunakan kertas berwarna putih ukuran F4/folio. 6) Menteri mengumumkan akta pendirian PT Kemudian Menteri Hukum dan HAM mengumumkan akta pendirian PT ke dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia dalam jangka waktu maksimal 14 hari terhitung sejak diterbitkannya keputusan menteri. 7) Mengadakan RUPS pertama Dalam Rapat Umum Pemegang Saham (“RUPS”) pertama harus tegas dinyatakan RUPS menerima atau mengambil alih semua hak dan kewajiban yang timbul dari perbuatan hukum yang dilakukan oleh calon pendiri atau kuasanya, jika hendak mengikutsertakan segala perbuatan hukum yang terjadi saat badan usaha masih berbentuk CV ke dalam PT yang akan didirikan sehingga perbuatan hukum itu mengikat PT yang baru didirikan. 3. Tanggung jawab pemegang saham dalam Perseroan Terbatas berdasarkan perundang- undangan di Indonesia terbatas pada modal saham yang dimilikinya dimana diatur dalam pasal 3 ayat (1) UUPT namun dapat diterobos melalui prinsip piercing the corporate veil. Adapun konsep piercing the corporate veil yang terkait dengan tanggung jawab pemegang saham disebutkan dalam pasal 3 ayat (2) UUPT menyatakan bahwa ada pengecualian dimana pemagang saham dapat dituntut untuk bertanggungjawab secara pribadi apabila dalam keadaan-keadaan tertentu seperti ada fakta-faktanya yang menyesatkan, terjadinya penipuan dan ketidakadilan, pemegang saham yang bersangkutan, baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan perseroan semata-semata untuk kepentingan pribadi. Serta penerapan prinsip piercing the corporate veil terhadap pemegang saham yang tidak beritikad baik dapat dituntut untuk memberikan ganti rugi sampai keharta pribadinya, bukan hanya sebatas nilai saham yang dimilikinya saja.