You are on page 1of 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Aldi Wahyudi

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 041392641

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4303/Hukum Perusahaan

Kode/Nama UPBJJ : 83/Kendari

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
JAWABAN :
1. Ketika berdiri sebagai CV:
a) Tidak memiliki badan hukum
b) Tidak memiliki batasan modal
c) Tidak di izinkan WNA ikut serta sebagai pendiri
d) Pendaftaran dilakukan ke Sistem Administrasi Badan Usaha Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia
e) Nama tidak harus unik
Ketika berdiri sebagaiPT:
a) Berbadan hukum
b) Minimal memiliki modal sebesar Rp. 50.000.000
c) Dalam pendiriannya WNA di izinkan untuk ikut serta
d) Pendaftaran harus melalui notaris dan harus disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia
e) Nama harus unik. Unik adalah nama yang tidak memiliki oleh PT lainnya.
PT merupakan sebuah badan hukum untuk mengoperasikan usaha yang memiliki modal
berbentuk saham-saham, yang pemiliknya memiliki bagian perusahaan sebanyak saham
yang dimilikinya.
Sedangkan CV merupakan sebuah bentuk badan usaha berbentuk persekutuan yang
didirikan oleh lebih dari satu orang dengan ketentuan sebagian para anggotanya memiliki
tanggung jawab tak terbatas dan sebagian anggota lainnya memiliki tanggung jawab
terbatas.
2. 7 tahapan prosedur mengubah bentuk badan usaha dari CV menjadi PT secara berurutan,
yaitu dimulai dari menyelesaikan perikatan yang telah terjadi antara pengurus CV dengan
pihak ketiga, membuat akta pendirian PT dan mendaftarkan pendirian PT ke Menteri Hukum
dan HAM, hingga mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham (“RUPS”) pertama.
Penjelasan lebih lanjut dapat Anda baca ulasan di bawah ini :
1) Menyelesaikan perikatan CV sebelumnya
Pertama-tama yang perlu dilakukan adalah menyelesaikan perikatan CV yang telah
terjadi antara para pengurus CV dengan pihak ketiga.
2) Menyesuaikan Anggaran Dasar
Meskipun sebelumnya CV telah memiliki Anggaran Dasar tersendiri, tetapi dalam
Anggaran Dasar CV tidak ada ketentuan mengenai modal dasar, modal ditempatkan,
dan modal disetor. Oleh karenanya, prosedur mengubah bentuk badan usaha dari CV
menjadi PT secara berurutan selanjutnya adalah menyesuaikan anggaran dasar
terlebih dahulu.
3) Membuat Akta Pendirian PT
Setelah menyesuaikan anggaran dasar, selanjutnya prosedur mengubah bentuk
badan usaha dari CV menjadi PT secara berurutan adalah para pendiri PT membuat
Akta Pendirian PT yang memuat anggaran dasar dan keterangan lain berkaitan
dengan pendirian PT.
4) Mengajukan Permohonan Pendirian PT
Para pendiri melalui notaris mengajukan permohonan pendirian PT persekutuan
modal dengan mengisi format isian pendirian secara elektronik melalui SABH,
dilengkapi dengan dokumen pendukung.
5) Menteri menerbitkan sertifikat pendaftaran
Tahap selanjutnya, Menteri Hukum dan HAM lalu menerbitkan sertifikat pendaftaran
badan hukum PT secara elektronik dan pemohon dapat mencetaknya secara mandiri
menggunakan kertas berwarna putih ukuran F4/folio.
6) Menteri mengumumkan akta pendirian PT
Kemudian Menteri Hukum dan HAM mengumumkan akta pendirian PT ke dalam
Tambahan Berita Negara Republik Indonesia dalam jangka waktu maksimal 14 hari
terhitung sejak diterbitkannya keputusan menteri.
7) Mengadakan RUPS pertama
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham (“RUPS”) pertama harus tegas dinyatakan
RUPS menerima atau mengambil alih semua hak dan kewajiban yang timbul dari
perbuatan hukum yang dilakukan oleh calon pendiri atau kuasanya, jika hendak
mengikutsertakan segala perbuatan hukum yang terjadi saat badan usaha masih
berbentuk CV ke dalam PT yang akan didirikan sehingga perbuatan hukum itu
mengikat PT yang baru didirikan.
3. Tanggung jawab pemegang saham dalam Perseroan Terbatas berdasarkan perundang-
undangan di Indonesia terbatas pada modal saham yang dimilikinya dimana diatur dalam
pasal 3 ayat (1) UUPT namun dapat diterobos melalui prinsip piercing the corporate veil.
Adapun konsep piercing the corporate veil yang terkait dengan tanggung jawab pemegang
saham disebutkan dalam pasal 3 ayat (2) UUPT menyatakan bahwa ada pengecualian
dimana pemagang saham dapat dituntut untuk bertanggungjawab secara pribadi apabila
dalam keadaan-keadaan tertentu seperti ada fakta-faktanya yang menyesatkan, terjadinya
penipuan dan ketidakadilan, pemegang saham yang bersangkutan, baik langsung maupun
tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan perseroan semata-semata untuk
kepentingan pribadi. Serta penerapan prinsip piercing the corporate veil terhadap pemegang
saham yang tidak beritikad baik dapat dituntut untuk memberikan ganti rugi sampai keharta
pribadinya, bukan hanya sebatas nilai saham yang dimilikinya saja.

You might also like